You are on page 1of 21

MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS CONTEXTUAL TEACHING AND

LEARNING (CTL) UNTUK PENINGKATAN PENGUASAAN KONSEP


OPERASI HITUNG
(PTK Pembelajaran Matematika Di Kelas IV SD Negeri 1 Gumiwang Lor)

NASKAH PUBLIKASI

Untuk memenuhi sebagian persyaratan


Guna mencapai derajat Sarjana S-1

Jurusan Matematika

Disusun Oleh :

ANDI BUDI WICAKSONO


A. 410 040 197

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2012
ABSTRAK

MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS CONTEXTUAL TEACHING AND


LEARNING (CTL) UNTUK PENINGKATAN PENGUASAAN KONSEP
OPERASI HITUNG
(PTK Pembelajaran Matematika Di Kelas IV SD Negeri 1 Gumiwang Lor)

Andi Budi Wicaksono, A. 410040197, Jurusan Pendidikan Matematika,


Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,Universitas Muhammadiyah
Surakarta,2009, 97 halaman.

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) meningkatkan penguasaan konsep operasi


hitung, (2) meningkatkan hasil belajar melalui pembelajaran berbasis Contextual
Teaching And Learning (CTL) sub pokok bahasan penjumlahan dan pengurangan
pecahan. Subyek penelitian adalah guru matematika sebagai subyek yang memberi
tindakan, kepala sekolah bertindak sebagai subyek yang membantu perencanaan dan
pengumpulan data serta siswa kelas IV yang berjumlah 24 siswa sebagai subyek yang
menerima tindakan. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode observasi,
test, catatan lapangan dan dokumentasi. Pada penelitian ini, analisis data dilaksanakan
secara diskriptif kualitatif dengan metode alur. Data dianalisis sejak tindakan
pembelajaran dilaksanakan dan dikembangkan selama proses pembelajaran berlangsung
yaitu dalam tiga putaran. Hasil penelitian tindakan ini adalah terjadi peningkatan
penguasaan konsep operasi hitung dalam: (1) menjawab pertanyaaan dari guru
meningkat menjadi 75%, (2) mengajukan pertanyaaan kepada guru meningkat menjadi
79,17%, (3) memberi tanggapan atas jawaban siswa lain meningkat menjadi 66.67%, (4)
membuat kesimpulan materi meningkat menjadi 83,34%, (5) memanfaatkan sumber
belajar yang ada meningkat menjadi 87,5%. Hasil belajar siswa juga mengalami
peningkatan: (1) latihan mandiri meningkat menjadi 79,17%, (2) latihan terkontrol
meningkat menjadi 83,34%, (3) tugas mandiri meningkat menjadi 91,67%. Kesimpulan
dari penelitian ini bahwa melalui pembelajaran berbasis Contextual Teaching and
Learning (CTL) meningkatkan penguasaan konsep operasi hitung siswa dalam
pembelajaran matematika.

Kata Kunci: penguasaan, konsep, kontekstual.


