You are on page 1of 3

GLAUKOMA AKUT

No.Dokumen : SOP/204/UKP-NGT
No.Revisi :
SOP
Tanggal terbit : 24 Mei 2018
Halaman :
PUSKESMAS YUPITA
NANGA NIP.19670703
TAYAP 1989012 003

1. Pengertian Glaukoma adalah penyebab kebutaan kedua terbesar di dunia


setelah katarak. Kebutaan karena glaukoma tidak bisa
disembuhkan, tetapi pada kebanyakan kasus glaukoma dapat
dikendalikan. Umumnya penderita glaukoma telah berusia lanjut,
terutama bagi yang memiliki risiko. Hampir separuh penderita
glaukoma tidak menyadari bahwa mereka menderita penyakit
tersebut.
Kode ICD X : H40.2 Primary angle-closure glaucoma
Tingkat kemampuan 4A
1. Tujuan Sebagai acuan bagi tenaga medis untuk melakukan identifikasi
dan penatalaksanaan glaukoma
2. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Puskesmas No. 30/KAPUS/IV/2018
Tentang Penetapan Dokumen Esternal Yang Menjadi Acuan
Dalam Penyusunan Standar Pelayanan Klinis
3. Referensi Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
Hk.02.02/Menkes/514/2015 Tentang Panduan Praktik Klinis
Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
4. Prosedur 1. Petugas menerima pasien
2. Petugas melakukan anamnesa keluhan pasien yang
disesuaikan dengan gejala glaukoma, yaitu:
 Gejala pada glaukoma kronik (sudut terbuka primer) adalah
kehilangan lapang pandang perifer secara bertahap pada
kedua mata. Pasien sering datang pada kondisi yang telah
lanjut.
 Gejala pada glaukoma akut (sudut tertutup) adalah rasa
sakit atau nyeri pada mata, mual dan muntah (pada nyeri
mata yang parah), penurunan visus mendadak, mata merah
dan berair.
Faktor resiko:
a. Glaukoma akut : bilik mata depan dangkal.
b. Glaukoma kronik :
i. Primer : usia di atas 40 tahun dengan riwayat keluarga
glaukoma.
ii. Sekunder :
 Penyakit sistemik seperti Diabetes Melitus.
 Pemakaian tetes mata steroid secara rutin.
 Riwayat trauma pada mata
3. Petugas melakukan pemeriksaan vital sign yang diperlukan.
4. Petugas melakukan pemeriksaan fisik sebagai berikut:
Glaukoma adalah penyakit mata yang ditandai oleh trias
glaukoma, terdiri dari:
a. Peningkatan tekanan intraokular.
b. Perubahan patologis pada diskus optikus.
c. Defek lapang pandang yang khas.
Pemeriksaan Fisik Oftalmologis
Pada glaukoma akut:
a. Visus menurun.
b. Tekanan Intra Okular meningkat.
c. Konjungtiva bulbi: hiperemia kongesti, kemosis dengan
injeksi silier, injeksi konjungtiva.
d. Edema kornea.
e. Bilik mata depan dangkal.
f. Pupil mid-dilatasi, refleks pupil negatif.
Pada glaukoma kronik:
a. Biasanya terjadi visus dapat normal.
b. Lapang pandang menyempit dapat diperiksa dengan tes
konfrontasi.
c. Tekanan Intra Okular meningkat.
5. Petugas menegakkan diagnosis berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisik oftalmologis.
Diagnosis banding yaitu:
 Glaukoma akut: Uveitis anterior, Keratitis, Ulkus kornea.
 Glaukoma kronik: Katarak, Kelainan refraksi, Retinopati
diabetes/hipertensi, Retinitis pigmentosa.
6. Petugas melakukan penatalaksanaan yaitu:
a. Pasien tidak boleh minum sekaligus banyak, karena
dapat menaikkan tekanan.
b. Glaukoma akut:
 Pertolongan pertama adalah menurunkan tekanan
intraocular secepatnya dengan memberikan serentak
obat-obatan yang terdiri dari:
 Asetasolamid Hcl 500 mg, dilanjutkan 4 x 250 mg/hari.
 KCl 0.5 gr 3 x/hari.
 Timolol 0.5%, 2 x 1 tetes/hari.
 Tetes mata kombinasi kortikosteroid + antibiotik 4-6 x 1
tetes sehari
 Terapi simptomatik.
7. Petugas memberikan konseling dan edukasi berupa:
a. Memberitahu keluarga bahwa kepatuhan pengobatan
sangat penting untuk keberhasilan pengobatan glaukoma.
b. Memberitahu pasien dan keluarga agar pasien dengan
riwayat glaukoma pada keluarga untuk memeriksakan
matanya secara teratur.
8. Petugas melakukan rujukan ke pelayanan kesehatan yang
lebih tinggi (Rumah Sakit) setelah diberikan pertolongan
pertama tersebut.
9. Petugas mendokumentasikan semua hasil anamnesa,
pemeriksaan fisik, diagnosa dan penatalaksanaan yang telah
dilakukan dalam rekam medis pasien.
10. Petugas menyerahkan rekam medis ke petugas rekam medis.
5. Unit 1. Pendaftaran dan Rekam Medis
Terkait 2. Poli Umum
3. IGD
4. Apotik

You might also like