Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Farmasi adalah ilmu yang mempelajari cara membuat, mencampur, meracik formulasi
obat, identifikasi, kombinasi, analisis dan standarisasi obat serta pengobatan, termasuk pula
sifat-sifat obat dan distribusinya serta penggunaannya yang aman. Profesi farmasi merupakan
profesi yang berhubungan dengan seni dan ilmu penyediaan atau pengolahan bahan sumber
alam dan bahan sintesis yang cocok dan menyenangkan untuk didistribusikan dan digunakan
Dengan adanya manusia di dunia ini mulailah muncul peradaban dan mulai terjadi
mengkonsumsi obat yang diantaranya yaitu obat dalam bentuk sediaan emusi.
Dalam dunia farmasi kita mungkin mengetahui beberapa bentuk sediaan obat yang
umunya dipakai dalam pembuatan obat, setiap bentuk sediaan memiliki fungsi dan
kegunaannya masing-masing sesuai dengan kebutuhan dan untuk apa obat tersebut dipakai.
Salah satu bentuk sediaan dari obat yang sering dijumpai dan sering digunakan adalah emulsi.
Emulsi dibuat dengan maksud untuk menyatukan dua fase yang tidak dapat bercampur
yaitu fase minyak dan fase air. Emulsi dapat digunakan untuk pemakaian dalam maupun
pemakaian luar. Untuk menjaga kestabilan emulsi, digunakan emulgator yang bekerja untuk
memang putih seperti susu. Pada abad XVII hanya dikenal emulsi dari biji-bijian yang
mengandung lemak, protein, dan air. Hingga akhirnya pada pertengahan abad XVIII , seorang
ahli farmasi dari perancis memperkenalkan pembuatan emulsi dari oleum olivarum, oleum
anisi dan eugenol oil dengan menggunakan penambahan gom arab, tragakan, dan kuning telur
sebagai emulgator. Pada dasarnya sudah menjadi ketentuan umum bahwa yang disebut
sebagai “emulsi” menunjukan pada sediaan cair yang dimaksudkan untuk penggunaan oral.
Emulsi untuk penggunaan eksternal biasanya langsung disebut sebagai cream (sediaan
semisolid), lotion atau liniment (sediaan liquid), hingga akhirnya sediaan emulsi ataupun
lotio banyak digunakan oleh kalangan masyarakat dalam penyembuhan suatu penyakit.
Pada zaman sebelum adanya pembuatan sediaan cair berupa emulsi rasa minyak yang
tidak enak dalam sediaan obat terkadang mempengaruhi masyarakat untuk mengkonsumsinya
terutama bagi anak-anak yang sukar menelan sediaan obat yang berupa tablet dan kapsul.
Serta banyak keluhan-keluhan dari masyarakat yang anak-anaknya tidak mau mengkonsumsi
Selain itu pembuatan emulsi ini didasarkan pada sediaan rasa minyak yang tidak enak
dapat tertutupi , lebih mudah diabsorpsi daripada sediaan tablet/kapsul, selain itu pembuatan
emulsi ini dapat memperbaiki penampilan sediaan sehingga pasien lebih berminat
mengkonsumsinya terutama pada anak-anak seperti adanya pewarna dan perasa. Oleh karena
itu dibuatlah emulsi. Dari pengembangan sediaan emulsi ini sehingga masyarakat tidak
kesulitan memberikan kepada keluarganya yang berupa anak-anak maupun lansia suatu obat.
Dalam pembuatan emulsi yang memiliki keuntungan inilah sediaan emulsi semakin banyak
di kembangkan oleh pabrik-pabrik farmasi dengan mengikuti tata cara pembuatan emulsi dan
masyarakat.
a. Permasalahn
b. Penyelesaian permasalahan
- Dalam meracik balsem peruv, lumpang yang digunakan harus dipanaskan terlebih dahulu
- Dalam mengihtung jumlah PGA, sama banyaknya dengan jumlahnya dalam lemak yang
digunakan.
2. Emulsi Champorae
a. Permasalahn
b. Penyelesaian permasalahan
- Dalam menghitung PGA sama banyaknya jumlahnya dalam lemak yang digunakan
- Champora larut dalam minyak sesuai dengan kelarutannya. Untuk mempercepat kelarutan
champora dalam minyak lemak atau oleum olivae yang menyebabkan campuran titik beku
pada champora, sehingga mudah mencair dan larut dalam minyak lemak.
