You are on page 1of 48

emulsi

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Farmasi adalah ilmu yang mempelajari cara membuat, mencampur, meracik formulasi

obat, identifikasi, kombinasi, analisis dan standarisasi obat serta pengobatan, termasuk pula

sifat-sifat obat dan distribusinya serta penggunaannya yang aman. Profesi farmasi merupakan

profesi yang berhubungan dengan seni dan ilmu penyediaan atau pengolahan bahan sumber

alam dan bahan sintesis yang cocok dan menyenangkan untuk didistribusikan dan digunakan

dalam pengobatan dan pencegahan suatu penyakit.

Dengan adanya manusia di dunia ini mulailah muncul peradaban dan mulai terjadi

penyebaran penyakit yang dilanjutkan dengan usaha masyarakat untuk melakukan

pencegahan terhadap penyakit. Pada perkembangan selanjutnya masyarakat melakukan

pencegahan atupun penyembuhan suatu penyakit dengan menggunakan ataupun

mengkonsumsi obat yang diantaranya yaitu obat dalam bentuk sediaan emusi.

Dalam dunia farmasi kita mungkin mengetahui beberapa bentuk sediaan obat yang

umunya dipakai dalam pembuatan obat, setiap bentuk sediaan memiliki fungsi dan

kegunaannya masing-masing sesuai dengan kebutuhan dan untuk apa obat tersebut dipakai.

Salah satu bentuk sediaan dari obat yang sering dijumpai dan sering digunakan adalah emulsi.

Emulsi dibuat dengan maksud untuk menyatukan dua fase yang tidak dapat bercampur

yaitu fase minyak dan fase air. Emulsi dapat digunakan untuk pemakaian dalam maupun

pemakaian luar. Untuk menjaga kestabilan emulsi, digunakan emulgator yang bekerja untuk

mengurangi tegangan antar muka fase minyak dan fase air.


Emulsi berasal dari kata “emulgeo” yang artinya menyerupai susu, dan warna emusi

memang putih seperti susu. Pada abad XVII hanya dikenal emulsi dari biji-bijian yang

mengandung lemak, protein, dan air. Hingga akhirnya pada pertengahan abad XVIII , seorang

ahli farmasi dari perancis memperkenalkan pembuatan emulsi dari oleum olivarum, oleum

anisi dan eugenol oil dengan menggunakan penambahan gom arab, tragakan, dan kuning telur

sebagai emulgator. Pada dasarnya sudah menjadi ketentuan umum bahwa yang disebut

sebagai “emulsi” menunjukan pada sediaan cair yang dimaksudkan untuk penggunaan oral.

Emulsi untuk penggunaan eksternal biasanya langsung disebut sebagai cream (sediaan

semisolid), lotion atau liniment (sediaan liquid), hingga akhirnya sediaan emulsi ataupun

lotio banyak digunakan oleh kalangan masyarakat dalam penyembuhan suatu penyakit.

Pada zaman sebelum adanya pembuatan sediaan cair berupa emulsi rasa minyak yang

tidak enak dalam sediaan obat terkadang mempengaruhi masyarakat untuk mengkonsumsinya

terutama bagi anak-anak yang sukar menelan sediaan obat yang berupa tablet dan kapsul.

Serta banyak keluhan-keluhan dari masyarakat yang anak-anaknya tidak mau mengkonsumsi

obat tersebut karena tampilannya kurang menarik.

Selain itu pembuatan emulsi ini didasarkan pada sediaan rasa minyak yang tidak enak

dapat tertutupi , lebih mudah diabsorpsi daripada sediaan tablet/kapsul, selain itu pembuatan

emulsi ini dapat memperbaiki penampilan sediaan sehingga pasien lebih berminat

mengkonsumsinya terutama pada anak-anak seperti adanya pewarna dan perasa. Oleh karena

itu dibuatlah emulsi. Dari pengembangan sediaan emulsi ini sehingga masyarakat tidak

kesulitan memberikan kepada keluarganya yang berupa anak-anak maupun lansia suatu obat.

Dalam pembuatan emulsi yang memiliki keuntungan inilah sediaan emulsi semakin banyak

di kembangkan oleh pabrik-pabrik farmasi dengan mengikuti tata cara pembuatan emulsi dan

menjaga stabilitas emulsi.


Peracikan obat berupa emulsi ataupun lotio ini yang memenuhi persyaratan farmasetik

penting diketahui untuk dapat diterapkan pada pelayanan kefarmasian di lingkungan

masyarakat.

B. PERMASALAHAN DAN PENYELESAIAN PERMASALAHAN

1. Emulsi balsm peruv.

a. Permasalahn

- Meracik balsem. Peruv

- Menghitung jumlah PGA yang digunakan

b. Penyelesaian permasalahan

- Dalam meracik balsem peruv, lumpang yang digunakan harus dipanaskan terlebih dahulu

dengan cara memberikan sedikit etanol dalam lumping lalu dibakar

- Dalam mengihtung jumlah PGA, sama banyaknya dengan jumlahnya dalam lemak yang

digunakan.

2. Emulsi Champorae

a. Permasalahn

- Menghitung PGA yang digunakan

- Emulsi dengan bahan tambahan yang larut dalam minyak lemak.

b. Penyelesaian permasalahan

- Dalam menghitung PGA sama banyaknya jumlahnya dalam lemak yang digunakan

- Champora larut dalam minyak sesuai dengan kelarutannya. Untuk mempercepat kelarutan

champora dalam minyak lemak atau oleum olivae yang menyebabkan campuran titik beku

pada champora, sehingga mudah mencair dan larut dalam minyak lemak.

3. Emulsi (Cream)
a. Permasalahan

b. penyelesaian permasalahan

BAB II

LANDASAN TEORI

Menurut Farmakope Indonesia Edisi III , Emulsi adalah sediaan yang mengandung

bahan obat cair atau larutan obat, terdispersi dalam cairan pembawa, distabilkan dengan zat

pengemulsi atau surfaktan yang cocok.

Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV , Emulsi adalah sistem dua fase, yang salah

satu cairannya terdispersi dalam cairan yang lain, dalam bentuk tetesan kecil.

Menurut Formularium Nasional Edisi 2 , Emulsi adalah sediaan berupa campuran

terdiri dari dua fase cairan dalam sistem dispersi; fase cairan yang satu terdispersi sangat

halus dan merata dalam fase cairan lainnya, umumnya dimantapkan oleh zat pengemulsi.

Emulsi terdiri dari dua fase cairan, yaitu fase cairan terdispersi yang disebut fase

dalam, dan fase cairan pembawa yang disebut fase luar. Jika fase dalam berupa minyak atau

larutan dalam minyak dan fase luarnya berupa air atau larutan, maka emulsi tersebut adalah

emulsi minyak dalam air (M/A). Sedangkan, jika fase dalam berupa air atau larutan dan fase

luarnya berupa minyak , maka emulsi tersebut adalah emulsi air dalam minyak (A/M).
Dalam pembuatan emulsi, pemilihan emulgator merupakan faktor yang penting untuk

diperhatikan karena mutu dan kestabilan suatu emulsi banyak dipengaruhi oleh emulgator

yang digunakan. Mekanisme kerjanya adalah menurunkan tegangan antar permukaan air dan

minyak serta membentuk lapisan film pada permukaan globul-globul fase terdipersinya.

