Professional Documents
Culture Documents
BAB 2
PENGKAJIAN
Dalam bab ini akan disajikan tentang tahapan proses pengkajian yang
meliputi pengumpulan data, analisis SWOT, dan identifikasi masalah.
2.1 Pengumpulan Data
2.1.1 Tenaga dan Pasien (M1 - Man)
1) Struktur organisasi ruangan
Ruang Anak RSUD Toto Kabila Kab.Bone Bolango dikoordinatori oleh
kepala ruangan yaitu Sri Yunita Abas, S.Kep., Ns .
Penanggung jawab Ruang Anak RSUD Toto Kabila membawahi 2 Perawat
Primer (PP) yaitu (1) Nurlaila Y. Yalumini, S.Kep. Ns, (2) Rahmayanti Tangahu.
A. md Kep, Setiap perawat Primer membawahi 5 perawat Associate. Dalam satu
hari kerja terdapat 3 shift yaitu pagi, sore dan malam. Dalam setiap shift terdapat
NIC (Nursing In Charge) yang juga dapat diperankan oleh 2 perawat primer dan
setara dengan Ketua Tim sebagai penanggung jawab pada shift tersebut. Adapun
stuktur organisasi di Ruangan Anak RSUD Toto Kabila adalah sebagai berikut:
2) Jumlah tenaga di Ruang Anak RSUD Toto Kabila Kab. Bone Bolango
(1) Keperawatan
Tabel 2.1 Komposisi tenaga keperawatan di ruang IRNA Lt. 4 Rumah Sakit
Universitas Airlangga per 05 Oktober s.d 07 Oktober 2015
Amd.Kep
12. Diana Mile,
DIII 8,2 Th Honorer LEADER
A.Md Kep
13. Marhain
Yatuna, DIII 3,10 Th Honorer PP
A.Md Kep
Berdasarkan data pasien di Ruang Anak, dapat diketahui bahwa selama bulan
Januari – Maret 2018, 10 penyakit terbanyak selama 3 bulan yaitu Penyakit
Typoid, Bronkopneumonia, GEA, Bacterial Infeksius, Kejang Demam, Faringitis,
Sepsis, Hipoglikemia, TB Paru anak, Rhinofaringitis.
Gambar 2.2 Tingkat Kepuasan Tenaga Kerja di IRNA Lt. 4 Rumah Sakit
Universitas Airlangga Surabaya
297
Keterangan : angka 86 merupakan jumlah hari libur atau
lepas dinas dalam 1 tahun, sedangkan 297 adalah jumlah
hari kerja efektif dalam 1 tahun.
Jadi jumlah perawat yang dibutuhkan perhari sesuai dengan metode
Douglas adalah= 6 orang + 2 orang lepas dinas = 8 orang.
Tabel 2.6 Komposisi Tenaga Keperawatan Ruang Anak Tanggal 28 Maret 2018
RSUD Toto Kabila Kab. Bone Bolango dengan Metode Douglas
Tingkat Jumlah
Pagi Sore Malam
Ketenagaan Klien
Minimal 4 4x0,17= 0,68 4x0,14= 0,56 4x0,07= 0,28
Parsial 7 7x0,27= 1.89 7x0,15 = 1,05 7x0,10 = 0,7
Total - 0x0,36 = 0 0x0,30 = 0 0x0,20 =
11 2,57 1,61 0.98
3 2 1
Tabel 2.7. Komposisi Tenaga Keperawatan Ruang Anak RSUD Toto Kabila Tanggal
29 Maret 2018 RSUD Toto Kabila Kab.Bone Bolango dengan Metode
Douglas
Tingkat Jumlah
Pagi Sore Malam
Ketenagaan Klien
Minimal 6 6x0,17=1,02 6x0,14=0,84 6x0,07=0,42
Parsial 6 6x0,27=1,62 6x0,15=0,9 6x0,10=0,6
Total - 0x0,36= 0 0x0,30= 0 0x0,20= 0
12 2,64 1,74 1,03
3 2 1
12
Maka rata-rata tenaga keperawatan yang dibutuhkan per hari yaitu 8 perawat
dengan rincian: 6 perawat yang berdinas + 2 perawat lepas dinas.