3. Emulsi (Cream)
a. Permasalahan
b. penyelesaian permasalahan
BAB II
LANDASAN TEORI
Menurut Farmakope Indonesia Edisi III , Emulsi adalah sediaan yang mengandung
bahan obat cair atau larutan obat, terdispersi dalam cairan pembawa, distabilkan dengan zat
Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV , Emulsi adalah sistem dua fase, yang salah
satu cairannya terdispersi dalam cairan yang lain, dalam bentuk tetesan kecil.
terdiri dari dua fase cairan dalam sistem dispersi; fase cairan yang satu terdispersi sangat
halus dan merata dalam fase cairan lainnya, umumnya dimantapkan oleh zat pengemulsi.
Emulsi terdiri dari dua fase cairan, yaitu fase cairan terdispersi yang disebut fase
dalam, dan fase cairan pembawa yang disebut fase luar. Jika fase dalam berupa minyak atau
larutan dalam minyak dan fase luarnya berupa air atau larutan, maka emulsi tersebut adalah
emulsi minyak dalam air (M/A). Sedangkan, jika fase dalam berupa air atau larutan dan fase
luarnya berupa minyak , maka emulsi tersebut adalah emulsi air dalam minyak (A/M).
Dalam pembuatan emulsi, pemilihan emulgator merupakan faktor yang penting untuk
diperhatikan karena mutu dan kestabilan suatu emulsi banyak dipengaruhi oleh emulgator
yang digunakan. Mekanisme kerjanya adalah menurunkan tegangan antar permukaan air dan
minyak serta membentuk lapisan film pada permukaan globul-globul fase terdipersinya.
Membentuk lapisan film monomolekuler yaitu emulgator membentuk sebuah lapisan tunggal
yang diabsorpsi oleh molekul atau ion pada permukaan antara minyak dan air sehingga
menghasilkan emulsi yang lebih stabil karena adanya pengurangan sejumlah energi bebas
permukaan dimana tetesan dikelilingi oleh sebuah lapisan tunggal koheren yang mencegah
Pembentukan Kristal partikel-partikel padat yaitu pembiasan ganda yang kuat dan dapat
dilihat secara mikroskopik polarisasi. Daerah strukturisasi kristal cair yang berbeda
Emulsi vera dibuat dari biji atau buah, dimana terdapat disamping minyak lemak juga
emulgator yang biasanya merupakan zat seperti putih telur. Emulsi yang dibuat dari biji
untuk 10 bagian minyak lemak dibuat 100 bagian emulsi. Gom arab yang digunakan adalah
Dibuat dengan melebur lemak padat atau cera di atas penangas air, setelah meleleh
tambahkan PGA sama berat lemak dan tambahkan segera air panas sebanyak 1,5 x berat PGA
dan dibuat corpus emulsi, setelah diencerkan dengan air hangat dimasukkan dalam botol dan
Apabila jumlah ektrak sedikit maka digunakan PGA 2,5% dari berat total emulsi. Bila
disamping ekstrak terdapat minyak lemak, maka ekstrak dicampur dulu dengan minyak
lemak dan selanjutnya di emulsi dengan PGA. Jumlah PGA yang digunakan adalah untuk
ekstraknya sama berat dan untuk lemak minyaknya separuh berat minyak lemak. Jumlah air
yang digunakan untuk membuat corpus emulsi 1,5 x berat PGA. Setelah corpus emulsi jadi
Zat-zat dengan benzylis benzoas untuk kulit sebaiknya dibuat dengan trietanolamin dan asam
Dibuat dengan PGA sebanyak 2x berat balsam. Bila disamping balsam terdapat pula minyak
lemak maka PGA yang digunakan adalah jumlah berat dari semua berat untuk balsem dan
Karena berat jenis bromoforfum 2,8 maka sulit dibuat emulsi yang baik maka perlu ditambah
minyak lemak sebanyak 10x berat bromoforfum. Penambahan minyak lemak sebanyak 7x
Tidak ada perubahan yang berarti dalam ukuran partikel atau distribusi partikel dari globul
Mudah mengalir atau tersebar tetapi memiliki viskositas yang tinggi untuk meningkatkan
stabilitas fisiknya.
tidak beraturan.