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan teknologi yang sangat pesat sangat berpengaruh dalam dunia
pendidikan. Dengan berkembangnya teknologi ini mengakibatkan berkembangnya
ilmu pengetahuan yang memiliki dampak positif maupun negatif. Perkembangan
teknologi ini dimulai dari negara maju, sehingga Indonesia sebagai negara
berkembang perlu mensejajarkan diri dengan negara-negara yang sudah maju
tersebut.
Pendidikan matematika merupakan salah satu fondasi dari kemampuan sains dan
teknologi. Pemahaman terhadap matematika, dari kemampuan yang bersifat keahlian
sampai kepada pemahaman yang bersifat apresiatif akan berhasil mengembangkan
kemampuan sains dan teknologi yang cukup tinggi (Buchori, 2001:120-121).
Mengingat pentingnya matematika dalam pengembangan generasi melalui
kemampuan mengadopsi maupun mengadakan inovasi sains dan teknologi di era
globalisasi, maka tidak boleh dibiarkan adanya anak-anak muda yang buta
matematika. Kebutaan matematika yang dibiarkan menjadi suatu kebiasaan,
membuat masyarakat kehilangan kemampuan berpikir secara disipliner dalam
menghadapi masalah real.
Konsep yang diajarkan dikelas kurang dipahami oleh siswa, sehingga
kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal matematika masih kurang, ini
menjadikan siswa malas belajar matematika.
Dari beberapa model pembelajaran, model pembelajaran yang menarik dan dapat
memicu peningkatan penalaran siswa salah satunya yaitu model pembelajaran CTL
(Contextual Teaching and Learning). Pada dasarnya, pembelajaran CTL adalah suatu
sistem pengajaran yang cocok dengan otak yang menghasilkan makna dengan
menghubungkan muatan akademik serta konteks dari kehidupan sehari-hari siswa.
Dalam pembelajaran ini siswa harus dapat mengembangkan ketrampilan dan
pemahaman konsep matematika untuk menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pengajaran matematika mempunyai tujuan yang sangat luas, salah satu tujuannya
adalah agar siswa memiliki keterampilan menghubungkan matematika dengan
kehidupan sehari-hari dan menerapkannya dalam soal-soal. Dengan demikian
penggunaan model pembelajaran CTL perlu diberikan oleh guru dalam proses
belajar, agar dapat mencapai hasil belajar yang lebih baik.
Penerapan model pembelajaran CTL dalam pembelajaran matematika khususnya
pokok bahasan operasi hitung bentuk sederhana yang melibatkan siswa untuk dapat
berperan aktif dengan bimbingan guru, agar peningkatan kemampuan siswa dalam
menguasai konsep dapat terarah lebih baik.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dipilihlah judul ”Model
Pembelajaran Berbasis Contextual Teaching and Learning untuk Peningkatan
Penguasaan Konsep Operasi Hitung”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, dapat
diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut : 1. Siswa cenderung kurang
mampu menggunakan rumus / konsep yang diperlukan dalam pemecahan masalah,
2. Siswa cenderung kurang mampu mengorganisasikan ketrampilan untuk
menyelesaikan masalah, 3. Kemampuan siswa dalam menguasai konsep sangat
kurang.
C. Pembatasan Masalah
Agar peneliti ini lebih efekif, efisien, terarah, dan dapat dikaji mendalam maka
diperlukan pembatasan masalah. Dalam penelitian ini dibatasi hal–hal sebagai
berikut:
1. Pendekatan pembelajaran matematika yang akan digunakan pada penelitian ini
adalah pendekatan CTL.
2. Pemahaman penguasaan konsep matematika siswa dalam pembelajaran dibatasi
pada pemahaman penguasaan konsep untuk memahami materi khususnya pada
operasi hitung sub pokok penjumlahan dan pengurangan bilangan pecahan.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka penelitian ini dapat dirumuskan
sebagai berikut:
1. Adakah peningkatan pada siswa penguasaan konsep operasi hitung dengan
model pembelajaran berbasis CTL?
2. Apakah kemampuan matematika siswa dalam menyelesaikan soal dengan
menggunakan model pembelajaran berbasis CTL dapat ditingkatkan?
E. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan permasalahan diatas maka secara garis besar penelitian ini
bertujuan sebagai berikut:
1. Untuk meningkatkan penguasan konsep siswa pada pokok bahasan operasi
hitung dengan menggunakan model pembelajaran CTL.
2. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal
dengan menggunakan model pembelajaran CTL.
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Secara umum, studi ini memberikan sumbangan kepada pembelajaran
matematika, utamanya pada layanan peningkatan kemampuan pemahaman
konsep siswa dalam pembelajaran matematika.
Pendekatan kontekstual CTL merupakan konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan
masyarakat (Nurhadi, 2002 : 01).
Secara khusus, studi ini memberikan kontribusi kepada strategi pembelajaran
matematika berupa pergeseran paradigma mengajar menjadi paradigma belajar
dalam suasana yang gembira. Telah menjadi pandangan yang cukup mapan
bahwa paradigma belajar dalam suasana yang gembira untuk memecahkan
masalah matematika merupakan aspek yang esensial dalam pembelajaran
matematika (De Porter & Hernacki, 1999:48
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi guru dan siswa. Bagi guru
matematika, hasil penelitian dapat digunakan untuk menyelenggarakan layanan
pembelajaran yang inovatif dan dapat diaplikasikan untuk mengembangkan
model-model pembelajaran lebih lanjut. Bagi siswa, proses pembelajaran ini
dapat meningkatkan penguasaan konsep dan kemampuan dalam bidang
matematika maupun secara umum kemampuan mengatasi permasalahan dalam
hidupnya.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
Kajian pustaka merupakan uraian sistematis tentang hasil–hasil penelitian yang
telah dilakukan oleh peneliti terdahulu dan ada hubungannnya dengan penelitian
yang akan dilakukan. Kajian teori yang akan dipaparkan adalah penguasaan konsep
matematika. Kerangka pemikiran berisi kerangka konsep yang akan digunakan untuk
menjawab masalah yang diteliti, disusun berdasarkan kajian teori dan kajian hasil
penelitian yang telah dikemukakan. Hipotesis merupakan rumusan sementara
terhadap permasalahan yang diteliti atas dasar kerangka pemikiran yang telah
dilakukan.
B. Tinjauan Teori
Tinjauan teori berisi tentang teori-teori yang mendukung variable-variabel atau
komponen-komponen penelitian yaitu sebagai berikut:
1. Pengertian Belajar
Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak dapat dipisahkan satu
sama lain. Belajar menunjuk pada apa yang harus dilakukan seseorang sebagai
subyek yang menerima pembelajaran, sedangkan mengajar menunjuk pada apa
yang harus dilakukan guru sebagai pengajar (Sujana, 2000: 28).
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai
hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto,
2003:2).
2. Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)
Pendekatan kontekstual lahir karena kesadaran bahwa kelas-kelas di Indonesia
tidak produktif. Sehari-hari kelas-kelas di sekolah diisi dengan “pemaksaan”
terhadap siswa untuk belajar dengan cara menerima dan menghapal. Harus segera
ada pilihan strategi pembelajaran yang lebih berpihak dan memberdayakan siswa.
Adapun yang melandasi pengembangan pendekatan kontekstual adalah
konstruktivisme, yaitu filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar tidak
hanya sekedar menghapal. Siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan di benar
mereka sendiri. Bahwa pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta
atau proposisi yang terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat

