You are on page 1of 36

BAB I

PENDAHULUAN

Penyakit ini hampir selalu fatal tanpa pengobatan, data terbaru di Indonesia tahun 2001di kemukakan oleh Dirjen
Pemberantasan Penyakit Menular dan penyehatan lingkungan DepKes RI, Prof.Dr Umar Fahcri
Ahmadi, MPH kasus terbaru penderita TBC di Indonesia sekitar 583.000 kasus per tahun. Secara
nasional TBC membunuh kira-kira 140.000 orang per tahunatau setiap hari 43 orang meninggal karena
penyakit TBC ini.Insidensi Tuberculosis dilaporkan meningkat secara drastis pada dekade terakhir ini diseluruh dunia
termasuk juga di Indonesia. Penyakit ini biasanya banyak terjadi pada negara berkembang atau yang
mempunyai tingkat sosial ekonomi menengah ke bawah.

Tuberculosis merupakan penyakit infeksi penyebab kematian dengan urutan atas atau
angka kematian(mortalitas) tinggi, angka kejadian penyakit ( morbiditas), diagnosis dan
terapi yang cukuplamaJika tidak ditangani secara tepat, mortalitas penyakit ini mendekati 100%, tetapi
dengan pengobatan yang dini dan adekuat mortalitas dapat di tekan, Karena itu penanggulangan
TBCtidak hanya terkait dengan masalah kesehatan saja namun juga mencakup masalah
sosial,ekonomi, sikap dan prilaku penderita perlu mendapat perhatian. Karena itu sang
at pentinguntuk mengenal, mendiagnosa, secara dini dan melakukan pengobatan yang adekuat
terhadap penderita TBC. Dan di harapkan kepada tenaga medis agar angka-angka
tersebut dapat di tekan.
BAB II

LAPORAN KASUS

Identitas Pasien

Nama : Tn. QTTL : Jakarta, 9 April 1976Umur : 35 tahunJenis Kelamin : Laki-lakiAlamat : Johar Baru,
Jakarta PusatPekerjaan : EkspedisiTanggal dan jam masuk RS : 16 Febuari
2012 pukul 21.42 WIB Nomor rekam medik : 15 68 78

ANAMNESISKeluhan Utama

Batuk berdarah sejak 2 minggu SMRS.

Keluhan Tambahan

Batuk berdahak, pilek, demam, sesak napas, pusing, mual, keringat malam, m
udahlelah, berat badan menurun.

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien laki-laki 35 tahun datang ke IGD RSIJ Sukapura dengan keluhan batuk berdarahsejak 2 minggu
yang lalu. 2 bulan SMRS pasien mengeluh batuk berdahak dengan dahak berwarna
kehijauan. Pasien juga merasa sering merasa lelah, keringat malam, demam yang naik turun sehingga pasien
merasakan seperti meriang, nafsu makan menurun, dan berat badan menurun. 2 minggu
SMRS pasien mengeluh batuk berdarah. Batuk berdahak sepanjang hari,tetapi batuk berdarah
hanya 1 kali dalam 1 hari. Darah berwarna merah segar pada awalnya,dan berwarna merah
kehitaman diakhir batuk. Darah sebanyak sekitar setengah gelas. Darahtidak bercampur dengan
makanan. Batuk berdarah didahului dengan batuk dan tidak diikutidengan perasaan mual. Apabila
pasien batuk berdarah, maka pasien akan merasakan sesak napas. Batuk berdarah berhenti
dan sesak napas pasien membaik. Pasien sudah berobat ke RSselama 2 kali, didiagnosa tuberkulosis dan
diberikan obat anti tuberkulosis. 4 jam SMRS pasien batuk berdarah kembali sebanyak 2 kali dengan darah berwarna
merah segar di awal batuk dankehitaman diakhir batuk. Darah sebanyak sekitar 1 gelas. Sehingga
membuat pasien khawatir dan pergi ke IGD. Pasien merasakn mual tetapi tidak muntah. Pasien
juga merakan mudahmerasa lelah. BAK pasien normal tetapi BAB pasien berwarna
kehitaman sejak 4 mingguSMRS.

Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien belum pernah mengalamai gejala seperti yang dikeluhkan sekarang.

Tidak ada riwayat hipertensi.

Tidak ada riwayat penyakit jantung.


Tidak ada riwayat Diabetes Mellitus.

Riwayat Penyakit Keluarga

Anak pasien mengeluhkan gejala sama seperti yang dikeluhkan pasien. Telah berobatke
dokter dan didiagnosis sebagai flek paru dan sedang menjalani terapi.

Tidak ada riwayat hipertensi didalam keluarga.

Tidak ada riwayat penyakit jantung.

Tidak ada riwayat Diabetes Mellitus didalam keluarga.

Riwayat Pengobatan

Pasien minum OAT selama 10 hari SMRS. Tetapi pasien tidak merasakan
keluhanmembaik.

Riwayat Alergi

Tidak ada riwayat alergi obat-obatan.

Tidak ada riwayat alergi makanan , dll

Riwayat Psikososial

Pasien merokok sekitar 10 batang setiap hari selama 10 tahun. Tidak minum-minuman beralkohol, jarang
berolahraga, makan teratur, pasien bekerja sebagai ekspedisi.

PEMERIKSAAN UMUM

Keadaan Umum : Pasien tampak sakit sedang.Kesadaran : ComposmentisStatus


GiziBerat badan sebelum sakit : 45 kgBerat badan sesudah sakit : 42 kgTinggi badan : 155 cmIMT : 17,48 (unde
rweight)Tanda vitalSuhu : 36,2

C Nadi : 80 kali per menitPernafasan : 20 kali per menitT e k a n a n D a r a h


: 1 1 0 / 7 0 m m H g

Darah samar feses +

APTT 40.8 detik (memanjang)Rencana pemeriksaan penunjang : Endoskopi saluran cerna bawah, enzim
penanda hatiWD : Hemorhoid, Ulkus PeptikumRencana terapi :

Pantoprazole 1x1 amp


BAB III

PEMBAHASAN

HEMOPTISIS

Definisi

Hemoptisis adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan batuk darah, atau sputumyang
berdarah. Sputum mungkin bercampur dengan darah. Mungkin juga seluruh
cairan yangd i k e l u a r k a n p a r u p a r u b e r u p a d a r a h . S e t i a p p r o s e s y a n g m e n
g a k i b a t k a n t e r g a n g g u n y a kontinuitas aliran pembuluh darah paru-paru dapat
mengakibatkan perdarahan. Batuk darahmerupakan suatu gejala yang serius. Mungkin ini
merupakan manifestasi yang paling dini darituberkulosis aktif. Sebab-sebab lain dari hemoptisis
adalah karsinoma bronkogenik, infarksi,dan abses paru-paru.Hemoptisis harus dibedakan
dengan hematemesis. Hematemesis disebabkan oleh
lesi p a d a s a l u r a n c e r n a , s e d a n g k a n h e m o p t i s i s d i s e b a b k
a n o l e h l e s i p a d a p a r u a t a u bronkus/bronkiolus.

KlasifikasiKlasifikasi didasarkan pada perkiraan jumlah darah yang dibatukkan.

1. Bercak (

Streaking

) : <15-20 ml/24 jamYang sering terjadi darah bercampur dengan sutum. Umumnya pada bronkitis.

2.