Keterangan
A : Rata-rata jumlah jam perawatan pasien/ hari
B : Rata-rata jumlah pasien/ hari
C : Jumlah hari/ tahun
D : Jumlah hari libur masing-masing perawat
E : Jumlah jam kerja masing-masing perawat
F : Jumlah perawatan yang dibutuhkan untuk unit tersebut.
Tabel 2.8 Jumlah Perawat yang Dibutuhkan Berdasarkan Metode Gillies
15
16
17
Jadi jumlah perawat yang dibutuhkan untuk bertugas pada tanggal 27 Maret 2018
menurut metode Gillies adalah 8 orang. Sedangkan di ruangan anak Rumah Sakit
Toto Kabila berjumlah 13 + 1 orang administrasi. Pada tanggal 28 dan 29 Maret
2018 perawat yang dibutuhkan untuk bertugas menurut metode Gillies adalah 6
orang. Sedangkan di ruangan Anak Rumah Sakit Toto Kabila berjumlah 13 + 1
administrasi. Berdasarkan data tersebut maka terdapat kekurangan tenaga
keperawatan sebanyak 1 orang. Berdasarkan data tersebut maka terdapat kelebihan
tenaga keperawatan di ruangan anak sebanyak 5 orang.
Berdasarkan data tersebut maka rata-rata jumlah tenaga perawat yang diperlukan
di Rumah Sakit Universitas Airlangga dalam satu hari yaitu :
88 = 11.7 = 12 perawat
7.5
Faktor koreksi (loss day)
(jumlah hari minggu 1tahun + cuti + hari besar) x jumlah perawat tersedia
jumlah hari kerja efektif
(52+12+14) x 11.7 = 3.19= 3 perawat
286
Non-nursing job :
(jumlah tenaga keperawatan + loss day) x 25% = (11.7 + 3.19) x 25% =
3.7= 4 perawat
Jadi, tenaga perawat yang dibutuhkan untuk bertugas di Instalasi
Rawat Inap Lt.4 RSUA Surabaya adalah= tenaga yang tersedia + faktor
koreksi = 12+ 3 = 15 perawat. Total jumlah tenaga keperawatan per hari di
IRNA lt.4 RSUA pada tanggal 06 Oktober 2015 adalah 9 orang + 2 orang
pekerja struktural. Berdasarkan data tersebut maka terdapat kekurangan
tenaga keperawatan sebanyak 4 orang.
3. Kebutuhan Tenaga Keperawatan 07 Oktober 2015
jumlah jam perawatan =
jam kerja efektif pershift
84 = 11,2 = 11 perawat
7.5
Faktor koreksi (loss day)
(jumlah hari minggu 1tahun + cuti + hari besar) x jumlah perawat tersedia
jumlah hari kerja efektif
(52+12+14) x 11,2 = 3,05 = 3 perawat
286
Non-nursing job :
(jumlah tenaga keperawatan + loss day) x 25% = (11+3) x 25% = 3,5 = 4
Jadi, tenaga perawat yang dibutuhkan untuk bertugas di Instalasi Rawat
Inap Lt.4 RSUA Surabaya adalah= tenaga yang tersedia + faktor koreksi =
11 + 3= 14 perawat. Total jumlah tenaga keperawatan per hari di IRNA lt.4
RSUA pada tanggal 7 Oktober 2015 adalah 10 orang + 2 pekerja
struktural. Berdasarkan data tersebut maka terdapat kekurangan tenaga
keperawatan sebanyak 2 orang.