4
diterapkan. Konstruktivisme berakar pada filsafat pragmatisme yang digagas oleh
John Dewey pada awal abad 20 yang lalu.
CTL adalah sebuah sistem yang merangsang otak untuk menyusun pola-pola
yang mewujudkan makna. CTL adalah suatu sistem pengajaran yang cocok untuk
otak yang menghasilkan makna dengan menghubungkan muatan akademik
dengan konteks dari kehidupan sehari-hari siswa (Elaine B.Johnson, 2007 :58).
Dalam mengimplementasikan CTL dapat dipedomani tujuh unsur CTL yang
telah didefinisikan oleh The Washington State Consortium for Contextual
Teaching and Learning(2001),sebagai berikut :
Konstruktivisme ( Construktivism ), Menemukan (Inquiry ), Bertanya (
Questioning ), Masyarakat belajar ( Learning community ), Pemodelan
(Modeling ), Refleksi (Reflection ), Penilaian yang sebenarnya. (Authentic
Assessment ).
3. Penguasaan Konsep Matematika
Konsep dalam matematika adalah abstrak, yang memungkinkan kita untuk
mengelompokkan (mengklasifikasikan) obyek atau kejadian. Konsep dasar dapat
dipelajari melalui definisi atau penggunaaan langsung. Di samping itu konsep
juga dapat dipelajari dengan cara melihat, mendengar, mendiskusikan dan
memikirkannya.
Menurut Robert M.Gagne, konsep adalah ide atau gagasan yang
memungkinkan kita untuk mengelompokkan benda–benda (obyek) kedalam
contoh atau noncontoh ( Russeffendi, 1980 : 38).
Dalam belajar, penguasaan merupakan hal yang utama, konsep baru terbentuk
karena adanya penguasaan terhadap konsep sebelumya. Untuk siswa yang tidak
menguasai konsep, maka dia harus lebih giat dan konsentrasi dalam belajar
konsep yaitu belajar yang benar-benar dengan pengertian.
4. Pembelajaran berhitung pecahan dengan pendekatan kontekstual
Menurut Poerwadarminto (1996: 311) mengartikan berhitung adalah sebagai
berikut: “Berhitung berasal dari kata hitung yang berarti perihal membimbing
yang mencakup menjumlahkan, mengurangi, mengalikan dan membagi”.
Berhitung adalah mengerjakan hitungan seperti menjumlahkan, mengurangi,
mengalikan dan membagi. Pembelajaran berhitung sedapat mungkin
menggunakan benda-benda riil untuk membantu memudahkan siswa dalam
merumuskan model dan symbol matematikanya.
Seorang guru hanya berperan sebagai fasilitator dan motivator dalam
membangun konsep matematika yang formal. Kemudian siswa dengan bantuan
guru diberikan kesempatan menemukan kembali dan mengkonstruksi konsep-
konsep sendiri. Setelah itu diaplikasikan dalam masalah sehari-hari. Dalam
penelitian ini kontekstual digunakan dalam pembelajaran berhitung pecahan pada
pokok bahasan penjumlahan dan pengurangan pecahan.
Adapun materi pelajarannya sebagai berikut :
a. Penjumlahan pecahan dengan menggunakan daerah yang diasir, penjumlahan
pecahan dapat dinyatakan seperti contoh berikut :
Contoh 1 :

+ =

2 1 3
+ =
4 4 4

2 1 3
Penjumlahan pecahan (   )
4 4 4
Dari contoh diatas, dapat disimpulkan bahwa hasil penjumlahan pecahan-
pecahan yang memiliki penyebut sama diperoleh dengan cara menjumlahkan
pembilang-pembilangnya, sedangkan penyebutnya tetap.
a c
Untuk sembarang pecahan dan dengan b  0 ,
b b
a c a c
maka :  
b b b
b. Pengurangan pecahan
Perhatikan pembahasan tentang pengurangan pada pecahan dengan bantuan
daerah persegi berikut ini
Contoh 1 :
- =

4 1 3
- =
4 4 4
4 1 3
Pengurangan pecahan (   )
3 4 4
Dari contoh diatas, dapat disimpulkan bahwa pengurangan pecahan yang
memiliki penyebut yang sama, dilakukan dengan cara mengurangi
pembilangnya saja, sedangkan penyebutnya tetap.

