You are on page 1of 4

GANGGUAN CAMPURAN ANXIETAS DAN

DEPRESI
No.Dokumen : SOP/200/UKP-NGT
No.Revisi :
SOP
Tanggal terbit : 24 Mei 2018
Halaman :
PUSKESMAS YUPITA
NANGA NIP.19670703
TAYAP 1989012 003

1. Pengertian Gangguan yang ditandai oleh adanya gejala-gejala anxietas


(kecemasan) dan depresi bersama-sama, dan masing-masing
gejala tidak menunjukkan rangkaian gejala yang cukup berat
untuk dapat ditegakkannya suatu diagnosis tersendiri. Untuk
gejala anxietas, beberapa gejala autonomik harus ditemukan,
walaupun tidak terus menerus, di samping rasa cemas atau
khawatir berlebihan.
Kode ICD X : F41.2 Mixed Anxiety and Depression Disorder
Tingkat kemampuan 3A
1. Tujuan Sebagai acuan bagi tenaga medis untuk melakukan identifikasi
dan penatalaksanaan gangguan campuran anxietas dan depresi
2. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Puskesmas No. 30/KAPUS/IV/2018
Tentang Penetapan Dokumen Esternal Yang Menjadi Acuan
Dalam Penyusunan Standar Pelayanan Klinis
3. Referensi Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
Hk.02.02/Menkes/514/2015 Tentang Panduan Praktik Klinis
Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
4. Prosedur 1. Petugas menerima pasien
2. Petugas melakukan anamnesa keluhan pasien yang
disesuaikan dengan gejala gangguan campuran anxietas dan
depresi, yaitu keluhan fisik seperti: nafas pendek/cepat,
berkeringat, gelisah, gangguan tidur, mudah lelah, jantung
berdebar, gangguan lambung, diare, atau bahkan sakit kepala
yang disertai dengan rasa cemas/khawatir berlebihan.
Allo dan Auto Anamnesis tambahan:
a. Adanya gejala seperti minat dalam melakukan
aktivitas/semangat yang menurun, merasa sedih/murung,
nafsu makan berkurang atau meningkat berlebihan, sulit
berkonsentrasi, kepercayaan diri yang menurun, pesimistis.
b. Keluhan biasanya sering terjadi, atau berlangsung lama, dan
terdapat stresor kehidupan.
c. Menyingkirkan riwayat penyakit fisik dan penggunaan zat
(alkohol, tembakau, stimulan, dan lain-lain).
Faktor resiko:
a. Adanya faktor biologis yang mempengaruhi, antara lain
hiperaktivitas sistem noradrenergik, faktor genetik.
b. Ciri kepribadian tertentu yang imatur dan tidak fleksibel,
seperti ciri kepribadian dependen, skizoid, anankastik,
cemas menghindar.
c. Adanya stresor kehidupan.
3. Petugas melakukan pemeriksaan vital sign yang diperlukan.
4. Petugas melakukan pemeriksaan fisik sebagai berikut:
Respirasi meningkat, tekanan darah dapat meningkat, dan
tanda lain sesuai keluhan fisiknya.
Pemeriksaan laboratorium bertujuan untuk menyingkirkan
diagnosis banding sesuai keluhan fisiknya.
5. Petugas menegakkan diagnosis berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisik.
Kriteria diagnosis berdasarkan ICD 10, yaitu: adanya gejala-
gejala kecemasan dan depresi yang timbul bersama-sama, dan
masing-masing gejala tidak menunjukkan rangkaian gejala
yang cukup berat untuk dapat ditegakkannya suatu diagnosis
tersendiri.
a. Gejala-gejala kecemasan antara lain:
 Kecemasan atau khawatir berlebihan, sulit berkonsentrasi
 Ketegangan motorik: gelisah, sakit kepala, gemetaran,
tegang, tidak dapat santai
 Aktivitas autonomik berlebihan: palpitasi, berkeringat
berlebihan, sesak nafas, mulut kering, pusing, keluhan
lambung, diare
b. Gejala-gejala depresi antara lain:
 Suasana perasaan sedih/murung
 Kehilangan minat/kesenangan
 Mudah lelah
 Gangguan tidur
 Konsentrasi menurun
 Gangguan pola makan
 Kepercayaan diri yang berkurang
 Pesimistis
 Rasa tidak berguna/rasa bersalah
Diagnosis Banding:
a. Gangguan Cemas (Anxietas) Organik
b. Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Zat
c. Gangguan Depresi
d. Gangguan Cemas Menyeluruh
e. Gangguan Panik
f. Gangguan Somatoform
6. Petugas melakukan penatalaksanaan yaitu:
a. Non-farmakologi (Intervensi Psikososial)
 Lakukan penentraman (reassurance dalam komunikasi
terapeutik, dorong pasien untuk mengekspresikan
pikiran perasaan tentang gejala dan riwayat gejala.
 Beri penjelasan adanya pengaruh antara faktor fisik dan
psikologis, termasuk bagaimana faktor perilaku,psikologik
dan emosi berpengaruh mengeksaserbasi gejala somatik
yang mempunyai dasar fisiologik.
 Bicarakan dan sepakati rencana pengobatan dan follow-
up, bagaimana menghadapi gejala, dan dorong untuk
kembali ke aktivitas normal.
 Ajarkan teknik relaksasi (teknik nafas dalam).
 Anjurkan untuk berolah raga teratur atau melakukan
aktivitas yang disenangi serta menerapkan perilaku hidup
sehat.
 Ajarkan untuk selalu berpikir positif dan manajemen
stres dengan baik.
b. Farmakologi
 Untuk gejala kecemasan maupun depresinya, diberikan
antidepresan dosis rendah, dapat dinaikkan apabila
tidak ada perubahan yang signifikan setelah 2-3
minggu: fluoksetin 1x10-20 mg/hari atau sertralin 1x25-
50 mg/hari atau amitriptilin 1x12,5-50 mg/hari atau
imipramin1-2x10-25 mg/hari. Catatan: amitriptilin dan
imipramin tidak boleh diberikan pada pasien dengan
penyakit jantung, dan pemberian berhati-hati untuk
pasien lansia karena efek hipotensi ortostastik (dimulai
dengan dosis minimal efektif).
 Pada pasien dengan gejala kecemasan yang lebih
dominan dan atau dengan gejala insomnia dapat
diberikan kombinasi Fluoksetin atau sertralin dengan
antianxietas benzodiazepin. Obat-obatan antianxietas
jenis benzodiazepin yaitu: diazepam 1 x 2-5 mg atau
lorazepam 1-2x0,5-1 mg atau klobazam 2 x 5-10 mg atau
alprazolam 2 x 0,25-0,5mg. Setelah kira-kira 2-4
minggu benzodiazepin ditappering-off perlahan,
sementara antidepresan diteruskan hingga 4-6 bulan
sebelumditappering-off. Hati-hati potensi penyalahgunaan
pada alprazolam karena waktu paruh yang pendek.
7. Petugas memberikan konseling dan edukasi berupa:
 Karena gangguan campuran cemas depresi dapat
mengganggu produktivitas pasien, keluarga perlu
memahami bahwa hal ini bukan karena pasien malas atau
tidak mau mengerjakan tugasnya, melainkan karena gejala-
gejala penyakitnya itu sendiri, antara lain mudah lelah serta
hilang energi. Oleh sebab itu, keluarga perlu memberikan
dukungan agar pasien mampu dan dapat mengatasi gejala
penyakitnya.
 Gangguan campuran anxietas dan depresi kadang-kadang
memerlukan pengobatan yang cukup lama, diperlukan
dukungan keluarga untuk memantau agar pasien
melaksanakan pengobatan dengan benar, termasuk minum
obat setiap hari.
8. Petugas melakukan rujukan ke pelayanan kesehatan yang
lebih tinggi (Rumah Sakit) setelah didiagnosis mengalami
gangguan ini, terutama apabila gejala progresif dan makin
bertambah berat yang menunjukkan gejala depresi seperti
pasien menolak makan, tidak mau merawat diri, ada
ide/tindakan bunuh diri; atau jika tidak ada perbaikan yang
signifikan dalam 2-3 bulan terapi.
9. Petugas memberikan resep kepada pasien atau keluarga
pasien untuk diserahkan ke apotik.
10. Petugas mendokumentasikan semua hasil anamnesa,
pemeriksaan fisik, diagnosa dan penatalaksanaan yang telah
dilakukan dalam rekam medis pasien.
11. Petugas menyerahkan rekam medis ke petugas rekam medis.
5. Unit 1. Pendaftaran dan Rekam Medis
Terkait 2. Poli Umum
3. laboratorium
4. Apotik

You might also like