Tabel 2.9 Pelaksanaan Time Motion Study di IRNA Lantai 4 RSUA Surabaya pada
tanggal 06 Oktober 2015
19
06 Oktober 2015
Kegiatan
Pagi Sore Malam
Tindakan Produktif :
DIRECT
- Timbang Terima Awal 90 menit 85 menit 55 menit
- Timbang Terima Akhir 85 menit 55menit 85 menit
- Memberi injeksi 10 menit 15menit 30 menit
- Pengambilan darah 10 menit 15menit 30 menit
- Pemeriksaan gula darah 06 menit - 05 menit
- Pemberian insulin 06 menit 03menit -
- Komunikasi dengan dokter via telpon
dgn metode SBAR 20 menit 20menit 20 menit
- Mengganti cairan infus 03 menit 10menit 10 menit
- Merawat luka - 10menit -
- Mengantar pasien 30 menit - -
- Menjemput pasien - 30menit -
- Membuang cairan urin 10 menit 17menit 15 menit
- Penerimaan pasien baru 10 menit - 10 menit
7. Bed Occupacy Rate (BOR) IRNA Lt. 4 Rumah Sakit Universitas Airlangga
19
20
Tabel 2.10 Bed Occupacy Rate (BOR) IRNA Lt. 4 RSUA Surabaya pada
bulan Juni sampai dengan September 2015
1 72 11 72 21 84
2 72 12 72 22 80
3 64 13 68 23 72
4 72 14 76 24 52
5 84 15 76 25 60
6 84 16 72 26 52
7 76 17 84 27
8 80 18 88 28
9 80 19 60 29
10 92 20 64 30
U RUANG TUNGGU
B T
18
S
1 19
2 20
3 21
4 22
5 23
24
25
26
7
6
8
9 10
11 12
Gambar 2.2 Denah Ruangan IRNA Lantai 4 RSUA
Pintu
13 27
14 28
15 29
16 30
31
17
Keterangan gambar:
Gambar 2.3 Denah IRNA Lantai 4 RSUA
1. Kamar kelas 3 11. Ruang diskusi 21. Kamar kelas 2
2. Kamar kelas 3 12. Ruang administrasi 22. Ruang linen dan
3. Kamar kelas 3 13. Kamar VIP cuci alat
4. Ruang isolasi 14. Kamar VIP 23. Ruang CS
23
Dari tabel diatas dapat disimpulkan alat kesehatan di IRNA Lantai 4 RSUA
dalam keadaan baik dan sesuai dengan standar Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia (Permenkes RI) Nomor 340/MENKES/III/2010.
Dari tabel di atas dapat disimpulkan Sarana dan Prasarana di IRNA Lantai
4 RSUA dalam keadaan baik dan ada beberapa yang belum sesuai dengan standar
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Permenkes RI) Nomor
340/MENKES/III/2010, yaitu kursi pasien, meja pasien, sprei, sarung bantal,
handuk mandi, perlak, stik laken, sarung guling kelas 2.
2 0 buah
3 0 buah
12 Bed penunggu VIP 2 buah
1 0 buah
2 0 buah
3 0 buah
13 Selimut tebal 4 buah Baik 8 buah Ditambah 4
buah
14 Bantal 42 buah 42 buah -
15 Fiffted bed sheets 42 buah 42 buah Baik
16 Sarung bantal 12 buah Baik 24 buah Ditambah 12
buah
17 Perlak 42 buah Baik 42 buah
18 Baju pasien 22 buah Baik 44 buah Ditambah 22
buah
19 Kabel nurse call VIP 4 buah Baik 8 buah Ditambah 4
1 0 buah Baik
2 8 buah Baik
3 12 buah Baik
Dari tabel di atas dapat disimpulkan Sarana dan Prasarana di IRNA Lantai 4
RSUA dalam keadaan baik dan ada beberapa yang belum sesuai dengan standar
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Permenkes RI) Nomor
340/MENKES/III/2010, yaitu kursi pasien, meja pasien, sprei, sarung bantal,
handuk mandi, perlak, stik laken, sarung guling kelas 2 dan baju pasien.