Mekanisme kerja emulgator :

 Membentuk lapisan film monomolekuler yaitu emulgator membentuk sebuah lapisan tunggal

yang diabsorpsi oleh molekul atau ion pada permukaan antara minyak dan air sehingga

menghasilkan emulsi yang lebih stabil karena adanya pengurangan sejumlah energi bebas

permukaan dimana tetesan dikelilingi oleh sebuah lapisan tunggal koheren yang mencegah

terjadinya penggabungan tetesan yang mendekat.

 Pembentukan Kristal partikel-partikel padat yaitu pembiasan ganda yang kuat dan dapat

dilihat secara mikroskopik polarisasi. Daerah strukturisasi kristal cair yang berbeda

disebabkan oleh adanya pengaruh terhadap distribusi fase emulsi.

Emulsi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu :

1. Emulsi vera (emulsi alam)

Emulsi vera dibuat dari biji atau buah, dimana terdapat disamping minyak lemak juga

emulgator yang biasanya merupakan zat seperti putih telur. Emulsi yang dibuat dari biji

adalah amygdala dulcis, amygdale amara, lini semen, curcubitae semen.

2. Emulsi spuria (emulsi buatan)

 Emulsi dengan minyak lemak


Pembuatan emulsi minyak lemak biasanya dengan emulgator gom arab, dengan perbandingan

untuk 10 bagian minyak lemak dibuat 100 bagian emulsi. Gom arab yang digunakan adalah

separuh jumlah bagian minyak lemak

 Emulsi dengan parafinum liquidum

Dibuat dengan menggunakan PGA sama berat parafinum liquidum

 Emulsi dengan cera atau lemak padat

Dibuat dengan melebur lemak padat atau cera di atas penangas air, setelah meleleh

tambahkan PGA sama berat lemak dan tambahkan segera air panas sebanyak 1,5 x berat PGA

dan dibuat corpus emulsi, setelah diencerkan dengan air hangat dimasukkan dalam botol dan

dikocok sampai emulsi dingin

 Emulsi dengan extactum spissum

Apabila jumlah ektrak sedikit maka digunakan PGA 2,5% dari berat total emulsi. Bila

disamping ekstrak terdapat minyak lemak, maka ekstrak dicampur dulu dengan minyak

lemak dan selanjutnya di emulsi dengan PGA. Jumlah PGA yang digunakan adalah untuk

ekstraknya sama berat dan untuk lemak minyaknya separuh berat minyak lemak. Jumlah air

yang digunakan untuk membuat corpus emulsi 1,5 x berat PGA. Setelah corpus emulsi jadi

baru diencerkan dengan sisa airnya.

 Emulsi dengan minyak eteris kreosotum , benzylis benzoas

Zat-zat dengan benzylis benzoas untuk kulit sebaiknya dibuat dengan trietanolamin dan asam

stearat dalam perbandingan 1 : 4

 Emulsi dengan balsamum peruvianum copaivae dan terebinthia laricina

Dibuat dengan PGA sebanyak 2x berat balsam. Bila disamping balsam terdapat pula minyak

lemak maka PGA yang digunakan adalah jumlah berat dari semua berat untuk balsem dan

separuh berat untuk minyak lemak


 Emulsi dengan bromoforfum

Karena berat jenis bromoforfum 2,8 maka sulit dibuat emulsi yang baik maka perlu ditambah

minyak lemak sebanyak 10x berat bromoforfum. Penambahan minyak lemak sebanyak 7x

berat bromoforfum akan menurunkan berat jenis bromoforfum menjadi ± 1.

Emulsi dikatakan stabil jika :

 Tidak ada perubahan yang berarti dalam ukuran partikel atau distribusi partikel dari globul

fase dalam selama life time produk.

 Distribusi globul yang teremulsi adalah homogen.

 Mudah mengalir atau tersebar tetapi memiliki viskositas yang tinggi untuk meningkatkan

stabilitas fisiknya.

 Flokulasi dan creaming

Flokulasi adalah suatu peristiwa terbentuknya kelompok-kelompok globul yang posisinya

tidak beraturan.

Creaming adalah suatu peristiwa terjadinya lapisan-lapisan dengan konsentrasi yang berbeda-

beda di dalam emulsi.

 Koalesen dan breaking

Koalesen merupakan proses bergabungnya droplet yang akan diikuti dengan breaking yaitu

pemisahan fase terdispersi dari fase kontinu. Proses irrevesibel karena lapisan emulgator yang

mengelilingi cairan sudah tidak ada.

 Inversi fase
Infersi fase adalah proses perubahan dimana fase terdispersi berubah fungsi menjadi medium

pendispersi dan sebaliknya.

 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Stabilitas Emulsi :

1. Ukuran partikel

2. Perbedaan bobot jenis kedua fase

3. Viskositas fase kontinyu

4. Muatan partikel

5. Sifat efektifitas dan jumlah emulgator yang digunakan

6. Kondisi penyimpanan, suhu ada/tidaknya agitasi dan vibrasi

7. Penguapan atau pengenceran selama penyimpanan

8. Adanya kontaminasi dan pertumbuhan mikroorganisme.

 Metode pembuatan emulsi, yaitu :

 Metode gom basah (Anief, 2000)

Cara ini dilakukan bila zat pengemulsi yang akan dipakai berupa cairan atau harus

dilarutkan terlebih dahulu dalam air seperti kuning telur dan metilselulosa. Metode ini dibuat

dengan terlebih dahulu dibuat mucilago yang kental dengan sedikit air lalu ditambah minyak

sedikit demi sedikit dengan pengadukan yang kuat, kemudian ditambahkan sisa air dan

minyak secara bergantian sambil diaduk sampai volume yang diinginkan.

 Metode gom kering

Teknik ini merupakan suatu metode kontinental pada pemakaian zat pengemulsi berupa

gom kering. Cara ini diawali dengan membuat korpus emulsi dengan mencampur 4 bagian

minyak, 2 bagian air dan 1 bagian gom, lalu digerus sampai terbentuk suatu korpus emulsi,
kemudian ditambahkan sisa bahan yang lain sedikit demi sedikit sambil diaduk sampai

terbentuknya suatu emulsi yang baik.

 Metode HLB (Hidrofilik Lipofilik Balance)

Cara ini dilakukan apabila emulsi yang dibuat menggunakan suatu surfaktan yang

memiliki nilai HLB. Sebelum dilakukan pencampuran terlebih dahulu dilakukan perhitungan

harga HLB dari fase internal kemudian dilakukan pemilihan emulgator yang memiliki nilai

HLB yang sesuai dengan HLB fase internal. Setelah diperoleh suatu emulgator yang cocok,

maka selanjutnya dilakukan pencampuran untuk memperoleh suatu emulsi yang diharapkan.

Umumnya emulsi akan berbantuk tipe M/A bila nilai HLB emulgator diantara 9 – 12 dan

emulsi tipe A/M bila nilai HLB emulgator diantara 3 – 6.

 Emulgator

Untuk mencegah penggabungan kembali globul-globul diperlukan suatu zat yang

dapat membentuk lapisan film diantara globul-globul tersebut sehingga proses penggabungan

menjadi terhalang, zat tersebut adalah zat pengemulsi (emulgator).

Emulgator dapat dibedakan berdasarkan :

1. Berdasarkan mekanismenya

a. Golongan surfaktan, memiliki mekanisme kerja menurunkan tegangan permukaan / antar

permukaan minyak-air serta membentuk lapisan film monomolekuler ada permukaan globul

fase terdispersi. Jenis-jenis surfaktan :

 Berdasarkan jenis surfaktan

 Surfaktan anionic, contoh : na- lauril sulfat, na-oleat sulfat, na-stearat.

