Professional Documents
Culture Documents
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil Belajar
Untuk memberikan pengertian tentang hasil belajar maka akan diuraikan
terlebih dahulu dari segi bahasa. Pengertian ini terdiri dari dua kata ‘hasil’ dan
‘belajar’. Dalam KBBI hasil memiliki beberapa arti: 1) Sesuatu yang diadakan
oleh usaha, 2) pendapatan; perolehan; buah. Sedangkan belajar adalah perubahan
tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman.1
Secara umum Abdurrahman menjelaskan bahwa hasil belajar adalah
kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar.menurutnya
juga anak-anak yang berhasil dalam belajar ialah berhasil mencapai tujuan-tujuan
pembelajaran atau tujuan instruksional.2
Adapun yang dimaksud dengan belajar Menurut Usman adalah
“Perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara satu
individu dengan individu lainnya dan antara individu dengan lingkungan”.3
Lebih luas lagi Subrata mendefenisikan belajar adalah “(1) membawa
kepada perubahan, (2) Bahwa perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkanya
kecakapan baru, (3) Bahwa perubahan itu terjadi karena usaha dengan sengaja”.4
Dari beberapa defenisi di atas terlihat para ahli menggunakan istilah “perubahan”
yang berarti setelah seseorang belajar akan mengalami perubahan.
Untuk lebih memperjelas Mardianto memberikan kesimpulan tentang
pengertian belajar:
1
Tim Penyusun Pusat Bahasa (Mendikbud), Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta:
Balai Pustaka, Ed. 3, cet. 4, 2007), h. 408 & 121.
2
Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar (Jakarta: Rineka
Cipta, 1999), h. 38.
3
Muhammad Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2000), h. 5.
4
Sumadi Surya Subrata, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo Persada: 1995), h.
249.
12
13
5
Lihat penjelasan ini lebih lanjut dalam: Mardianto, Psikologi Pendidikan, (Medan:
Perdana Publishing, 2012), h. 39-40.
6
M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2002), h.
82.
7
Catharina Tri Anni, Psikologi Belajar (Semarang: IKIP Semarang Press, 2004), h. 4.
14
8
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: Rineka Cipta, cet. 3, 2006),
h. 3.
9
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya (Jakarta: Rineka Cipta,
2003), h. 3.
15
10
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), h. 132.
11
Ibid., h. 144.
12
Nana Sudjana dan Ahmad Rivai, Media Pengajaran (Bandung: Sinar Baru, 2001), h.
39.
16
13
Chalijah Hasan, Dimensi-Dimensi Psikologi Pendidikan (Surabaya: Al-Ikhlas, 1994), h.
94.
14
M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, cet. 5, 2010), h.
59-60.
17
15
Nana Sudjana dan Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan (Bandung: Sinar Baru
Algesindo, 2009), h. 3.
18
16
Hariyanto Suyono, Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep Dasar (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2011), h. 20.
17
Saiful Akhyar Lubis (Ed), Profesi Keguruan (Bandung: Citapustaka Media Perintis,
2010), h. 112.
18
John W. Santrock, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2007), h. 265.
19
Eveline Siregar dan Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran (Bogor: Ghalia
Indonesia, 2010), h. 12.
19
suasana agar individu dapat melakukan atau mengeksplor sumber belajar sebagai
bagian dari pertumbuhan dan perkembangan pribadinya”.20
Strategi information search adalah strategi pembelajaran mencari
informasi. Informasi dapat diperoleh melalui koran, buku paket, majalah atau
internet. Hal tersebut digunakan agar siswa dapat memiliki informasi lebih tentang
informasi tersebut. Dan agar siswa aktif mencari informasi, maka guru membuat
suatu permasalahan yang dituangkan dalam LDS (Lembar Diskusi Kelas).
Pencarian informasi ini dilakukan secara kelompok yang bertujuan agar
permasalahan tersebut terselesaikan dengan cepat dan apabila siswa malu bertanya
kepada guru sehingga siswa dapat bertanya dengan teman sekelompoknya,
sehingga terjadi tukar pendapat antar kelompok.
