You are on page 1of 54

5

BAB 2
PENGKAJIAN

Dalam bab ini akan disajikan tentang tahapan proses pengkajian yang
meliputi pengumpulan data, analisis SWOT, dan identifikasi masalah.
2.1 Pengumpulan Data
2.1.1 Tenaga dan Pasien (M1 - Man)
1) Struktur organisasi ruangan
Ruang Anak RSUD Toto Kabila Kab.Bone Bolango dikoordinatori oleh
kepala ruangan yaitu Sri Yunita Abas, S.Kep., Ns .
Penanggung jawab Ruang Anak RSUD Toto Kabila membawahi 2 Perawat
Primer (PP) yaitu (1) Nurlaila Y. Yalumini, S.Kep. Ns, (2) Rahmayanti Tangahu.
A. md Kep, Setiap perawat Primer membawahi 5 perawat Associate. Dalam satu
hari kerja terdapat 3 shift yaitu pagi, sore dan malam. Dalam setiap shift terdapat
NIC (Nursing In Charge) yang juga dapat diperankan oleh 2 perawat primer dan
setara dengan Ketua Tim sebagai penanggung jawab pada shift tersebut. Adapun
stuktur organisasi di Ruangan Anak RSUD Toto Kabila adalah sebagai berikut:

Kepala Ruangan Anak


Sri Yunita Abas, S.Kep.Ns

Perawat Primer 1 Perawat Primer 2


NurlailaY Yalumini, S.kep Ns Rahmayani Tangahu A, md Kep

Perawat Associate Perawat Associate


Anita Sewang A.Md
Yulianti U. Ismail, S.kep, Ns Tugiyem Markuat, S.Kep Ns
Sulistyorini Nadjamudin A.Md Kep Suci Trisnawaty Djunu, S.Kep Ns
Novarolina Nento S.Kep, Ns
Keterangan: Miftakhul Rahma A.Md kep
Tyas Utami Martha A,Md Kep Diane Mile A.Md kep
Marhain Yatuna A.Md Kep
Gambar 2.1 Struktur Organisasi Perawat Ruang Anak RSUD Toto Kabila
Kab.Bone Bolango.
6

Berdasarkan hasil identifikasi komponen tenaga keperawatan yang ada di


Ruang Anak RSUD Toto Kabila , perawat terdiri dari jenjang pendidikan S1 dan
D3, maka penggunaan model MAKP Primer sudah sesuai dengan standar.

2) Jumlah tenaga di Ruang Anak RSUD Toto Kabila Kab. Bone Bolango
(1) Keperawatan
Tabel 2.1 Komposisi tenaga keperawatan di ruang IRNA Lt. 4 Rumah Sakit
Universitas Airlangga per 05 Oktober s.d 07 Oktober 2015

No Nama Tingkat Masa Status Pelatihan Jabatan


Pendidikan Kerja Kepegawaian
1. Sri Yunita )
Abas, S.Kep, Ners 8,2 Th PNS KARU
Ns
2 Nurlaila Y.
Yalumini, Ners 8,3 Th PNS PP
S.Kep, Ns
3. Rahmayanti
Tangahu, DIII 2,10 Th PNS PP
A.Md. Kep.
4. Anita
Sewang, DIII 3,10 Th Honorer PP
Amd.Kep
5. Yulianti U.
Ismail, Ners 2,6 Th Honorer PP
S.Kep.Ns,
6. Tugiyem
Markuat, Ners 1,11 Th Honorer PP
S.Kep. Ns
7. Suci
Trisnawaty
Ners 1,11 Th Honorer PP
Djunu,
S.Kep.Ns
8. Sulistyorini
Nadjamudin, DIII 7,4 Th Honorer LEADER
A.Md.Kep
9. Novarolina
Nento, Ners 2,6 Th Honorer PP
S.Kep.Ns
10. Tyas Utami
Martha, DIII 7,3 Th PNS LEADER
A.Md Kep
11. Miftakhul DIII 6,3 Th Honorer PP
Rahma,
7

