Professional Documents
Culture Documents
Page | 16
digunakan untuk menghasilkan fluida kerja adalah batubara. Fluida kerja uap
hasil dari pembakaran digunakan untuk memutar turbin yang selanjutnya
akan memutar rotor generator sehingga dapat menghasilkan tenaga listrik.
Pada proses produksi listrik terdapat beberapa konversi energi yang terjadi.
Mulai dari energi kimiawi yang tersimpan pada batubara diubah menjadi
energi panas melalui sistem pembakaran. Energi panas ini digunakan untuk
mengubah air menjadi uap dengan suhu dan tekanan yang tinggi. Kemudian
energi panas pada uap akan mampu memutar sudu turbin sehingga terjadilah
konversi dari energi panas menjadi energi kinetik. Itulah mengapa
pembangkit listrik tenaga uap termasuk dalam kategori ”thermal plant”,
karena memanfaatkan panas hasil pembakaran bahan bakar batubara dan
udara di dalam furnace yang kemudian digunakan untuk memanaskan pipa-
pipa berisi air/uap di dalam boiler.
Dalam Proses Produksi Listrik Pada PLTU terdiri dari beberapa siklus
diantaranya :
Page | 17
Page | 18
3.2.1 Siklus Bahan Bakar
Page | 19
Minyak bakar atau marine fuel oil (MFO) bukan merupakan hasil
destilasi (pemisahan fraksi-fraksi minyak bumi berdasarkan perbedaan
titik didihnya) tetapi hasil dari jenis residu yang berwarna hitam. Minyak
jenis ini memiliki tingkat kekentalan yang tinggi dibandingkan minyak
diesel sehingga sebelum digunakan minyak jenis ini harus dipanaskan
terlebih dahulu agar dapat disalurkan. Pemakaian BBM jenis ini
umumnya untuk pembakaran langsung pada industri besar, yaitu untuk
steam power station dan dari segi ekonomi lebih murah dari pada
penggunaan High Speed Diesel (HSD).
Gambar 3.3 Tangki Utama Bahan Bakar Minyak (Main Fuel Oil Tank)
Siklus aliran bahan bakar minyak pada PLTU dimulai dari fuel oil
supplier pada PT.Pertamina. dari fuel oil supplier kemudian minyak di
salurkan ke fuel oil tank, dengan kapasitas tampung 757m3. Marine Fuel
Page | 20
Oil (MFO) dan High Speed Diesel (HSD) ditampung pada tempat
penampungan yang berbeda, hal ini disebabkan karena kedua jenis
minyak tersebut memiliki kandungan viskositas yang berbeda dimana
viskositas dari Marine Fuel Oil (MFO) lebih tinggi daripada High Speed
Diesel (HSD).
Page | 21
Gambar 3.4 Proses Siklus Bahan Bakar Batubara
Page | 22
Gambar 3.5 Proses pengambilan Batubara oleh Ship Unloader menuju
Coal Yard
Page | 23
penggerusan untuk memperkecil ukuran batubara agar menjadi partikel-
partikel kecil. Hal ini disebabkan karena semakin kecil ukuran batubara
yang dimasukkan kedalam tungku pembakaran (Boiler), maka semakin
besar kalori yang dihasilkan oleh batubara ketika pembakaran nantinya.
Page | 24
menyebabkan kerusakan ataupun pengkroposan dan dapat mengurangi umur
dari alat tersebut.
Cara yang dapat dilakukan untuk memperoleh air umpan yang bebas
dari bahan-bahan yang berbahaya bagi komponen-komponen dapat
dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya dengan menggunakan sistem
pemurnian air laut yang diproses melalui Water Treatmemnt Plant.
