You are on page 1of 12

LAPORAN PENDAHULUAN

“TUMOR MAMMAE”

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Profesi Ners

Departemen Medikal di Ruang Boegenvil RS TK II Dr. Soepraoen Malang

oleh:

Fitri Dyah Anggraini

NIM. 170070301111128

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2018
LAPORAN PENDAHULUAN
TUMOR MAMMAE

A. PENGERTIAN
Tumor payudara adalah sekelompok sel tidak normal pada payudara yang terus
tumbuh berupa ganda. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk benjolan di payudara. Jika
benjolan kanker itu tidak dibuang atau terkontrol, sel-sel kanker bisa menyebar (metastase)
pada bagian-bagian tubuh lain. Metastase bisa terjadi pada kelenjar getah bening (limfe)
ketiak ataupun di atas tulang belikat. Selain itu sel-sel kanker bisa bersarang di tulang, paru-
paru, hati, kulit, dan bawah kulit. (Erik T, 2007, hal : 39-40)
Suatu keadaan di mana sel kehilangan kemampuannya dalam mengendalikan
kecepatan pembelahan dan pertumbuhannya.Normalnya, sel yang mati sama dengan
jumlah sel yang tumbuh. Apabila sel tersebut sudah mengalami malignansi/ keganasan atau
bersifat kanker maka sel tersebut terus menerus membelah tanpa memperhatikan
kebutuhan, sehingga membentuk tumor atau berkembang “tumbuh baru” tetapi tidak semua
yang tumbuh baru itu bersifat karsinogen. (Daniele gale 2008).
Ketika sejumlah sel di dalam payudara tumbuh dan berkembang dengan tidak
terkendali, inilah yang disebut kanker payudara. Sel-sel tersebut dapat menyerang jaringan
sekitar dan menyebar ke seluruh tubuh. Kumpulan besar dari jaringan yang tidak terkontrol
ini disebut tumor atau benjolan. Akan tetapi, tidak semua tumor merupakan kanker karena
sifatnya yang tidak menyebar atau mengancam nyawa. Tumor ini disebut tumor jinak. Tumor
yang dapat menyebar ke seluruh tubuh atau menyerang jaringan sekitar disebut kanker atau
tumor ganas.

B. ETIOLOGI
Belum ada penyebab spesifik Tumor payudara yang diketahui, para peneliti telah
mengidentifikasi sekelompok faktor resiko. Riset lebih lanjut tentang faktor-faktor resiko akan
membantu dalam mengembangkan strategi yang efektif untuk mencegah Tumor payudara.
Faktor-faktor resiko mencakup :
1. Tinggi melebihi 170 cm. Wanita yang tingginya 170 cm mempunyai resiko terkena
kanker payudara karena pertumbuhan lebih cepat saat usia anak dan remaja
membuat adanya perubahan struktur genetik (DNA) pada sel tubuh yang diantaranya
berubah ke arah sel ganas.
2. Anak perempuan dari ibu dengan kanker payudara (herediter)
3. Menarke dini. Resiko Tumor payudara meningkat pada wanita yang mengalami
menstruasi sebelum usia 12 tahun.
4. Nulipara dan usia maternal. Lanjut saat kelahiran anak pertama. Wanita yang
melahirkan setelah usia 30 tahun lebih berisiko mengalami Tumor payudara.
5. Menopause pada usia lanjut. Menopause setelah usia 50 tahun.
6. Hormon, diduga tidak adanya keseimbangan estrogen sehingga dapat menyebabkan
Tumor mammae. Oleh sebab itu Tumor mammae lebih banyak perempuan
dibandingkan dengan laki-laki
7. pernah mengalami radiasi didaerah dada.