Hemoptisis: 20-600 ml/24 jamHal ini berarti perdarahan pada pembuluh darh yang lebih besar. Biasanya pada
kanker paru, pneumonia, TB, atau emboli paru.

3.

Hemoptisis massif : >600 ml/24 jamBiasanya pada kanker paru, kavitas pada TB, atau bronkiektasis.

4.

PseudohemoptisisMerupakan batuk darah dari struktur saluran napas bagian atas (di atas laring) atau darisaluran
cerna atas atau hal ini dapat berupa perdarahan buatan (

factitious

).Perbedaan hemoptoe dengan hematemesisUntuk membedakan antara muntah darah


(hematemesis) dan batuk darah (hemoptoe) bila dokter tidak hadir pada waktu pasien batuk darah, maka pada
batuk darah (hemoptoe) akandidapatkan tanda-tanda sebagai berikut :Tanda-tanda batuk darah:

1.

Didahului batuk keras yang tidak tertahankan.

2.
Terdengar adanya gelembung-gelembung udara bercampur darah di dalam
salurannapas.

3.

Terasa asin / darah dan gatal di tenggorokan.

Warna darah yang dibatukkan merah segar bercampur buih, beberapa hari kemudianwarna
menjadi lebih tua atau kehitaman.

5.

pH alkalis.6 . B i s a b e r l a n g s u n g b e b e r a p a h a r i 7 . P e n y e b a b n y a : k e l a i n a n
p a r u Tanda-tanda muntah darah :

1.

Tanpa batuk, tetapi keluar darah waktu muntah.

2.

Suara napas tidak ada gangguan.

3.

Didahului rasa mual / tidak enak di epigastrium.

4.

Darah berwarna merah kehitaman, bergumpal-gumpal bercampur sisa makanan.

5.

pH asam.

6.

Frekuensi muntah darah tidak sekerap hemoptoe.

7.

Penyebabnya : sirosis hati, gastritis.


Penyebab dari batuk darah (hemoptoe) dapat dibagi atas :

1.Infeksi, terutama tuberkulosis, abses paru, pneumonia, dan kaverne oleh karena jamur dan sebagainya.

2.Kardiovaskuler, stenosis mitralis dan aneurisma aorta.


3.Neoplasma, terutama karsinoma bronkogenik dan poliposis bronkus.

4.Gangguan pada pembekuan darah (sistemik).

5.Benda asing di saluran pernapasan.

6.Faktor-faktor ekstrahepatik dan abses amuba.

Penyebab terpenting dari hemoptisis masif adalah :

1. Tumor :

a. Karsinoma.

b. Adenoma.

c. Metastasis endobronkial dari massa tumor ekstratorakal.

2. Infeksi

a. Aspergilloma.

b. Bronkhiektasis (terutama pada lobus atas).

c. Tuberkulosis paru.

3. Infark Paru

4. Udem paru, terutama disebabkan oleh mitral stenosis

5. Perdarahan parua.

a. Sistemic Lupus Eritematosus

b.Goodpasture’s syndrome

c. Idiopthic pulmonary haemosiderosis

d. Bechet’s syndrome

6. Cedera pada dada/traumaa.

a. Kontusio pulmonal.

b. Transbronkial biopsi.

c. Transtorakal biopsi memakai jarum.

7. Kelainan pembuluh daraha.

a.Malformasi arteriovena.

b.Hereditary haemorrhagic teleangiectasis

8. Bleeding diathesis.
Penyebab hemoptoe banyak, tapi secara sederhana dapat dibagi dalam 3 kelompok yaitu :infeksi, tumor dan
kelainan kardiovaskular. Infeksi merupakan penyebab yang seringdidapatkan antara lain : tuberkulosis, bronkiektasis dan
abses paru. Pada dewasa muda,tuberkulosis paru, stenosis mitral, dan bronkiektasis merupakan penyebab yang sering
didapat.Pada usia diatas 40 tahun karsinoma bronkus merupakan penyebab yang sering didapatkan,diikuti tuberkulsosis
dan bronkiektasis. Patofisiologi HemoptisisSetiap proses yang terjadi pada paru akan mengakibatkan
hipervaskularisasi dari cabang-cabang arteri bronkialis yang berperanan untuk memberikan nutrisi pada
jaringan paru
bilaterjadi kegagalan arteri pulmonalis dalam melaksanakan fungsinya untuk pertuk
aran gas.Terdapatnya aneurisma Rasmussen pada kaverna tuberkulosis yang merupa
kan asal dari perdarahan pada hemoptoe masih diragukan. Teori terjadinya perdara
han akibat pecahnya
aneurisma dari Ramussen ini telah lama dianut, akan tetapi beberapa lap
o r a n a u t o p s i membuktikan bahwa terdapatnya hipervaskularisasi bronkus yang merupakan percabangan
dariarteri bronkialis lebih banyak merupakan asal dari perdarahan pada hemoptoe.(4)

Mekanisma terjadinya batuk darah adalah sebagai berikut :1 . R a d a n g m u k o s a Pada


trakeobronkitis akut atau kronis, mukosa yang kaya pembuluh darah menjadi rapuh,
sehingga trauma yang ringan sekalipun sudah cukup
untuk menimbulkan batuk darah.2 . I n f a r k p a r u Biasanya disebabkan oleh emboli paru
atau invasi mikroorganisme pada pembuluhdarah, seperti infeksi coccus, virus, dan infeksi oleh
jamur.3.Pecahnya pembuluh darah vena atau
kapiler Distensi pembuluh darah akibat kenaikan tekanan darah intraluminar sepert
i padadekompensasi cordis kiri akut dan mitral
stenosis.4.Kelainan membran alveolokapiler A k i b a t a d a n y a r e a k s i a n t i b o d i t
erhadap membran, seperti pada

Goodpasture’s syndrome

.5.Perdarahan kavitas tuberkulosaPecahnya pembuluh darah dinding kavitas tuberkulosis yang


dikenal dengan
aneurismaRasmussen; pemekaran pembuluh darah ini berasal dari cabang pembuluh d
arah bronkial. Perdarahan pada bronkiektasis disebabkan pemekaran pembuluh darah
cabang bronkial. Diduga hal ini terjadi disebabkan adanya anastomosis pembuluh dar
ah bronkial dan pulmonal. Pecahnya pembuluh darah pulmonal dapat menimbulkan
hemoptisis masif.6 . I n v a s i t u m o r g a n a s 7 . C e d e r a d a d a Akibat benturan dinding dada,
maka jaringan paru akan mengalami transudasi ke dalamalveoli dan keadaan ini akan memacu terjadinya batuk darah.