Page | 25
kondensor. Didalam chorine tank air diinjek menggunakan coagulant agar
mengikat kotoran-kotoran dan memisahkannya dari air. Dari chlorine tank
air kemudian dialirkan ke clarifier untuk diinjek menggunakan polimer agar
terbentuk flok-flok yang ukurannya lebih besar ( sludge ) sehingga dapat
mengendap dibawah dan dapat dipisahkan. Pada clarifier ini menggunakan
prinsip overflow dimana air bersih yang berada dipermukaan akan tumpah
dan mengalir kedalam supernatant tank untuk ditampung sementara. Setelah
dari supernatan tank air akan melewati beberapa proses pemfilteran untuk
menyaring dari zat-zat pengotor yang berukuran kecil yang masih terdapat
didalam air. Salah satunya adalah dual media filter, dimana air laut akan
disaring dengan prinsip sand filter 3 lapis. Pada proses reverse osmosis akan
terjadi penginjeksian koagulan yaitu asam dan anti scalant. Koagulan
berfungsi mengikat kotoran-kotoran seperti lumpur sedangkan asam dan
basa digunakan untuk mengatur pH dan anti scalant berfungsi untuk
menghindari timbulnya kerak pada pipa. Didalam proses reverse osmosis
terdapat membran yang berfungsi untuk menyaring kandungan garam. Jenis
membrane yang terdapat didalam proses tersebut adalah membrane semi
permeable. Untuk sebuah konstruksi reverse osmosis memiliki 11 facial,
dimana pada setiap facial terdapat 6 membrane semi permeable didalamnya.
Page | 26
Pada proses reverse osmosis PT. PLN (Persero) Pembangkitan
Tanjung Jati B memiliki production rate 630 m3/hr (3 x 210 m3/hr) dan
recovery rate 40%. Air hasil proses desalinasi juga memiliki parameter –
parameter sebagai berikut :
Page | 27
3.2.3 Siklus Uap
Page | 28
Uap superheat yang telah memiliki nilai temperatur dan tekanan
tinggi digunakan untuk memutar High Pressure Turbine (HP Turbine). Uap
yang keluar dari High Pressure Turbine (HP Turbine) akan mengalami
penurunan tekanan dan temperatur, untuk itu sebelum digunakan untuk
memutar Intermediate Pressure Turbine (IP Turbine) uap dialirkan kembali
ke reaheater agar temperatur dan tekanan uap dapat dinaikkan kembali. Uap
yang keluar dari reheater digunakan untuk memutar Intermediate Pressure
Turbine (IP Turbine), uap sisa yang keluar dari Intermediate Pressure
Turbine (IP Turbine) digunakan langsung untuk memutar Low Pressure
Turbine (LP Turbine).
Page | 29
Ketiga hal tersebut harus dalam jumlah yang tepat untuk
menghasilan pembakaran yang optimal.
Udara primer dihisap oleh Primary Air Fans (PA Fans). Primary Air
Fans (PA Fans) berfungsi untuk menghasilkan udara yang diperlukan untuk
mendorong serbuk batubara dari pulverizer ke ruang bakar (Boiler).
Sebelum masuk ke Primary Air Fans (PA Fans) udara terlebih melalui filter
udara. Udara ini kemudian dipanaskan pada Primary Air Preheat Steam
Coil lalu dipanaskan lagi pada Primary Air Heater atau Mill Air Heater
hingga bersuhu 280oC dengan menanfaatkan gas panas setelah melewati
dari Economizer agar kandungan air dalam udara menguap. Udara ini
kemudian disalurkan ke penggiling batubara (Mill Pulverizer atau Crusher).
Udara panas ini akan memanaskan batubara dan mengeringkan batubara.
Lalu udara primer ini membawa batubara yang sudah dihancurkan menjadi
serbuk sebesar 200 mesh menuju ke burner pada boiler. Jadi udara primer
berfungsi sebagai :
a. Memanaskan batubara.
b. Mentranspor batubara menuju ruang bakar.