C. PATOFISIOLOGI
Tumor/neoplasma merupakan kelompok sel yang berubah dengan cirri-ciri:
proliferasi sel yang berlebihan dan tidak berguna yang tidak mengikuti pengaruh struktur
jaringan sekitarnya.
Neoplasma yang maligna terdiri dari sel-sel kanker yang menunjukkan proliferasi
yang tidak terkendali yang mengganggu fungsi jaringan normal dengan menginfiltrasi dan
memasukinya dengan cara menyebarkan anak sebar ke organ-organ yang jauh. Di dalam
sel tersebut terjadi perubahan secara biokimia terutama dalam intinya. Hampir semua tumor
ganas tumbuh dari suatu sel di mana telah terjadi transformasi maligna dan berubah
menjadi sekelompok sel-sel ganas di antar sel-sel normal.
Proses jangka panjang terjadinya kanker ada 4 fase:
1. Fase induksi: 15-30 tahun
Sampai saat ini belum dipastikan sebab terjadinya kanker, tapi bourgeois lingkungan
mungkin memegang peranan besar dalam terjadinya kanker pada manusia.
Kontak dengan karsinogen membutuhkan waktu bertahun-tahun samapi bisa
merubah jaringan displasi menjadi tumor ganas. Hal ini tergantung dari sifat, jumlah, dan
konsentrasi zat karsinogen tersebut, tempat yang dikenai karsinogen, lamanya terkena,
adanya zat-zat karsinogen atau ko-karsinogen lain, kerentanan jaringan dan individu.
2. fase in situ: 1-5 tahun
pada fase ini perubahan jaringan muncul menjadi suatu lesi pre-cancerous yang bisa
ditemukan di serviks uteri, rongga mulut, paru-paru, saluran cerna, kandung kemih, kulit dan
akhirnya ditemukan di payudara.
3. fase invasi
Sel-sel menjadi ganas, berkembang biak dan menginfiltrasi meleui membrane sel ke
jaringan sekitarnya ke pembuluh darah serta limfe. Waktu antara fase ke 3 dan ke 4
berlangsung antara beberpa minggu sampai beberapa tahun.
4. fase diseminasi: 1-5 tahun
Bila tumor makin membesar maka kemungkinan penyebaran ke tempat-tempat lain
bertambah.
Perubahan genetik dalam sel

Sel menjadi abnormal

Poliferasi sel-sel maligna dalam payudara

tumor Payudara

Mendesak Mendesak Mendesak


jaringan sekitar Sel syaraf Pembuluh
darah
Menekan jaringan Interupsi sel saraf Aliran darah
Mensuplai
pada mammae sel terhambat
nutrisi ke
jaringan ca nyeri
Peningkatan hipoxia
konsistensi
Hipermetabolis ke mammae Necrose
jaringan jaringan
Mammae Ukuran mammae
Suplai nutrisi membengkak Bakteri Patogen
abnormal
jaringan lain
Massa tumor Mammae Kurang Infeksi
Berat badan turun
mendesak ke asimetrik pengetahuan
jaringan luar
Nutrisi kurang dari
kebutuhan Gg body cemas
image

Infiltrasi pleura Perfusi jaringan


parietale terganggu

Expansi paru Ulkus


menurun
Gg integritas kulit/
Gg pola nafas
jaringan
D. MANIFESTASI KLINIS
Pasien biasanya datang dengan benjolan/massa di payuidara, rasa sakit, keluar
cairan dari puting susu, kulit sekung (lesung), retraksi atau deviasi putting susu, nyeri tekan
atau rabas khususnya berdarah, dari putting. Kulit Peau d’ orange, kulit tebal dengan pori-
pori yang menonjol sama dengan kulit jeruk, dan atau ulserasi pada payudara keduanya
merupakan tanda lanjut dari penyakit.
Tanda dan gejala metastasis yang luas meliputi pembesaran kelenjar getah bening,
nyeri pada daerah bahu, pinggang, punggung bagian bawah, atau pelvis, batuk menetap,
anoreksi atau berat badan yang turun, gangguan pencernaan, pusing, penglihatan yang
kabur dan sakit kepala.
Tumor payudara dapat terjadi dibagian mana saja dalam payudara tetapi mayoritas
terjadi pada kuadran atas terluar dimana sebagian besar jaringan payudara terdapat. Tumor
payudara umumnya terjadi pda payudara sebelah kiri. Umumnya lesi tidak terasa nyeri,
terfiksasi dan keras dengan batas yang tidak teratur. Keluhan nyeri yang menyebar pada
payudara dan nyeri tekan yang terjadi pada saat menstruasi biasanya berhubungan dengan
penyakit payudara jinak. Metastasis ke kulit dapat dimanifestasikan adanya Tumor payudara
pada tahap lanjut