4) Alat habis pakai (consumeable)
Tabel 2.14 Alat Habis Pakai di Ruang IRNA Lantai 4 RSUA
No Nama barang Jumlah Satuan
1 Masker 270 Buah
2 Handscoon 50 Box
3 Spuit
3 cc 500 Buah
4 cc 500 Buah
5 cc 250 Buah
4 Plester 1 Gulung
5 Alkohol swab 15 Box
6 Kassa steril 40 Box
7 Diapers 2 Box
8 Underpad 2 Box
9 Hypafix 6 Box
10 Apron 10 Buah
1 1 s/d 10 1 1
2 11 s/d 20 2 2
3 22 s/d 30 3 3
4 31 s/d 40 4 4
Note : setiap penambahan 10 tempat tidur harus ditambah 1 toilet dan 1 kamar mandi
Sesuai dengan tabel indeks perbandingan jumlah tempat tidur, toilet dan
jumlah kamar mandi berdasarkan standart keputusan Menteri kesehatan KMK No
1204/MENKES/SK/X/2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan di RS yang
menyatakan bahwa setiap penambahan 10 tempat tidur harus ditambah 1 toilet
dan 1 kamar mandi. Di IRNA Lantai 4 RSUA tersedia 44 bed dengan 14
kamarmandi dan 14 toilet. Data diatas menunjukkan bahwa ruang IRNA Lantai 4
RSUA telah memenuhi standart mengenai jumlah tempat tidur, toilet dan kamar
mandi.
2. Index perbandingan jumlah karyawan dengan jumlah toilet dan jumlah kamar
mandi
Tabel 2.16 Index Perbandingan Jumlah Karyawan dengan Jumlah Toilet dan
Jumlah Kamar Mandi di Ruang IRNA Lantai 4 RSUA
No Jumlah Karyawan Jumlah Toilet Jumlah Kamar Mandi
1 1 s/d 20 1 1
2 21 s/d 40 2 2
3 41 s/d 60 3 3
4 61 s/d 80 4 4
5 81 s/d 100 5 5
Note : Setiap penambahan 20 karyawan harus ditambah 1 toilet dan 1 kamar mandi
Sesuai dengan tabel indeks perbandingan jumlah tempat tidur, toilet dan
jumlah kamar mandi berdasarkan standart keputusan Menteri kesehatan KMK No
1204/MENKES/SK/X/2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan di Rumah
Sakit yang menyatakan bahwa setiap penambahan 20 karyawan harus ditambah 1
toilet dan 1 kamar mandi. Di ruang IRNA Lantai 4 RSUA terdapat 19 karyawan
dengan 1 kamar mandi dan toilet. Data diatas menunjukkan bahwa ruang IRNA
29
Lantai 4 RSUA telah memenuhi standart mengenai jumlah karyawan, toilet dan
kamar mandi.
3. Jumlah tempat tidur
Jumlah tempat tidur dengan luas lantai untuk kamar perawatan dan kamar isolasi
(dewasa) sebagai berikut :
1) Ruang perawatan minimal sebagai 2 m2 / tempat tidur
2) Ruang isolasi minimal 6 m2 / tempat tidur
Berdasarkan standart keputusan Menteri kesehatan KMK No
1204/MENKES/SK/X/2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan di Rumah
Sakit tentang jumlah tempat tidur. Di ruang IRNA Lantai 4 RSUA ruang
perawatan sudah lebih dari minimal 2 m2, 2 tempat tidur, dan ruang isolasi untuk
anak.
4. Penghawaan (ventilasi dan pengaturan udara)
1) Suplai udara koridor atau buangan exhaust fan dari tiap ruang hendaknya
tidak digunakan sebagai suplai udara kecuali untuk suplai udara ke wc,
toilet, gudang.
2) Penghawaan mekanis dengan menggunakan exhaust fan atau air
conditioner dipasang pada ketinggian minimum 2 meter dari lantai atau
0,20 meter dari langit-langit.
5. Berdasarkan standar keputusan menteri kesehatan KMK No
1204/MENKES/2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit
tentang penghawaan (ventilasi dan pengaturan udara). Di ruang rawat inap
lantai 4 rumah sakit Universitas Airlangga penghawaan yakni pada
ketinggian minimal 2 meter. Alur pelaporan alat rusak. Pelaporan secara
tertulis telah berjalan dengan baik, kemudian laporan dikirim ke bagian
sarana prasarana untuk dilakukan pengecekan.
6. Alur pengadaan alat kesehatan
Pengadaan alat kesehatan disesuaikan dengan pengadaan alat kesehatan
dilakukan pada tim pengadaan yang kemudian dilaporkan pada bagian keuangan.