Page | 30
Gambar 3.12 Siklus Udara Primer
Page | 31
Gambar 3.13 Siklus Udara Sekunder
Page | 32
3.2.5 Siklus Air Pendingin
Siklus air pendingin atau sering juga disebut cooling water merupakan
siklus yang menjelaskan tentang proses penyediaan air yang digunakan
untuk pendinginan uap keluar turbin pada kondensor. Selain digunakan
sebagai pendingin dikondensor, air pendingin juga digunakan sebagai
pendingin komponen boiler. Air yang digunakan pada proses ini adalah air
laut. Air laut ini awalnya diambil dari water intake menggunakan
circulating water pump (CWP). Setelah itu pada chlorination plant air
dibersihkan dari zat-zat pengotor dan biota laut terlebih dahulu, dengan cara
menginjeksi cairan kimia chlorine. Kemudian air dialirkan menuju ke
kondensor untuk proses pendinginan. Proses pendinginan ini berfungsi
untuk mengubahan fasa uap menjadi air. Temperature air masuk kondensor
berkisar 28 – 31 °C, setelah keluar kondensor temperatur air pendingin
berubah menjadi 36 – 38 °C
Page | 33
3.2.6 Siklus Gas Buang
Page | 34
Didalam electrostatic precipitator (ESP) gas buang sisa dari
pembakaran dilewatkan pada suatu medan listrik yang terletak diantara
discharge electrode dengan collector plate. Partikel debu yang lewat akan
menempel pada collector plate, kemudian debu yang terkumpul akan
dipindahkan sedikit demi sedikit ke pengumpul debu ( Ash hopper ). Dari
pengumpul debu (Ash Hopper) selanjutnya dipindahkan ke fly ash silo.
Page | 35
3.2.6.A Siklus Flue Gas Desulfurization (FGD)
Gas buang dari furnace / ruang bakar akan dilewatkan pada air
heater untuk memanaskan udara pembakaran agar dapat meningkatkan
efisiensi pembakaran. Setelah itu, gas buang akan melewati ESP atau
electric precipitator untuk diserap abu nya, kemudian disedot oleh
induced draft fan dan dibawa menuju Flue Gas Desulfurization (FGD).
Page | 36
menyemprotkan limestone slurry ke gas buang, sulfur dioksida diubah
menjadi hidrat kalsium sulfit dan kalsium sulfat.
Page | 37
liquid dengan gas. Aliran gas buang berlawanan arah dengan aliran slurry
yang disemprotkan kebawah untuk proses penyerapan sulfur dioksida.
Page | 38
3.2.7 Siklus Penanganan Abu
Page | 39
Trough menggunakan 2 Boster Pump menuju Transition Chute sebagai
perapat yang sebelumnya melewati Heat Exchanger agar temperaturenya
tetap rendah. Kemudian abu yang berada di Sludge water disirkulasikan
kembali ke dalam bak SSC menggunakan 2 Sludge Pump yang nantinya
akan dihaluskan oleh crusher dan ditampung di Ash Valley. Slag Bin
merupakan tempat pengolahan Bottom Ash. Bottom Ash yang berasal dari
SSC dibawa oleh Fligh Bar kemudian dihaluskan oleh Crusher dan
ditampung di dalam Slag Bin. Di Slag Bin ini dilengkapi oleh tiga buah
Vibrator agar mencegah terjadinya pemadatan abu atau ngeblok. Setelah
itu ditransfer ke Belt Conveyor 1 (BC1) yang nantinya dibawa ke
penampungan akhir (Ash Valley) atau langsung ke Dump Truck.
Penanganan yang kedua yaitu abu pada flue gas atau abu terbang
(fly ash). Abu terbang (fly ash) berasal dari gas buang (flue gas) dalam
ruang bakar yang mengandung partikel-partikel abu. Penanganan
dilakukan dengan cara menangkap dan mengumpulkan abu dengan
electronic pecipitator pada ESP hopper. Proses yang terjadi pada ESP
adalah gas buang yang mengandung partikel abu akan melewati suatu
ruang yang di dalamnya terdapat pelat-pelat yang berfungsi untuk
menangkap partikel abu. Pelat tersebut dialiri listrik searah (DC). Partikel
– partikel abu dari boiler/ruang bakar (furnace) yang belum bermuatan,
akan diberi muatan – ( negative ) oleh Electroda dan selanjutnya dengan
teori Electric magnet akan ditangkap oleh Collecting Plate. Partikel abu ini
akan jatuh ke bawah karena gravitasi. Sisa abu yang masih menempel pada
collecting plate dan discharge electroda akan dibersihkan dengan system
penghentakan (rapping) sehingga abu akan terjatuh ke hopper. Dari ESP
hopper abu dihisap oleh Pneumatic Vakuum Pump untuk disalurkan ke fly
ash silo. Abu dari flue gas kemudian dikumpulkan didalam truk yang
tertutup untuk selanjutnya dibawa ketempat pembuangan abu atau dibawa
ke industri semen.