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium meliputi:
a. Morfologi sel darah
b. Laju endap darah
c. Tes faal hati
d. Tes tumor marker (carsino Embrionyk Antigen/CEA) dalam serum atau
plasma
e. Pemeriksaan sitologik
Pemeriksaan ini memegang peranan penting pada penilaian cairan yang keluar
spontan dari putting payudar, cairan kista atau cairan yang keluar dari ekskoriasi
2. Mammagrafi
Pengujian mammae dengan menggunakan sinar untuk mendeteksi secara
dini. Memperlihatkan struktur internal mammae untuk mendeteksi kanker yang tidak
teraba atau tumor yang terjadi pada tahap awal. Mammografi pada masa
menopause kurang bermanfaat karean gambaran kanker diantara jaringan kelenjar
kurang tampak.
3. Ultrasonografi
Biasanya digunakan untuk mndeteksi luka-luka pada daerah padat pada
mammae ultrasonography berguna untuk membedakan tumor sulit dengan kista.
kadang-kadang tampak kista sebesar sampai 2 cm.
4. Thermography
Mengukur dan mencatat emisi panas yang berasal; dari mammae atau
mengidentifikasi pertumbuhan cepat tumor sebagai titik panas karena peningkatan
suplay darah dan penyesuaian suhu kulit yang lebih tinggi.
5. Xerodiography
Memberikan dan memasukkan kontras yang lebih tajam antara pembuluh-
pembuluh darah dan jaringan yang padat. Menyatakan peningkatan sirkulasi sekitar
sisi tumor.
6. Biopsi
Untuk menentukan secara menyakinkan apakah tumor jinak atau ganas,
dengan cara pengambilan massa. Memberikan diagnosa definitif terhadap massa
dan berguna klasifikasi histogi, pentahapan dan seleksi terapi.
7. CT. Scan
Dipergunakan untuk diagnosis metastasis carsinoma payudara pada organ lain
8. Pemeriksaan hematologi
Yaitu dengan cara isolasi dan menentukan sel-sel tumor pada peredaran
darah dengan sendimental dan sentrifugis darah.

F. PENCEGAHAN
Perlu untuk diketahui, bahwa 9 di antara 10 wanita menemukan adanya benjolan
di payudaranya. Untuk pencegahan awal, dapat dilakukan sendiri. Sebaiknya
pemeriksaan dilakukan sehabis selesai masa menstruasi. Sebelum menstruasi,
payudara agak membengkak sehingga menyulitkan pemeriksaan. Cara pemeriksaan
adalah sebagai berikut :
1. Berdirilah di depan cermin dan perhatikan apakah ada kelainan pada payudara.
Biasanya kedua payudara tidak sama, putingnya juga tidak terletak pada ketinggian
yang sama. Perhatikan apakah terdapat keriput, lekukan, atau puting susu tertarik ke
dalam. Bila terdapat kelainan itu atau keluar cairan atau darah dari puting susu,
segeralah pergi ke dokter.
2. Letakkan kedua lengan di atas kepala dan perhatikan kembali kedua payudara.
3. Bungkukkan badan hingga payudara tergantung ke bawah, dan periksa lagi.
4. Berbaringlah di tempat tidur dan letakkan tangan kiri di belakang kepala, dan sebuah
bantal di bawah bahu kiri. Rabalah payudara kiri dengan telapak jari-jari kanan.
Periksalah apakah ada benjolan pada payudara. Kemudian periksa juga apakah ada
benjolan atau pembengkakan pada ketiak kiri.
5. Periksa dan rabalah puting susu dan sekitarnya. Pada umumnya kelenjar susu bila
diraba dengan telapak jari-jari tangan akan terasa kenyal dan mudah digerakkan.
Bila ada tumor, maka akan terasa keras dan tidak dapat digerakkan (tidak dapat
dipindahkan dari tempatnya). Bila terasa ada sebuah benjolan sebesar 1 cm atau
lebih, segeralah pergi ke dokter. Makin dini penanganan, semakin besar
kemungkinan untuk sembuh secara sempurna. Lakukan hal yang sama untuk
payudara dan ketiak kanan