Untuk alat alat kesehatan dengan harga relatif tinggi, pengajuan pengadaan alat
dilakukan pada RKAT.
7. Kalibrasi dan maintenance alat kesehatan
Pada sistem kalibrasi, bagian sarana dan prasana mempunyai jadwal untuk
masing masing alat. Bagian sarana akan mengontrak vendor dan kemudian vendor
akan melakukan kalibrasi alat kesehatan. Untuk pembersihan alat kesehatan
berkala belum dilakukan, hanya dilakukan pada saat pasca kontak dengan
30
Adapun sarana prasarana yang telah disediakan dalam Penerimaan Pasien Baru di
IRNA Lantai 4 RSUA yaitu:
(1) Lembar pasien masuk RS
(2) Lembar tata tertib pasien dan
pengunjung ruangan
(3) Tempat tidur pasien baru
(4) Lembar format pengkajian
pasien
(5) Nursing kit, alat kesehatan
34
(6) Bell
(7) Baju pasien
Telah tersedia juga tata tertib pasien dan pengunjung ruangan di Rawat Inap
Lantai 4 RSUA. Sehingga, pada pelaksanaannya keluarga pasien dapat mengikuti
aturan disiplin agar para perawat dapat memberikan pelayanan secara maksimal.
Adapun teknis pelaksanaan penerimaan pasien baru di Ruang Rawat Inap
Lantai 4 RSUA sudah sesuai dengan teori yang telah ditetapkan. Namun, dalam
pelaksanaanya ada beberapa poin yang tidak dijelaskan karena keterbatasan waktu
dan tenaga perawat, seperti orientasi ruangan pasien baru yang tidak selalu
dilakukan saat pasien datang. Dalam penerimaan pasien baru, terdapat format
khusus berupa check list orientasi pasien dan keluarga pasien tentang perkenalan
diri tim kesehatan yang akan merawat pasien, perkenalan pasien dengan pasien
sekamar (bila ada), orientasi ruangan, peraturan rumah sakit, serta penjelasan
menyenai penyakit pasien. Hal lain yang disampaikan saat penerimaan pasien
baru adalah informasi terkait pasien dengan resiko jatuh. Namun dalam format
tersebut masih belum tercantum penjelasan mengenai hak dan kewajiban pasien.
Hal lain yang menjadi permasalahan di sini adalah belum adanya tata
tertib pengunjung, baik jam besuk maupun mengenai jumlah penunggu.
Berdasarkan wawancara dengan PJ unit lantai 4 disampaikan bahwa hal ini sangat
mengganggu baik dari segi privasi klien juga tentang kebersihan ruangan.
a.
UGD/POLI PJ Unit atau wakil PJ Unit memberitahukan PP ada pasien baru
Pasien dipindahkan ke
IRNA Lt 4
Perawat yang
bertanggung jawab
Pengkajian Keperawatan
35
medication chart menggunakan sistem checker yaitu obat dari farmasi akan dicek
kembali oleh perawat dengan mencantumkan paraf perawat. Persetujuan antara
perawat dan pasien dalam proses sentralisasi obat sudah dilakukan secara lisan
(informed) namun belum dilakukan secara tertulis (consent). Pengoplosan obat
juga masih dilakukan oleh perawat, yang seharusnya tugas tersebut dilakukan oleh
petugas farmasi.
Untuk pasien dengan jenis pembiayaan umum jika harga obat oral di atas
Rp 100.000,00, maka perawat akan menunjukkan harga dan resep tersebut kepada
pasien dan keluarga pasien dengan tujuan untuk mendapatkan persetujuan secara
tertulis. Apabila harga dibawah RP 100.000,00 maka keluarga tidak akan dimintai
persetujuan terlebih dahulu. Bagi pengguna BPJS obat telah disesuaikan dengan
formulasi nasional yang telah ditentukan, apabila obat yang dibutuhkan tidak ter-
cover dalam formulasi nasional maka akan dibuatkan resep oleh dokter untuk
ditebus secara mandiri. Untuk keperluan obat selanjutnya di RSUA jika pasien
yang memakai pembiayaan jamkesmas Non Kuota maka obat langsung dari depo
farmasi. Sedangkan yang memakai pembiayaan umum biasanya memakai
pembiayaan down payment dan dilantai 4 telah dilakukan cross check. Jika
persediaan obat di depo farmasi habis, maka pasien diberi resep dan boleh
menebusnya di luar RSUA. Pada saat pemberian obat, perawat telah menjelaskan
macam obat, kegunaan obat, jumlah obat dan efek samping obat kepada pasien.
