You are on page 1of 3

EXANTHEMATOUS DRUG ERUPTION

No.Dokumen : SOP/192/UKP-NGT
No.Revisi :
SOP
Tanggal terbit : 23 Mei 2018
Halaman :
PUSKESMAS YUPITA
NANGA NIP.19670703
TAYAP 1989012 003

1. Pengertian Exanthematous Drug Eruption adalah salah satu bentuk reaksi


alergi ringan pada kulit yang terjadi akibat pemberian obat yang
sifatnya sistemik
ICD X : L27.0 Generalized skin eruption due to drugs and
medicaments
Tingkat kemampuan : 4A
1. Tujuan Sebagai acuan petugas dalam menentukan diagnosis dan
penatalaksanaan exanthematous drug eruption
2. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Puskesmas No. 30/KAPUS/IV/2018
Tentang Penetapan Dokumen Esternal Yang Menjadi Acuan
Dalam Penyusunan Standar Pelayanan Klinis
3. Referensi Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
Hk.02.02/Menkes/514/2015 Tentang Panduan Praktik Klinis
Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
4. Prosedur 1. Petugas melakukan anamnesis berupa:
a. keluhan utama: gatal ringan sampai berat yang disertai
kemerahan dan bintil pada kulit
b. riwayat penyakit sekarang: keluhan utama muncul 10-14
hari setelah konsumsi obat, kemerahan dan bintil pada
kulit timbul pada tungkai, lipat paha, dan lipat ketiak,
gejala tambahan : subfebril, malasise, dan nyeri sendi
c. riwayat penyakit dahulu: riwayat konsumsi obat, riwayat
atopi, alergi terhadap alergen lain, riwayat alergi obat
sebelumnya
d. riwayat penyakit keluarga: riwayat atopi di keluarga
2. Petugas melakukan pemeriksaan keadaan umum, kesadaran
dan tanda vital (tekanan darah, nadi, suhu dan frekuensi
pernapasan)
3. Petugas melakukan pemeriksaan fisik yang teliti pada tungkai,
lipat paha dan lipat ketiak berupa erupsi makulopapular atau
morbiliformis
4. Jika ada indikasi petugas melakukan pemeriksaan penunjang
(biasanya tidak diperlukan pemeriksaan penunjang)
5. Petugas menegakkan diagnosa berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik umum atau menegakkan diagnosis banding
(morbili)
6. Petugas memberikan terapi sesuai diagnosa yaitu:
a. Prinsip tatalaksana adalah menghentikan obat terduga
b. Pada dasarnya erupsi obat akan menyembuh bila obat
penyebabnya dapat diketahui dan segera disingkirkan
c. Farmakoterapi yang diberikan, yaitu:
 Kortikosteroid sistemik: Prednison tablet 30 mg/hari
dibagi dalam 3 kali pemberian per hari selama 1 minggu
 Antihistamin sistemik: Cetirizin 2x10 mg/hari selama 7
hari bila diperlukan; atau Loratadin 10 mg/hari selama 7
hari bila diperlukan
 Topikal : Bedak salisilat 2% dan antipruritus (Menthol
0.5% - 1%)
7. Petugas memberitahukan konseling dan edukasi berupa:
a. Prinsipnya adalah eliminasi obat penyebab erupsi
b. Pasien dan keluarga diberitahu untuk membuat catatan
kecil di dompetnya tentang alergi obat yang dideritanya
c. Memberitahukan bahwa kemungkinan pasien bisa sembuh
dengan adanya hiperpigmentasi pada lokasi lesi
8. Jika ada indikasi petugas melakukan rujukan ke fasilitas
kesehatan lanjut yaitu jika:
a. Lesi luas, hampir di seluruh tubuh, termasuk mukosa dan
dikhawatirkan akan berkembang menjadi Sindroma Steven
Johnson
b. Bila diperlukan untuk membuktikan jenis obat yang diduga
sebagai penyebab:
 Uji tempel tertutup, bila negatif lanjutan dengan
 Uji tusuk, bila negatif lanjutkan dengan
 Uji provokasi
c. Bila tidak ada perbaikan setelah mendapatkan pengobatan
standar dan menghindari obat selama 7 hari
d. Lesi meluas
9. Petugas memberikan resep kepada pasien untuk diserahkan ke
apotik
10. Petugas mendokumentasikan semua hasil anamnesis,
pemeriksaan, diagnosa dan terapi yang telah dilakukan dalam
rekam medis pasien
11. Petugas menyerahkan rekam medis ke petugas rekam medis.
5. Unit Terkait 1. Pendaftaran dan Rekam Medis
2. Poli Umum
3. Apotik

You might also like