Page | 40
Gambar 3.18 Fly Ash Silo, Bottom Ash Silo, dan Proses Pembambilan Fly
Ash
Page | 41
supaya tidak mencemari dan mematikan mikroorganisme serta mahluk
hidup yang tinggal didalamnya. Air limbah yang masuk kedalam siklus
Waste Water Treatment Plant berasal dari berbagai tempat, diantaranya
dari air buangan tungku, air limpasan dari sistem penanganan batu bara,
air limpasan dari penimbunan abu, dan beberapa sumber lainnya.
Page | 42
Gambar 3.20 Clarifier pada Waste Water Treatment Plant PLTU
Tanjung Jati B
Page | 43
Primary air fan ini dibagi menjadi dua berdasarkan
letaknya, yaitu cold primary air systemdan hot primary air
system. Cold primary air system terletak pada saluran sebelum
air heater, sedangkan hot primary air system terletak pada
saluran setelah melewati air heater.
Page | 44
oleh dumper tetap yaitu pengatur pengaduk udara sehingga
menimbulkan turbulensi yang memungkinkan terjadinya
pembakaran yang efisien.Turbulensi mengacu pada gerakan
udara didalam Furnace, gerakan ini perlu karena dapat
menyempurnakan pencampuran udara dan bahan bakar.
Page | 45
3.3.2 Kondensor
Spesifikasi kondensor :
Page | 46
i. Condensate temperatur : 39.53 (deg C)
j. Tube size, Effective length : Ø 25.4 x t0.7,t0.5 x L 16,474 mm
(t0.7 mm only for the outer rows of
the tube bundle)
k. Total quantity : 26,672 tubes
Material
3.3.3 Boiler
Page | 47
b. Downcomers, merupakan pipa aliran air dari steam drum yang
selanjutnya diteruskan menuju primary superheater I untuk
dilakukan pemanasan hingga menjadi uap panas lanjut
c. Economizer, merupakan pipa yang dilalui air di dalam boiler
dengan memanfaatkan panas dari gas buang untuk memanaskan air
sebelum masuk ke steam drum.
d. Steam drum, adalah drum yang berfungsi menampung air setelah
melewati economizer dan juga memisahkan antara air dan uap
jenuh, selanjutnya uap jenuh akan diteruskan menuju ke primary
superheater I sedangkan fasa cair akan diteruskan ke downcomers.
e. Primary superheater I, komponen boiler yang terdiri dari pipa pipa
yang berfungsi untuk mengubah uap jenuh menjadi uap panas
lanjut (superheat steam)
f. Primary superheater II, sama hal nya Primary Superheater I,
menaikan temperatur uap panas lanjut hingga fraksi uap mendekati
1. sebelum di panaskan kembali di Secondary Superheater
g. Secondary superheater, terdiri dari pipa - pipa yang berfungsi
melakukan pemanasan terhadap uap setelah melalui primary
superheater II. Superheat Steam yang keluar memiliki temperatur
541 oC dan tekanan 170 bar absolute yang selanjutnya digunakan
untuk memutar high pressure turbine.
h. Reheater, adalah bagian dari boiler yang berfungsi memanaskan
kembali steam setelah memutar high pressure turbine. Keluaran
Reheater, uap memiliki temperatur dan tekanan sekitar 539 oC dan
38 bar gauge yang selanjutnya digunakan untuk memutari
Intermediate pressure turbine.
i. Spray atemperators, berfungsi menjaga agar temperatur steam
tidak melebihi batas material yang diijinkan, dengan
menyemprotkan steam dengan temperatur lebih rendah dibanding
temperatur steam di dalam pipa-pipa superheater. Terdapat 3stage
Page | 48
spray atemperators yang terletak diantara primary superheater I,
Sereheater.
j. Safety valves, merupakan katup pengaman yang berfungsi untuk
membuang tekanan yang berlebih sehingga tidak membahayakan
unit boiler.