Jika pasien dinyatakan pulang atau meninggal, maka obat yang tersisa
akan dikembalikan ke depo farmasi untuk diganti dengan uang (return) dengan
menunjukkan kuitansi pembelian. Bila terdapat penambahan atau perubahan jenis,
dosis atau alur pemberian obat, maka informasi ini akan dimasukkan dalam buku
masuk obat dan pihak farmasi akan mengkonfirmasi ulang saat datang ke ruangan.
Untuk pasien pulang paksa maka obat akan disesuaikan dengan advice atau resep
dokter. Obat luar yang dibawa pasien baru akan didata dalam daftar medication
chart, jika sesuai advis dokter rawat inap RSUA lantai 4 maka akan tetap
diberikan. Obat yang tidak dipakai akan disimpan dan dikembalikan setelah
pasien pulang, pulang paksa atau meninggal. Proses sentralisasi obat tetap
berlangsung pada hari libur dan petugas depo farmasi sebagai penanggung jawab
obat pada hari tersebut.
37
dilengkapi dengan serta petunjuk teknis pengisian sebagai bentuk keabsahan dan
keamanan bagi pasien maupun perawat. Lembar dokumentasi pemberian obat oral
berawarna kuning dan obat parenteral berawarna biru.
Dokter
Koordinasi dengan perawat
Klien/keluarga
Farmasi/apotek
Klien/keluarga
Klien/keluarga
tidak terjadwal dan bersifat insidentil. Selain itu keterbatasan tenaga kerja
sehingga waktu perawat maupun tenaga kesehatan lainnya sebagian besar
dilakukan untuk pelayanan yang menjadikan pengembangan ronde keperawatan
secara langsung di ruangan belum dapat dilaksanakan dan belum dapat dibentuk
tim ronde keperawatan.
Hasil dari pengkajian didapatkan bahwa ruangan IRNA Lantai 4 RSUA
mendukung adanya kegiatan ronde keperawatan secara murni, perawat mengerti
mengenai apa itu ronde keperawatan. Perawat menyatakan kegiatan ronde
keperawatan yang dilakukan di ruangan masih belum dapat dilaksanakan,
pelaksanaan hanya berupa case meeting. IRNA Lantai 4 RSUA belum memiliki
standar operasional prosedur ronde keperawatan dan alur ronde keperawatan.
Hasil kuesioner tentang ronde keperawatan yaitu 100% perawat mendukung
adanya ronde keperawatan, 100% perawat mengerti tentang ronde keperawatan.
Ronde keperawatan dengan metode langsung pernah dilaksanakan di ruangan
oleh mahasiswa profesi manajemen keperawatan. Adapun indikasi pasien layak
ronde yaitu: pasien dengan komplikasi yang sudah diterapi namun belum
mencapai kriteria hasil dan perawatan pasien lama lebih dari 7 hari.
5) Timbang Terima
Berdasarkan observasi pada tanggal 06 Oktober 2015 di RSUA lantai 4,
tahapan persiapan sudah dilaksanakan sesuai dengan teori. PP dan PA
melaksanakan timbang terima setiap pergantian shift, di nurse station PP/PA
melaporkan kepada PP shift selanjutnya mengenai aspek umum M1/M5, jumlah
pasien, identitas pasien beserta diagnosa medis dan masalah keperawatan yang
mungkin masih muncul, tindakan keperawatan yang telah dan belum
dilaksanakan, Intervensi kolaborasi dan dependen, rencana umum dan persiapan
yang perlu dilakukan dalam kegiatan selanjutnya. PJ unit IRNA Lantai 4 RSUA
atau NIC yang kemudian dilanjutkan dengan melaporkan data pasien dengan
metode komunikasi SBAR (situation, background, assesment, recommendation).