Klasifikasi

Berdasarkan penyebabnya dikenal berbagai macam batuk darah :

1.Batuk darah idiopatik atau esensial dimana penyebabnya


tidak diketahuiAngka kejadian batuk darah idiopatik sekitar 15% tergantung fasilitas
penegakandiagnosis. Pria terdapat dua kali lebih banyak daripada wanita, berumur
sekitar
30tahun, biasanya perdarahan dapat berhenti sendiri sehingga prognosis baik. Teori
perdarahan ini adalah sebagai berikut :a. Adanya ulserasi mukosa yang tidak dapat dicapai oleh bronkoskopi. b.
Bronkiektasis yang tidak dapat ditemukan.c. Infark paru yang minimal.d. Menstruasi vikariensis.e. Hipertensi
pulmonal.2.Batuk darah sekunder, yang penyebabnya dapat di pastikana . P a d a p r i n s i p n y a
berasal d a r i : b . S a l u r a n n a p a s i.Yang sering ialah tuberkulosis,
bronkiektasis, tumor paru, pneumonia dan abses paru.ii.Menurut Bannet, 82 – 86% batuk
darah disebabkan oleh tuberkulosis paru, karsinoma paru dan bronkiektasis.iii.Yang jarang
dijumpai adalah penyakit jamur (aspergilosis), silikosis, penyakit oleh karena
cacing.c . S i s t e m k a r d i o v a s k u l e r i.Yang sering adalah stenosis mitral,
hipertensi.ii.Yang jarang adalah kegagalan jantung, infark paru, aneurisma aorta.d . L a i n -
l a i n i.Disebabkan oleh benda asing, ruda paksa, penyakit darah
s e p e r t i hemofilia, hemosiderosis, sindrom Goodpasture, eritematosus lupuss i s t e
mik, diatesis hemoragik dan pengobatan dengan obat-
o b a t antikoagulanBerdasarkan jumlah darah yang dikeluarkan maka hemoptisis dapat dibagi atas :

1.

Hemoptisis massif Bila darah yang dikeluarkan adalah 100-160 cc dalam 24


jam.2.Kriteria yang digunakan di rumah sakit Persahabatan Jakarta :

Bila perdarahan lebih dari 600 cc / 24 jam

Bila perdarahan kurang dari 600 cc dan lebih dari 250 cc / 24 jam, akan tetapi
Hb kurang dari 10 g%.

Bila perdarahan lebih dari 600 cc / 24 jam dan Hb kurang dari 10 g%, tetapidalam pengamatan 48 jam ternyata
darah tidak berhenti.

Kesulitan dalam menegakkan diagnosis ini adalah karena pada hemoptoeselain terjadi
vasokonstriksi perifer, juga terjadi mobilisasi dari depot darah,sehingga kadar Hb tidak selalu memberikan gambaran
besarnya perdarahanyang terjadi.

Kriteria dari jumlah darah yang dikeluarkan selama hemoptoe jugam


empunyai kelemahan oleh karena :

Jumlah darah yang dikeluarkan bercampur dengan sputum dank a d a n g -


k a d a n g d e n g a n c a i r a n l a m b u n g , s e h i n g a s u k a r u n t u k menentukan jumlah darah yang
hilang sesungguhnya.

Sebagian dari darah tertelan dan dikeluarkan bersama-sama dengantinja, sehingga tidak ikut
terhitung

o
Sebagian dari darah masuk ke paru-paru akibat aspirasi.Oleh karena itu suatu nilai kegawatan dari hemoptisis
ditentukan oleh :

Apakah terjadi tanda-tanda hipotensi yang mengarah pada renjatan


hipovolemik (hypovolemik shock).

Apakah terjadi obstruksi total maupun parsial dari bronkus yang dapat dinilai denganadanya
iskemik miokardium, baik berupa gangguan aritmia, gangguan mekanik pada jantung, maupun
aliran darah serebral. Dalam hal kedua ini dilakukan pemantauan terhadap gas darah,
disamping menentukan fungsi-fungsi vital. Oleh karena itu suatutingkat kegawatan hemoptoe
dapat terjadi dalam dua bentuk, yaitu bentuk akut berupaasfiksia, sedangkan bentuk yang lain berupa
renjatan hipovolemik.Bila terjadi hemoptisis, maka harus dilakukan penilaian terhadap:

Warna darah untuk membedakannya dengan hematemesis.

Lamanya perdarahan.

Terjadinya mengi (wheezing) untuk menilai besarnya obstruksi.

Keadaan umum pasien, tekanan darah, nadi, respirasi dan tingkat kesadaran.

Klasifikasi menurut Pusel :+ : batuk dengan perdarahan yang hanya dalam bentuk garis-garis dalam
sputum++ : batuk dengan perdarahan 1 – 30 ml+++ : batuk dengan perdarahan 30 – 150 ml++++ : batuk
dengan perdarahan > 150 mlPositif satu dan dua dikatakan masih ringan, positif tiga
hemoptisis sedang, positif empat termasuk di dalam kriteria hemoptisis
masif.DiagnosisHal utama yang penting adalah memastikan apakah darah benar- b
enar bukan darimuntahan dan tidak berlangsung saat perdarahan hidung. Hemoptisis sering mudah
dilacak daririwayat. Dapat ditemukan bahwa pada hematemesis darah berwarna kecoklatan atau
kehitamandan sifatnya asam. Darah dari epistaksis dapat tertelan kembali melalui faring
dan terbatukkanyang disadari penderita serta adanya darah yang memancar dari hidung.Untuk
menegakkan diagnosis, seperti halnya pada penyakit lain perlu dilakukan urutan-
urutan dari anamnesis yang teliti hingga pemeriksaan fisik maupun penunjan
g sehingga penanganannya dapat
disesuaikan.1 ) A n a m n e s i s Untuk mendapatkan riwayat penyakit yang lengk
ap sebaiknya diusahakan untuk mendapatkan data-data :- Jumlah dan warna darah- Lamanya
perdarahan- Batuknya produktif atau tidak - Batuk terjadi sebelum atau sesudah perdarahan- Sakit dada,
substernal atau pleuritik - Hubungannya perdarahan dengan : istirahat, gerakan fisik, posisi badan dan batuk -
Wheezing- Riwayat penyakit paru atau jantung terdahulu.- Perdarahan di tempat lain serempak dengan batuk
darah- Perokok berat dan telah berlangsung lama- Sakit pada tungkai atau adanya pembengkakan serta sakit
dada- Hematuria yang disertai dengan batuk darah.

Pemeriksaan
fisik P a d a p e m e r i k s a a n f i s i k d i c a r i g e j a l a / t a n d a l a i n d i l u a r p a r u y a n g d a p
a t mendasari terjadinya batuk darah, antara lain : jari tabuh, bising sistolik dan

opening snap

, pembesaran kelenjar limfe, ulserasi septum nasalis, teleangiektasi.3. Pemeriksaan penunjangFoto toraks
dalam posisi AP dan lateral hendaklah dibuat pada setiap penderitahemoptisis masif. Gambaran opasitas
dapat menunjukkan tempat perdarahannya.4. Pemeriksaan
bronkoskopiSebaiknya dilakukan sebelum perdarahan berhenti, karena dengan demikiansumber
perdarahan dapat diketahui.Adapun indikasi bronkoskopi pada batuk darah adalah :1. Bila radiologik tidak didapatkan
kelainan2. Batuk darah yang berulang – ulang3. Batuk darah masif : sebagai tindakan terapeutik