Amd.Kep
12. Diana Mile,
DIII 8,2 Th Honorer LEADER
A.Md Kep
13. Marhain
Yatuna, DIII 3,10 Th Honorer PP
A.Md Kep

Dengan jumlah Ners tersebut, terdapat mahasiswa yang sering ditempatkan


di Ruangan Anak RSUD Toto Kabila untuk praktik keperawatan. Pelatihan bagi
tenaga perawat mengenai pelatihan kegawatan daruratan merupakan salah satu
syarat untuk bekerja di Rumah Sakit. Salah satu pelatihan in house training yang
diikuti oleh tenaga perawat yaitu (Wound care) rawat luka, APAR, Syringe Pump,
BLS, Cuci Tangan dan Pemantauan Infeksi sedangkan pelatihan out house
training meliputi BCLS, ACLS, EKG, GELS, Perawatan Luka, Perawatan Stoma
dan EEG.
(2) Tenaga Non-Keperawatan
Tabel 2.2 Jumlah tenaga non keperawatan di Ruang Anak RSUD Toto
Kabila per 05 s.d 07 Oktober 2015
No Kualifikasi Jumlah
1 Cleaning service (terpusat) 3 orang
2 Ahli gizi (terpusat) 4 orang
3 Dokter (terpusat) 33 orang
4 Asisten perawat 1 orang
5 Tenaga administrasi 1 orang
Jumlah 40 orang

3) Persentase Kasus Terbanyak


Tabel 2.3 Kasus terbanyak di Ruang Anak RSUD Toto Kabila dalam kurun
waktu 3 bulan terakhir (periode Januari-Maret 2018)
No Kasus Angka Kejadian Persentase
1 Typoid 69 pasien 19,6 %
2 Bronkopneumonia 68 Pasien 19,2 %
3 GEA 59 pasien 16,6 %
4 Bacterial Infeksius 29 Pasien 8,2 %
5 Kejang Demam 29 Pasien 8,2%
6 Faringitis 29 Pasien 8,2 %
7 Sepsis 25 pasien 7,0%
8 Hipoglikemia 23 pasien 6,5 %
9 TB ParuAnak 12 pasien 3,4 %
10 Rhinofaringitis 11 pasien 3,1 %
Total 354 pasien 100%
8

Berdasarkan data pasien di Ruang Anak, dapat diketahui bahwa selama bulan
Januari – Maret 2018, 10 penyakit terbanyak selama 3 bulan yaitu Penyakit
Typoid, Bronkopneumonia, GEA, Bacterial Infeksius, Kejang Demam, Faringitis,
Sepsis, Hipoglikemia, TB Paru anak, Rhinofaringitis.

4) Tingkat Kepuasan di ruang Anak RSUD Toto Kabila Kab.Bone Bolango

Gambar 2.2 Tingkat Kepuasan Tenaga Kerja di IRNA Lt. 4 Rumah Sakit
Universitas Airlangga Surabaya

Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 05 Oktober s.d 08 Oktober 2015


pada 14 orang ners yang bertugas pada shift pagi, diperoleh data persentase
tingkat kepuasaan perawat terhadap proses berjalannya kerja berdasarkan bidang
dalam struktur organisasi sebesar 79% merasa puas, sedangkan terdapat 50%
perawat yang merasa cukup puas terhadap kinerja tim/perawat pelaksana namun
sebesar 58% perawat merasa tidak puas dengan kebijakan Rumah Sakit mengenai
pemberian beasiswa atau pelatihan pendidikan keperawatan dengan catatan bahwa
untuk mendapatkan beasiswa dan pelatihan harus mengantri terlebih dahulu dan
itu sangat sulit mendapatkan kesempatan tersebut.
5) Tingkat Ketergantungan Klien dan Kebutuhan Tenaga Perawat
Tingkat ketergantungan pasien dan kebutuhan tenaga keperawatan dengan
metode Douglas di Instalasi Rawat Inap Lantai 4 Rumah Sakit Universitas
Airlangga Surabaya. Bagi pasien rawat inap, Douglas (1984) menyampaikan
standar waktu pelayanan pasien antara lain :
9