k. Coal feeder, adalah mesin yang berfungsi mengatur jumlah aliran
batubara yang akan masuk ke dalam pulverizer, didesain dengan
output maksimum 68,5 metric ton/hour.
l. Coal pulverizer, adalah mesin yang berfungsi menghancurkan
batubara hingga sangat lembut yaitu 200 mesh screen yang
selanjutnya akan diteruskan ke burner untuk dilakukan pembakaran
di dalam furnace.
m. Coal burner, merupakan alat pembakar yang didesain untuk
menghasilkan nyala yang stabil (rendah emisi NOx dan CO) dari
bahan bakar utama batubara
n. Ignitor, berfungsi sebagai pematik serta pengontrol pengapian
sehingga membantu menstabilkan nyala api ketika masukan
batubara relatif sedikit.
o. Burner windbox, merupakan unit yang berfungsi memisahkan
aliran udara untuk masing-masing burner.
p. Primary air fans, merupakan unit yang berfungsi menyediakan
aliran udara yang dibutuhkan menuju pulverizer sehingga dapat
menghembuskan batubara menuju ke burner.
q. Forced draft fans, menyediakan jumlah udara pembakaran yang
dibutuhkan oleh burner.
r. Seal air fans, berfungsi menyediakan jumlah tekanan udara statik
menuju ke pulverizers dan coal feeders.
s. Steam coil air heater (SCAH), berfungsi menyediakan tambahan
panas ke udara sekunder di dalam kendali air heater’s cold end
temperature di atas titik embun asam.
Page | 49
t. Tri-sector air heater, berfungsi mentransfer panas dari gas buang
yang keluar dari boiler ke sistem aliran udara primer dan sekunder.
Spesifikasi Turbin :
Page | 50
d. Heat rated (at ECR) : 1861 kcal/kWh
e. Steam Flow (at T-MCR) : 2213.1 ton/hour
f. Speed : 3000 rpm
g. Steam pressure : 167 bar abs
h. Steam Temperature : 538°C
i. Reheat temp. at comb. heat vlv : 538 °C
j. Exhaust pressure : 0.0832 bar abs
k. HP Turbine Bypass Capacity : 35 % (at 176 bar)
l. LP Turbine Bypass Capacity : HP bypass steam flow +
desuperheating spray water
flow
3.3.5 Pompa
3.3.5.1 Boiler feed pump
Page | 51
Gambar 3.26 Boiler Feed Pump
Tugas utama boiler feed pump adalah memasok air
pengumpan ke boiler drum namun selain itu digunakan juga
untuk menyuplai air pengisi ke beberapa peralatan. PLTU
Tanjung Jati B memiliki BFP 3 x 50% per unit dengan
kapasitas 21,5 m3/min pada 174,3 OCdan driver output 9000
kW.
Page | 52
Gambar 3.27 Circulating Water Pump
Page | 53
menggantikan CEP yang trip. Selain itu, CEP yang dalam
keadaan beroperasi juga bisa trip secara otomatis jika level
hotwell terlalu rendah, hal ini bertujuan untuk mencegah CEP
bekerja dengan NPSH (Net Positive Suction Head) yang lebih
rendah dari tekanan minimum yang dianjurkan. PLTU Tanjung
Jati B memiliki CEP 2 x 100% per unit dengan kapasitas 30
m3/min dan driver output 1500 kW.
Page | 54
Gambar 3.29 Vacuum Pump
3.3.6 Generator
Spesifikasi generator :
Page | 55
g. Apparent Power : 802 MVA
h. Power Factor : 0.9 (lag) – 0.95 (lead)
i. Voltage : 22.8 kV
j. Speed Rotation : 3000 rpm
k. Frequency : 50 Hz
l. Rated H2 Pressure : 4.12 bar
3.3.7 Transformator
Spesifikasi transformator :
Page | 56
3.4 Sistem Pengolahan Limbah Cair Batubara Pada PT. PLN (Persero)
Pembangkitan Tanjung Jati B Unit 3 dan 4
Page | 57
pembangkit listrik yang menggaunakan bahan bakar utama batubara
memiliki limbah cair batubara seperti halnya PT. PLN (Persero)
Pembangkitan Tanjung Jati B. Tetapi limbah cair yang dihasilkan oleh
kebanyakan pembangkit masih memeunuhi standart baku mutu yang
ditentukan oleh Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) pada Permen
LH No. 18 tahun 2011
Page | 58
Pembangkitan Tanjung Jati B dinamakan WWTP ( Waste Water
Treatment Plant ).