Tindakan bronkoskopi merupakan sarana untuk menentukan diagnosis,lokasi p


erdarahan, maupun persiapan operasi, namun waktu yang tepat untuk melakukannya
merupakan pendapat yang masih kontroversial, mengingat bahwaselama masa perdarahan, bronkoskopi
akan menimbulkan batuk yang lebih
impulsif,s e h i n g g a d a p a t m e m p e r h e b a t p e r d a r a h a n d i s a m p i n g m e m p e r
b u r u k f u n g s i pernapasan. Lavase dengan bronkoskop

fiberoptic

d a p a t m e n i l a i b r o n k o s k o p i merupakan hal yang mutlak untuk menentukan lokasi


perdarahan.Dalam mencari sumber perdarahan pada lobus superior, bronkoskop serat
optik j a u h l e b i h u n g g u l , s e d a n g k a n b r o n k o s k o p m e t a l s a n g a t b e r m a n f a a t d
alammembersihkan jalan napas dari bekuan darah serta mengambil benda
asing,disamping itu dapat melakukan penamponan dengan balon khusus d
i t e m p a t terjadinya
perdarahan.PenangananPada umumnya hemoptoe ringan tidak diperlukan perawatan khusu
s dan biasanya berhenti sendiri. Yang perlu mendapat perhatian yaitu hemoptisis yang masif.Tujuan pokok terapi
ialah :1. Mencegah tersumbatnya saluran napas oleh darah yang beku2. Mencegah kemungkinan penyebaran infeksi3.
Menghentikan perdarahanSasaran-
sasaran terapi yang utama adalah memberikan suport kardiopulmaner danmengenda
likan perdarahan sambil mencegah asfiksia yang merupakan penyebab utamakematian
pada para pasien dengan hemoptisis masif.Masalah utama dalam hemoptoe adalah terjadinya pembekuan dalam saluran
napas
yangmenyebabkan asfiksi. Bila terjadi afsiksi, tingkat kegawatan hemoptoe paling ti
nggi danmenyebabkan kegagalan organ yang multipel. Hemoptoe dalam jumlah kecil dengan
refleks batuk yang buruk dapat menyebabkan kematian. Dalam jumlah banyak dapat
menimbukanrenjatan hipovolemik.Pada prinsipnya, terapi yang dapat dilakukan
adalah :- T e r a p i k o n s e r v a t i f

Terapi definitif atau pembedahan.

1 . Te r a p i k o n s e r v a t i f

Pasien harus dalam keadaan posisi istirahat, yakni po


s i s i m i r i n g ( l a t e r a l decubitus). Kepala lebih rendah dan miring ke sisi yang sakit untuk mencegah
aspirasidarah ke paru yang sehat.

Melakukan

suction

dengan kateter setiap terjadi perdarahan.

Batuk secara perlahan – lahan untuk mengeluarkan darah di dalam saluran salurannapas untuk
mencegah bahaya sufokasi.

Dada dikompres dengan es – kap, hal ini biasanya menenangkan penderita.

Pemberian obat – obat penghenti perdarahan (obat – obat hemostasis), misalnya vit.K, ion kalsium, trombin dan
karbazokrom.

Antibiotika untuk mencegah infeksi sekunder.

Pemberian cairan atau darah sesuai dengan banyaknya perdarahan yang terjadi.

Pemberian oksigenTindakan selanjutnya bila mungkin


:

Menentukan asal perdarahan dengan bronkoskopi

Menentukan penyebab dan mengobatinya, misal aspirasi darah dengan bronkoskopidan pemberian adrenalin
pada sumber perdarahan.2 . T e r a p i p e m b e d a h a n

Reseksi bedah segera pada tempat perdarahan merupakan pilihan.

Tindakan operasi ini dilakukan atas pertimbangan

:a.Terjadinya hemoptisis
masif yang mengancam kehidupan pasien. b . P e n g a l a m a n b e r b a g a i p e n y e l i d i k m e n u n
j u k k a n b a h w a a n g k a k e m a t i a n p a d a perdarahan yang masif menurun dari 70%
menjadi 18% dengan tindakanoperasi.c.Etiologi dapat dihilangkan sehingga faktor
penyebab terjadinya hemoptoe yang berulang dapat dicegah.Busron (1978) menggunakan pula indikasi
pembedahan sebagai berikut

:1 . A p a b i l a p a s i e n m e n g a l a m i b a t u k d a r a h l e b i h d a r i
6 0 0 c c / 2 4 j a m d a n d a l a m pengamatannya perdarahan tidak berhenti.2.Apabila pasien
mengalami batuk darah kurang dari 600 cc / 24 jam dan tetapi lebih dari250 cc / 24 jam jam
dengan kadar Hb kurang dari 10 g%, sedangkan batuk darahnyamasih terus berlangsung.

3.Apabila pasien mengalami batuk darah kurang dari 600 cc / 24 jam dantetapi lebih dari250
cc / 24 jam dengan kadar Hb kurang dari 10 g%, tetapi selama pengamatan 48 jamyang disertai dengan perawatan
konservatif batuk darah tersebut tidak
berhenti.Sebelum pembedahan dilakukan, sedapat mungkin diperiksa faal paru dan dip
astikan asal perdarahannya, sedang jenis pembedahan berkisar dari segmentektomi,
lobektomi dan pneumonektomi dengan atau tanpa torakoplasti.Penting juga dilakukan usaha-usaha untuk
menghentikan perdarahan. Metode yang mungkindigunakan adalah

:-Dengan memberikan cairan es garam yang dilakukan dengan bronkoskopi


serat lentur dengan posisi pada lokasi bronkus yang berdarah. Masukkan larutan NaCl
fisiologis pada suhu 4°C sebanyak 50 cc, diberikan selama 30-60 detik. Cairan ini
kemudiandihisap dengan suction.-Dengan menggunakan kateter balon yang panjangnya 20
cm penampang 8,5 mm.
Komplikasi

Komplikasi yang terjadi merupakan kegawatan dari hemoptoe, yaitu ditentukan oleh tigafaktor

:1.Terjadinya asfiksia oleh karena terdapatnya bekuan darah


dalam saluran pernapasan.2 . J u m l a h d a r a h y a n g d i k e l u a r k a n s e l a m a t e r j a d i n y a h
e m o p t o e d a p a t m e n i m b u l k a n renjatan hipovolemik.3 . A s p i r a s i , y a i t u keadaan
m a s u k n y a b e k u a n d a r a h m a u p u n s i s a m a k a n a n k e d a l a m jaringan paru yang sehat
bersama inspirasi.

Prognosis

Pada hemoptoe idiopatik prognosisnya baik kecuali bila penderita mengalami hemoptoe
yangrekuren.Sedangkan pada hemoptoe sekunder ada beberapa faktor yang menentukan prognosis :1)Tingkatan
hemoptoe : hemoptoe yang terjadi pertama kali mempunyai prognosis yanglebih
baik.2)Macam penyakit dasar yang menyebabkan hemoptoe.

3)

Cepatnya kita bertindak, misalnya bronkoskopi yang segera dilakukan untuk menghisapdarah yang beku di
bronkus dapat menyelamatkan penderita.