 Surfaktan kationik, contoh : zehiran klorida, setil trimetil ammonium bromide.

 Surfaktan non ionic, contoh : tween 80, span 80.

 Berdasarkan HLB (hidrophyl lipophyl – balance)


b. Golongan koloid hidrofil, membentuk lapisan film multimolekuler di sekeliling globul yang

terdispersi. Contoh : akasia, tragakan, CMC, tylosa.

c. Golongan Zat Terbagi Halus, membentuk lapisan film mono dan multimolekuler, oleh

adanya partikel halus yang teradsorpsi pada antar permukaan kedua fase. Contoh: bentonit,

veegum.

2. Berdasarkan sumber

a. Bahan alam, contoh : gom arab, tragakan, agar, male extract.

b. Polisakarida semisintetik, contoh : metyl selulosa, na- carboxymethylselulosa CMC)

c. Emulgator sintetik : surfaktan, sabun, dan alkali, alcohol (cetyl alcohol, gliserin),

carbowaxes (PGA), lesitin (fosfolipid).

 Adapun cara pembuatan emulsi dapat dilakukan dengan :

1. Mortir dan stamper

Sering digunakan membuat emulsi minyak lemak dalam ukuran kecil

2. Botol

Minyak dengan viskositas rendah dapat dibuat dengan cara dikocok dalam botol

pengocokan dilakukan terputus-putus untuk memberi kesempatan emulgator untuk bekerja

3. Dengan Mixer

Partikel fase dispersi dihaluskan dengann memasukkan ke dalam ruangan yang di

dalamnya terdapat pisau berputar dengan kecepatan tinggi.

4. Dengan Homogenizer

Dengan melewatkan partikel fase dispersi melewati celah sempit, sehingga partikel akan

mempunyai ukuran yang sama


 Cara Membedakan Tipe Emulsi :

1. Dengan Pengenceran, Tipe O/W dapat diencerkan dengan air, Tipe W/O dapat diencerkan

dengan minyak

2. Cara Pengecatan, Tipe O/W dapat diwarnai dengan amaranth/metilen

blue, Tipe W/O dapat diwarmai dengan sudan III

3. Cara creaming test, creaming merupakan peristiwa memisahkan emulsi karena fase internal

dari emulsi tersebut melakukan pemisahan sehingga tdk tersebar dlm emulsimis : air susu

setelah dipanaskan akan terlihat lapisan yang tebal pada permukaan. Pemisahan dengan cara

creaming bersifat refelsibel.

4. Konductifitas

Elektroda dicelup di dalam cairan emulsi, bila ion menyala tipe emulsi O/W demikian

sebaliknya.

 Keuntungan dan kerugian emulsi :

Keuntungan sediaan Emulsi :

 Menutupi rasa minyak yang tidak enak

 Lebih mudah dicerna dan diabsorpsi karena ukuran minyak diperkecil

 Memperbaiki penampilan sediaan karena merupakan campuran yang

homogen secara visual

 Meningkatkan stabilitas obat yang lebih mudah terhidrolisa dalam air.

Kerugian sediaan Emulsi :

 Sediaan emulsi kurang praktis daripada sediaan tablet


 Sediaan emulsi mempunyai stabilitas yang rendah daripada sediaan tablet karena cairan

merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri

 Takaran dosisnya kurang teliti.

BAB III

METODE PRAKTIKUM

A. RESEP EMULSI BALSM PERUV

Dr. Rahmat Saleh


SIP 339/IDI/2001
Jln. Malik Raya Kendari
R/ Balsem peru 4
PGA qs
Tannin 3
Gliserin 40
Aqua ad 60
s. u. e
Pro : ridha
B. KELENGKAPAN RESEP

Keterangan :

 R/ :

Recipe : Ambillah

 M.f.emuls : misce fac emulsi : campur dan buat emulsi

 pro : propere : untuk


C. URAIAN BAHAN

1. BALSEM PERU (FI. Edisi III Hal. 102)

a resmi : BALSAMUM PERUVIANUM

a sinonim : balsam peru

rian : cairan kental, lengket, tidak berserat, coklat tua, dalam lapisan tipis berwarna coklat,

transparan kemerahan, bau aromatic khas menyerupai vanilin

utan : larut dalam kloroform p, sukar larut dalam eter p, dalam eter minyak tanah p, dan dalam

asam asetat glasial p

mpanan : dalam wadah tertutup baik

iat : antiseptikum ekstern (obat yang digunakan untuk mencegah luka luar agar tidak membusuk)

2. PULVIS GUMMI ACACIAE (FI. Edisi IV Hal. 718)

a resmi : PULVIS GUMMI ACACIAE

a sinonim : serbuk Gom Arab, serbuk Gom Akasia

rian : serbuk, putih atau putih kekuningan, tidak berbau

utan : larut hampir sempurna dalam air, tetapi sangat lambat, meninggalkan sisa bagian tanaman

dalam jumlah sangat sedikit, dan memberikan cairan seperti mucillago, tidak berwarna atau

kekuningan, kental, lengket, transparan, bersifat asam lemah terhadap kertas lakmus biru,

praktis tidak larut dalam etanol dan dalam eter p

mpanan : dalam wadah tertutup baik

gunaan : zat tambahan

3. TANIN (FI. Edisi V Hal. 594)

a resmi : TANNINUM
a sinonim : Tannine

rian : sisik yang mengkilap, ringan atau serbuk kuning kelabu, ringan, hampir tak berbau dan

rasanya sangat kelat

utan : mudah larut dalam air, dalam spiritus, dan dalam gliserol

mpanan : dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya

iat : zat tambahan


4. GLISERIN (FI Edisi III Hal. 271)

a resmi : GLYCEROLUM

a sinonim : gliserol, gliserin

rian : cairan seperti sirop, jernih, tidak berwarna, tidak berbau, manis diikuti rasa hangat,

higroskopik. Jika disimpan beberapa lama pada suhu rendah dapat memadat membentuk

massa hablur tidak berwarna yang tidak melebur hingga suhu mencapai lebih kurang 200

utan : dapat campur dengan air, dan dengan etanol (95%)p, praktis tidak larut dalam kloroform p,