a c
Untuk sembarang pecahan dan dengan b  0 ,
b b
a c a c
maka :  
b b b

C. Kerangka Pemikiran
Pembelajaran matematika di kelas IV SD masih banyak hambatan dan
permasalahan diantaranya kurangnya keaktifan siswa, kreatifitas siswa, serta
rendahnya penguasaan konsep belajar siswa. Berdasarkan permasalahan ini
penguasaan konsep belajar siswa yang dibatasi pada keaktifan, kreatifitas, dan
penguasaan konsep matematika dalam pembelajaran matematika perlu ditingkatkan
dengan melakukan evaluasi dalam hal pembelajaran yang dilakukan guru.
Kerangka pemikiran tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :
Kesulitan peguasaan Rencana Tindakan
konsep berhitung tindakan penelitian
pecahan

Peningkatan penguasaan
konsep berhitung pecahan

Alur Kerangka Pemikiran Tindakan Penelitian

D. Hipotesis
Berdasarkan hasil tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran di atas dapat
dirumuskan hipotesis sebagai berikut. “Dengan menerapkan model pembelajaran
CTL dalam proses belajar mengajar matematika, maka penguasaan konsep operasi
hitung dan prestasi belajar siswa dapat ditingkatkan”.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom
Action Research (CAR) yang dapat didefinisikan menurut Kemmis dan Mc. Taggart
adalah suatu bentuk penelitian reflektif diri yang dilakukan oleh peserta-pesertanya
dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran dan keadilan praktek pendidikan
dan praktek sosial, serta pemahaman terhadap praktek-praktek itu dan terhadap
situasi tempat dilakukan praktek-praktek tersebut. Penelitian ini secara garis
besar dilakukan dalam empat tahap (Suwarsih Madya, 1994: 19-24) yaitu:
Penyusunan rencana, tindakan, observasi, refleksi.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat yang digunakan sebagai penelitian adalah IV SD Negeri 1 Gumiwang
Lor, Wonogiri.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan secara bertahap. Adapun tahapan pelaksanaan
penelitian adalah tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap akhir.
Penelitian mulai dilaksanakan pada bulan Januari 2009 – bulan April 2009,
pengolahan data dan penyusunan laporan penelitian dilaksanakan mulai bulan
Mei 2009 sampai dengan Juni 2009.
C. Subyek Penelitian
Dalam penelitian ini guru matematika kelas IV SD bertindak sebagai subjek yang
membantu dalam perencanaan, sedangkan yang melakukan tindakan kelas adalah
peneliti. Subjek yang menerima tindakan adalah siswa kelas IV yang berjumlah 24
orang.
D. Rancangan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan pembelajaran matematika yang
efektif dan menjamin diperolehnya manfaat yang lebih baik. Kepala sekolah, guru
kelas, dan peneliti dilibatkan sejak : Dialog awal, perencanaan tindakan, pelaksanaan
tindakan, observasi dan monitoring, refleksi, evaluasi, penyimpulan hasil berupa
pengertian dan pemahaman.