(1,14)

TB PARU

D EFINISITuberkulosis Paru adalah penyakit infeksi bakteri menahun yang diseb


abkan olehkuman

Mycobacterium tuberculosis

. Kuman tersebut biasanya masuk kedalam tubuh


manusiamelalui udara pernapasan kedalam paru. Kemudian kuman tersebut menyeba
r dari parukebagian tubuh lainnya, melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfe, melalui
salurannapas (bronchus) atau penyebaran langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya. TB dapat
terjadi pada semua kelompok umur, baik di paru maupun di luar
paru.ETIOLOGIPenyebab tuberkulosis adalah

Mycobacterium tuberculosis

. K u m a n i n i b e r b e n t u k batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan ter


hadap asam pada pewarnaan (Basil TahanAsam). Kuman TB cepat mati dengan sinar
matahari langsung tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan lembek. Dalam jaringan
tubuh, kuman ini dapat dorman

selama beberapa tahun. Kuman dapat disebarkan dari penderita TB BTA positif kepada
orangyang berada disekitarnya, terutama yang kontak erat.PATOFISIOLOGITempat masuk kuman

M. tuberculosis
adalah saluran pernapasan, saluran pencernaandan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan
infeksi tuberculosis terjadi melalui udara

(airborne

),yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung kuman-kuman basil tuberkel, kuman ini tidak menghasilkan
toksin yang di kenal. Dalam tetesan droplet yang terhirup dan mencapai alveoli.Penyakit timbul akibat menetapnya dan
berproliferasinya kuman tersebut dan adanya interaksidari tuan rumah, misalnya basil tidak virulen yang di suntikan
contoh BCG hanya dapat hidupselama beberapa bulan atau tahun pada tuan rumah normal. Resistensi
dan hipersensitivitastuan rumah sangat mempengaruhi perkembangan penyakit.Penyakit ini
dikendalikan oleh respon imunitas perantara sel, sel efektornya adalahmakrofag, sedangkan
limfosit biasanya sel T adalah sel imunoresponsinya. Tipe imuniitasseperti ini biasanya lokal, melibatkan
makrofag yang di aktifkan ditempat infeksi oleh limfositdan limfokinnya.Respon ini disebut sebagai reaksi
hipersensitivitas atau reaksi lambat.Pembentukan dan perkembangan lesi-
lesi dan penyembuhannya atau progresifnyaterutama ditentukan
oleh:1.Jumlah kuman yang masuk dan perkembangbiakan selanjutnya.2.Resistensi dan
hipersensivitas dari hospes. Saat masuk ke tubuh manusia kuman

mycobacterium tuberculosis

akan membentuk duatipe lesi utama:1.

Tipe eksudatif

, ini terdiri dari reaksi peradangan akut, lekosit polimorfonuklir dankemudian, monosit
sekitar basil tuberkel. Tipe ini terlihat pada jaringan paru-paru, dimana lesi ini mirip dengan
pnemonia bakterie, tipe ini dapat sembuh dengan resolusisehingga seluruh eksudat di absorpsi sehingga
mengakibatkan nekrosis massif dari jaringan atau dapat berkembang menjadi tipe produktif,
selama fase ini tes tuberculin positif.2.

Tipe produktif

, bila berkembang maksimal lesi ini akan menjadi suatu granulomamenahun yang terdiri dari 3
daerah:

Daerah sentral yang luas, yang mempunyai sel sel inti banyak yang
mengandung basil tuberkel.

Daerah tengah terdiri dari sel-sel epiteloid pucat.

Derah perifer yang terdiri dari fibroblas, limfosit dan monosit


kemudianterbentuk jaringan fibrosa perifer dan daerah sentral
mengalami nekrosis danmembentuk

kaverne
, selanjutnya lesi ini sembuh dengan fibrosis atau kalsifikasi.Basil juga menyebar melalui getah bening menuju
kelenjar getah bening regional, basildapat menyebar lebih lanjut dan mencapai aliran darah yang selanjutnya
menyebar ke seluruhorgan, tetapi kuman ini mutlak hidup ditempat yang memiliki kandungan oksigen
yang tinggioleh karena itu lokasi utama penyakit ini adalah di paru.Makrofag yang mengadakan infiltrasi
menjadi lebih panjang dan bersatu sehinggamembentuk sel tuberkel epiteloid yang di kelilingi oleh limfosit,
reaksi ini membutuhkan waktu10 sampai 20 hari. Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran
yang relatif padat danseperti keju, lesi seperti ini disebut dengan

nekrosis kaseosa.

Lesi primer paru–paru dinamakan fokus Ghon dan gabungan terserangnya kelenjar getah
bening regional dan lesi primer dinamakan kompleks Ghon. Ini dapat dilihat pada orangsehat yang selalu menjalani
pemeriksaan radiologi.

Cara penularan kuman mycobacterium tuberculosis:

1 . K u m a n d i b a t u k k a n a t a u d i b e r s i n k a n o l e h
p e n d e r i t a T B m e n j a d i d r o p l e t n u c l e i (partikel kecil yang
merupakan gabungan antara sel tubuh dan sel yang sudah terinfeksi.Setiap kali penderita TB
batuk akan dikeluarkan 3000 droplet yang infektif (memiliki kemampuan menginfeksi),
partikel infeksi ini dapat hidup pada udara bebas selama 1-2 jam, tergantung ada tidaknya sinar ultra violet,
ventilasi yang baik dan kelembaban. Dalamsuasana lembab kuman dapat hidup berhari-
hari.2 . K u m a n y a n g t e r h i r u p dapat menghindari pertahanan
m e k a n i k s a l u r a n n a p a s b a g i a n atas dan akan menuju alveoli dimana
infeksi awal terjadi, kuman ini akan membentuk sarang primer dan di ikuti pembesaran kelenjar
getah bening yang disebut komplek
primer.3 . K o m p l e k p r i m e r s e l a n j u t n y a m e n g a l a m i p e r j a l a
n a n p e n y a k i t t e r g a n t u n g v i r u l e n s i , jumlah kuman, dan ketahanan
tubuh penderita. Ini dapat sembuh sama sekali tanpa cacat,

sembuh dengan meninggalkan sedikit jaringan paru atau berkomplikasi dan menyebar baik secara

hematogen atau limfatogen

.Tidak semua orang yang menghirup kuman TBC akan tertular penyakit tersebut. Padaorang
yang sehat, biasanya kuman tersebut menjadi tidak aktif dan orang itu tetap sehat tetapikuman
tersebut akan jadi aktif bila:

Kekurangan gizi

Kondisi fisik yang lemah

Terkena penyakit tertentu sepeti HIVdan Diabetes melitus


Pecandu obat-obat terlarang

Menggunakan hormon steroid

Perokok beratK u m a n - k u m a n a k a n m u l a i b e r k e m b a n g -
b i a k d a n m e n i m b u l k a n p e n y a k i t T B C . Timbulnya penyakit bisa langsung terjadi
setelah terinfeksi atau butuh waktu tahunan untuk berkembang.
MANIFESTASI
KLINISPenderita TB paru akan mengalami berbagai gangguan kesehatan, seperti bat
uk berdahak kronis, demam subfebril, berkeringat tanpa sebab di malam hari, sesak napas,
nyeridada, dan penurunan nafsu makan. Semuanya itu dapat menurunkan produktivitas
penderita bahkan kematian.Gejala klinik TB paru dapat dibagi menjadi 2 golongan:

1.Gejala Respiratorik

Batuk lebih dari 3 minggu

Dahak (sputum)

Batuk darah

Sesak nafas

Nyeri dada

Wheezing

2 . G e j a l a S i s t e m i k

Demam dan menggigil

Penurunan berat badan

Rasa lelah dan lemah (Malaise)

Berkeringat banyak terutama di malam hari

Tidak ada nafsu makan (Anoreksia)

Sakit-sakit pada otot (Mialgia)KLASIFIKASI TUBERKULOSIS PARUPenentuan klasifikasi penyakit dan tipe
pasien tuberkulosis memerlukan suatu “definisi kasus”yang meliputi empat hal, yaitu :1)Lokasi atau
organ tubuh yang sakit : paru atau ekstra paru2)Bakteriologi ; hasil pemeriksaan mikroskopis :
BTA positif dan BTA negatif 3)Tingkat keparahan penyakit : ringan atau berat 4)Riwayat
pengobatan TB sebelumnya : baru atau sudah pernah diobatiManfaat dan tujuan menentukan klasifikasi
dan tipe adalah1. Menentukan paduan pengobatan yang sesuai2. Registrasi kasus secara benar 3. Menentukan prioritas
pengobatan TB BTA positif 4. Analisis kohort hasil pengobatanBeberapa istilah dalam definisi kasus:

1.