Creaming adalah suatu peristiwa terjadinya lapisan-lapisan dengan konsentrasi yang berbeda-
Koalesen merupakan proses bergabungnya droplet yang akan diikuti dengan breaking yaitu
pemisahan fase terdispersi dari fase kontinu. Proses irrevesibel karena lapisan emulgator yang
Inversi fase
Infersi fase adalah proses perubahan dimana fase terdispersi berubah fungsi menjadi medium
1. Ukuran partikel
4. Muatan partikel
Cara ini dilakukan bila zat pengemulsi yang akan dipakai berupa cairan atau harus
dilarutkan terlebih dahulu dalam air seperti kuning telur dan metilselulosa. Metode ini dibuat
dengan terlebih dahulu dibuat mucilago yang kental dengan sedikit air lalu ditambah minyak
sedikit demi sedikit dengan pengadukan yang kuat, kemudian ditambahkan sisa air dan
Teknik ini merupakan suatu metode kontinental pada pemakaian zat pengemulsi berupa
gom kering. Cara ini diawali dengan membuat korpus emulsi dengan mencampur 4 bagian
minyak, 2 bagian air dan 1 bagian gom, lalu digerus sampai terbentuk suatu korpus emulsi,
kemudian ditambahkan sisa bahan yang lain sedikit demi sedikit sambil diaduk sampai
Cara ini dilakukan apabila emulsi yang dibuat menggunakan suatu surfaktan yang
memiliki nilai HLB. Sebelum dilakukan pencampuran terlebih dahulu dilakukan perhitungan
harga HLB dari fase internal kemudian dilakukan pemilihan emulgator yang memiliki nilai
HLB yang sesuai dengan HLB fase internal. Setelah diperoleh suatu emulgator yang cocok,
maka selanjutnya dilakukan pencampuran untuk memperoleh suatu emulsi yang diharapkan.
Umumnya emulsi akan berbantuk tipe M/A bila nilai HLB emulgator diantara 9 – 12 dan
Emulgator
dapat membentuk lapisan film diantara globul-globul tersebut sehingga proses penggabungan
1. Berdasarkan mekanismenya
permukaan minyak-air serta membentuk lapisan film monomolekuler ada permukaan globul
c. Golongan Zat Terbagi Halus, membentuk lapisan film mono dan multimolekuler, oleh
adanya partikel halus yang teradsorpsi pada antar permukaan kedua fase. Contoh: bentonit,
veegum.
2. Berdasarkan sumber
c. Emulgator sintetik : surfaktan, sabun, dan alkali, alcohol (cetyl alcohol, gliserin),
2. Botol
Minyak dengan viskositas rendah dapat dibuat dengan cara dikocok dalam botol
3. Dengan Mixer
4. Dengan Homogenizer
Dengan melewatkan partikel fase dispersi melewati celah sempit, sehingga partikel akan
1. Dengan Pengenceran, Tipe O/W dapat diencerkan dengan air, Tipe W/O dapat diencerkan
dengan minyak
3. Cara creaming test, creaming merupakan peristiwa memisahkan emulsi karena fase internal
dari emulsi tersebut melakukan pemisahan sehingga tdk tersebar dlm emulsimis : air susu
setelah dipanaskan akan terlihat lapisan yang tebal pada permukaan. Pemisahan dengan cara
4. Konductifitas
Elektroda dicelup di dalam cairan emulsi, bila ion menyala tipe emulsi O/W demikian
sebaliknya.
BAB III
METODE PRAKTIKUM
Keterangan :
R/ :
Recipe : Ambillah
rian : cairan kental, lengket, tidak berserat, coklat tua, dalam lapisan tipis berwarna coklat,
utan : larut dalam kloroform p, sukar larut dalam eter p, dalam eter minyak tanah p, dan dalam
iat : antiseptikum ekstern (obat yang digunakan untuk mencegah luka luar agar tidak membusuk)
utan : larut hampir sempurna dalam air, tetapi sangat lambat, meninggalkan sisa bagian tanaman
dalam jumlah sangat sedikit, dan memberikan cairan seperti mucillago, tidak berwarna atau
kekuningan, kental, lengket, transparan, bersifat asam lemah terhadap kertas lakmus biru,
a resmi : TANNINUM
a sinonim : Tannine
rian : sisik yang mengkilap, ringan atau serbuk kuning kelabu, ringan, hampir tak berbau dan
utan : mudah larut dalam air, dalam spiritus, dan dalam gliserol
a resmi : GLYCEROLUM
rian : cairan seperti sirop, jernih, tidak berwarna, tidak berbau, manis diikuti rasa hangat,
higroskopik. Jika disimpan beberapa lama pada suhu rendah dapat memadat membentuk