8
E. Teknik Pengumpulan Data
Dalam rangka implementasi rancangan penelitian, salah satunya yang perlu
dilakukan adalah pengumpulan data. Fungsi data dalam penelitian tindakan adalah
sebagai landasan refleksi. Penelitian tindakan kelas dilakukan bersifat deskriptif
kualitatif. Sumber data primer adalah peneliti yang melakukan tindakan dan siswa
yang menerima tindakan, sedangkan sumber data sekunder berupa data dokumentasi.
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data dibedakan menjadi metode pokok dan
metode bantu.
F. Instrumen Penelitian
1. Definisi Operasional Variabel
a. Peningkatan
Pada penelitian ini yang dimaksud peningkatan adalah usaha
menjadikan lebih baik sesuai dengan kondisi – kondisi yang dapat diciptakan
atau diusahakan. Kriteriannya bersifat normatif dalam, yaitu hasil tindakan
dianalisis dengan metode alur kemudian dibandingkan dengan kondisi
sebelumnya.
b. Penguasaan Konsep
Pada penelitian ini yang dimaksud dengan penguasaan konsep adalah
usaha untuk lebih mengerti yang memungkinkan kita untuk mengelompokkan
obyek atau kejadian. Konsep dapat dipelajari dengan cara melihat,
mendengar, mendiskusikan, dan memikirkannya.
c. Pendekatan Kontekstual
Pendekatan kontekstual merupakan sebuah konsep belajar yang
membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia
nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan
yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari–hari.
2. Pengembangan Instrumen
Instrumen penelitian ini disini disusun dan dikembangkan oleh peneliti
(observer) dengan mempertimbangkan masukan dari guru dengan menjaga
validitas isi. Berdasarkan cara pelaksanaan dan tujuan, penelitian ini
menggunakan observasi berbentuk partisipatif penuh. Observasi partisipatif
dibagi menjadi dua yaitu partisipatif sebagaian (partial participation) dan
partisipasi penuh (full participation
G. Validitas Isi Instrumen
Instrumen penelitian tindakan kelas ini disusun untuk mengukur peningkatan
kemampuan penalaran matematika siswa, isinya dibuat berdasarkan perilaku siswa
dan materi pelajaran yang diberikan dengan mengacu pada kurikulum yang berlaku.
Menurut Arikunto (2007: 67), suatu tes atau instrumen dikatakan memiliki validitas
isi jika mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran
yang diberikan, validitas isi dapat diusahakan tercapainya sejak saat penyusunan
dengan cara merinci materi kurikulum atau materi buku pelajaran
H. Teknik Analisis Data
Analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif untuk mengolah data nilai
yang berupa kemampuan matematika yang dianalisi dengan pencapaian prosentase.
Analisis kualitatif dilakukan dengan metode alur yaitu data dianalisi sejak tindakan
pembelajaran dilaksanakan, dikembangkan selama proses pembelajaran. Menurut
Miles dan Huberma teknik ini terdiri dari tiga alur kegiatan yaitu: reduksi data,
penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.
Reduksi data yaitu proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan
dan transformasi data kasar yang muncul dari catata-catatan yang tertulis di
lapangan.
Penyajian data dilakukan dalam rangka pemahaman terhadap sekumpulan
informasi yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan. Sedangkan
penarikan kesimpulan dilakukan secara bertahap untuk memperoleh derajat
kepercayaan yang tinggi. Dengan demikian analisis data kualitatif dalam penelitian
tindakan ini dilakukan semenjak tindakan–tindakan dilaksanakan.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
Lokasi SD Negeri 1 Gumiwang Lor di Desa Gumiwang, Kecamatan Wuryantoro,
Kabupaten Wonogiri berdiri di atas tanah seluas 1200 m2.. SD Negeri 1 Gumiwang
Lor kurang lebih 200 m dari jalan raya, dengan jarak yang cukup jauh dari jalan raya
tersebut membuat proses belajar mengajar jauh dari keramaian dan suasana belajar
lebih kondusif.
SD Negeri 1 Gumiwang Lor mempunyai 1 Kepala Sekolah dan guru yang
mengajar belum semuanya berstatus pegawai negeri, artinya masih ada guru
honorer. Jumlah guru di SD Negeri 1 Gumiwang Lor ada 10 orang, terdiri dari 8
guru tetap dan 2 guru bantu.
Siswa merupakan salah satu unsur pendidikan disamping pendidik. Tujuan media
siswa adalah unsur individu yang belajar di SD Negeri 1 Gumiwang Lor. Jumlah
seluruh siswa yang terdaftar pada tahun ajaran 2008/2009 adalah sebanyak 143
siswa. Pada penelitian ini guru matematika beserta peneliti sepakat mengadakan
kerja sama penelitian tindakan kelas dengan mengambil sampel kelas IV, yang
berjumlah 24 siswa terdiri dari 11 siswa perempuan dan 13 siswa laki-laki.
Tentang keadaan sarana dan fasilitas pendidikan, setelah mengadakan observasi
dapat dikatakan bahwa sarana dan fasilitas yang ada di SD Negeri 1 Gumiwang Lor
sudah cukup memadai sebagai sarana kegiatan belajar mengajar.
B. Deskripsi Hasil Penelitian
1. Data Peningkatan Penguasaan Konsep Siswa Tentang Penggunaan
Pendekatan Kontekstual Dalam Pembelajaran Matematika Sebagai Upaya
Peningkatan Penguasaan Konsep Operasi Hitung Pecahan
a. Tindakan kelas putaran I
Hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan guru dalam upaya
meningkatkan penguasaan konsep siswa dengan pendekatan kontekstual.
Pada putaran I dengan cara meningkatkan penguasaan konsep. Pada putaran I
diperoleh data bahwa banyak dari siswa kurang terlibat aktif, beberapa siswa
bahkan pasif tanpa berusaha ikut berpartisipasi. Kegiatan ini hanya
didominasi oleh beberapa siswa saja. Siswa yang mampu dalam menjawab
pertanyaan guru 4 siswa (16,67%), mengajukan pertanyaan 7 siswa (29,17%),
11
memberi tanggapan atas jawaban siswa lain 4 siswa (16,67%), membuat
kesimpulan materi 6 siswa (25%) dan pemanfaatan sumber belajar yang ada 7
siswa (29,17%).
b. Tindakan Kelas Putaran II