Strategi information search yaitu suatu cara yang digunakan oleh guru
dengan maksud meminta siswa untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan baik oleh guru maupun siswa itu sendiri. Strategi information search
dalam bahasa Indonesianya adalah strategi mencari informasi yang mana tujuan
dari strategi ini adalah dapat mengoperasikan otak dan memacunya untuk berpikir
dalam mencari jawaban. Strategi ini biasa disamakan dengan ujian buka buku
(open book). Secara berkelompok siswa mencari informasi (biasanya tercakup
dalam pelajaran) yang menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada
mereka. Strategi ini membantu menghidupkan materi yang membosankan menjadi
lebih menarik.21 Guru hanya menjadi fasilitator atau motivator siswa mencari
jawaban sendiri ini merupakan strategi yang bagus untuk mengoperasikan otak
dan memacunya untuk berpikir dan mencari jawaban. Indikasi strategi ini
memiliki peran positif yaitu bahwa strategi ini dapat mengasah otak dan indera
sehingga menjadikan siswa aktif mencari dengan giat jawaban yang diinginkan.
Jelasnya guru memberi sebuah permasalahan tertentu dan memberikan
20
Saiful, Profesi, h. 113.
21
Hisyam Zaini, et. al., Strategi Pembelajaran Aktif (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani,
2008), h. 48.
20
Fu’ad bin Abdul Aziz asy-Syalbub, Begini Seharusnya Menjadi Guru: Panduan
22
Lengkap Metodologi Guru / Pendidikan Cara Rasulullah (Jakarta: Darul Haq, 2008), h. 148.
23
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan (Jakarta:
Kencana, cet. 5, 2008), h. 196.
24
Mel Silbermen, 101 Cara Pelatihan dan Pembelajaran Aktif (Jakarta: Indeks, t.t.), h.
161-162.
25
Jean Piaget lahir pada 9 Agustus 1896 di Neuchatel, Swiss. Piaget mendapat gelar Ph.D.
di bidang biologi saat masih berusia 21 tahun, dan sampai usia 30 tahun. Lihat: B.R. Hergenhahn
21
manakalah dicari dan ditemukan sendiri oleh siswa. Maka tugas guru adalah
mendorong siswa untuk megembangkan kemampuannya dalam mencari dan
menemukan informasi.26
Selanjutnya menurut Sanjaya27 setidaknya ada tiga teori belajar yang
melandasi strategi pembelajaran information search, yaitu:
1. Teori belajar konstruktivistik, pelopornya adalah Jean Piaget, fokus
dari teori ini adalah menemukan asal muasal logika alamiah dan
transformasinya dari satu bentuk penalaran kepenalaran lain.intinya
menurutn. Pengalaman pendidikan harus dibangun diseputar struktur
kognitif pembelajar
2. Teori belajar kognitif, pelopornya adalah Kurt Lewin. Menurut aliran
ini belajar adalah proses mental dan proses berpikir dengan
memanfaatkan segala potensi yang dimiliki oleh setiap individu secara
optimal
3. Teori belajar pemrosesan informasi, pelopornya adalah Noam
Chomsky, menurut teori ini belajar merupakan suatu cara dalam
memproses informasi yang masuk dalam otak.
& Matthew H. Olson, Theories of Learning, Terjemahan oleh Tri Wibowo dengan judul Teori
Belajar, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 311.
26
Sanjaya, Strategi, h. 196.
27
Ibid., h. 197-198.
22
28
Zaini, et. al., Strategi, h. 48.
23
3. Metode Resitasi
a. Pengertian Metode Resitasi
Metode secara harfiah berarti “cara”. Dalam pemakaian yang umum,
metode diartikan sebagai suatu cara atau prosedur yang dipakai untuk mencapai
tujuan tertentu.30 Secara umum metode diartikan sebagai cara melakukan sesuatu.
Secara khusus, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara atau pola khas
dalam memanfaatkan berbagai prinsip dasar pendidikan. Selain itu, metode juga
merupakan berbagai teknik dan sumber daya terkait lainnya agar terjadi proses
pembelajaran pada diri pembelajar.31
29
Sanjaya, Strategi, h. 208.
30
M. Sobry Sutikno, Metode & Model-Model Pembelajaran: Menjadikan Proses
Pembelajaran Lebih Variatif, Aktif, Inovatif, Efektif dan Menyenangkan(Lombok: Holistica,
2013), h. 33.
31
Zainal Aqib, Model-Model, Media dan Strategi Pembelajaran Konstektual (Inovatif)
(Bandung: Yrama Widya, 2013), h. 102.
