You are on page 1of 6

TENTANG

OLEH

AYURI ALFARIANTI

FIRJATULAH RAVIANDA

GUSRIA NENDY

HONEST VANIA ASARI

ILHAM PATRI

LIALY SARTI

LUSIA DHEA ANANDA SINAGA

YENDRA SYAFDA

KELAS X MIPA 2

SMA N 1 LUBUK SIKAPING

T.A 2014/2015
1. Makna Proklamasi Kemerdekaan

Teks proklasi ditulis oleh Ir.Soekarno

Teks proklamasi diketik oleh Sayuti Malik


Proklamasi memiliki arti yang sangat penting bagi Bangsa Indonesia, diantaranya :

a. Sebagai Puncak Perjuangan Bangsa Indonesia

Indonesia yang telah berjuang mati matian mulai dari kedatangan belanda sampai pada
penjajahan jepang akhirnya pada saat proklamasi perjuangan itu mencapai puncaknya.Segala
tumpah darah para pahlawan terbayar ketika Indonesia berhasil memproklamasikan diri
sebagai sebuah negara merdeka.
Namun peristiwa ini tidak berarti sebagai titik akhir perjuangan bangsa Indonesia tetapi malah
titik awal perjuangan Indonesia membangun negeri yang telah merdeka dari penjajahan.

b. Dari sudut hukum

Proklamasi merupakan pernyataan yang berisi keputusan bangsa Indonesia untuk


menetapkan tatanan hukum nasional (Indonesia) dan menghapuskan tatanan hukum kolonial.

c. Menjadi Pernyataan De Facto

Proklamasi pada tanggal 17 Agustus menjadi pengakuan kepada dunia luar negeri bahwa
Indonesia terlah menyatakan diri sebagai negara yang merdeka. Secara de facto Indonesia
merdeka sejak 17 Agustus 1945.

d. Menaikkan Martabat Bangsa

Indonesia yang dulunya hanyalah bangsa yang terjajah, sejak adanya proklamasi bangsa
terjajah itu mengalu telah merdeka dan mengangakat harkat martabat bangsa sebagai bangsa
yang merdeka dan bebas dari penjajahan.

e. Dapat Memulai Perjuangan Sebagai Negara Baru

Sejak proklamasi lahirlah Bansa Indonesia dan sejak saat itu pemerintahan dimulai untuk
membangun negara yang baru ini menjadi negara yang lebih baik lagi. Indonesia mempunyai
pemerintahan sendiri dari rakyat oleh rakyatnya sendiri, bukan lagi dijadikan bangsa yang
terjajah oleh pemerintahan luar.

f. Proklamasi Sebagai Alat Hukum Internasional

Proklamasi merupakan alat hukum internasional untuk menyatakan kepada rakyat dan seluruh
dunia, bahwa bangsa Indonesia mengambil nasib ke dalam tangannya sendiri untuk
menggenggam seluruh hak kemerdekaan.

g. Dari sudut politik ideologis

Proklamasi merupakan pernyataan bangsa Indonesia yang lepas dari penjajahan dan
membentuk Negara Republik Indonesia yang bebas, merdeka, dan berdaulat penuh.
2. Proses Pembentukan Pembukaan UUD 1945

Konstitusi atau Undang-Undang Dasar dianggap memegang peranan yang penting bagi
kehidupan suatu negara, terbukti dari kenyataan sejarah ketika Pemerintah Militer Jepang
akan memberikan kemerdekaan kepada Rakyat Indonesia. Sesuai janji Perdana Menteri
Koiso yang diucapkan pada tanggal 7 September 1944, maka dibentuklah badan yang
bernama Dokuritsu Zyunbi Choosakai(Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia/BPUPKI) pada tanggal 29 Arpil 1945 yang diketuai oleh Dr.
Radjiman Wedyodiningrat dan Ketua Muda R.P. Soeroso, yang tugasnya menyusun Dasar
Indonesia Merdeka (Undang-Undang Dasar). Niat Pemerintah Militer Jepang tersebut
dilatarbelakangi kekalahan balatentara Jepang di berbagai front, sehingga akhir Perang
Asia Timur Raya sudah berada di ambang pintu. Janji Jenderal Mc Arthur “I shall return”
ketika meninggalkan Filipina (1942) rupanya akan menjadi kenyataan.