massa hablur tidak berwarna yang tidak melebur hingga suhu mencapai lebih kurang 200
utan : dapat campur dengan air, dan dengan etanol (95%)p, praktis tidak larut dalam kloroform p,
us molekul : H2O
molekul : 18,02
rian : Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak mempunyai rasa
D. PERHITUNGAN BAHAN
3. Tannin :3g
4. Gliserin : 20 g
5. Aqua ad 60 g : 60 – (4+12+8+20+3) = 60 – 47 = 13 mL
E. ALAT DAN BAHAN
ALAT
1. Batang pengaduk
2. Botol 60 g
3. Kertas perkamen
5. Sendok tanduk
6. Sudip
7. Timbangan kasar
BAHAN
1. Aquadest
2. Balsem peru
3. Gliserin
4. PGA
5. Tanin
F. CARA KERJA
3. Buat corpus emulgator PGA dengan cara timbang PGA 8 g lalu larutkan dengan air panas 13
4. Timbang balsm peru 4 g, masukan dalam lumpang yang berbeda, gerus hingga homogen
5. Masukkan corpus emulgator dalam balsm peru, kemudian tambahkan tannin 3 g, gerus
gingga homogen
G. WADAH
- Botol 60 g
H. ETIKET BIRU
No : 09 Tgl : 4-5-2012
Nama : Ridha
Aturan Pakai : 3 x sehari
Dioleskan pada bagian yang sakit
Obat Luar
Baca selengkapnya »
Diposkan oleh Tantri di 7/15/2012 1 komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest
suspensiii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Beberapa bentuk sediaan obat yang umumnya dipakai dalam pembuatan obat, setiap
bentuk sediaaan memiliki fungsi dan kegunaannya masing-masing sesuai dengan kebutuhan
dan untuk apa obat tersebut dipakai. Salah satu bentuk sediaan dari obat yang sering dijumpai
suspensi merupakan sediaan cair yang mengandung partikel padat yang tidak larut tetapi
terdispersi dalam fase cair. Partikel yang tidak larut tersebut dimaksudkan secara fisiologi
dapat diabsorpsi yang digunakan sebagai obat dalam atau untuk pemakaian luar denagn
tujuan penyalutan. Sediaan dalam bentuk suspensi juga ditujukan untuk pemakaian oral
dengan kata lain pemberian yang dilakukan melalui mulut. Sediaan dalam bentuk suspensi
diterima baik oleh para konsumen dikarenakan penampilan baik itu dari segi warna atupun
bentuk wadahnya. Pada prinsipnya zat yang terdispersi pada suspensi haruslah halus, tidak
boleh cepat mengendap, dan bila digojog perlahan-lahan, endapan harus segera terdispersi
kembali. Selain larutan, suspensi juga mengandung zat tambahan (bila perlu) yang digunakan
untuk menjamin stabilitas suspensi tetapi kekentalan suspensi harus menjamin sediaan mudah
Suspensi dapat didefinisikan sebagai preparat yang mengandung partikel obat yang
terbagi secara halus (dikenal sebagai suspensoid) disebarkan secara merata dalam pembawa
Beberapa suspensi diperdagangan tersedia dalam bentuk siap pakai, telah disebarkan
dalam cairan pembawa dengan atau tanpa penstabil dan bahan tambahan farmasetik lainnya.
Selain itu pembuatan suspensi ini didasarkan pada pasien yang sukar menerima tablet
atau kapsul, terutama bagi anak-anak dan lansia, dapat menutupi rasa obat yang tidak enak
atau pahit yang sering kita jumpai pada bentuk sediaan tablet, dan obat dalam bentuk sediaan
suspensi lebih mudah diabsorpsi daripada tablet/kapsul dikarenakan luas permukaan kontak
antara zat aktif dan saluran cerna meningkat. Oleh karena itu dibuatlah sediaan suspensi.
Pembuatan suspensi ini pula didasarkan pada pengembangan sediaaan cair yang lebih banyak
diminati oleh masyarakat luas. Tetapi dalam pembuatan suspensi juga memerlukan ketelitian
Salah satu masalah yang dihadapi dalam proses pembuatan suspensi adalah cara
memperlambat penimbunan partikel serta menjaga homogenitas dari partikel. Cara tersebut
sebab suspensi dapat mengurangi penguraian zat aktif yang tidak stabil dalam air.
Jadi, alasan pembuatan suspensi yaitu untuk membuat sediaan obat dalam bentuk cair
dengan menggunakan zat aktif yang tidak dapat larut dalam air tetapi hanya terdispersi secara
merata. Dengan kata lain, bahan-bahan obat yang tidak dapat larut dapat dibuat dalam bentuk
suspensi.
