You are on page 1of 5

HIPERTENSI ESENSIAL

No.Dokumen : SOP/215/UKP-NGT
No.Revisi :
SOP
Tanggal terbit : 24 Mei 2018
Halaman :
PUSKESMAS YUPITA
NANGA NIP.19670703
TAYAP 1989012 003

1. Pengertian Hipertensi adalah kondisi terjadinya peningkatan tekanan darah


sistolik lebih dari ≥ 140 mmHg dan atau diastolik ≥ 90 mmHg.
Kondisi ini sering tanpa gejala. Peningkatan tekanan darah yang
tidak terkontrol dapat mengakibatkan komplikasi, seperti stroke,
aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal.
Kode ICD X : I10 Essential (primary) hypertension
Tingkat kemampuan 4A
1. Tujuan Sebagai acuan bagi tenaga medis untuk melakukan identifikasi dan
penatalaksanaan hipertensi esensial
2. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Puskesmas No. 30/KAPUS/IV/2018
Tentang Penetapan Dokumen Esternal Yang Menjadi Acuan Dalam
Penyusunan Standar Pelayanan Klinis
3. Referensi Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
Hk.02.02/Menkes/514/2015 Tentang Panduan Praktik Klinis Bagi
Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
4. Prosedur 1. Petugas menerima pasien
2. Mulai dari tidak bergejala sampai dengan bergejala. Petugas
melakukan anamnesa keluhan pasien yang disesuaikan dengan
gejala hipertensi esensial, yaitu Keluhan hipertensi antara lain:
sakit/nyeri kepala, gelisah, jantung berdebar - debar, pusing,
leher kaku, penglihatan kabur, dan rasa sakit di dada. Keluhan
tidak spesifik antara lain tidak nyaman kepala, mudah lelah dan
impotensi.
Faktor resiko:
Hal yang tidak dapat dimodifikasi adalah umur, jenis
kelamin, riwayat hipertensi dan penyakit kardiovaskular dalam
keluarga.
Hal yang dapat dimodifikasi, yaitu:
a. Riwayat pola makan (konsumsi garam berlebihan)
b. Konsumsi alkohol berlebihan
c. Aktivitas fisik kurang
d. Kebiasaan merokok
e. Obesitas
f. Dislipidemia
g. Diabetus Melitus
h. Psikososial dan stres
3. Petugas melakukan pemeriksaan vital sign yang diperlukan.
4. Petugas melakukan pemeriksaan fisik sebagai berikut:
Pasien tampak sehat, dapat terlihat sakit ringan-berat. Tekanan
darah meningkat. Nadi tidak normal. Pada pasien dengan
hipertensi, wajib diperiksa status neurologis, akral, dan
pemeriksaan fisik jantungnya (JVP, batas jantung, dan rochi).
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan: tes gula darah,
tes kolesterol (profil lipid) dan EKG.
5. Petugas menegakkan diagnosis berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisik.
Klasifikasi hipertensi esensial:
Klasifikasi TD Sistolik TD Diastolik
Normal < 120 mmHg < 80 mm Hg
Pre-Hipertensi 120-139 mmHg 80-89 mmHg
Hipertensi stage -1 140-159 mmHg 80-99 mmHg
Hipertensi stage -2 ≥ 160 mmHg ≥ 100 mmHg
6. Petugas melakukan penatalaksanaan, yaitu:
a. Peningkatan tekanan darah dapat dikontrol dengan
perubahan gaya hidup.
Rerata
Modifikasi Rekomendasi
penurunan TD
Penurunan berat Jaga berat badan ideal (BMI: 18,5 5 – 20 mmHg/
badan - 24,9 kg/m2) 10 kg
Dietary Diet kaya buah, sayuran, 8 – 14 mmHg
Approaches to produk rendah lemak dengan
Stop jumlah lemak total dan lemak
Hypertension jenuh yang rendah
(DASH)
Pembatasan Kurangi hingga <100 mmol per 2 – 8 mmHg
intake natrium hari (2.0 g natrium atau 6 5 g
natrium klorida atau 1 sendok
teh garam perhari)
Aktivitas fisik Aktivitas fisik aerobik yang 4 – 9 mmHg
aerobic teratur (mis: jalan cepat) 30
menit sehari, hampir setiap hari
dalam seminggu
Stop alkohol - 2 – 4 mmHg
b. Pemberian obat anti hipertensi merupakan pengobatan
jangka panjang. Kontrol pengobatan dilakukan setiap 2
minggu atau 1 bulan untuk mengoptimalkan hasil
pengobatan.
c. Hipertensi tanpa compelling indication
 Hipertensi stage-1 dapat diberikan diuretik (HCT 12.5-50
mg/hari, furosemid 2x20-80 mg/hari),atau pemberian
penghambat ACE (captopril 2x25-100 mg/hari atau
enalapril 1-2 x 2,5-40 mg/hari), penyekat reseptor beta
(atenolol 25-100mg/hari dosis tunggal), penghambat
kalsium (diltiazem extended release 1x180-420 mg/hari,
amlodipin 1x2,5-10 mg/hari, atau nifedipin long acting
30-60 mg/hari) atau kombinasi.
 Hipertensi stage-2: Bila target terapi tidak tercapai setelah
observasi selama 2 minggu, dapat diberikan kombinasi 2
obat, biasanya golongan diuretik, tiazid dan penghambat
ACE atau antagonis reseptor AII (losartan 1-2 x 25-100
mg/hari) atau penyekat reseptor beta atau penghambat
kalsium. Pemilihan anti hipertensi didasarkan ada
tidaknya kontraindikasi dari masing-masing antihipertensi
diatas. Sebaiknya pilih obat hipertensi yang diminum
sekali sehari atau maksimum 2 kali sehari.
d. Hipertensi compelling indication (lihat tabel)

e. Kondisi khusus lain:


 Lanjut usia: Diuretik (tiazid) mulai dosis rendah 12,5
mg/hari. Obat hipertensi lain mempertimbangkan
penyakit penyerta.
 Kehamilan: Golongan metildopa, penyekat reseptor β,
antagonis kalsium, vasodilator. Penghambat ACE dan
antagonis reseptor AII tidak boleh digunakan selama
kehamilan.
7. Petugas memberikan konseling dan edukasi berupa:
Edukasi individu dan keluarga tentang pola hidup sehat untuk
mencegah dan mengontrol hipertensi seperti:
a. Gizi seimbang dan pembatasan gula, garam dan lemak
(Dietary Approaches To Stop Hypertension)..
b. Mempertahankan berat badan dan lingkar pinggang ideal.
c. Gaya hidup aktif/olah raga teratur.
d. Stop merokok.
e. Membatasi konsumsi alkohol (bagi yang minum).
8. Petugas melakukan rujukan ke pelayanan kesehatan yang lebih
tinggi (Rumah Sakit) pada Hipertensi dengan komplikasi,
Resistensi hipertensi, Krisis hipertensi (hipertensi emergensi
dan urgensi).
9. Petugas memberikan resep kepada pasien untuk diserahkan ke
apotik.
10. Petugas mendokumentasikan semua hasil anamnesa,
pemeriksaan fisik, diagnosa dan penatalaksanaan yang telah
dilakukan dalam rekam medis pasien.
11. Petugas menyerahkan rekam medis ke petugas rekam medis.
5. Unit 1. Pendaftaran dan Rekam Medis
Terkait 2. Poli Umum
3. Apotek

You might also like