Pada putaran II diperoleh peningkatan data-data sebagai berikut: jumlah
siswa yang menjawab pertanyaan guru 12 siswa (50%), mengajukan
pertanyaan 16 siswa (66,67%), memberi tanggapan atas jawaban siswa lain
12 siswa (50%), membuat kesimpulan materi 14 siswa (58,34%) dan
pemanfaatan sumber belajar yang ada 10 siswa (41,67%).
c. Tindakan Kelas Putaran III
Komunikasi terjadi dua arah, baik antara guru bertindak sebagai
fasilitator belajar dan siswa ataupun antara siswa yang “kurang”. Data yang
diperoleh selama pengamatan putaran III adalah 18 siswa (75%) menjawab
pertanyaan guru, 19 siswa (79,17%) mengajukan pertanyaan, 16 siswa
(66,67%) memberi tanggapan atas jawaban siswa lain, 20 siswa (83,34%)
membuat kesimpulan materi dan 21 siswa (87,5%) pemanfaatan sumber
belajar yang ada.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Permasalahan 1: Apakah ada peningkatan penguasaan konsep berhitung pecahan
siswa pada sub pokok bahasan penjumlahan dan pengurangan
bilangan pecahan dengan menggunakan pendekatan kontekstual
selama proses pembelajaran matematika ?
Perbaikan yang dilakukan antara lain memberikan motivasi kepada siswa agar
lebih aktif dalam menjawab pertanyaan guru, mengajukan pertanyaan, memberi
tanggapan atas jawaban siswa lain, membuat kesimpulan materi dan pemanfaatan
sumber belajar yang ada. Untuk memperjelas pemahaman siswa, guru dapat
menggunakan alat bantu sebagai penekanan terhadap konsep yang dianggap penting.
Selain itu guru senantiasa memotivasi siswa agar mempelajari kembali materi yang
disampaikan agar pemahaman yang dimiliki tidak mudah dilupakan.
Pembenahan yang dilakukan guru adalah pemberian motivasi dan semangat
belajar yang tinggi kepada siswa agar selalu berusaha untuk belajar rutin dan
berkesinambungan dengan memberikan tugas mandiri ( pekerjaan rumah) yang
sesuai dengan materi yang telah diajarkan. Tentunya tugas mandiri tersebut dibuat
mudah agar siswa terpancing untuk belajar, sehingga siswa selalu siap mengikuti
pelajaran pada pertemuan berikutnya.
Kegiatan belajar mengajar dengan kontekstual semakin optimal. Penguasaan
konsep siswa pada opersi hitung pecahan menunjukkan peningkatan yang sangat
signifikan, siswa dapat menjawab pertanyaan yang diberikan guru, siswa antusias
mengajukan pertanyaan akan hal yang kurang dimengerti, komunikasi antar siswa
terlihat jelas karena siswa aktif memberi tanggapan atas pendapat siswa lain, setiap
siswa mampu membuat kesimpulan materi baik secara mandiri maupun kelompok,
serta siswa aktif dalam memanfaatkan sumber belajar yang ada. Hasil belajar siswa
juga mengalami peningkatan dari putaran I maupun II. Pembelajaran operasi hitung
pecahan melalui pendekatan kontekstual dapat menumbuhkan sikap saling
bekerjasama dan saling membantu dalam memahami suatu permasalahan, sehingga
mampu menyelesaikan permasalahan tersebut dengan benar. Hal ini memberikan
motivasi kepada siswa untuk selalu belajar secara teratur dan berkesinambungan
sehingga pemahaman yang telah dimiliki tidak akan mudah lupa.
Guru dalam menyampaikan materi penuh kehangatan, sehingga terjalin
komunikasi antara guru dan siswa. Guru terlihat jelas sebagai fasilatator dan
motivator dalam proses belajar mengajar. Siswa terlihat aktif dalam mengikuti
pelajaran.
Dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan penguasaan konsep pada operasi
hitung pecahan sub pokok bahasan penjumlahan dan pengurangan dengan
menggunakan pendekatan kontekstual.
Permasalahan 2: Adakah peningkatan hasil belajar siswa dengan diterapkanya
pendekatan kontekstual dalam pembelajaran matematika ?
Hasil belajar siswa sedikit banyak dipengaruhi oleh pemahaman yang dimiliki
oleh siswa. Jika siswa siswa aktif menyusun pemahamannya secara teratur dan
berurutan mengenai suatu konsep maka siswa tersebut tidak akan mengalami
kesulitan untuk menyelesaikan permasalahan yang sesuai dengan konsep tersebut,
kapanpun dan dimanapun. Dengan berusaha mengoptimalkan peran siswa dalam
latihan terkontrol siswa dituntut untuk aktif bekerjasama, mengemukakan ide,
mengorganisasikan apa yang telah diketahui dalam upaya pemecahan masalah, dan
menentukan serta menggunakan operasi pada pecahan secara tepat dalam pemecahan
masalah sehingga diperoleh pemahaman yang baik bagi siswa itu sendiri.
Pemahaman hasil pengalaman diri ini akan sulit dilupakan sehingga secara tidak
langsung akan mampu meningkatkan hasil belajar siswa.
Usaha-usaha dari guru sebagai pemantapan pemahaman yang dimiliki siswa, guru
menggunakan latihan mandiri, latihan terkontrol dan tugas mandiri serta memberikan
motivasi kepada siswa agar selalu belajar secara teratur dan berkesinambungan
walaupun esok tidak diadakan ujian sekalipun.
Perubahan pada tindak belajar yang berkaitan dengan penguasaan konsep siswa
dan hasil belajar siswa pada operasi hitung pecahan setelah dilaksanakan tindakan
kelas selama tiga putaran dalam tabel berikut:
Profil kelas Sebelum dan Sesudah Tindakan
Sebelum Setelah Penelitian
Partisipasi Penelitian Putaran I Putaran II Putaran III
(24 siswa) (24 siswa) (24 siswa) (24 siswa)
Menjawab 8,33% 16,67% 50% 75%
pertanyaan (2 siswa) (4 siswa) (12 siswa) (18siswa)
Mengajukan 16,67% 29,17% 66,67% 79,17%
pertanyaan (4 siswa) (7 siswa) (16 siswa) (19siswa)
Memberi tanggapan 4,17% 16,67% 50% 66,67%
(1 siswa) (4 siswa) (12 siswa) (16siswa)
Membuat kesimpulan 12,5% 25% 58,34% (14 83,34%
(3 siswa) (6 siswa) siswa) (20siswa)
Memanfaatkan 16,67% 29,17% 41,67% 87,5%
sumber belajar (4 siswa) (7 siswa) (10 siswa) (21siswa)
Latihan mandiri 12,5% 40,83% 54,17% 79,17%
(3 siswa) (5 siswa) (13 siswa) (19siswa)
Latihan terkontrol 0 29,17% 62,5% 83,34%
(7 siswa) (15 siswa) (20siswa)
Tugas mandiri 0 37,5% 66,67% 91,67%
(9 siswa) (16 siswa) (22siswa)

