You are on page 1of 4

Penggembalaan ternak (grazing) adalah sistem pengelolaan padang penggembalaan yang mana

ternak mengambil langsung (menyenggut/merumput) pada padang rumput/pastura

Pengaruh baik buruknya pengelolaan padang penggembalaan terlihat pada produksi ternak yang
memakan tanaman padang penggembalaan tersebut.

Reksohadiprodjo (1985) menjelaskan bahwa dari cara konsumsi hijauan padangan, terdapat 5
(lima) cara penggembalaan ternak yaitu:

1. PENGGEMBALAAN EKSTENSIF

Pada penggembalaan ini, ternak digembalakan secara liar dan bebas memilih sendiri hijauan
yang disukainya di padangan yang luas tanpa rotasi.

2. PENGGEMBALAAN SEMI-EKSTENSIF

Pada penggembalaan ini, ternak digembalakan secara bebas di daerah yang luas yang telah
dibagi-bagi menurut petak-petak luas, telah dilakukan rotasi tetapi pemilihan hijauan masih
bebas.

3. PENGGEMBALAAN INTENSIF

Pada penggembalaan ini, ternak digembalakan pada daerah terbatas yang dibagi menjadi petak-
petak terbatas. Pemilihan hijauan terbatas, rotasi diperketat, setiap hari beralih petak.

4. PENGGEMBALAAN STRIP GRAZING

Pada penggembalaan ini, ternak dibatasi geraknya dalam merenggut tanaman. Dua kawat
beraliran listrik ditempatkan di muka dan di belakang ternak, serta pergeseran kawat dilakukan
tiap hari.

5. PENGGEMBALAAN SOILING

Pada penggembalaan ini, hijauan padangan dipotong manusia dan diberikan pada ternak di
kandang.
SISTEM PENGEMBALAAN
Dalam tatalaksana pengembalaan ternak di pastura dikenal beberapa macam sistem, diantaranya
adalah sebagai berikut :
A. Penggembalaan Kontinyu
Cara penggembalaan kontinyu adalah menempatkan ternak dalam pastura yang sama
untuk dalam jangka waktu yang lama. Cara ini biasanya dikatagorikan sebagai ekstensip total
yang umumnya dilakukan pada pastura alam. Jumlah ternak yang digembalakan relatif rendah,
hal ini disebabkan karena sumbangan nutrisi dari rumput alam kurang memadai apabila
dilakukan penggembalaan berat. Pada musim penghujan sistem penggembalaan semacam ini
akan menampilkan produksi ternak yang lebih baik diband ingkan dengan sistem penggembalaan
bergilir. Sebaliknya, pada musim kemarau terjadi ketidakseimbangan antara ternak yang
digembalakan dengan ketersediaan hijauan. Tingkat produktivitas ternak biasanya nampak
bervariasi pada masing - masing ternak dibandingkan dengan sistem penggembalaan yang lain.
Hal ini disebabkan karena adanya tingkat selektivitas ternak yang tinggi dan kompetisi
antar ternak untuk memenuhi kebutuhannya. Adanya kompetisi yang ketat menyebabkan ternak
yang besar cenderung dominan dibandingk an yang kecil atau masih muda, selain itu dengan
tidak adanya pengelompokkan berdasarkan umur, maka ternak-ternak muda akan mudah
terserang ekto maupun endo parasit. Pada sistem penggembalaan ini terlihat jarak jangkau ternak
untuk mendapatkan hijauan sangat jauh lebih-lebih pada saat kemarau. Namun untuk pastura
yang tersedia tempat air minum, maka ternak terlihat berkumpul disekitar air minum dan
akibatnya vegetasi disekitar air tersebut tidak ada karena cekamannya terlalu berat dan sebagai
akibatnya kon disi ternak kurus.
B. Penggembalaan bergilir.
Penggembalaan bergilir adalah cara penggembalaan ternak dengan cara membagi areal
pastura menjadi beberapa bagian ( paddock) kemudian ternak digembalakan secara bergantian
dari satu bagian ke bagian yang lain. Tujuan dari sistem ini adalah memberikan kesempatan pada
ternak untuk mendapatkan hijauan pada saat nilai nutrisi hijauan tinggi, serta memberikan waktu
istirahat yang cukup bagi tanaman untuk dapat tumbuh kembali. Dengan cara penggembalaan
seperti ini ternak dibatasi ruang geraknya sehingga pemanfaatan
hijauan efisien dan ternak tidak mengeluarkan energi yang banyak untuk mencari hijauan. Cara
ini juga menekan seleksi ternak terha dap hijauan, sehingga pemanfaatan hijauan dalam suatu
areal merata.
Penggembalaan bergilir juga juga dapat dijumpai pada pastura alam, yaitu dengan cara
memindahkan ternak dari suatu wilayah ke wilayah lain yang lebih banyak hijauannya, hal ini
sering ditemui di daerah Sulawesi Tenggara pada peternak yang memilki sapi dalam jumlah
besar. Namun karena produksi hijauan pada pastura alam rendah, maka mobilitas peternak sangat
tinggi dan hal ini akan berpengaruh pada biaya transportasi untuk pemindahan ternak.
C. Penggembalaan Jalur
Penggembalaan jalur ini merupakan sistem penggembalaan bergilir yang intensif dengan
menggunakan pagar llistrik yang dapat dipindah-pindah melintasi petak penggembalaan. Dengan
cara ini jumlah hijauan yang tersedia bagi ternak terbatas, kesempatan seleksi ternak ditekan
serendah mungkin dan penggunaan padangan merata serta kerusakan karena injakan dan
pencemaran oleh kotoran ternak lebih terkendali/merata. Untuk mencegah agar ternak tidak
merenggut tanaman yang sedang tumbuh kembali, maka dipasang pagar kedua di belakang
ternak. Pelaksanaan penggembalaan jalur ini akan mendapatkan hasil yang baik apabila
dilaksanakan pada pastura yang berproduksi tinggi (kuantitas dan kualitasnya).
D. Penggembalaan berpantang
Penggembalaan berpantang adalah suatu cara untuk mengistirahatkan pastura sekaligus
merupakan suatu upaya untuk mempersiapkan persediaan pakan, artinya pada suatu saat pastura
tidak digembalai ternak, pada saat produksi sudah tinggi areal dipaksa dikeringkan sehingga
tanaman kering. Areal pastura ini nantinya digembalai ternak atau dipotong untuk disimpan
dalam bentuk kering guna mengantisipas i situasi kekurangan hijauan.
Hijauan yang dipaksa kering di pastura ini disebut dengan standing hay. Standing hay ini
berbeda dengan rumput yang sudah mengering karena tua, karena standing hay ini rumput
dipaksa kering pada saat kualitasnya tinggi dengan cara menghentikan proses biologis melalui
pengeringan lahan. Dengan melakukan penggembalaan ber pantang ini diharapkan tanaman
menjadi tegar saat tumbuh kembali nantinya, karena perakaran berkembang bebas tanpa ada
injakan ternak, sehingga produktifitas t anaman berikutnya menjadi tinggi.

You might also like