Kasus TB : Pasien TB yang telah dibuktikan secara mikroskopis atau didiagnosis olehdokter.

2.

Kasus TB pasti (definitif) : pasien dengan biakan positif untuk

Mycobacteriumtuberculosis

atau tidak ada fasilitas biakan, sekurang kurangnya 2 dari 3 spesimendahak SPS hasilnya BTA positif.Kesesuaian
paduan dan dosis pengobatan dengan kategori diagnostik sangat diperlukan untuk:

Menghindari terapi yang tidak adekuat (

undertreatment

) sehingga

2.

Mencegah timbulnya resistensi,

3.

Menghindari pengobatan yang tidak perlu (

overtreatment

) sehingga

4.

Meningkatkan pemakaian sumber-daya lebih biaya efektif (

cost-effective

5.

Mengurangi efek samping

a. Klasifikasi berdasarkan organ tubuh yang terkena:

1)
Tuberkulosis paru. Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan(parenkim) paru. Tidak
termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar pada hilus.

2)

Tuberkulosis ekstra paru. Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru,misalnya pleura, selaput
otak, selaput jantung (pericardium), kelenjar lymfe, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin,
dan lain-lain.

b.

Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan BTA sputum

a . T u b e r k u l o s i s p a r u B TA ( + ) a d a l a h : i.Sekurang-kurangnya 2 dari 3
spesimen dahak menunjukkan hasil BTA positif ii.Hasil pemeriksaan satu specimen dahak
menunjukkan hasil BTA positif dan kelainan radiologi menunjukkan ganbaran tuberculosis aktif iii.Hasil
pemeriksaan satu specimen dahak menunjukkan BTA positif dan biakan
positif b . T u b e r k u l o s i s p a r u B TA ( - ) i.Hasil pemeriksaan dahak 3 kali
menunjukkan BTA negatif, gambaran klinis dan radiologis menunjukkan tuberkulosis aktif

ii.

Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif dan biakan

Myccobacterium tuberculosis

positif

d. Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya

Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya dibagi menjadi beberapa tipe pasien,
yaitu:1 ) K a s u s b a r u Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernahmenelan
OAT kurang dari satu bulan (4 minggu).

2)

Kasus kambuh (

Relaps

)Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatantuberkulosis dan telah dinyatakan
sembuh atau pengobatan lengkap didiagnosiskembali dengan BTA positif (apusan atau kultur).

3)

Kasus setelah putus berobat (

Default

)Adalah pasien yang telah menjalani pengobatan minimal 1 bulan dan putus berobat 2 bulan atau lebih dengan
BTA positif atau BTA negatif.

4)
Kasus setelah gagal (

Failure

)Adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembalimenjadi positif pada bulan kelima
atau lebih selama pengobatan.

5)

Kasus Pindahan (

Transfer In

)Adalah pasien yang dipindahkan dari UPK yang memiliki register TB lain untuk melanjutkan
pengobatannya.6 ) K a s u s l a i n : Adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas. Dalam
kelompok ini termasuk Kasus Kronik, yaitu pasien dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif setelah selesai
pengobatan ulangan.

Catatan:

TB paru BTA negatif dan TB ekstra paru, dapat juga mengalami kambuh, gagal, defaultmaupun menjadi kasus
kronik. Meskipun sangat jarang, harus dibuktikan secara patologik, bakteriologik (biakan), radiologik, dan pertimbangan
medis spesialistik.TB paru juga dapat diklasifikasikan sebagai berikut :1 ) T B P a r u B TA ( + ) y a i t u :

Dengan atau tanpa gejala.

Gambaran radiology sesuai dengan TB paru.2 ) T B p a r u B T A ( - )

Gejala klinik dan gambaran radiologi sesuai dengan TB paru.

BTA (-).

3)Bekas TB paru

BTA (-).

Gejala klinik tidak ada, ada gejala sisa akibat kelainan paru yang di tinggalkan.

Radiolgi menunjukkan gambaran lesi TB inaktif, terlebih gambaran serialmenu


njukan foto yang sama

Riwayat pengobatan TB (+)Sedangkan WHO membagi penderita TB atas 4 kategori:1.

Kategori I

: kasus baru dengan dahak (+) dan penderita dengan keadaan berat sepertim e n i n g i t i s , T B m i l i e
r , p e r i k a r d i t i s , p e r i t o n i t i s , s p o n d i l i t i s d e n g a n gangguan neurologik dan lain-lain.2.

Kategori II:

kasus kambuh atau gagal dengan dahak yang tetap (+).3 . K a t e g o r i I I I : k a s u s d e n g a n d a h a k


( - ) , t e t a p i k e l a i n a n p a r u t i d a k l u a s d a n k a s u s T B diluar paru selain kategori I.

4.

Kategori IV: tuberkulosis kronik.KRITERIA DIAGNOSISDiagnosis penyakit tuberculosis didasarkan pada:

1.Anamnesis dan pemeriksaan fisik

Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan tanda-tanda:a. Tanda-tanda infiltrat (redup, bronchial, ronkhi basah).

Tanda-tanda penarikan paru, diafragma, dan mediastinum.c. Secret di saluran nafas dan ronkhi.d. Suara
nafas amforik karena adanya kavitas yang berhubungan langsung dengan bronchus.

2.Laboratorium

a . K u l t u r
s p u t u m . b . M a n t o u x Te s t / T u b e r k u l i n Te s t . c . B i o p s i j a r u m p a d a j a r i n g a
n paru.

3 . R a d i o l o g i s

Foto Thoraks PA dan lateral. Gambaran foto toraks yang menunjang diagnosis
TByaitu:a. Bayangan lesi terletak dilapangan atas paru atau segmen apical
lobus bawah. b. Bayangan berawan (patchy) atau berbercak (nodular).c . A d a n y a k a v i t a s , t u n g g a l ,
a t a u g a n d a . d. Kelainan bilateral, terutama di lapangan atas paru.e. Adanya kalsifikasi.

Bayangan menetap pada foto ulang beberapa minggu kemudian.g. Bayangan milier.
PENATALAKSANAAN MEDIS

Tujuan Pengobatan

Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah kematian, mencegahkekambuhan,


memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya resistensi kuman terhadapOAT.

Prinsip pengobatan

Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip - prinsip sebagai berikut:•OAT harus diberikan
dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam jumlah cukup dan dosis tepat sesuai
dengan kategori pengobatan. Jangan gunakan OATtunggal (monoterapi). Pemakaian OAT-
Kombinasi Dosis Tetap (OAT-KDT) lebihmenguntungkan dan sangat dianjurkan.

Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan pengawasan langsung( D O T =

Directly Observed Treatment

) oleh seorang Pengawas Menelan Obat(PMO).•Pengobatan TB diberikan dalam


2 tahap, yaitu tahap intensif dan lanjutan.

Tahap awal (intensif)

•Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan
p e r l u d i a w a s i s e c a r a langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat.•Bila pengobatan tahap
intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya pasien menular menjadi tidak menular
dalam kurun waktu 2 minggu.•Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif
(konversi) dalam 2 bulan.