dalam eter p dan dalam minyak lemak

mpanan : dalam wadah tertutup baik

iat : zat tambahan

1. AQUADEST (FI.Edisi III Hal.96)

a resmi : AQUA DESTILLATA

a sinonim : Air suling, Air murni

us molekul : H2O

molekul : 18,02

rian : Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak mempunyai rasa

mpanan : Dalam wadah tertutup baik

D. PERHITUNGAN BAHAN

1 Balsem peru :4g

2. PGA : 2 x BB balsem peru =2 x 4 = 8 g

Air untuk PGA : 1,5 x 8 = 12 g ∞ 12 mL

3. Tannin :3g

4. Gliserin : 20 g

5. Aqua ad 60 g : 60 – (4+12+8+20+3) = 60 – 47 = 13 mL
E. ALAT DAN BAHAN

ALAT

1. Batang pengaduk

2. Botol 60 g

3. Kertas perkamen

4. Lumpang dan alu

5. Sendok tanduk

6. Sudip

7. Timbangan kasar

BAHAN

1. Aquadest

2. Balsem peru

3. Gliserin

4. PGA

5. Tanin

F. CARA KERJA

1. Siapkan alat dan bahan yang digunakan

2. Tara botol 60 gram

3. Buat corpus emulgator PGA dengan cara timbang PGA 8 g lalu larutkan dengan air panas 13

mL, gerus hingga terbentuk corpus emulgator PGA

4. Timbang balsm peru 4 g, masukan dalam lumpang yang berbeda, gerus hingga homogen

5. Masukkan corpus emulgator dalam balsm peru, kemudian tambahkan tannin 3 g, gerus

gingga homogen

6. Tanbahkan gliserin 20 g, gerus hingga homogen


7. Tambahkan aquadest sedikit demi sedikit

8. Masukan dalam botol

9. Cukupkan volumenya dengan aquadest ad 60 g , lalu kocok

10. Beri etiket biru

G. WADAH

- Botol 60 g
H. ETIKET BIRU

Apotek Bina Husada Kendari


Jln. Asrama Haji no.17 Telp. 0401 319093
Apoteker : Tantri
SIK : F.11.113

No : 09 Tgl : 4-5-2012
Nama : Ridha
Aturan Pakai : 3 x sehari
Dioleskan pada bagian yang sakit

Obat Luar

Baca selengkapnya »
Diposkan oleh Tantri di 7/15/2012 1 komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest

suspensiii

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Beberapa bentuk sediaan obat yang umumnya dipakai dalam pembuatan obat, setiap

bentuk sediaaan memiliki fungsi dan kegunaannya masing-masing sesuai dengan kebutuhan

dan untuk apa obat tersebut dipakai. Salah satu bentuk sediaan dari obat yang sering dijumpai

dan sering digunakan adalah suspensi.

suspensi merupakan sediaan cair yang mengandung partikel padat yang tidak larut tetapi

terdispersi dalam fase cair. Partikel yang tidak larut tersebut dimaksudkan secara fisiologi
dapat diabsorpsi yang digunakan sebagai obat dalam atau untuk pemakaian luar denagn

tujuan penyalutan. Sediaan dalam bentuk suspensi juga ditujukan untuk pemakaian oral

dengan kata lain pemberian yang dilakukan melalui mulut. Sediaan dalam bentuk suspensi

diterima baik oleh para konsumen dikarenakan penampilan baik itu dari segi warna atupun

bentuk wadahnya. Pada prinsipnya zat yang terdispersi pada suspensi haruslah halus, tidak

boleh cepat mengendap, dan bila digojog perlahan-lahan, endapan harus segera terdispersi

kembali. Selain larutan, suspensi juga mengandung zat tambahan (bila perlu) yang digunakan

untuk menjamin stabilitas suspensi tetapi kekentalan suspensi harus menjamin sediaan mudah

digojog dan dituang.

Suspensi dapat didefinisikan sebagai preparat yang mengandung partikel obat yang

terbagi secara halus (dikenal sebagai suspensoid) disebarkan secara merata dalam pembawa

dimana obat menunjukkan kelarutan yang sangat minimum.

Beberapa suspensi diperdagangan tersedia dalam bentuk siap pakai, telah disebarkan

dalam cairan pembawa dengan atau tanpa penstabil dan bahan tambahan farmasetik lainnya.

Selain itu pembuatan suspensi ini didasarkan pada pasien yang sukar menerima tablet

atau kapsul, terutama bagi anak-anak dan lansia, dapat menutupi rasa obat yang tidak enak

atau pahit yang sering kita jumpai pada bentuk sediaan tablet, dan obat dalam bentuk sediaan

suspensi lebih mudah diabsorpsi daripada tablet/kapsul dikarenakan luas permukaan kontak

antara zat aktif dan saluran cerna meningkat. Oleh karena itu dibuatlah sediaan suspensi.

Pembuatan suspensi ini pula didasarkan pada pengembangan sediaaan cair yang lebih banyak

diminati oleh masyarakat luas. Tetapi dalam pembuatan suspensi juga memerlukan ketelitian

dalam proses pembuatan sehingga kestabilannya dapat terjaga.

Salah satu masalah yang dihadapi dalam proses pembuatan suspensi adalah cara

memperlambat penimbunan partikel serta menjaga homogenitas dari partikel. Cara tersebut

merupakan salah satu tindakan untuk menjaga stabilitas suspensi.


Penggunaan dalam bentuk suspensi bila dibandingkan dengan larutan sangatlah efisien

sebab suspensi dapat mengurangi penguraian zat aktif yang tidak stabil dalam air.

Kekurangan suspensi sebagai bentuk sediaan adalah pada saat penyimpanan,

memungkinkan terjadinya perubahan sistem dispersi (cacking, flokulasi, deflokulasi)

terutama jika terjadi fluktuasi atau perubahan temperatur.

Sasaran utama didalam merancang sediaan berbentuk suspensi adalah untuk

memperlambat kecepatan sedimentasi dan mengupayakan agar partikel yang telah

tersedimentasi dapat disuspensi dengan baik.

Jadi, alasan pembuatan suspensi yaitu untuk membuat sediaan obat dalam bentuk cair

dengan menggunakan zat aktif yang tidak dapat larut dalam air tetapi hanya terdispersi secara

merata. Dengan kata lain, bahan-bahan obat yang tidak dapat larut dapat dibuat dalam bentuk

suspensi.

Dengan demikian sangatlah penting bagi kita sebagai tenaga farmasis untuk mengetahui

dan mempelajari pembuatan sediaan dalam bentuk suspensi yang sesuai dengan persyaratan

suspensi yang ideal ataupun stabil agar selanjutnya dapat diterapakan pada pelayanan

kefarmasian dalam kehidupan masyarakat.

B. PERMASALAHAN DAN PENYELESAIAN PERMASALAHAN

1. Suspensi Chloramphenicol palmitat

a. Permasalahan

- Suspensi dengan cara pengendapan kembali

b. Penyelesaian permasalahan

- Memperkecil diameter partikel bahan aktif dalam suspensi

- Bahan aktif diperkecil agar zat aktif lebih mudah terdispersi secara homogen.
2. Suspensi Bismuth Sub nitrat

a. Permasalahn

- Membuat suspensi terflokulasi

b. Penyelesaian permasalahan

- Dengan menggunakan dispersi dimana pertama kali kita membuat mucilago kemudian

serbuk bahan obat dicampur ke dalam mucillago yang telah terbentuk kemudian diencerkan,

flokulasi encer dan ditambahkan langsung pada bahan yang diflokulasi.

BAB II
LANDASAN TEORI

Suspensi adalah sediaaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan

tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa. Zat yang terdispersi harus halus, tidak boleh

cepat mengendap, dan bila dikocok perlahan endapan harus segera terdispersi kembali. Dapat

ditambahkan zat tambahan untuk menjamin stabilitas tetapi kekentalan suspensi harus

menjamin sediaan mudah dikocok dan dituang.

Menurut FI Edisi III, suspensi merupakan sediaan yang mengandung bahan obat

padat dalam bentuk halus dan tidak larut , terdispersi dalam cairan pembawa.

Menurut FI Edisi IV, suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat

tidak larut yang terdispersi dalam fase cair.