Para anggota BPUPKI yang dilantik pada tanggal 28 Mei 1945 bersidang dalam dua
tahap: pertama, dari tanggal 29 Mei sampai dengan 1 Juni 1945 untuk menetapkan dasar
negara dan berhasil merumuskan Pancasila yang didasarkan pada pidato anggota
Soekarno pada 1 Juni 1945, kedua, dari tanggal 10 sampai dengan 17 Juli 1945 yang
berhasil membuat Undang-Undang Dasar (Harun Al Rasid, 2002). Pada akhir sidang
pertama, ketua sidang membentuk sebuah panitia yang terdiri dari 8 orang dan diketuai
oleh Ir. Soekarno, yang disebut Panitia Delapan. Pada tanggal 22 Juni 1945 diadakan
pertemuan antara gabungan paham kebangsaan dan golongan agama yang mempersoalkan
hubungan antara agama dengan negara. Dalam rapat tersebut dibentuk Panitia Sembilan,
terdiri dari Drs. Moh. Hatta, Mr. A. Subardjo, Mr. A. A. Maramis, Ir. Soekarno, KH.
Abdul Kahar Moezakir, Wachid Hasyim, Abikusno Tjokrosujoso, H. Agus Salim, dan
Mr. Muh. Yamin. Panitia Sembilan berhasil membuat rancangan Preambule Hukum
Dasar, yang oleh Mr. Muh. Yamin disebut dengan istilah Piagam Jakarta.

Pada tanggal 14 Juli 1945 pada sidang kedua BPUPKI, setelah melalui perdebatan dan
perubahan, teks Pernyataan Indonesia Merdeka dan teks Pembukaan UUD 1945 diterima
oleh sidang. Teks Pernyataan Indonesia Merdeka dan teks Pembukaan UUD 1945 adalah
hasil kerja Panitia Perancang UUD yang diketuai oleh Prof. Soepomo. Setelah selesai
melaksanakan tugasnya, BPUPKI melaporkan hasilnya kepada Pemerintah Militer Jepang
disertai usulan dibentuknya suatu badan baru yakni Dokutsu Zyunbi Linkai (Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia/PPKI), yang bertugas mengatur pemindahan kekuasaan
(transfer of authority) dari Pemerintah Jepang kepada Pemerintah Indonesia. Atas usulan
tersebut maka dibentuklah PPKI dengan jumlah anggota 21 orang yang diketuai oleh Ir.
Soekarno dan Wakil Ketuanya Drs. Moh. Hatta. Anggota PPKI kemudian ditambah 6
orang. tetapi lebih kecil daripada jumlah anggota BPUPKI, yaitu 69 orang. Menurut
rencana, Jepang akan memberikan kemerdekaan kepada Rakyat Indonesia pada tanggal 24
Agustus 1945. Namun terdapat rakhmat Allah yang tersembunyi (blessing in disguise)
karena, sepuluh hari sebelum tibanya Hari-H tersebut, Jepang
menyatakan kapitulasi kepada Sekutu tanpa syarat undconditional surrender).