G. ASUHAN KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN
Pengkajian pada klien dengan kanker payudara menurut Doenges, Marilynn E
(2000) diperoleh data sebagai berikut:
1. Aktifitas/istirahat:
Gejala: kerja, aktifitas yang melibatkan banyak gerakan tangan/pengulangan,
pola tidur (contoh, tidur tengkurap).
2. Sirkulasi
Tanda: kongestif unilateral pada lengan yang terkena (sistem limfe).
3. Makanan/cairan
Gejala: kehilangan nafsu makan, adanya penurunan berat badan.
4. Integritas Ego
Gejala: stresor konstan dalam pekerjaan/pola di rumah. Stres/takut tentang
diagnosa, prognosis, harapan yang akan datang.
5. Nyeri/kenyamanan
Gejala: nyeri pada penyakit yang luas/metastatik (nyeri lokal jarang terjadi
pada keganasan dini). Beberapa pengalaman ketidaknyamanan atau
perasaan lucu pada jaringan payudara. Payudara berat, nyeri sebelum
menstruasi biasanya mengindikasikan penyakit fibrokistik.
6. Keamanan
Tanda: massa nodul aksila. Edema, eritema pada kulit sekitar.
7. Seksualitas
Gejala: adanya benjolan payudara, perubahan pada ukuran dan
kesimetrisan payudara. Perubahan pada warna kulit payudara atau suhu,
rabas puting yang tak biasanya, gatal, rasa terbakar atau puting meregang.
Riwayat menarke dini (lebih muda dari usia 12 tahun), menopause lambat
(setelah 50 tahun), kehamilan pertama lambat (setelah usia 35 tahun).
Masalah tentang seksualitas/keintiman.
Tanda: perubahan pada kontur/massa payudara, asimetris. Kulit
cekung, berkerut, perubahan pada warna/tekstur kulit, pembengkakan,
kemerahan atau panas pada payudara. Puting retraksi, rabas dari puting
(serosa, serosangiosa, sangiosa, rabas berair meningkatkan kemungkinan
kanker, khususnya bila disertai benjolan)
8. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala: riwayat kanker dalam keluarga (ibu, saudara wanita, bibi dari
ibu atau nenek). Kanker unilateral sebelumnya kanker endometrial atau
ovarium.
Pertimbangan Rencana Pemulangan: DRG menunjukkan rata-rata lama
dirawat 4 hari. Membutuhkan bantuan dalam pengobatan/rehabilitasi,
keputusan, aktivitas perawatan diri, pemeliharaan rumah.

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Nyeri berhubungan dengan adanya penekanan massa tumor.
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan imobilisasi lengan/bahu.
3. Kecemasan berhubungan dengan perubahan gambaran tubuh.
4. Gangguan harga diri berhubungan dengan kecacatan bedah
5. Resiko infeksi berhubungan dengan luka operasi.
6. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan serta pengobatan
penyakitnya berhubungan dengan kurangnya informasi.
7. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan intake tidak
adekuat.

III. INTERVENSI KEPERAWATAN


1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya penekanan
massa tumor ditandai dengan :
DS : Klien mengeluh nyeri pada sekitar payudara sebelah kiri menjalar ke
kanan.
DO :
·Klien nampak meringis
· Klien nampak sesak
· Nampak luka di verban pada payudara sebelah kiri
Tujuan : Nyeri teratasi
Kriteria :
· Klien mengatakan nyeri berkurang atau hilang
· Nyeri tekan tidak ada
· Ekspresi wajah tenang
· Luka sembuh dengan baik
Intervensi :
a. Kaji karakteristik nyeri, skala nyeri, sifat nyeri, lokasi dan penyebaran.
Rasional : Untuk mengetahui sejauhmana perkembangan rasa nyeri yang
dirasakan oleh klien sehingga dapat dijadikan sebagai acuan untuk intervensi
selanjutnya.
b. Beri posisi yang menyenangkan.
Rasional : Dapat mempengaruhi kemampuan klien untuk rileks/istirahat
secara efektif dan dapat mengurangi nyeri.
c. Anjurkan teknik relaksasi napas dalam.
Rasional : Relaksasi napas dalam dapat mengurangi rasa nyeri dan
memperlancar sirkulasi O2 ke seluruh jaringan.
d. Ukur tanda-tanda vital
Rasional : Peningkatan tanda-tanda vital dapat menjadi acuan adanya
peningkatan nyeri.
e. Penatalaksanaan pemberian analgetik
Rasional : Analgetik dapat memblok rangsangan nyeri sehingga dapat nyeri
tidak dipersepsikan.

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan imobilisasi lengan/bahu Ditandai


dengan :
DS :
· Klien mengeluh sakit jika lengan digerakkan.
· Klien mengeluh badan terasa lemah.
·Klien tidak mau banyak bergerak.
DO : klien tampak takut bergerak.
Tujuan : Klien dapat beraktivitas
Kriteria :
·Klien dapat beraktivitas sehari – hari.
·Peningkatan kekuatan bagi tubuh yang sakit.
Intervensi :
a. Latihan rentang gerak pasif sesegera mungkin.
Rasional : Untuk mencegah kekakuan sendi yang dapat berlanjut pada
keterbatasan gerak.
b. Bantu dalam aktivitas perawatan diri sesuai keperluan
Rasional : Menghemat energi pasien dan mencegah kelelahan.
c. Bantu ambulasi dan dorong memperbaiki postur.
Rasional : Untuk menghindari ketidakseimbangan dan keterbatasan
dalam gerakan dan postur.

