You are on page 1of 4

FRAKTUR TERBUKA DAN TERTUTUP

No.Dokumen : SOP/197/UKP-NGT
No.Revisi :
SOP
Tanggal terbit : 23 Mei 2018
Halaman :
PUSKESMAS YUPITA
NANGA NIP.19670703
TAYAP 1989012 003

1. Pengertian Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, tulang rawan


sendi, tulang rawan epifisis baik yang bersifat total maupun
parsial.
Fraktur terbuka adalah suatu fraktur dimana terjadi hubungan
dengan lingkungan luar melalui kulit sehingga terjadi kontaminasi
bakteri sehingga timbul komplikasi berupa infeksi.
Fraktur tertutup adalah suatu fraktur yang tidak mempunyai
hubungan dengan dunia luar.
Kode ICD X : T14. Fracture of unspecified body
Tingkat kemampuan 3B
1. Tujuan Sebagai acuan bagi tenaga medis untuk melakukan identifikasi dan
penatalaksanaan fraktur terbuka dan tertutup
2. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Puskesmas No. 30/KAPUS/IV/2018
Tentang Penetapan Dokumen Esternal Yang Menjadi Acuan Dalam
Penyusunan Standar Pelayanan Klinis
3. Referensi Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
Hk.02.02/Menkes/514/2015 Tentang Panduan Praktik Klinis Bagi
Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
4. Prosedur 1. Petugas menerima pasien
2. Petugas melakukan anamnesa keluhan pasien yang disesuaikan
dengan gejala tanda fraktur:
a. Fraktur terbuka
 Adanya patah tulang terbuka setelah terjadinya trauma
 Nyeri
 Sulit digerakkan
 Deformitas
 Bengkak
 Perubahan warna
 Gangguan sensibilitas
 Kelemahan otot
b. Fraktur tertutup
 Adanya riwayat trauma (terjatuh, kecelakaan, dll)
 Nyeri
 Sulit digerakkan
 Deformitas
 Bengkak
 Perubahan warna
 Gangguan sensibilitas
 Kelemahan otot
3. Petugas melakukan pemeriksaan vital sign yang diperlukan.
4. Petugas melakukan pemeriksaan fisik sebagai berikut:
a. Fraktur terbuka
 Inspeksi (look): Adanya luka terbuka pada kulit yang dapat
berupa tusukan tulang yang tajam keluar menembus kulit
atau dari luar oleh karena tertembus, misalnya oleh
peluru atau trauma langsung dengan fraktur yang
terpapar dengan dunia luar.
 Palpasi (feel): Robekan kulit yang terpapar dunia luar, Nyeri
tekan, Terabanya jaringan tulang yang menonjol keluar,
Adanya deformitas, Panjang anggota gerak berkurang
dibandingkan sisi yang sehat.
 Gerak (move): Umumnya tidak dapat digerakkan.
b. Fraktur tertutup
 Inspeksi (look): Adanya deformitas dari jaringan tulang,
namun tidak menembus kulit. Anggota tubuh tdak dapat
digerakkan.
 Palpasi (feel): Teraba deformitas tulang jika dibandingkan
dengan sisi yang sehat, Nyeri tekan, Bengkak, Mengukur
panjang anggota gerak lalu dibandingkan dengan sisi yang
sehat.
 Gerak (move): Umumnya tidak dapat digerakkan.
Pemeriksaan berikut dapat dilakukan di layanan sekunder.
5. Petugas menegakkan diagnosis berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisik.
Fraktur terbuka dibagi menjadi tiga kelompok:
a. Grade I: Fraktur terbuka dengan luka kulit kurang dari 1 cm
dan bersih, Kerusakan jaringan minimal, frakturnya simple
atau oblique dan sedikit kominutif.
b. Grade II: Fraktur terbuka dengan luka robek lebih dari
1 cm, tanpa ada kerusakan jaringan lunak, Flap kontusio
avulsi yang luas serta fraktur kominutif sedang dan
kontaminasi sedang.
c. Grade III: Fraktur terbuka segmental atau kerusakan
jaringan lunak yang luas atau amputasi traumatic, derajad
kontaminasi yang berat dan trauma dengan kecepatan tinggi.
Fraktur grade III dibagi menjadi tiga, yaitu:
 Grade IIIa : Fraktur segmental atau sangat kominutif
penutupan tulang dengan jaringan lunak cukup adekuat.
 Grade IIIb : Trauma sangat berat atau kehilangan
jaringan lunak yang cukup luas, terkelupasnya daerah
periosteum dan tulang tampak terbuka, serta adanya
kontaminasi yang cukup berat.
 Grade IIIc : Fraktur dengan kerusakan pembuluh darah.
6. Petugas melakukan penatalaksanaan, yaitu:
a. Fraktur terbuka
Prinsip penanganan fraktur terbuka:
 Semua fraktur terbuka dikelola secara emergensi.
 Lakukan penilaian awal akan adanya cedera lain
yang dapat mengancam jiwa.
 Lakukan irigasi luka
 Lakukan stabilisasi fraktur
 Pasang cairan dan berikan antibiotika intravena yang
sesuai dan adekuat misalnya setriakson dan segera rujuk
ke layanan sekunder.
Penatalaksanaan:
 Pembersihan terhadap luka fraktur, dengan cara irigasi
dengan NaCl 0,9%secara mekanis untuk mengeluarkan
benda asing yang melekat.
 Balut luka untuk menghentikan perdarahan, pada
fraktur dengan tulang menonjol keluar sedapat mungkin
dihindari memasukkan komponen tulang tersebut kembali
ke dalam luka.
 Fraktur dengan luka yang berat memerlukan suatu
traksi skeletal. Fraktur grade II dan III sebaiknya difiksasi
dengan fiksasi eksterna. Alat sederhana yang bisa
digunakan dalam
 Pemberian antibiotika: merupakan cara efektif
mencegah terjadinya infeksi pada fraktur terbuka.
Antibiotika yang diberikan sebaiknya dengan dosis yang
besar. Untuk fraktur terbuka antibiotika yang dianjurkan
adalah golongan cephalosporin, dan dikombinasi dengan
golongan aminoglikosida.
 Pencegahan tetanus: Semua penderita dengan fraktur
terbuka perlu diberikan pencegahan tetanus. Pada
penderita yang telah mendapat imunisasi aktif cukup
dengan pemberian toksoid tapi bagi yang belum, dapat
diberikan 250 unit tetanus imunoglobulin (manusia).
 Pasien segera dirujuk setelah kondisi lebih stabil.
b. Fraktur tertutup
Penatalaksanaan dapat dilakukan dengan:
 Semua fraktur dikelola secara emergensi.
 Lakukan penilaian awal akan adanya cedera lain
yang dapat mengancam jiwa.
 Pasang cairan untuk mengantisipasi kehilangan darah
yang tidak terlihat misalnya pada fraktur pelvis dan
fraktur tulang panjang.
 Lakukan stabilisasi fraktur dengan spalk, waspadai
adanya tanda-tanda kompartemen syndrome seperti
odema, kulit yang mengkilat dan adanya nyeri tekan.
 Rujuk segera ke layanan sekunder.
7. Petugas segera melakukan rujukan ke pelayanan kesehatan
yang lebih tinggi (Rumah Sakit).
8. Petugas mendokumentasikan semua hasil anamnesa,
pemeriksaan fisik, diagnosa dan penatalaksanaan yang telah
dilakukan dalam rekam medis pasien.
9. Petugas menyerahkan rekam medis ke petugas rekam medis.
5. Unit 1. Pendaftaran dan Rekam Medis
Terkait 2. IGD

You might also like