24
Al Rasyidin menjelaskan, jika dilihat dari segi bahasa kata metode berasal
dari dua perkataan, yaitu meta dan hodos. Meta berarti “melalui” dan hodos
berarti “jalan” atau “cara”. Dengan demikian, dari sudut pandang ini, maka
metode dapat dimaknai sebagai jalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai
suatu tujuan.32 Selanjutnya menurut Martinis, metode diartikan sebagai cara
melakukan, menyajikan, menguraikan, memberi contoh, dan sebagainya, dengan
maksud untuk mencapai tujuan tertentu.33
Untuk lebih memahami pengertian metode pembelajaran tidaklah cukup
kalau dari segi etimologi saja, maka untuk menjelaskannya secara terminologi,
penulis mengutip beberapa pendapat para ahli terkait dengan hal ini, diantaranya:
menurut I Nyoman Sudana Degeng, metode pembelajaran adalah cara-cara yang
berbeda untuk mencapai hasil pengajaran yang berbeda di bawah kondisi yang
berbeda.34 Ahmad Tafsir mengemukakan bahwa metode pembelajaran sebagai
suatu cara yang paling tepat dan cepat dalam mengajarkan mata pelajaran. 35 Hal
yang senada juga diungkapkan oleh Omar Mohammad Al-Toumy Al-Syaibany,
menurutnya metode pembelajaran itu ialah segala kegiatan yang terarah yang
dikerjakan oleh guru dalam rangka kemestian-kemestian mata pelajaran yang
diajarkannya, ciri-ciri perkembangan siswa-siswanya dan suasana alam sekitarnya
dan tujuan menolong murid-muridnya untuk mencapai proses belajar yang
diinginkan dan perubahan yang dikehendaki pada tingkah laku mereka.
Selanjutnya menolong mereka memperoleh maklumat, pengetahuan,
keterampilan, kebiasaan, sikap, minat dan nilai-nilai yang diinginkan.36 Jadi dalam
hal ini dapatlah penulis simpulkan bahwa metode pembelajaran secara umum
ialah cara yang dirancang dan digunakan oleh guru untuk dapat berinteraksi
dengan siswa dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
32
Al Rasyidin, Falsafah Pendidikan Islami (Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2008),
h.174.
33
Martinis Yamin, Profesionalisasi Guru dan Implementasi KTSP, (Jakarta: Gaung
Persada Press, 2011), h.138.
34
I Nyoman Sudana Degeng, Ilmu Pengajaran Taksonomi Variabel (Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan), 1989), h. 12.
35
Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: Remaja Rosda Karya,
1996), h. 9.
36
Omar Mohammad Al-Toumy Al-Syaibany, Falsafah Pendidikan Islam, terj. Hasan
Langgulung (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), h. 553.
25
Kata resitasi berasal dari kata bahasa Inggris yaitu recitation yang
berarti pembacaan, hafalan, pengajian, dan makna yang lain adalah hafalan
oleh siswa di dalam kelas.37 Dalam Alquran prinsip metode resitasi dapat
dipahami dari ayat yang berbunyi:38
Artinya:”Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di
dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila Kami telah
selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu”. (QS. Al-
Qiyamah [75]: 17-18).39
Al-Maraghi menafsirkan potongan ayat tersebut di atas sebagai berikut:
40 . اى فاستمع قرأته وكررها حىت يرسخ ىف نفسك: فاتبع قرأنه، اى قرأة جربيل عليك:قرأناه
Qara’nahu: dimaksudkan adalah Jibril membacakannya kepadamu
Fattabi’ qur’anah: maksudnya maka dengarkanlah bacaan dan ulang-ulangilah
agar ia mantap dalam dirimu.41Ayat tersebut merupakan bentuk pembelajaran
Alquran ketika malaikat Jibril memberikan wahyu (Alquran) kepada Nabi
Muhammad SAW dengan membacakannya, maka Nabi Muhammad SAW
diperintahkan untuk mengulanginya, sehingga Nabi hafal dan bacaan tersebut
dapat membekas dalam dirinya.
37
John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia (Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, cet. 27, 2003), h. 470.
38
Arief Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam (Jakarta: Ciputat Press,
2002), h. 165.
39
Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemahnya (Bandung: Jumanatul ‘Ali Art,
2004), h. 578.
40
Ahmad Musthofa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi (Beirut: Dar al-Maraghi, Jilid 29,
t.th.,), h. 150.
41
Ibid., h. 244.
26
42
Mansyur, Materi Pokok Strategi Belajar Mengajar(Jakarta: Direktorat Jenderal
Depdiknas, 1996), h. 110.
43
Soekartawi, Meningkatkan Efektivitas Mengajar (Jakarta: Dunia Pustaka Raya, cet. 1,
1995), h. 19.
44
Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar (Bandung: Sinar Baru, 1989), h.
81.
45
Syaiful Bahri Djamarah dan Azwan Zain, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka
Cipta, 2006), h. 85.