Situation meliputi nama pasien, usia, diagnosa medis, hari rawat dan masalah
keperawatan. Background meliputi perkembangan pasien saat ini, seperti
kemajuan tingkat kesadaran, mobilisasi, dll. Assesment meliputi keadaan umum,
tanda-tanda vital, kesadaran, hasil laboratorium, serta informasi klinik yang
40
dalam buku ini adalah tanda tangan dari NIC dan PJ IRNA lantai 4. Dalam buku
timbang terima ini juga disertakan jumlah pasien yang dirawat di IRNA lantai 4.
Kendala dalam hal ini adalah berdasarkan hasil kuesioner dari 10 orang
perawat ruang IRNA Lt. 4, sebesar 20% perawat mengatakan kesulitan
mendokumentasikan laporan timbang terima, dikarenakan pendokumentasian
yang kurang sistematis dan efisien dan ketidaksiplinan masalah waktu.
Komunikasi antar profesi yang tidak tervalidasi dengan read back, juga menjadi
masalah yang dapat menyebabkan hambatan dalam melakukan praktik
keperawatan. Hal ini terlihat dari 20 rekam medik yang diambil secara acak
terdapat 13 rekam medik yang di dalamnya kolom read back tidak tervalidasi.
Shift 1 Shift 2
Shift 1:
1. Mengisi lembar dokumentasi dan buku hand over
2. Menyampaikan M1-M5
3. Menyampaikan hasil pengkajian dan evaluasi (SOAP) dengan metode SBAR
Shift 2:
1. Mencatat hal-hal khusus yang disampaikan shift 1 (antara lain: identitas, terapi, dan
rekomendasi)
2. Melakukan konfirmasi terhadap hal-hal yang disampaikan shift 1 yang dirasa belum jelas.
Validasi ke pasien
Supervise langsung
PJ Unit/ Wakil - Tidak terencana/tidak terjadwal
PJ Unit - Insidental
Feedback PP PA Preceptorship
Buku Preceptorship
Dilakukan secara lisan
Pasien direncanakan
Dokter pulang Ahli Gizi dan
tenaga Kesehatan
Perawat yang ditunjuk yang lain
langsung oleh PJ Unit/ PP
maupun PA yang merawat
PP menyiapkan :
1. Lembar pasien MRS
2. Lembar perpindahan pasien
3. Lembar Penerimaan pasien baru
4. Buku status dan lembar format pengkajian pasien
5. Nursing kit
6. Informed concent sentralisasi obat
7. Lembar tata – tertib pasien dan pengunjung
8. Lembar tingkat kepuasan pasien
9. Tempat tidur pasien baru
Jika ada komunikasi dengan profesi lain secara tidak langsung maka
menyertakan stempel read back yang ditandatangani oleh kedua profesi
Evaluasi
46
Tabel 2.17 Uraian lembar dokumentasi dalam Rekam Medik IRNA Lantai 4
RSUA
No URAIAN BAGAN SUMBER
1 Lembar penerimaan pasien baru, lembar pernyataan Ners
persetujuan atau penolakan
2 Lembar permintaan rawat inap Dokter
3 Catatan perpindahan pasien Dokter dan ners
4 Identitas pasien Perawat
5 Lembar pengkajian UGD Dokter dan ners
6 Lembar pengkajian medikal bedah Ners
7 Lembar persetujuan tindakan medis Dokter dan ners
8 Lembar konsultasi Dokter
9 Lembar observasi Perawat
10 Lembar integration sheet Dokter dan ners
12 Lembar medication chart (oral dan parenteral) Ners
13 Lembar pemeriksaan laboratorium Analis medis
14 Lembar resume medis Ners
15 Lembar jresiko jatuh Ners
16 Lembar skala nyeri Ners
17 Plebitis Ners
18 Dekubitus Ners
4. Pembiayaan (M4-Money)
Ruangan interna Irina H memiliki sistem keuangan yang diatur langsung
oleh pihak rumah sakit baik, untuk pelayanan maupun penggajian ruangan,
berdasarkan peraturan daerah (PERDA) Kabupaten Bone Bolango.