Tahap Lanjutan

•Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih


s e d i k i t , n a m u n d a l a m j a n g k a waktu yang lebih lama.

ahap lanjutan penting untuk membunuh kuman

persister

sehingga mencegahterjadinya kekambuhan

Paduan OAT yang digunakan di Indonesia

Paduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional Penanggulangan Tuberkulosis diIndonesia:

Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3.

Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3.

Disamping kedua kategori ini, disediakan paduan obat sisipan (HRZE)

Kategori Anak: 2HRZ/4HR Paduan OAT kategori-1 dan kategori-2 disediakan dalam bentuk
paket berupa obatkombinasi dosis tetap (OAT-KDT), sedangkan kategori anak sementara ini
disediakandalam bentuk OAT kombipak.Tablet OAT KDT ini terdiri dari kombinasi 2 atau 4
jenis obat dalam satu tablet. Dosisnya disesuaikan dengan berat badan pasien. Paduan ini dikemas dalam
satu paketuntuk satu pasien.

Paket
Kombipak.Adalah paket obat lepas yang terdiri dari Isoniasid, Rifampisin, Pirazinami
d danEtambutol yang dikemas dalam bentuk blister. Paduan OAT ini disediakan programuntuk
digunakan dalam pengobatan pasien yang mengalami efek samping OAT KDT.Paduan Obat Anti Tuberkulosis
(OAT) disediakan dalam bentuk paket, dengan tujuan untuk memudahkan pemberian obat dan
menjamin kelangsungan (kontinuitas) pengobatan sampaiselesai. Satu (1) paket untuk satu (1) pasien dalam
satu (1) masa pengobatan.KDT mempunyai beberapa keuntungan dalam pengobatan TB:1)Dosis obat dapat
disesuaikan dengan berat badan sehingga menjamin efektifitas obat dan mengurangi efek
samping.

2)

Mencegah penggunaan obat tunggal sehinga menurunkan resiko terjadinya resistensiobat


ganda dan mengurangi kesalahan penulisan.3)Jumlah tablet yang ditelan jauh lebih sedikit sehingga
pemberian obatmenjadi sederhana dan meningkatkan kepatuhan pasien

Paduan OAT dan peruntukannya.a. Kategori-1 (2HRZE/ 4H3R3)

Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru:

• Pasien baru TB paru BTA positif.• Pasien TB paru BTA negatif foto toraks positif • Pasien TB ekstra paru

b. Kategori -2 (2HRZES/ HRZE/ 5H3R3E3)

Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobatisebelumnya:• Pasien kambuh• Pasien
gagal• Pasien dengan pengobatan setelah putus berobat (
default

c. OAT Sisipan (HRZE)

Paket sisipan KDT adalah sama seperti paduan paket untuk tahap intensif
kategori 1 yangdiberikan selama sebulan (28 hari).
Penggunaan OAT lapis kedua misalnya golongan aminoglikosida (misalnya
kanamisin) dangolongan kuinolon tidak dianjurkan diberikan kepada pasien, baru tanpa
indikasi yang jelas karena potensi obat tersebut jauh lebih rendah daripada OAT lapis
pertama. Disamping itudapat juga meningkatkan terjadinya risiko resistensi pada OAT lapis
kedua.Pemantauan Hasil Kemajuan Pengobatan
TBPemantauan kemajuan hasil pengobatan pada orang dewasa dilaksanakan d
engan pemeriksaan ulang dahak secara mikroskopis. Pemeriksaan dahak secara
mikroskopis lebih baik dibandingkan dengan pemeriksaan radiologis dalam memantau
kemajuan pengobatan.Laju Endap Darah (LED) tidak digunakan untuk memantau kemajuan
pengobatan karena tidak spesifik untuk TB.Untuk memantau kemajuan pengobatan dilakukan pemeriksaan
spesimen sebanyak duakali (sewaktu dan pagi). Hasil pemeriksaan dinyatakan
negatif bila ke 2 spesimen tersebut negatif. Bila salah satu spesimen positif atau
keduanya positif, hasil pemeriksaan ulang dahak tersebut dinyatakan positif.
b. Hasil Pengobatan Pasien TB BTA positif Sembuh

Pasien telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap dan pemeriksaan ul


ang dahak (

follow-up

) hasilnya negatif pada AP dan pada satu pemeriksaan follow-up sebelumnya

Pengobatan Lengkap

Adalah pasien yang telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap


tetapi tidak memenuhi persyaratan sembuh atau gagal.

c. Pasien TB pengguna kontrasepsi

Rifampisin berinteraksi dengan kontrasepsi hormonal (pil KB, suntikan KB, susuk KB),sehingga dapat
menurunkan efektifitas kontrasepsi tersebut. Seorang pasien
TB sebaiknyamengggunakan kontrasepsi non-hormonal, atau kontrasepsi yang mengandung
estrogen dosistinggi (50 mg).

d. Pasien TB dengan infeksi HIV/AIDS

Tatalaksanan pengobatan TB pada pasien dengan infeksi HIV/AIDS adalah sa


maseperti pasien TB lainnya. Obat TB pada pasien HIV/AIDS sama efektifnya dengan pasien
TBy a n g t i d a k d i s e r t a i H I V / A I D S . P r i n s i p p e n g o b a t a n p a s i e n T B -
H I V a d a l a h d e n g a n mendahulukan pengobatan TB. Pengobatan ARV(

antiretroviral

) dimulai berdasarkan
stadiumk l i n i s H I V s e s u a i d e n g a n s t a n d a r W H O . P e n g g u n a a n s u n t i k
a n S t r e p t o m i s i n h a r u s memperhatikan Prinsip-prinsip

Universal Precaution

(Kewaspadaan Keamanan Universal)Pengobatan pasien TB-HIV sebaiknya diberikan secara


terintegrasi dalam satu UPK untuk menjaga kepatuhan pengobatan secara teratur. Pasien TB yang berisiko tinggi
terhadap infeksiHIV perlu dirujuk ke pelayanan VCT (

Voluntary Counceling and Testing

= Konsul sukareladengan test HIV).

e. Pasien TB dengan hepatitis akut

Pemberian OAT pada pasien TB dengan hepatitis akut dan atau klinis ikterik,
ditundasampai hepatitis akutnya mengalami penyembuhan. Pada keadaan dimana pen
gobatan Tbsangat diperlukan dapat diberikan streptomisin (S) dan Etambutol (E) maksimal 3 bulan
sampaihepatitisnya menyembuh dan dilanjutkan dengan Rifampisin (R) dan Isoniasid (H) selama
6 bulan.

f. Pasien TB dengan kelainan hati kronik

Bila ada kecurigaan gangguan faal hati, dianjurkan pemeriksaan


faal hati sebelum pengobatanTb. Kalau SGOT dan SGPT meningkat lebih dari 3 kali OAT tidak
diberikan dan bila telahdalam pengobatan, harus dihentikan. Kalau peningkatannya kurang dari 3
kali, pengobatandapat dilaksanakan atau diteruskan dengan pengawasan ketat. Pasien dengan
kelainan
hati,P i r a s i n a m i d ( Z ) t i d a k b o l e h d i g u n a k a n . P a d u a n O AT y a n g d a p a t d i a n j
u r k a n a d a l a h 2RHES/6RH atau 2HES/10HE.