Menurut Formularium nasional Edisi II, suspensi adalah sediaan cair yang

mengandung obat padat, tidak melarut dan terdispersikan sempurna dalam cairan pembawa

atau sediaan padat terdiri dari obat dalam bentuk serbuk halus, dengan atau tanpa zat

tambahan yang akan terdispersikan sempurna dalam cairan pembawa yang ditetapkan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas suspensi adalah :

1. Ukuran partikel.
2. Sedikit banyaknya bergerak partikel (viskositas)
3. olak menolak antar partikel karena adanya muatan listrik
4. Kadar partikel terdispersi
Ciri-ciri sediaan suspensi adalah :

- Terbentuk dua fase yang heterogen

- Berwarna keruh

- Mempunyai diameter partikel > 100 nm

- Dapat disaring dengan kertas saring biasa

- Akan memisah jika didiamkan


 Macam-macam suspensi

Suspensi berdasarkan kegunaanya

1. Suspensi oral

Suspensi oral adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat yang terdispersi dalam

cairan pembawa dengan bahan pengaroma yang sesuai dan ditunjukan untuk penggunaan

oral.

2. Suspensi topical

Suspensi topical adalah sediaan cair yang mengandung partikael-partikel padat yang

terdispersi dalam cairan pembawa yang ditujukan untuk penggunaan pada kulit.

3. Suspensi tetes telinga

Yaitu sediaan cair yang mengandung partikel-partikel halus yang ditujukan untuk diteteskan

pada bagian telinga luar.

4. Suspensi optalmik

Yaitu sediaan cair yang steril yang mengandung partikel-partikel yang terdispersi dalam

cairan pembawa untuk pemakaian pada mata.

 Suspensi berdasarkan istilah

1. Susu

Yaitu suspensi untuk pembawa yang mengandung air yang ditujukan untuk penggunaan

oral. Contohnya : susu magnesia

2. Magma
Yaitu suspensi zat padat anorganik dalam air seperti lumpur, jika zat padatnya mempunyai

kecenderungan terhidrasi dan teragredasi kuat yang menghasilkan konsistansi seperti jell dan

sifat relogi tiksotropik

3. Lotio

Untuk golongan suspensi tropical dan emulsi untuk pemakaian pada kulit.

 Suspensi berdasarkan sifatnya

1. Suspensi deflokulasi

a. Ikatan antar partikel terdispersi kuat

b. Partikel dispersi mudah mengendap

c. Partikel dispersi mudah terdispersi kembali

d. Partikel dispersi tidak membentuk cacking yang keras

2. Suspensi flokulasi

a. Ikatan antar partikel terdispersi lemah

b. Partikel dispersi mengendap secara perlahan

c. Partikel dispersi susah terdispersi kembali

d. Partikel dispersi membentuk cacking yang keras

Syarat-syarat suspensi adalah sebagai berikut :

Menurut FI edisi III adalah :

 Zat terdispersi harus halus dan tidak boleh mengendap

 Jika dikocok harus segera terdispersi kembali

 Dapat mengandung zat dan bahan menjamin stabilitas suspensi

 Kekentalan suspensi tidak bolah terlalu tinggi agar mudah dikocok atau sedia dituang

 Karakteristik suspensi harus sedemikian rupa sehingga ukuran partikel dari suspensi tetap agak

konstan untuk jangka penyimpanan yang lama


Menurut FI edisi IV adalah :

 Suspensi tidak boleh di injeksikan secara intravena dan intratekal

 Suspense yang dinyatakan untuk digunakan untuk cara tertentu harus mengandung anti

mikroba

 Suspense harus dikocok sebalum digunakan.

Cara pembuatan suspensi

Suspensi dapat dibuat dengan cara :

 Metode dipersi

Serbuk yang terbagi halus didispersikan kedalam cairan pembawa. Umumnya sebagai

cairan pembawa adalah air. Dalam formulasi suspensi yang penting adalah pertikel-pertikel

harus terdispersi betul dalam fase cair. Mendispersikan serbuk yang tidak larut dalam air

kadang-kadang sukar, hal ini disebabkan karena adanya udara, lemak yang terkontaminasi

pada permukaan serbuk. Serbuk dengan sudut kontak 900C disebut hidrofob. Contohnya

sulfur, magnesium stearat, dan magnesium karbonat. Untuk menurunkan tegangan antar

muka, antara partikel padat dan cairan pembawa digunakan zat pembasah dengan nilai HCB

(hidrofil lipofil balance) atau keseimbangan hidrofil lipofil. Nilai HLB 7-9 dan sudut kontak

jadi kecil. Udara yang dipindahkan dan partikel akan terbasahi dapat pula menggunakan

gliserin, larutan Gom, propilenglikol untuk mendispersi parikel padat. Biasa juga digunakan

Gom (pengental).

 Metode presipitasi

Metode ini terbagi atas 3 yaitu :

 Metode presipitasi dengan bahan organic


Dilakukan dengan cara zat yang tak larut dengan air, dilarutkan dulu dengan pelarut organic

yang dapat dicampur air. Pelarut organic yang digunakan adalah etanol, methanol,

propilenglikol, dan gliserin. Yang perlu diperhatikan dari metode ini adalah control ukuran

partikel yang terjadi bentuk polimorfi atau hidrat dari Kristal.

 Metode presipitasi dengan perubahan PH dari media

Dipakai untuk obat yang kelarutannya tergantung pada PH.

 Metode presipitasi dengan dekomposisi rangkap/penguraian

Dimana stabilitas fisik yang optimal dan bentuk rupanya yang baik bila suspensi

diformulasikan dengan partikel flokulasi dalam pembawa berstruktur atau pensuspensi tipe

koloid hidrofi. Bila serbuk telah dibasahi dan didispersikan diusahakan untuk membentuk

flokulasi terkontrol agar tidak terjadi sediaan yang kompak yang sulit didispersi kembali.

Untuk membentuk flokulasi digunakan elektrolit, surfaktan, dan polimer.

Bentuk suspensi yang diinginkan

1) Partikel-partikel harus mengendap secara perlahan

2) Partikel-partikel yang mengendap harus mudah didispersikan kembali

3) Suatu suspensi yang terflokulasi lebih diinginkan daripada suspensi yang terdeflokulasi.

4) Suatu suspensi tidak boleh terlalu kental untuk mengurangi kecepatan sedimentasi.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam suspensi adalah :

1. Kecepatan sedimentasi (hokum stokes)

Untuk sediaan farmasi, tidak mutlak dipakai untuk sediaan farmasi biasanya dimana

bentuk suspensorik tidak teratur, tetapi dapat dipakai sebagai pegangan supaya suspensi stabil

sehingga tidak cepat mengendap. Maksudnya akan terbentuk cacking dan homogenitas

kurang.
2. Pembahasan serbuk

Pembasahan adalah fenomena terjadinya kontak antara medium pendispersi dan medium

terdispersi dimana permukaan padat udara digantikan oleh padat cair. Untuk menurunkan

tegangan permukaan digunakan wetting agent atau surfaktan (zat yang dapat menurunkan

tegangan permukaan) misalnya span dan tween.

3. Floatasi

Floatasi atau trafung disebabkan oleh :

- Perbedaan densitas

- Partikel padat hanya terbasahi dan tetap pada permukaan

- Adanya absorbsi gas pada permukaan zat padat. Hal ini dapat diatasi dengan penambahan

humektan (zat yang digunakan untuk membasahi zat padat).

4. Pertumbuhan Kristal

Larutan air suatu suspensi sebenarnya merupakan larutan jenuh, bila terjadi perubahan

suhu akan terjadi pertumbuhan kristal ini dapat dicegah dan penambahan surfaktan.