Dengan demikian sangatlah penting bagi kita sebagai tenaga farmasis untuk mengetahui
dan mempelajari pembuatan sediaan dalam bentuk suspensi yang sesuai dengan persyaratan
suspensi yang ideal ataupun stabil agar selanjutnya dapat diterapakan pada pelayanan
a. Permasalahan
b. Penyelesaian permasalahan
- Bahan aktif diperkecil agar zat aktif lebih mudah terdispersi secara homogen.
2. Suspensi Bismuth Sub nitrat
a. Permasalahn
b. Penyelesaian permasalahan
- Dengan menggunakan dispersi dimana pertama kali kita membuat mucilago kemudian
serbuk bahan obat dicampur ke dalam mucillago yang telah terbentuk kemudian diencerkan,
BAB II
LANDASAN TEORI
Suspensi adalah sediaaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan
tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa. Zat yang terdispersi harus halus, tidak boleh
cepat mengendap, dan bila dikocok perlahan endapan harus segera terdispersi kembali. Dapat
ditambahkan zat tambahan untuk menjamin stabilitas tetapi kekentalan suspensi harus
Menurut FI Edisi III, suspensi merupakan sediaan yang mengandung bahan obat
padat dalam bentuk halus dan tidak larut , terdispersi dalam cairan pembawa.
Menurut FI Edisi IV, suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat
Menurut Formularium nasional Edisi II, suspensi adalah sediaan cair yang
mengandung obat padat, tidak melarut dan terdispersikan sempurna dalam cairan pembawa
atau sediaan padat terdiri dari obat dalam bentuk serbuk halus, dengan atau tanpa zat
tambahan yang akan terdispersikan sempurna dalam cairan pembawa yang ditetapkan.
1. Ukuran partikel.
2. Sedikit banyaknya bergerak partikel (viskositas)
3. olak menolak antar partikel karena adanya muatan listrik
4. Kadar partikel terdispersi
Ciri-ciri sediaan suspensi adalah :
- Berwarna keruh
1. Suspensi oral
Suspensi oral adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat yang terdispersi dalam
cairan pembawa dengan bahan pengaroma yang sesuai dan ditunjukan untuk penggunaan
oral.
2. Suspensi topical
Suspensi topical adalah sediaan cair yang mengandung partikael-partikel padat yang
terdispersi dalam cairan pembawa yang ditujukan untuk penggunaan pada kulit.
Yaitu sediaan cair yang mengandung partikel-partikel halus yang ditujukan untuk diteteskan
4. Suspensi optalmik
Yaitu sediaan cair yang steril yang mengandung partikel-partikel yang terdispersi dalam
1. Susu
Yaitu suspensi untuk pembawa yang mengandung air yang ditujukan untuk penggunaan
2. Magma
Yaitu suspensi zat padat anorganik dalam air seperti lumpur, jika zat padatnya mempunyai
kecenderungan terhidrasi dan teragredasi kuat yang menghasilkan konsistansi seperti jell dan
3. Lotio
Untuk golongan suspensi tropical dan emulsi untuk pemakaian pada kulit.
1. Suspensi deflokulasi
2. Suspensi flokulasi
Kekentalan suspensi tidak bolah terlalu tinggi agar mudah dikocok atau sedia dituang
Karakteristik suspensi harus sedemikian rupa sehingga ukuran partikel dari suspensi tetap agak
Suspense yang dinyatakan untuk digunakan untuk cara tertentu harus mengandung anti
mikroba
Metode dipersi
Serbuk yang terbagi halus didispersikan kedalam cairan pembawa. Umumnya sebagai
cairan pembawa adalah air. Dalam formulasi suspensi yang penting adalah pertikel-pertikel
harus terdispersi betul dalam fase cair. Mendispersikan serbuk yang tidak larut dalam air
kadang-kadang sukar, hal ini disebabkan karena adanya udara, lemak yang terkontaminasi
pada permukaan serbuk. Serbuk dengan sudut kontak 900C disebut hidrofob. Contohnya
sulfur, magnesium stearat, dan magnesium karbonat. Untuk menurunkan tegangan antar
muka, antara partikel padat dan cairan pembawa digunakan zat pembasah dengan nilai HCB
(hidrofil lipofil balance) atau keseimbangan hidrofil lipofil. Nilai HLB 7-9 dan sudut kontak
jadi kecil. Udara yang dipindahkan dan partikel akan terbasahi dapat pula menggunakan
gliserin, larutan Gom, propilenglikol untuk mendispersi parikel padat. Biasa juga digunakan
Gom (pengental).