Page | 59
terdapat saluran pembuangan air yang digunakan untuk mengalirkan
air menuju coal run off basin pada saat musim hujan agar air tidak
menggenang.
Page | 60
Gambar 3.34 Kolam air limpasan batubara (Coal Run Off Basin)
Gambar 3.35 Kolam Penampungan Limbah Cair (Retention Basin) Unit 3-4
PLTU Tanjung Jati B
Page | 61
3.4.3.4 Sistem Pengolahan Air Limbah (Waste Water Treatment Plant)
1. PH Adjusment
2. Coagulant Tank
3. Clarifier
Page | 62
atau flokulan berfungsi sebagai zat pengikat pada gumpalan-
gumpalan kecil sehingga menjadi gumpalan-gempalan besar
atau yang biasa disebut flok. Pada saat penginjeksian polimer
atau flokulan didalam clarifier, air akan diputar menggunakan
pengaduk dengan kecepatan rendah agar terjadi flok, selain itu
pengadukan dengan kecepatan rendah juga berfungsi untuk
mencegah agar gumpalan-gumpalan besar atau flok tidak pecah
kembali.
4. PH neutralization tank
3.4.4 Permasalahan
Page | 63
terdapat endapan (sludge) yang mempunyai TSS yang cukup besar,
maka hal tersebur dapat menjadikan masalah serious bagi pengolahan
sistem pengolahan air limbah (Waste Water Treatment Plant) pada
PT.PLN (Persero) Pembangkitan Tanjung Jati B, karena dapat
menyebabkan pengolahan sistem pengolahan air limbah (Waste Water
Treatment Plant) menjadi melebihi kapasitas sehingga dapat
menyebabkan kerusakan peralatan dan dapat berakibat shutdown pada
pengolahan sistem pengolahan air limbah (Waste Water Treatment
Plant). Berikut adalah dampak dari ikut terbawanya lumpur batubara
(Sludge) ke kolam penampungan limbah cair (retention basin) dengan
nilai Total Suspended Solid (TSS) yang cukup besar :
Gambar 3.36 Problem di kolam air limpasan batu bara akhir 2011
Page | 64
Karena endapan lumpur menimbulkan dampak yang sangat
berbahaya terhadap operasi sistem pengolahan air limbah (Waste Water
Treatment Plant) pada PT. PLN (Persero) Pembangkitan Tanjung Jati
B unit 3 dan 4, maka air limpasan yang berasal dari coal run off
terpaksa di buang langsung ke laut untuk menghindari kerusakan yang
akan terjadi. Namun jika air limpasan dari kolam air limpasan baubara
(coal run-off basin) langsung dibuang kelaut, maka dapat menyebabkan
dampak kerusakan ekosistem laut, menurunnya kualitas laut dan daya
dukung lingkungan secara signifikan akibat pencemaran yang
disebabkan kandungan TSS dari air limpasan yang masih tinggi yaitu
sekitar 200-250 mg/ L. Selain itu hal tersebut juga tidak sesuai dengan
peraturan pemerintah yang dikeluarkan oleh Kementerian Lingkungan
Hidup (KLH) yang telah menetapkan baku mutu dari limbah cair yang
diijinkan untuk dibuang kelaut yaitu dengan parameter sebagai berikut :
Page | 65
3.4.5 Cara Penanganan Masalah Limbah Cair Batubara
Page | 66
Pipa apung dipasang pada sisi masukan (intake) dari pompa
yang menuju ke pump pit, sedangkan masukan dari pipa apung akan
selalu dijaga pada ketinggian air yang paling atas dengan menggunakan
chain blod.
Page | 67
Tabel TSS air limpasan batu bara sebelum diberi pipa apung
Sample Location TSS (mg/liter)
Coal run-off Basin (CS1) Bottom 233.577,87
Bak Retensi WWTP 6000
Page | 68