5. Pengaruh gula

- Penambahan larutan gula dalam suspensi akan mengakibatkan fiskositas suspensi naik.

- Konsentrasi gula yang besar akan menyebabkan akan terbentuknya kristalisasi dengan cepat

Gula cair 25% mudah ditumbuhi bakteri hingga diperlukan pengawet

- Hati-hati jika ada alkohol dalam suspensi

6. Pemilihan metode dispersi, depokulasi, dan prokulasi

Komponen sediaan suspensi :

Komposisi sediaan suspensi yaitu :

1. Zat aktif

2. Bahan tambahan :
- Bahan pensuspensi / suspending agent, fungsinya adalah untuk memperlambat

pengendapan, mencegah penurunan partikel, dan mencegah penggumpalan resin, dan bahan

berlemak. Contoh untuk golongan polisakarida yaitu seperti gom akasia, tragakan, alginat

starc. Sedangkan pada golongan selulosa larut air yaitu seperti metil selulosa, hidroksi

etilselulosa, avicel, dan na-cmc.untuk golongan tanah liat misalnya seperti bentonit,

aluminium magnesium silikat, hectocrite, veegum. Sementara itu untuk golongan sintetik

seperti carbomer, carboxypolymethylene, colloidal silicon dioxide.

- Bahan pembasah (wetting agent) / humektan, fungsinya adalah untuk

menurunkan tegangan permukaan bahan dengan air (sudut kontak) dan meningkatkan

dispersi bahan yang tidak larut. Misalnya gliserin, propilenglikol, polietilenglikol, dan lain-

lain.

- Pemanis, fungsinya untuk memperbaiki rasa dari sediaan. Misalnya sorbitol dan

sukrosa.

- Pewarna dan pewangi, dimana zat tambahan ini harus serasi. Misalnya vanili,

buah-buahan berry, citrus, walnut, dan lain-lain.

- Pengawet, sangat dianjurkan jika didalam sediaan tersebut mengandung bahan

alam, atau bila mengandung larutan gula encer (karena merupakan tempat tumbuh mikroba).

Selain itu, pengawet diperlukan juga bila sediaan dipergunakan untuk pemakaian berulang.

Pengawet yang sering digunakan adalah metil atau propil paraben, asam benzoat,

chlorbutanol, dan senyawa ammonium.

- Antioksidan, jarang digunakan pada sediaan suspensi kecuali untuk zat aktif

yang mudah terurai karena teroksidasi.misalnya hidrokuinon, asam galat, kasein, sisteina

hidroklorida, dan juga timol.


- Pendapar, fungsinya untuk mengatur pH, memperbesar potensial pengawet,

meningkatkan kelarutan. Misalnya dapar sitrat, dapar fosfat, dapar asetat, dan juga dapar

karbonat.

- Acidifier, fungsinya untuk mengatur pH, meningkatkan kestabilan suspensi,

memperbesar potensial pengawet, dan meningkatkan kelarutan. Misalnya asam sitrat.

- Flocculating agent, merupakan bahan yang dapat menyebabkan suatu partikel

berhubungan secara bersama membentuk suatu agregat atau floc. Misalnya polisorbat 80

(untuk surfaktan), tragakan (polimer hidrofilik), bentonit (untuk clay), dan juga NaCl (untuk

elektrolit).

Kriteria suspensi yang ideal :

 Partikel yang terdispersi harus memiliki ukuran yang sama dan tidak mengendap cepat dalam

wadah.

 Endapan yang terbentuk tidak boleh keras (kompak) dan harus terdispersi dengan cepat

dengan sedikit pengocokan.

 Harus mudah dituang, memiliki rasa enak dan tahan terhadap serangan mikroba

 Untuk obat luar, harus mudah disebar dipermukaan kulit dan tidak cepat hilang ketika

digunakan serta cepat kering.

Keuntungan dan kerugian sediaan suspensi

- Keuntungan :

1. Baik digunakan untuk pasian yang sukar menerima tablet/ kapsul, terutama anak-

anak.

2. Homogenitas tinggi

3. Lebih mudah diabsorpsi daripada tablet/kapsul karena luas permukaan

4. kontak antara zat aktif dan saluran cerna meningkat


5. Dapat menutupi rasa tidak enak/pahit obat (dari larut/tidaknya)

6. Mengurangi penguraian zat aktif yang tidak stabil dalam air

- Kerugian :

1. Kestabilan rendah (pertumbuhan Kristal (jika jenuh), dan degradasi)


2. Jika membentuk “cacking” akan sulit terdispersi kembali sehingga
homogenitasnya turun
3. Alirannya menyebabkan sukar dituang
4. Ketetapan dosis lebih rendah daripada bentuk sediaan larutan
5. Pada saat penyimpanan, kemungkinan terjadi perubahan system dispersi
terutama jika terjadi perubahan temperatur
6. Sediaan suspensi harus dikocok terlebih dahulu untuk memperoleh dosis yang
diinginkan.
BAB III

METODE PRAKTIKUM

A. RESEP SUSPENSI CHLORAMPENICOL PALMITAT

Dr. Alphian .SIP859458/SIP/2001


Jln. Mekar 18 Kendari
R/ Chloramphenicol palmitat 2,875
CMC Na 0,5
Polysorbat 80 0,25
Propilenglikol 10
Sir. Simplex 15
Aqua ad 50

Pro : Putri
B. KELENGKAPAN RESEP

Keterangan :

 R/ : Recipe :

Ambillah

 m.f.d.s : misce fac da signa : campur buat dan tandai

 3 dd : ter de die : 3 x sehari

 ck : cochlear : sendok makan

 pro : propere : untuk

C. URAIAN BAHAN
1. CHLORAMPHENICOL PALMITAT (FI Edisi III Hal. 145)

a resmi : CHLORAMPHENICOLI PALMITAS

a sinonim : kloramfenikol palmitat

us molekul : C27H42Cl2N2O6

molekul : 561,56

rian : serbuk hablur halus, licin, putih, bau lemah,rasa tawar

utan : praktis tidak larut dalam air, larut dalam 45 bagian etanol

(95%)p, dalam 6 bagian kloroform p, dan dalam 14 bagian eter p

mpanan : dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya

iat : antibiotikum (obat yang digunakan untuk menghambat

pertumbuhan mikroorganisme atau membunuh mikroorganisme)