Metode presipitasi
yang dapat dicampur air. Pelarut organic yang digunakan adalah etanol, methanol,
propilenglikol, dan gliserin. Yang perlu diperhatikan dari metode ini adalah control ukuran
Dimana stabilitas fisik yang optimal dan bentuk rupanya yang baik bila suspensi
diformulasikan dengan partikel flokulasi dalam pembawa berstruktur atau pensuspensi tipe
koloid hidrofi. Bila serbuk telah dibasahi dan didispersikan diusahakan untuk membentuk
flokulasi terkontrol agar tidak terjadi sediaan yang kompak yang sulit didispersi kembali.
3) Suatu suspensi yang terflokulasi lebih diinginkan daripada suspensi yang terdeflokulasi.
4) Suatu suspensi tidak boleh terlalu kental untuk mengurangi kecepatan sedimentasi.
Untuk sediaan farmasi, tidak mutlak dipakai untuk sediaan farmasi biasanya dimana
bentuk suspensorik tidak teratur, tetapi dapat dipakai sebagai pegangan supaya suspensi stabil
sehingga tidak cepat mengendap. Maksudnya akan terbentuk cacking dan homogenitas
kurang.
2. Pembahasan serbuk
Pembasahan adalah fenomena terjadinya kontak antara medium pendispersi dan medium
terdispersi dimana permukaan padat udara digantikan oleh padat cair. Untuk menurunkan
tegangan permukaan digunakan wetting agent atau surfaktan (zat yang dapat menurunkan
3. Floatasi
- Perbedaan densitas
- Adanya absorbsi gas pada permukaan zat padat. Hal ini dapat diatasi dengan penambahan
4. Pertumbuhan Kristal
Larutan air suatu suspensi sebenarnya merupakan larutan jenuh, bila terjadi perubahan
suhu akan terjadi pertumbuhan kristal ini dapat dicegah dan penambahan surfaktan.
5. Pengaruh gula
- Penambahan larutan gula dalam suspensi akan mengakibatkan fiskositas suspensi naik.
- Konsentrasi gula yang besar akan menyebabkan akan terbentuknya kristalisasi dengan cepat
1. Zat aktif
2. Bahan tambahan :
- Bahan pensuspensi / suspending agent, fungsinya adalah untuk memperlambat
pengendapan, mencegah penurunan partikel, dan mencegah penggumpalan resin, dan bahan
berlemak. Contoh untuk golongan polisakarida yaitu seperti gom akasia, tragakan, alginat
starc. Sedangkan pada golongan selulosa larut air yaitu seperti metil selulosa, hidroksi
etilselulosa, avicel, dan na-cmc.untuk golongan tanah liat misalnya seperti bentonit,
aluminium magnesium silikat, hectocrite, veegum. Sementara itu untuk golongan sintetik
menurunkan tegangan permukaan bahan dengan air (sudut kontak) dan meningkatkan
dispersi bahan yang tidak larut. Misalnya gliserin, propilenglikol, polietilenglikol, dan lain-
lain.
- Pemanis, fungsinya untuk memperbaiki rasa dari sediaan. Misalnya sorbitol dan
sukrosa.
- Pewarna dan pewangi, dimana zat tambahan ini harus serasi. Misalnya vanili,
alam, atau bila mengandung larutan gula encer (karena merupakan tempat tumbuh mikroba).
Selain itu, pengawet diperlukan juga bila sediaan dipergunakan untuk pemakaian berulang.
Pengawet yang sering digunakan adalah metil atau propil paraben, asam benzoat,
- Antioksidan, jarang digunakan pada sediaan suspensi kecuali untuk zat aktif
yang mudah terurai karena teroksidasi.misalnya hidrokuinon, asam galat, kasein, sisteina
meningkatkan kelarutan. Misalnya dapar sitrat, dapar fosfat, dapar asetat, dan juga dapar
karbonat.
berhubungan secara bersama membentuk suatu agregat atau floc. Misalnya polisorbat 80
(untuk surfaktan), tragakan (polimer hidrofilik), bentonit (untuk clay), dan juga NaCl (untuk
elektrolit).
Partikel yang terdispersi harus memiliki ukuran yang sama dan tidak mengendap cepat dalam
wadah.
Endapan yang terbentuk tidak boleh keras (kompak) dan harus terdispersi dengan cepat
Harus mudah dituang, memiliki rasa enak dan tahan terhadap serangan mikroba
Untuk obat luar, harus mudah disebar dipermukaan kulit dan tidak cepat hilang ketika
- Keuntungan :
1. Baik digunakan untuk pasian yang sukar menerima tablet/ kapsul, terutama anak-
anak.