46 |L a p o r a n K a s u s T B
P a r u

g. Pasien TB dengan gagal ginjal

Isoniasid (H), Rifampisin (R) dan Pirasinamid (Z) dapat di ekskresi melalui empedu dan dapatdicerna
menjadi senyawa-senyawa yang tidak toksik. OAT jenis ini dapat diberikan
dengandosis standar pada pasien-pasien dengan gangguan ginjal.Streptomisin dan
Etambutoldiekskresi melalui ginjal, oleh karena itu hindari penggunaannya pada pasien dengan
gangguanginjal. Apabila fasilitas pemantauan faal ginjal tersedia, Etambutol dan Stre
ptomisin tetap paling aman untuk pasien dengan gagal ginjal adalah 2HRZ/4HR.

h. Pasien TB dengan Diabetes Melitus

Diabetes harus dikontrol. Penggunaan Rifampisin dapat mengurangi efektifitas obat oral
antidiabetes

(sulfonil urea)

sehingga dosis obat anti diabetes perlu ditingkatkan. Insulin dapatdigunakan untuk
mengontrol gula darah, setelah selesai pengobatan TB, dilanjutkan
dengana n t i d i a b e t e s o r a l . P a d a p a s i e n D i a b e t e s M e l l i t u s s e r i n g t e r j a d i k o
m p l i k a s i r e t i n o p a t h y diabetika, oleh karena itu hati-hati dengan pemberian etambutol,
karena dapat memperberatkelainan tersebut.

i. Pasien TB yang perlu mendapat tambahan kortikosteroid

Kortikosteroid hanya digunakan pada keadaan khusus yang membahayakan jiwa pasien
seperti:• M e n i n g i t i s T B • T B m i l i e r d e n g a n a t a u t a n p a m e n i n g i t i s •

TB dengan Pleuritis eksudativa

TB dengan Perikarditis konstriktiva

.Selama fase akut prednison diberikan dengan dosis 30-40 mg per hari, kemudian
diturunkansecara bertahap. Lama pemberian disesuaikan dengan jenis penyakit dan kemajuan pengobatan.

j. Indikasi operasi

Pasien-pasien yang perlu mendapat tindakan operasi (reseksi paru), adalah:1) Untuk TB paru:

Pasien batuk darah berat yang tidak dapat diatasi dengan cara konservatif.

Pasien dengan

fistula bronkopleura

dan

empiema

yang tidak dapat diatasi secarakonservatif.•Pasien MDR TB dengan kelainan


paru yang terlokalisir.•

47 |L a p o r a n K a s u s T B
P a r u

2) Untuk TB ekstra paru:Pasien TB ekstra paru dengan komplikasi, misalnya pasien TB tulang
yang disertai kelainanneurologik.

EFEK SAMPING OAT DAN PENATALAKSANAANNYA

Tabel berikut, menjelaskan efek samping ringan maupun berat dengan pendekatan gejala.

Pada UPK Rujukan penanganan kasus-kasus efek samping obat dapat dilakukan dengancara sebagai
berikut: Bila jenis obat penyebab efek samping itu belum diketahui, maka pemberian kembali OAT
harus dengan cara “

drug challenging

” dengan
menggunakano b a t l e p a s . H a l i n i d i m a k s u d k a n u n t u k m e n e n t u k a n o b a t m a n a y
a n g m e r u p a k a n penyebab dari efek samping tersebut.

Efek samping hepatotoksisitas bisa terjadi karena reaksi hipersensitivitas atau


karenakelebihan dosis. Untuk membedakannya, semua OAT dihentikan dulu kemudian diberikembali sesuai dengan
prinsip

dechallenge-rechalenge

. Bila dalam proses

rechallenge

yang dimulai dengan dosis rendah sudah timbul reaksi, berarti hepatotoksisitas karenareakasi
hipersensitivitas.


Bila jenis obat penyebab dari reaksi efek samping itu telah diketah
u i , m i s a l n y a pirasinamid atau etambutol atau streptomisin, maka pengobatan TB dapat diberikan
lagid e n g a n t a n p a o b a t t e r s e b u t . B i l a m u n g k i n , g a n t i o b a t t e r s e b u t d e n g a n
o b a t l a i n . Lamanya pengobatan mungkin perlu diperpanjang, tapi hal ini akan menurunkan risikoterjadinya
kambuh.

Kadang-kadang, pada pasien timbul reaksi hipersensitivitas (kepekaan)


terhadapIsoniasid atau Rifampisin. Kedua obat ini merupakan jenis OAT yang paling
ampuhsehingga merupakan obat utama (paling penting) dalam pengobatan jangka pendek.Bila
pasien dengan reaksi hipersensitivitas terhadap Isoniasid atau Rifampisin
tersebutH I V n e g a t i f , m u n g k i n d a p a t d i l a k u k a n d e s e n s i t i s a s i . N a m u n , j a n g a
n lakukan

desensitisasi

pada pasien TB dengan HIV positif sebab mempunyai risiko besar terjadikeracunan yang
berat.PROGNOSIS1 . J i k a b e r o b a t t e r a t u r
s e m b u h t o t a l ( 9 5 % ) . 2.Jika dalam 2 tahun penyakit tidak
aktif, hanya sekitar 1 % yang mungkin
relaps.KOMPLIKASIM e n u r u t D e p k e s R I ( 2 0 0 2 ) , m e r u p a k a n k o m p l i k a s i y a n g
d a p a t t e r j a d i p a d a p e n d e r i t a tuberculosis paru stadium lanjut yaitu :

49 |L a p o r a n K a s u s T B
P a r u

1 . H e m o p t i s i s b e r a t ( p e r d a r a
h a n d a r i s a l u r a n n a p a s b a w a h
) y a n g d a p a t mengakibatkan kematian karena syok hipovole
mik atau karena tersumbatnya jalannapas.

2.

Atelektasis (paru

mengembang kurang sempurna) atau k o l a p s dari lobus akibat retraksi


bronchial.

3.

B r o n k i e k t a s i s ( p e l e b a r a n b r o n c u s s e t e m p a t )
d a n f i b r o s i s (pembentukan jaringan ikat pada proses pe
mulihan atau reaktif) pada paru
4.

P e n y e b a r a n i n f e k s i k e o r g a n l a i n s e p e
r t i o t a k , t u l a n g , persendian, dan ginjal.

50 |L a p o r a n K a s u s T B
P a r u

DAFTARPUSTAKA

American Thoracic Society

Diagnostic Standard and Classification of Tuberculosis in Adults and Children

. 2000. USA.Bahar, A .

Tuberkulosis Paru dalam Soeparman, WS. Ilmu Penyakit Dalam, jilid II

, BalaiPenerbit FKUI, 2003: Jakarta.

Departeman Kesehatan. Republik Indonesia.

P e d o m a n N a s i o n a l Penanggulangan Tuberkulosis

, 2007: Jakarta.

E, Jewetz,

Mikrobiology Untuk Profesi Kesehatan edisi 16, Fransisico (terjemahan),

EGC,2004: Jakarta.Wilson, Price,

Patofisiologi,Konsep-konsep Klinis Proses-Proses Penyakit

, ed,4. EGC, 2004:Jakarta.World Health Organization.

Treatment of Tuberculosis Guidelin

e. 2010 : Geneva, SwitzerlandWorld Health Organization.

Global Tuberculosis Control.

2011 : Geneva, Switzerland

You might also like