3. Kecemasan berhubungan dengan perubahan gambaran tubuh Ditandai dengan :


DS :
· Klien mengatakan takut ditolak oleh orang lain.
· Ekspresi wajah tampak murung.
·Tidak mau melihat tubuhnya.
DO : klien tampak takut melihat anggota tubuhnya
Tujuan : Kecemasan dapat berkurang
Kriteria :
· Klien tampak tenang
· Mau berpartisipasi dalam program terapi
Intervensi :
a. Dorong klien untuk mengekspresikan perasaannya
Rasional : Proses kehilangan bagian tubuh membutuhkan penerimaan, sehingga
pasien dapat membuat rencana untuk masa depannya.
b. Diskusikan tanda dan gejala depresi.
Rasional : Reaksi umum terhadap tipe prosedur dan kebutuhan dapat dikenali
dan diukur.
c. Diskusikan tanda dan gejala depresi
Rasional : Kehilangan payudara dapat menyebabkan perubahan gambaran diri,
takut jaringan parut, dan takut reaksi pasangan terhadap perubahan tubuh.
d. Diskusikan kemungkinan untuk bedah rekonstruksi atau pemakaian prostetik.
Rasional : Rekonstruksi memberikan sedikit penampilan yang lengkap, mendekati
normal.

4. Gangguan harga diri berhubungan dengan kecacatan bedah Ditandai dengan :


DS : klien mengatakan malu dengan keadaan dirinya
DO :
· Klien jarang bicara dengan pasien lain
· Klien nampak murung
Tujuan : klien dapat menerima keadaan dirinya
Kriteria :
· Klien tidak malu dengan keadaan dirinya.
· Klien dapat menerima efek pembedahan
Intervensi :
a. Diskusikan dengan klien atau orang terdekat respon klien terhadap
penyakitnya
Rasional : membantu dalam memastikan masalah untuk memulai proses
pemecahan masalah
b. Tinjau ulang efek pembedahan
Rasional : bimbingan antisipasi dapat membantu pasien memulai proses
adaptasi.
c. Berikan dukungan emosi klien.
Rasional : klien bisa menerima keadaan dirinya.
d. Anjurkan keluarga klien untuk selalu mendampingi klien.
Rasional : klien dapat merasa masih ada orang yang memperhatikannya.

5. Resiko infeksi berhubungan dengan luka operasi Ditandai dengan :


DS : Klien mengeluh nyeri pada daerah sekitar operasi.
DO :
· Adanya balutan pada luka operasi.
·Terpasang drainase
· Warna drainase merah muda
Tujuan : Tidak terjadi infeksi.
Kriteria :
· Tidak ada tanda – tanda infeksi.
· Luka dapat sembuh dengan sempurna.
Intervensi :
a. Kaji adanya tanda – tanda infeksi.
Rasional : Untuk mengetahui secara dini adanya tanda – tanda infeksi
sehingga dapat segera diberikan tindakan yang tepat.
b. Lakukan pencucian tangan sebelum dan sesudah prosedur tindakan.
Rasional : Menghindari resiko penyebaran kuman penyebab infeksi.
c. Lakukan prosedur invasif secara aseptik dan antiseptik.
Rasional : Untuk menghindari kontaminasi dengan kuman penyebab infeksi.
d. Penatalaksanaan pemberian antibiotik.
Rasional : Menghambat perkembangan kuman sehingga tidak terjadi proses infeks
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall (2005), Buku saku diagnosa keperawatan dan dokumentasi, edisi 4,
Alih Bahasa Yasman Asih, Jakarta, EGC

C. J. H. Van de Velde (2006), Ilmu bedah, Edisi 5, Alih Bahasa “ Arjono”


Penerbit Kedokteran, Jakarta, EGC

Carpenito, Lynda Juall (2008), Buku saku diagnosa keperawatan, edisi 8, alih Bahasa
Monica Ester, Jakarta, EGC

Daniell Jane Charette (2006), Ancologi Nursing Care Plus, Elpaso Texas, USA Alih Bahasa
Imade Kariasa, Jakarta, EGC

Theodore R. Schrock, M. D (2007), Ilmu Bedah, Edisi 7, Alih Bahasa Drs. Med Adji Dharma,
dr. Petrus Lukmanto, Dr gunawan. Penerbit Kedokteran Jakarta, EGC

Thomas F Nelson, Jr M. D (2007), Ilmu Bedah, edisi 4, Alih Bahasa Dr. Irene Winata, dr.
Brahnu V Pendit. Penerbit Kedokteran, Jakarta, E G C

You might also like