2. Homogenitas tinggi
- Kerugian :
METODE PRAKTIKUM
Pro : Putri
B. KELENGKAPAN RESEP
Keterangan :
R/ : Recipe :
Ambillah
C. URAIAN BAHAN
1. CHLORAMPHENICOL PALMITAT (FI Edisi III Hal. 145)
us molekul : C27H42Cl2N2O6
molekul : 561,56
utan : praktis tidak larut dalam air, larut dalam 45 bagian etanol
rian : serbuk atau butiran, putih atau putih kuning gading tidak
tidak larut dalam etanol (95%)p, dalam eter p dan dalam pelarut organic lain
a resmi : POLYSORBATUM 80
a sinonim : polisorbat 80
rian : cairan kental seperti minyak, jernih, kuning, bau asam lemak,
khas
utan : mudah larut dalam air, dalam etanol (95%)p, dalam etil asetat
p dan dalam etanol p, sukar larut dalam parafin cair, dan dalam minyak biji kapas p
a resmi : PROPYLENGLYCOLUM
a sinonim : Propilenglikol
us molekul : C3H8O2
molekul : 76,10
rian : Cairan kental, jernih, tidak berwarna, tidak berbau, rasa agak
manis, higroskopik
utan : Dapat campur dengan air, dengan etanol (95%)p, dan dengan
kloroform p, larut dalam 6 bagian eter p, tidak dapat campur dengan eter minyak tanah p, dan
buatan : Larutkan 65 bagian sakarosa dalam larutan metal paraben 0,25% b/v secukupnya hingga
us molekul : H2O
molekul : 18,02
rasa
D. PERHITUNGAN BAHAN
1. Chloramphenicol palmitat = 2,875 gram
= 10 gram ∞ 10 mL
= 5 gram ∞ 5 mL
4. Propilenglikol = 10 gram
6. Aqua ad = 50 – (2,875+0,5+0,25+10+15+10+5)
1. Botol 50 g
2. Cawan krus
3. Gelas ukur
4. Hot plate
5. Kertas perkamen
6. Lap kasar
7. Lap halus
9. Pipet tetes
11. Sudip
BAHAN
1. Aquadest
2. Cholaramphenikol palmitat
3. CMC Na
4. Polisorbat 80
5. Propilenglikol
6. Sirup simplex
F. CARA KERJA
1. Siapkan alat dan bahan yang digunakan
Timbang Na.CMC 0,5 gram, ukur aqua panas 10 mL kemudian masukkan dalam mortir
Taburkan Na.CMC kedalam mortir yang telah berisi aqua panas
7. Campur propilenglikol dan polisorbat, panaskan diatas hotplate, aduk lalu masukkan
9. Timbang sir. Simplex 15 gram dalam cawan kemudian campur pada campuran tadi
G. WADAH
- Botol 50 g
H. ETIKET PUTIH
B. KELENGKAPAN RESEP
Keterangan :
R/ : Recipe :
Ambillah
m.f.d.s : misce fac da signa : campur buat dan tandai
C. URAIAN BAHAN
1. BISMUTH SUBNITRAT (FI Edisi III Hal.118)
rian : serbuk hablur renik, putih, tidak berbau, tidak berasa , berat
utan : praktis tidak larut dalam air dan dalam pelarut organik, larut
a resmi : TRAGACANTHA
a sinonim : tragakan
utan : dalam air agak sukar larut dalam air, tetapi mengembang
a resmi : AETHANOLUM
bergerak, bau khas, rasa panas. Mudah terbakar dengan memberikan nyala biru yang tidak
berasap
utan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform p, dan dalam
eter p
us molekul : C6H5Na3O7.2H2O
molekul : 294, 10
utan : mudah larut dalam air, sangat mudah larut dalam air mendidih, praktis tidak larut dalam
etanol (95%)p
pembekuan darah)
5. AQUADEST (FI.Edisi III Hal.96)
us molekul : H2O
molekul : 18,02
rasa
= x 2 gram = 0,5 mL
= 20 x 0,65 = 13 mL
3. Alcohol = = = 4,9 mL
= x 20 mL = 4 mL
5. Aqua = 60 – (2+0,5+0,65+13+4,9+4)
= 60 – 25,05 = 34, 95 mL
1. Batang pengaduk
2. Botol 60 mL
3. Gelas ukur
4. Kertas perkamen
5. Pipet tetes
6. Lap halus
7. Lap kasar
10. Sudip
12. Tisu
BAHAN
1. Aquadest
2. Alkohol
4. Natrium sitrat
5. Tragakan
F. CARA KERJA
1. Siapkan alat dan bahan
3. Buat mucilago tragakan dengan cara timbang 0,65 gram tragakan, basahi dengan aqua 13
6. Buat pengenceran natrium Sitrat dan ambil 4 mL , kemudian masukkan dalam campuran
No.5
8. Ditambahkan aqua ad 60 g
G. WADAH
- Botol 60 mL
H. ETIKET PUTIH
APOTEKBINA HUSADA
Jln.Asrama haji No. 17 C Telp. 319130
Apoteker : Tantri