2. CMC Na (FI Edisi III Hal. 401)

a resmi : NATRII CARBOXYMETHYLCELLULOSUM

a sinonim : natrium karboksimetil selulosa

rian : serbuk atau butiran, putih atau putih kuning gading tidak

berbau atau hampir tidak berbau, higroskopik

utan : mudah mendispersi dalam air,membentuk suspensi koloidal,

tidak larut dalam etanol (95%)p, dalam eter p dan dalam pelarut organic lain

mpanan : dalam wadah tertutup rapat

iat : zat tambahan

3. POLYSORBAT 80 (FI Edisi III Hal. 509)

a resmi : POLYSORBATUM 80

a sinonim : polisorbat 80
rian : cairan kental seperti minyak, jernih, kuning, bau asam lemak,

khas

utan : mudah larut dalam air, dalam etanol (95%)p, dalam etil asetat

p dan dalam etanol p, sukar larut dalam parafin cair, dan dalam minyak biji kapas p

mpanan : dalam wadah tertutup rapat

iat : zat tambahan

4. PROPILENGLIKOL (FI. Edisi III Hal. 534)

a resmi : PROPYLENGLYCOLUM

a sinonim : Propilenglikol

us molekul : C3H8O2

molekul : 76,10

rian : Cairan kental, jernih, tidak berwarna, tidak berbau, rasa agak

manis, higroskopik

utan : Dapat campur dengan air, dengan etanol (95%)p, dan dengan

kloroform p, larut dalam 6 bagian eter p, tidak dapat campur dengan eter minyak tanah p, dan

dengan minyak lemak

mpanan : Dalam wadah tertutup baik

iat : Zat tambahan, pelarut

5. SIRUP SIMPLEX (FI. Edisi III Hal. 567)

a resmi : SIRUPUS SIMPLEX

a sinonim : Sirop gula

buatan : Larutkan 65 bagian sakarosa dalam larutan metal paraben 0,25% b/v secukupnya hingga

diperoleh 100 bagian sirop


rian : Cairan jernih, tidak berwarna

mpanan : Dalam wadah tertutup rapat, di tempat sejuk

6. AQUADEST ( FI.Edisi III Hal.96 )

a resmi : AQUA DESTILLATA

a sinonim : Air suling, Air murni

us molekul : H2O

molekul : 18,02

rian : Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak mempunyai

rasa

mpanan : Dalam wadah tertutup baik

D. PERHITUNGAN BAHAN
1. Chloramphenicol palmitat = 2,875 gram

2. CMC Na = 0,5 gram

 Air panas = 20 bagian x 0,5 (bb CMC Na)

= 10 gram ∞ 10 mL

 Air dingin = 10 bagian x 0,5 (bb CMC Na)

= 5 gram ∞ 5 mL

3. Polysorbat 80 = 0,25 gram

4. Propilenglikol = 10 gram

5. Sir. Simplex = 15 gram

6. Aqua ad = 50 – (2,875+0,5+0,25+10+15+10+5)

= 50 – 43,625 = 6,375 gram ∞ 6,375 mL

E. ALAT DAN BAHAN


ALAT

1. Botol 50 g

2. Cawan krus

3. Gelas ukur

4. Hot plate

5. Kertas perkamen

6. Lap kasar

7. Lap halus

8. Lumpang dan alu

9. Pipet tetes

10. Sendok tanduk

11. Sudip

12. Timbangan kasar

BAHAN

1. Aquadest

2. Cholaramphenikol palmitat

3. CMC Na

4. Polisorbat 80

5. Propilenglikol

6. Sirup simplex

F. CARA KERJA
1. Siapkan alat dan bahan yang digunakan

2. Tara botol 50 gram

3. Buat mucilago Na.CMC

 Timbang Na.CMC 0,5 gram, ukur aqua panas 10 mL kemudian masukkan dalam mortir
 Taburkan Na.CMC kedalam mortir yang telah berisi aqua panas

 Diamkan 15 hingga 20 menit ad mengembang

 Ukur aqua dingin 5 mL tambahkan lalu kocok

4. Timbang propilenglikol 10 gram, pada cawan yang telah ditara

5. Timbang polisorbat-80 0,25 gram pada cawan yang telah ditara

6. Timbang kloramfenikol 2,875 gram

7. Campur propilenglikol dan polisorbat, panaskan diatas hotplate, aduk lalu masukkan

kloramfenikol sambil diaduk

8. Semua campuran dituangkan pada Na.CMC sambil digerus

9. Timbang sir. Simplex 15 gram dalam cawan kemudian campur pada campuran tadi

10. Masukkan dalam botol, tambahkan sisa aqua ad 50 gram

11. Beri etiket putih dan tulisan “kocok dahulu “

G. WADAH
- Botol 50 g

H. ETIKET PUTIH

Apotek Bina Husada Kendari


Jln. Asrama Haji no.17 Telp. 0401 319093
Apoteker : Tantri
SIK : F.11.113
No : 07 Tgl
: 20-4-12
Nama : Putri
Aturan Pakai : 3 x sehari 1
Tablet
Kapsul
Sendok
makan

Sebelum / sesudah makan


A. RESEP NO. SUSPENSI BISMUTH SUB NITRAT
Dr. Syelomitha
SIP 859458/IDI/2003
Jln. Mekar 18 Kendari
R/ Bismuth subnitrat 2
Tragacanth 0,65
Alkohol 4
Sod. Citrat 0,01
Aqua ad 60
m. f. d. s. tdd.c1
Pro : Anna

B. KELENGKAPAN RESEP

Keterangan :

 R/ : Recipe :

Ambillah
 m.f.d.s : misce fac da signa : campur buat dan tandai

 3 dd : ter de die : 3 x sehari

 c1 : cochlear unum : 1 sendok

C. URAIAN BAHAN
1. BISMUTH SUBNITRAT (FI Edisi III Hal.118)

a resmi : BISMUTHI SUBNITRAS

a sinonim : bismuth subnitrat

rian : serbuk hablur renik, putih, tidak berbau, tidak berasa , berat

utan : praktis tidak larut dalam air dan dalam pelarut organik, larut

sempurna dalam asam klorida p dan dalam asam nitrat p

mpanan : dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya

iat : adstrigen saluran pencernaan (obat yang digunakan untuk

menciutkan selaput lendir dalam saluran pencernaan)

2. TRAGACANTH (FI Edisi III Hal. 616)

a resmi : TRAGACANTHA

a sinonim : tragakan

rian : tidak berbau, hampir tidak berasa

utan : dalam air agak sukar larut dalam air, tetapi mengembang

menjadi massa homogen, lengket dan seperti gelatin

mpanan : dalam wadah tertutup baik

iat : zat tambahan


3. AETHANOLUM (FI.Edisi III Hal.66)

a resmi : AETHANOLUM

a sinonim : Etanol, Alkohol

rian : Cairan tidak berwarna, jernih, mudah menguap dan mudah

bergerak, bau khas, rasa panas. Mudah terbakar dengan memberikan nyala biru yang tidak

berasap

utan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform p, dan dalam

eter p

mpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya, ditempat

sejuk, jauh dari nyala api.

iat : Zat tambahan

4. SOD. CITRAT (FI Edisi III Hal. 406)

a resmi : NATRII CITRAS

a sinonim : natrium sitrat

us molekul : C6H5Na3O7.2H2O

molekul : 294, 10

rian : hablur tidak berwarna atau serbuk halus putih

utan : mudah larut dalam air, sangat mudah larut dalam air mendidih, praktis tidak larut dalam

etanol (95%)p

mpanan : dalam wadah tertutup rapat

iat : antikoagulan (obat yang berfungsi mencegah terjadinya

pembekuan darah)
5. AQUADEST (FI.Edisi III Hal.96)

a resmi : AQUA DESTILLATA

a sinonim : Air suling, Air murni

us molekul : H2O

molekul : 18,02

rian : Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak mempunyai

rasa

mpanan : Dalam wadah tertutup baik


D. PERHITUNGAN BAHAN
1. Bismuth subnitrat = 2 gram

Aqua untuk membasahi, yang akan dipipet

= x 2 gram = 0,5 mL

2. Tragakan = 0,65 gram

Mucilago tragakan = 20 bagian aqua x berat tragakan

= 20 x 0,65 = 13 mL

Jadi, air untuk tragakan 13 mL

3. Alcohol = = = 4,9 mL

4. Sod. Citrat = 0,01 gram = 10 mg

Pengenceran Na. sitrat :