Untuk tenaga perawat yang PNS memperoleh gaji sesuai dengan golongan
masing-masing yang diberikan serta tunjangan – tunjangan beserta jasa,
sedangkan untuk pegawai honor / kontrak memperoleh gaji beserta jasa sesuai
dengan apa yang mereka lakukan.
Kemudian system pembayaran klien juga dikelolah langsung oleh bagian
keuangan Rumah sakit, dan jenis pembayaran juga tergantung jaminan apa yang
digunakan oleh klien
a. Untuk klien BPJS/JKN, biaya perawatan ditanggung oleh jaminan
tersebut dengan mengikuti prosedur yang berlaku dimana batas waktu
untuk pengurusan jaminan kesehatan diberi waktu 3 x 24 jam.
b. Untuk klien umum, seluruh biaya perawatan ditanggung sepenuhya
oleh Klien/ keluarga sesuai dengan lamanya perawatan tersebut.
c. Biaya perawatan disesuaikan dengan jaminan kelas yang ditentukan
oleh BPJS atau JKN.
Berdasarkan hasil pengumpulan data yang diperoleh baik melalui
wawancara maupun observasi kepada Kepala Ruangan dan bagian Administrasi
bahwa perencanaan anggaran untuk ruangan, seperti perencanaan fasilitas dan
saranan dalam menunjang kegiatan pelayanan keperawatan telah dibuat dan
diajukan kepada bidang keuangan, bidang pelayanan, sarana dan prasarana.
Namun, tidak ada alokasi dana bulanan maupun tahunan yang khusus diberikan
untuk ruangan interna.
48
49
5) Mutu (M5-Marketing)
1) Jumlah pasien MRS dalam 3 bulan terakhir di Instalasi Rawat Inap Lantai 4
RSUA Surabaya (Juli-September 2015)
Tabel 2.21 Jumlah pasien MRS 3 bulan terakhir di IRNA Lt. 4 RSUA Surabaya
pada Bulan Juli-September 2015
No Bulan Jumlah
1 Juli 2015 114 pasien
2 Agustus 2015 135 pasien
3 September2015 129 pasien
Total 378 pasien
Pasien yang beresiko jatuh tinggi di IRNA Lantai 4 RSUA adalah pasien
usia anak-anak, lansia dan pasien dengan penurunan kesadaran.
2. Kepuasan pasien
Tabel 2.25 Tingkat Kepuasan Pasien di IRNA Lantai 4 tanggal 05-09
Oktober 2015 (Data Primer 2015)
3. Kecemasan
Tabel 2.26 Penilaian Tingkat Kecemasan pada Pasien di IRNA Lantai 4
tanggal 06 Oktober 2015
5. Nyeri
Tabel 2.28 Kejadian Nyeri pada Pasien di IRNA Lantai 4 Tanggal05
Oktober s.d 09 Oktober 2015 (Data Primer 2015).
6. Phlebitis
Tabel 2.29 Kejadian Phlebitis pada Pasien di IRNA Lantai 4 Tanggal 05
Oktober s.d 09 Oktober 2015 (Data Primer 2015).
(obat-obat Look A Like, Sound A Like, cairan pekat seperti KCl, MgSO4,
Nabic, dll) dengan obat lainnya. pemberian elektrolite pekat harus dengan
pengenceran dan penggunaan label khusus, setiap penerapan obat
menerapkan prinsip 7 benar, Untuk obat LASA, belum ada pemberian label
tambahan. Salah satu cara untuk mewaspadai pemberian obat perawat
menggunakan double crosscheck mulai dari proses persiapan sampai
pemberian ke pasien.
Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 05 oktober s.d 07 Oktober 2015,
dapat diketahui bahwa kewaspadaan tentang obat yang perlu diwaspadai
sudah dilakukan dengan memisahkan obat-obat high alert pada tempat yang
telah disediakan. Pemberian labeling dan double crooscheck juga sudah
diilakukan di IRNA lantai 4 dan terdapat kotak obat sejumlah satu kotak
untuk obat-obat hight alert.