SIK : F.11.113
No : 08 Tgl : 20-04-2012
Nama pasien : Anna
Aturan pakai : 3 x sehari 1 sendok makan
Kocokdahulu
Sebelum/sesudahmakan
BAB IV
PEMBAHASAN
Suspensi merupakan sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang
terdispersi dalam fase cair. Dalam pembuatan suspensi, kita selaku praktikan mengharapkan
hasil dari suspensi yang kita buat itu adalah merupakan suspensi yang masuk dalam kategori
suspensi ideal atau stabil setidaknya. Suspensi yang ideal merupakan suspensi yang memiliki
kriteria yakni, partikel yang terdispersi harus mempunyai ukuran yang sama dan tidak
mengendap cepat dalam wadah, endapan yang terbentuk tidak boleh keras, dan harus
terdispersi dengan cepat dengan sedikit pengocokan, harus mudah dituang, memiliki rasa
enak dan tahan terhadap serangan mikroba, untuk obat luar harus mudah disebar
dipermukaan kulit dan tidak cepat hilang ketika digunakan serta cepat mengering.
Namun dalam praktikum, tidak semua suspensi yang dihasilkan itu merupakan
suspensi yang ideal ataupun stabil. Hal ini bisa saja disebabkan karena kurangnya ketelitian
kita selaku praktikan pada saat dilakukannya pembuatan suspensi sehingga menyebabkan
sediaan suspensi tidak maksimal hasilnya. Suspensi yang tidak sempurna pada biasanya
menyebabkan suspensi tidak maksimal. Pada pembuatan mucilago, sering dialami kegagalan
sebab pada saat penuangan air panas misalnya, bahan yang ada di dalam mortir tidak dengan
cepat diaduk pada saat dituangkan air panasnya sehingga menyebabkan mucilago tidak
mengembang.
dibuat dengan cara pengendapan kembali dimana untuk membuat suspensi ini maka para
praktikan haruslah memperkecil diameter partikel dari bahan aktifnya. Pada pembuatan
suspensi ini chloramphenicol palmitat dan bahan natrium CMC-nya terlebih dahulu
dilarutkan dalam air panas sebab kita ketahui sendiri bahwa kelarutan dari natrium CMC
adalah dia akan mudah mendispersi dalam air, kemudian setelah itu barulah dilakukan
setelah itu chlorampenikolnya ditambahkan terakhir. Hal ini dimaksudkan agar pada saat
terflokulasi. Suspensi ini dibuat dengan cara flokulasi agent dilarutkan dalam larutan encer
secara langsung pada bahan yang akan di flokulasi. Pada pembuatan suspensi R/8 bismuth
subnitrat ini, kesalahan sering terjadi pada saat dilakukannya pembuatan mucillago tragakan.
Kesalahan ini biasanya disebabkan karena pada saat dilakukannya pembasahan pada tragakan
oleh aqua serta penambahan pada alkoholnya. Hal seperti ini biasanya menyebabkan endapan
yang terjadi tidaklah sempurna atau maksimal sehingga memerlukan pengocokan yang
Kesalahan yang sering terjadi pada saat pembuatan suspensi harulslah menjadi acuan
untuk kita sebagai praktikan agar pada pembuatan suspensi selanjutnya dapat dperoleh hasil
yang maksimal. Karena dengan belajar dari kesalahan seperti inilah kita dapat menciptakan
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi
2. Salah satu keuntungan suspensi adalah tertutupnya rasa tidak enak atau rasa pahit obat yang
kebanyakan kurang disukai oleh anak-anak sehingga memungkinkan untuk diberikan pada
3. Suspensi yang ideal setidaknya haruslah dibuat dengan tepat, mengendap secara lambat dan
B. SARAN
Diharapkan kepada semua mahasiswa/siswi untuk lebih banyak belajar mengenai sifat,
yang dikerjakan, Praktikan juga harus mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
DAFTAR PUSTAKA
Anief, Moh . 1997 . Ilmu Meracik Obat . Yogyakarta : Gadjah Mada Universitas Press
Departemen Kesehatan Republik Indonesia . 1979 . Farmakope Indonesia Edisi III . Jakarta
: Dekpes RI