46
Mulyani. S dan Johar Permana, Strategi Belajar Mengajar, (JATENG: DEPDIKBUD
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, 1999), h. 151.
27
47
Sanjaya, Strategi, h. 179.
48
Ibid., h. 178-179.
28
Dalam fase ini tugas yang diberikan kepada setiap siswa harus jelas dan
petunjuk-petunjuk yang diberikan harus terarah.
2) Langkah Pelaksanaan Tugas:
a) Diberikan bimbingan atau pengawasan oleh guru;
b) Diberikan dorongan sehingga anak mau bekerja;
c) Diusahakan atau dikerjakan oleh siswa sendiri, tidak menyuruh orang lain;
d) Dianjurkan agar siswa mencatat hasil-hasil yang dia peroleh dengan baik
dan sistematik.
Dalam fase ini anak didik belajar (melaksanakan tugas) sesuai tujuan
dan petunjuk-petunjuk guru.
3) Fase Mempertanggungjawabkan Tugas:
a) Laporan siswa baik lisan atau tertulis dari apa yang telah dikerjakannya;
b) Ada tanya jawab diskusi kelas;
c) Penilaian hasil pekerjaan siswa baik dengan tes maupun non tes atau cara
lainnya
Dalam fase ini anak didik mempertanggungjawabkan hasil belajarnya baik
berbentuk laporan lisan maupun tertulis.49Karena tugas yang dikerjakan pada
akhirnya akan dipertanggung jawabkan maka siswa akan terdorong untuk
mengerjakan secara sungguh-sungguh. Dengan metode ini sehingga pengalaman
siswa dalam mempelajari sesuatu lebih mendalam.
49
Djamarah,dan Zain, Strategi, h. 86.
29
50
Ibid., h. 87.
51
Mulyani, Srategi, h. 152.
52
Djamarah dan Zain, Strategi, h. 87.
30
53
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif (Jakarta:
Rineka Cipta, 2000), h. 198.
54
Sutikno, Metode, h. 49-50.
31
55
Armai, Pengantar, h. 167.
56
Poerwadarminta, Kamus, h. 753.
57
Departemen Pendidikan Nasional, Ensiklopedi Islam (Jakarta: Bagian Proyek Agama
Pendidikan Dasar, 2002), h. 132.
58
Ibid., h. 40.
32
B. Penelitian Terdahulu
Berkaitan dengan penulisan tesis ini, peneliti berusaha untuk melakukan
kajian terhadap hasil penelitian yang telah ada. Peneliti melakukan upaya ini
untuk menghindari pengulangan dari hasil-hasil penelitian sebelumnya. Peneliti
telah melakukan upaya kajian dan ditemukan hasil-hasil penelitian yang relevan
antara lain adalah :
1. Arif Hidayat,61 dengan penelitian yang berjudul Penerapan Metode Resitasi
dalam Pembelajaran Alquran Hadis di Kelas XI MAN Wates I Kulon Progo
Yogyakarta. Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah UIN Sunan
Kalijaga, 2009.
Hasil penelitian menunjukkan: 1) Metode resitasi dalam pembelajaran
Alquran Hadis diterapkan dengan dua cara yaitu secara berkelompok dan
secara mandiri. 2) Faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan metode
resitasi yaitu faktor guru, faktor siswa, dan faktor media pembelajaran yang
digunakan. 3) Kendala-kendala yang dihadapi dalam penerapan metode
resitasi dalam pembelajaran Alquran Hadis adalah: a) Perbedaan kemampuan
61
Arif Hidayat, Penerapan Metode Resitasi dalam Pembelajaran Alquran Hadis di Kelas
XI MAN Wates I Kulon Progo Yogyakarta, (Skripsi: Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas
Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2009).
34
62
I Wayan Laba, Pengaruh Metode Resitasi Tugas dan Motivasi Berprestasi Terhadap
Hasil Belajar Matematika di SMA Negeri 1 Manggis, (Tesis: Program Studi Penelitian dan
Evaluasi Pendidikan, Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, 2010).
35
63
Kurniati Ningsih, Urgensi Metode Resitasi dalam Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam di SMK Widya Kartika, (Penelitian: Karangploso Malang, 2004).
36
C. Hipotesa Tindakan
Berdasarkan kerangka dan hasil penelitian yang terdahulu hipotesa
tindakan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Dengan
menerapkan strategi pembelajaran information search dan metode resitasi pada
mata pelajaran Alquran Hadis maka hasil belajar siswa meningkat sebesar 85 %.