(1) Perawatan minimal memerlukan waktu 1-2 jam/24 jam


(2) Perawatan intermediet memerlukan waktu 3-4 jam/24 jam
(3) Perawatan total memerlukan waktu 5-6 jam/24 jam (Nursalam, 2014)
Penerapan sistem klasifikasi pasien dengan tiga kategori tersebut adalah
sebagai berikut:
(1) Kategori I: perawatan mandiri. Kriteria pasien pada klasifikasi ini adalah
pasien masih dapat melakukan sendiri kebersihan diri, mandi, ganti
pakaian, makan, minum, penampilan secara umum baik, tidak ada reaksi
emosional. Pasien perlu diawasi ketika melakukan ambulasi atau
gerakan. Pasien perlu dilakukan observasi setiap shift, pengobatan
minimal, dan persiapan prosedur memerlukan pengobatan.
(2) Kategori II: Perawatan intermediet. Kriteria pasien pada klasifikasi ini
adalah memerlukan bantuan untuk melakukan kegiatan sehari-sehari
seperti makan, mengatur posisi waktu makan, memberi dorongan agar
makan, bantuan dalam eliminasi dan kebersihan diri, tindakan
keperawatan untuk memonitor tanda tanda vital, fungsi fisiologis, status
emosional, kelancaran drainase, bantuan dalam pendidikan kesehatan
serta kesiapan pengobatan memerlukan prosedur.
(3) Kategori III: Perawatan total. Kriteria pasien pada klasifikasi ini adalah
tidak dapat melakukan sendiri kebutuhan sehari-harinya, semua
kebutuhan dibantu oleh perawat. Penampilan pasien sakit berat. Pasien
memerlukan observasi tanda vital setiap dua jam, menggunakan selang
nasogastrik (NGT), menggunakan terapi intravena, pemakaian alat
penghisap (suction) dan kadang pasien dalam kondisi
gelisah/disoriented.
6) Kebutuhan tenaga perawat
(1) Metode Rasio (SK Menkes RI No. 262 Tahun 1979)
Pada metode penghitungan rasio, rumah sakit tipe C memiliki rasio
jumlah kebutuhan perawat : tempat tidur adalah 2/3. Rumah Sakit
Universitas Airlangga Surabaya adalah rumah sakit tipe C dengan
jumlah tempat tidur di rawat inap lantai 4 sebanyak 44 buah, maka
jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan 2/3 x 44 = 29 orang.
10

(2) Metode Douglas


Douglas menetapkan jumlah perawat yang dibutuhkan dalam suatu
unit perawatan berdasarkan klasifikasi pasien, di mana masing-masing
kategori mempunyai nilai standar per shift.
Tabel 2.4 Nilai standar jumlah perawat per shift berdasarkan klasifikasi
pasien pada tanggal 05 s.d 07 Oktober 2015
Klasifikasi pasien
Jumlah Minimal Partial Total
pasien P S M P S M P S M
1 0.17 0.14 0.07 0.27 0.15 0.12 0.36 0.30 0.20
2 0.34 0.28 0.28 0.54 0.30 0.14 0.72 0.60 0.40
3dst 0.51 0.42 0.30 0.81 0.45 0.21 1.08 0.90 0.60

Berdasarkan hasil pengkajian, kebutuhan tenaga perawat di IRNA Lt.


4 Rumah Sakit Universitas Airlangga didapatkan bahwa jumlah tenaga
yang diperlukan bergantung dari jumlah pasien dan tingkat
ketergantungannya. Adapun klasifikasi standar waktu pelayanan klien
rawat inap terhadap derajat ketergantungan pasien dibagi menjadi tiga
kelompok, yaitu:
1. A : Perawatan minimal, memerlukan waktu 1-2 jam sehari.
2. B : Perawatan partial, memerlukan waktu 3-4 jam sehari.
3. C : Perawatan total, memerlukan waktu 5-6 jam sehari (Nursalam,
2015).
Tabel 2.5 Komposisi Tenaga Keperawatan Ruang Anak Tanggal 27 Maret
2018 RSUD Toto Kabila Kab.Bone Bolango dengan Metode
Douglas
Tingkat Jumlah
Pagi Sore Malam
Ketenagaan Klien
Minimal 7 7x0,17=1,19 7x0,14=0,98 7x0,07=0,49
Parsial 8 8x0,27=2,16 8x0,15=1,2 8x0,10=0,8
Total 0 0x0,36=0 0x0,30=0 0x0,20=0
15 3,35 2,18 1,29
3 2 1