Berdasarkan peningkatan banyaknya siswa tersebut menunjukkan bahwa


pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual dapat membuat siswa
aktif, kreatif dan pada akhirnya siswa akan mampu menguasai materi yang telah
diajarkan, sehingga siswa dapat meningkatkan penguasaan konsep operasi hitung
pecahan dengan baik dan benar.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan rangkaian tindakan kelas dalam setiap putaran yang telah dilakukan
di kelas IV SD Negeri 1 Gumiwang Lor, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai
berikut :
1. Pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan kontekstual, telah
mampu meningkatkan penguasaan konsep siswa tentang operasi hitung pecahan
sub pokok bahasan penjumlahan dan pengurangan bilangan pecahan.
a. Kemampuan menjawab pertanyaan dari guru meningkat sebelum adanya
penelitian tindakan sebesar 2 (8,33%) dan pada akhir tindakan meningkat
menjadi 18 siswa (75%).
b. Kemampuan mengajukan pertanyaaan kepada guru meningkat sebelum
adanya penelitian tindakan sebesar 4 (16,67%) dan pada akhir tindakan
meningkat menjadi 19 siswa (79,17%).
c. Kemampuan memberi tanggapan atas jawaban siswa lain terjadi peningkatan
yaitu sebelum adanya penelitian tindakan sebesar 1 (4,17 dan pada akhir
tindakan meningkat menjadi 16 siswa (66,67%).
d. Kemampuan membuat kesimpulan materi terjadi peningkatan yaitu sebelum
adanya penelitian tindakan sebesar 3 (12,5 dan pada akhir tindakan meningkat
menjadi 20 siswa (83,34%) .
e. Kemampuan memanfaatkan sumber belajar yang ada terjadi peningkatan
yaitu sebelum adanya penelitian tindakan sebesar 4 (16,67%) dan pada akhir
tindakan meningkat menjadi 21 siswa (87,5%).
2. Hasil belajar siswa dalam pembelajaran mengalami peningkatan yaitu:
a. Latihan mandiri 5 siswa (20,85%) pada putaran I menjadi 13 siswa (54,17%)
pada putaran II dan 19 siswa (79,17%) pada putaran III.
b. Latihan terkontrol 7 siswa (29,17%) pada putaran I menjadi 15 siswa (62,5%)
pada putaran II dan 20 siswa (83,34%) pada putaran III.
c. Tugas mandiri 9 siswa (37,5%) pada putaran I menjadi 16 siswa (66,67%)
pada putaran II dan 22 siswa (91,67%) pada putaran III.
Pembelajaran matematika dengan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan
penguasaan konsep siswa dalam pembelajaran dikelas. hal ini ditunjukkan oleh hasil
15
evaluasi terhadap profil kelas sebelum dan sesudah penelitian dan tanggapan guru
matematika setelah serangkaian tindakan kelas selesai. Dari profil kelas yang dibuat
guru matematika bersama peneliti dapat disimpulkan dari setiap putaran adanya
peningkatan.
B. Implikasi
Kesimpulan butir pertama memberikan implikasi bahwa penguasaan konsep
siswa dapat ditingkatkan oleh guru melalui tindakan-tindakan yaitu menjawab
pertanyaan guru, mengajukan pertanyaan, memberi tanggapan atas jawaban siswa
lain, membuat kesimpulan materi dan memanfaatkan sumber belajar yang ada.
Pengaruh yang tampak dari tindakan guru dalam pembelajaran adalah siswa akan
termotivasi dalam mengikuti pelajaran dan siswa merasa lebih nyaman dalm belajar.
Dengan motivasi belajar yang semakin tinggi, siswa merasa nyaman dan merasa
terdorong untuk melakukan sesuatu yang bermanfaaat dalm pembelajaran misalnya
siswa aktif dalam menjawab pertanyaan guru, mengajukan pertanyaan, memberi
tanggapan atas jawaban siswa lain, membuat kesimpulan materi dan memanfaatkan
sumber belajar yang ada.
Kesimpulan butir kedua memberi implikasi bahwa dengan menggunakan
pendekatan kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Siswa diajak
bekerjasama dalam kelompok untuk menyelesaikan latihan terkontrol secara
bersama-sama. Hal ini akan membuat penguasaan konsep matematika yang dimiliki
oleh siswa dengan bantuan dari teman lainya, sehingga mereka mampu menyusun
penguasaan konsep matematika berdasar pengalaman sendiri. Sebagai pemantapan
penguasaan konsep yang telah mereka peroleh, guru dapat memberikan tugas mandiri
secara kontinue.
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukkan bagi guru dan calon guru
untuk mengoptimalkan peran siswa dalam belajar. Jika siswa sudah dapat
menunjukkan bahwa mereka dapat menganggap dirinya sebagai guru untuk
temannya dan teman mereka sebagai guru, maka hasil belajar berupa kemampuan
siswa dapat meningkat karena mereka dapat belajar tanpa terbebani rasa takut.