Dalam tiga hari yang menentukan, yaitu pada tanggal 14, 15, dan 16 Agustus 1945
menjelang Hari Proklamasi, timbul konflik antara Soekarno-Hatta dengan kelompok
pemuda dalam masalah pengambilan keputusan, yaitu mengenai cara bagaimana (how)
dan kapan (when) kemerdekaan itu akan diumumkan. Soekarno-Hatta masih ingin
berembuk dulu dengan Pemerintah Jepang sedangkan kelompok pemuda ingin mandiri
dan lepas sama sekali dari campur tangan Pemerintah Jepang.
Pada hari Kamis pagi, tanggal 16 Agustus 1945, Soekarno-Hatta dibawa (diculik) oleh
para pemuda ke Rengasdengklok, namun pada malam harinya dibawa kembali ke Jakarta
lalu mengadakan rapat di rumah Laksamana Maeda di Jalan Imam Bonjol No. 1 Jakarta.
Pada malam itulah dicapai kata sepakat bahwa Proklamasi Kemerdekaan akan
diumumkan di Jalan Pegangsaan Timur 56, yaitu rumah kediaman Bung Karno, pada hari
Jum’at 17 Agustus 1945 (9 Ramadhan 1364), pukul 10.00 WIB.

Pada tanggal 17 Agustus 1945 petang hari datanglah utusan dari Indonesia bagian Timur
yang menghadap Drs. Moh. Hatta dan menyatakan bahwa rakyat di daerah itu sangat
berkeberatan pada bagian kalimat dalam rancangan Pembukaan UUD 1945 yang
berbunyi:“Ke-Tuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-
pemeluknya”. Dalam menghadapi masalah tersebut dengan disertai semangat persatuan,
keesokan harinya menjelang sidang PPKI tanggal 18 Agustus 1945, dapat diselesaikan
oleh Drs. Moh. Hatta bersama 4 anggota PPKI, yaitu K.H. Wachid Hasyim, Ki Bagus
Hadikusumo, Mr. Kasman Singodimedjo, dan Teuku M. Hasan. Dengan demikian tujuh
kata dalam pembukaan UUD 1945 tersebut dihilangkan.
3. Keterkaitan proklamasi dengan Pembukan UUD 1945

Proklamasi kemerdekaan mempunyai hubungan yang erat, tidak dapat dipisahkan dan
merupakan satu kesatuan dengan Undang-Undang Dasar 1945 terutama bagian Pembukaan
UUD 1945. Proklamasi kemerdekaan dengan Pembukaan UUD 1945 merupakan suatu
kesatuan yang bulat. Apa yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 merupakan suatu
amanat yang luhur dan suci dari Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945.

Makna Proklamasi Kemerdekaan yaitu pernyataan bangsa Indonesia kepada diri sendiri
maupun kepada dunia luar bahwa bangsa Indonesia telah merdeka, dan tindakan tindakan
yang segera harus dilaksanakan berkaitan dengan pernyataan kemerdekaan itu, telah dirinci
dan mendapat pertanggungjawaban dalam Pembukaan UUD 1945. Hal ini dapat dilihat pada:

1. Bagian pertama (alinea pertama) Proklamasi Kemerdekaan (“Kami bangsa Indonesia


dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia”) mendapat penegasan dan penjelasan
pada alinea pertama sampai dengan alinea ketiga Pembukaan UUD 1945.
2. Bagian kedua (alinea kedua) Proklamasi Kemerdekaan (“Hal-hal yang mengenai
pemindahan kekuasaan dan lain-lain diselenggarakan dengan cara seksama dan dalam
tempo yang sesingkat-singkatnya”) yang merupakan amanat tindakan yang segera
harus dilaksanakan yaitu pembentukan negara Republik Indonesia yang berdasarkan
Pancasila dan termuat dalam Pembukaan UUD 1945 alinea keempat.

Dengan demikian proklamasi kemerdekaan merupakan jembatan emas dalam membangun


bangsa untuk mencapai cita-cita nasional,yaitu menuju masyarakat yang adil,makmur
dan,sejahtera.Pembukaan merupakan satu rangkaian dengan proklamasi kemerdekaan yang
tidak dapat di ubah oleh siapapun termasuk MPR.Jika mengubah isi pembukaan berarti sama
dengan membubarkan negara Republik Indonesia.Dengan demikian proklamasi merupakan
tujuan ,tetapi sebagai prasyarat untuk mencapai cita-cita dan tujuan nasional sehingga
merupakan sumber hukum formal.

You might also like