= x 20 mL = 4 mL

5. Aqua = 60 – (2+0,5+0,65+13+4,9+4)

= 60 – 25,05 = 34, 95 mL

E. ALAT DAN BAHAN


ALAT

1. Batang pengaduk

2. Botol 60 mL

3. Gelas ukur

4. Kertas perkamen

5. Pipet tetes

6. Lap halus

7. Lap kasar

8. Lumpang dan alu


9. Sendok tanduk

10. Sudip

11. Timbangan kasar

12. Tisu

BAHAN

1. Aquadest

2. Alkohol

3. Bismuth sub nitrat

4. Natrium sitrat

5. Tragakan

F. CARA KERJA
1. Siapkan alat dan bahan

2. Tara botol 60 gram

3. Buat mucilago tragakan dengan cara timbang 0,65 gram tragakan, basahi dengan aqua 13

mL, tambahkan alcohol 4,9 mL lalu diamkan hingga membentuk mucilago

4. Gerus bismuth subnitrat 2 gram, basahi dengan aqua 0,5 mL

5. Ambil 4 mL sod.sitrat, masukkan kecampuran sebelumnya

6. Buat pengenceran natrium Sitrat dan ambil 4 mL , kemudian masukkan dalam campuran

No.5

7. Masukkan No. 5 ke No. 4, gerus, kemudian masukkan dalam botol

8. Ditambahkan aqua ad 60 g

9. Beri etiket putih yang berlabel “ kocok dahulu “

G. WADAH
- Botol 60 mL

H. ETIKET PUTIH

APOTEKBINA HUSADA
Jln.Asrama haji No. 17 C Telp. 319130
Apoteker : Tantri
SIK : F.11.113
No : 08 Tgl : 20-04-2012
Nama pasien : Anna
Aturan pakai : 3 x sehari 1 sendok makan
Kocokdahulu
Sebelum/sesudahmakan

BAB IV

PEMBAHASAN

Suspensi merupakan sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang

terdispersi dalam fase cair. Dalam pembuatan suspensi, kita selaku praktikan mengharapkan

hasil dari suspensi yang kita buat itu adalah merupakan suspensi yang masuk dalam kategori

suspensi ideal atau stabil setidaknya. Suspensi yang ideal merupakan suspensi yang memiliki
kriteria yakni, partikel yang terdispersi harus mempunyai ukuran yang sama dan tidak

mengendap cepat dalam wadah, endapan yang terbentuk tidak boleh keras, dan harus

terdispersi dengan cepat dengan sedikit pengocokan, harus mudah dituang, memiliki rasa

enak dan tahan terhadap serangan mikroba, untuk obat luar harus mudah disebar

dipermukaan kulit dan tidak cepat hilang ketika digunakan serta cepat mengering.

Namun dalam praktikum, tidak semua suspensi yang dihasilkan itu merupakan

suspensi yang ideal ataupun stabil. Hal ini bisa saja disebabkan karena kurangnya ketelitian

kita selaku praktikan pada saat dilakukannya pembuatan suspensi sehingga menyebabkan

sediaan suspensi tidak maksimal hasilnya. Suspensi yang tidak sempurna pada biasanya

disebabkan oleh mucillagonya yang kadang-kadang tidak mengembang sehingga

menyebabkan suspensi tidak maksimal. Pada pembuatan mucilago, sering dialami kegagalan

sebab pada saat penuangan air panas misalnya, bahan yang ada di dalam mortir tidak dengan

cepat diaduk pada saat dituangkan air panasnya sehingga menyebabkan mucilago tidak

mengembang.

Pada peracikan R/7, sediaan suspensi yang mengandung chlorampenicol palmitat,

dibuat dengan cara pengendapan kembali dimana untuk membuat suspensi ini maka para

praktikan haruslah memperkecil diameter partikel dari bahan aktifnya. Pada pembuatan

suspensi ini chloramphenicol palmitat dan bahan natrium CMC-nya terlebih dahulu

dilarutkan dalam air panas sebab kita ketahui sendiri bahwa kelarutan dari natrium CMC

adalah dia akan mudah mendispersi dalam air, kemudian setelah itu barulah dilakukan

penambahan aqua dingin.

Bahan propilenglikol dicampur terlebih dahulu dengan polisorbat kemudian dipanaskan

setelah itu chlorampenikolnya ditambahkan terakhir. Hal ini dimaksudkan agar pada saat

menuangkan campuran tersebut ke dalam mucillago natrium CMC, akan membentuk


mucilago yang sempurna. Dengan begitu hasil dari pembuatan suspensi yang kita dapatkan

bisa dikategorikan ke dalam suspensi yang ideal ataupun stabil.

Pada pembuatan suspensi bismuth subnitrat, menggunakan sistem pembuatan suspensi

terflokulasi. Suspensi ini dibuat dengan cara flokulasi agent dilarutkan dalam larutan encer

secara langsung pada bahan yang akan di flokulasi. Pada pembuatan suspensi R/8 bismuth

subnitrat ini, kesalahan sering terjadi pada saat dilakukannya pembuatan mucillago tragakan.

Kesalahan ini biasanya disebabkan karena pada saat dilakukannya pembasahan pada tragakan

oleh aqua serta penambahan pada alkoholnya. Hal seperti ini biasanya menyebabkan endapan

yang terjadi tidaklah sempurna atau maksimal sehingga memerlukan pengocokan yang

maksimal pula agar dapat terdispersi kembali.

Kesalahan yang sering terjadi pada saat pembuatan suspensi harulslah menjadi acuan

untuk kita sebagai praktikan agar pada pembuatan suspensi selanjutnya dapat dperoleh hasil

yang maksimal. Karena dengan belajar dari kesalahan seperti inilah kita dapat menciptakan

ataupun menghasilkan sediaan suspensi yang ideal dan stabil.


BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi

dalam fase cair.

2. Salah satu keuntungan suspensi adalah tertutupnya rasa tidak enak atau rasa pahit obat yang

kebanyakan kurang disukai oleh anak-anak sehingga memungkinkan untuk diberikan pada

anak-anak.sedangkan kerugiannya adalah pada saat penyimpanan kemungkinan terjadi

perubahan sistem dispersi.

3. Suspensi yang ideal setidaknya haruslah dibuat dengan tepat, mengendap secara lambat dan

harus rata lagi bila dikocok.

B. SARAN

 Diharapkan kepada semua mahasiswa/siswi untuk lebih banyak belajar mengenai sifat,

stabilitas, tipe suspensi maupun cara melarutkan dan penyimpananya.


 pada saat pembuatan suspensi, praktikan harus mengetahui kelarutan dari bahan-bahan obat

yang dikerjakan, Praktikan juga harus mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi

stabilitas suspensi, agar dapat menghasilkan suspensi yang baik.

DAFTAR PUSTAKA

Anief, Moh . 1997 . Ilmu Meracik Obat . Yogyakarta : Gadjah Mada Universitas Press

Departemen Kesehatan Republik Indonesia . 1979 . Farmakope Indonesia Edisi III . Jakarta
: Dekpes RI

Departemen Kesehatan Republik Indonesia . 1995 . Farmakope Indonesia Edisi IV . Jakarta


: Dekpes RI

Departemen Kesehatan Republik Indonesia . 1978 . Formularium Nasional Edisi


2. Jakarta : Dekpes RI

Syamsuni . 2007 . Ilmu Resep . Jakarta : EGC

You might also like