C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang bersifat kolaboratif yang telah
dilaksanakan, maka diajukan sejumlah saran sebagai berikut:
1. Terhadap Guru Matematika
a. Guru matematika disarankan untuk menggunakan pendekatan kontekstual
karena telah teruji sebagai pembelajaran yang efektif dalam peningkatkan
penguasaan konsep berhitung pecahan. Hal ini dapat dilakukan melalui
tindakan-tindakan yaitu mengaktifkan siswa untuk menjawab pertanyaan
guru, mengajukan pertanyaan, memberi tanggapan atas jawaban siswa lain,
membuat kesimpulan materi dan memanfaatkan sumber belajar yang ada.
b. Dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan
kontekstual kerjasama antar siswa sangat dibutuhkan. Sehingga guru
diharuskan bisa menumbuhkembangkan kerjasama antar siswa agar terjalin
hubungan yang baik.
c. Dalam pembelajaran matematika pokok bahasan pecahan dengan
menggunakan pendekatan kontekstual guru matematika perlu memberikan
penguasaan konsep antara sub pokok bahasan yang satu dengan yang lain
harus saling berkaitan, sehingga siswa dapat menguasai konsep operasi hitung
pecahan dengan mudah.
2. Terhadap Siswa
a. Untuk melatih penguasaan konsep operasi hitung pecahan hendaknya siswa
lebih kreatif dan aktif terlibat dalam mengikuti pembelajaran.
b. Setiap siswa hendaknya dapat menjalin hubungan baik dengan guru agar
proses belajar mengajar terasa nyaman dan menyenangkan.
3. Terhadap Peneliti Selanjutnya
Penelitian tindakan kelas ini hendaknya dilakukan secara berkesinambungan
dengan cakupan materi yang lain dan lebih luas dengan melibatkan variabel-
variabel yang lebih banyak untuk memberikan masukkan kepada dunia
pendidikan khususnya guru matematika sehingga kualitas pendidikan kita
semakin membaik.
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2007. Dasar_Dasar Evaluasi Pendidikan ed. Revisi. Jakarta: Bumi
Aksara

Buchori, Mochtar. 2001. Pendidikan Antisipatoris. Yogyakarta: Kanisius.

De Porter, Bobby. 1999. Quantum Learning Membiasakan Belajar Nyaman dan


Menyenangkan. Bandung: Kaifa.

Johnson, Elaine B. 2007. Contextual Teaching & Learning Menjadikan Kegiatan Belajar
Mengajar Mengasikkan dan Bermakna. Bandung: MLC.

Madya, Suwarsih. 1994. Panduan Penelitian Tindakan Lembaga Penelitian. Yogyakarta:


IKIP.

Nurhadi.2002.Pendekatan Kontekstual. Jakarta : Depdiknas

Poerwadarminto, 1996. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Russefendi, E.T. 1980. Pengajaran Matematika Modern Untuk Orang Tua, Murid,
Guru, dan SPG 5. Bandung: Tarsito.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka


Cipta.

Sudjana, Nana. 2000. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algesindo.

You might also like