Total kebutuhan tenaga perawat:


Pagi : 3 orang
Sore : 2 orang
Malam : 1 orang
6 orang
Jumlah tenaga lepas dinas per hari:
86 x 6 = 1,7 = 2 orang
11

297
Keterangan : angka 86 merupakan jumlah hari libur atau
lepas dinas dalam 1 tahun, sedangkan 297 adalah jumlah
hari kerja efektif dalam 1 tahun.
Jadi jumlah perawat yang dibutuhkan perhari sesuai dengan metode
Douglas adalah= 6 orang + 2 orang lepas dinas = 8 orang.
Tabel 2.6 Komposisi Tenaga Keperawatan Ruang Anak Tanggal 28 Maret 2018
RSUD Toto Kabila Kab. Bone Bolango dengan Metode Douglas

Tingkat Jumlah
Pagi Sore Malam
Ketenagaan Klien
Minimal 4 4x0,17= 0,68 4x0,14= 0,56 4x0,07= 0,28
Parsial 7 7x0,27= 1.89 7x0,15 = 1,05 7x0,10 = 0,7
Total - 0x0,36 = 0 0x0,30 = 0 0x0,20 =
11 2,57 1,61 0.98
3 2 1

Total kebutuhan tenaga perawat:


Pagi : 5 orang
Sore : 3 orang
Malam : 3 orang
6 orang
Jumlah tenaga lepas dinas per hari:
86 x 6 = 1,73 ∞ 2 orang
297
Keterangan : angka 86 merupakan jumlah hari libur atau lepas dinas dalam 1
tahun, sedangkan 297 adalah jumlah hari kerja efektif dalam 1
tahun.
Jadi jumlah perawat yang dibutuhkan perhari sesuai dengan metode
Douglas adalah= 6 orang +2 orang lepas dinas= 8 orang.

Tabel 2.7. Komposisi Tenaga Keperawatan Ruang Anak RSUD Toto Kabila Tanggal
29 Maret 2018 RSUD Toto Kabila Kab.Bone Bolango dengan Metode
Douglas

Tingkat Jumlah
Pagi Sore Malam
Ketenagaan Klien
Minimal 6 6x0,17=1,02 6x0,14=0,84 6x0,07=0,42
Parsial 6 6x0,27=1,62 6x0,15=0,9 6x0,10=0,6
Total - 0x0,36= 0 0x0,30= 0 0x0,20= 0
12 2,64 1,74 1,03
3 2 1
12

Total kebutuhan tenaga perawat:


Pagi : 3 orang
Sore : 2 orang
Malam : 1 orang
6 orang
Jumlah tenaga lepas dinas per hari:
86 x 6 = 1,73 = 2 orang
297
Keterangan : angka 86 merupakan jumlah hari libur atau lepas dinas dalam 1
tahun, sedangkan 297 adalah jumlah hari kerja efektif dalam 1
tahun.
Jadi jumlah perawat yang dibutuhkan perhari sesuai dengan metode
Douglas adalah= 6 orang + 2 orang lepas dinas= 8 orang.
Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan rumus Douglas selama tiga
hari pada tanggal 05 s.d 07 Oktober 2015:

Maka rata-rata tenaga keperawatan yang dibutuhkan per hari yaitu 8 perawat
dengan rincian: 6 perawat yang berdinas + 2 perawat lepas dinas.

(3) Metode Gillies


Tingkat Ketergantungan Pasien dan Kebutuhan Tenaga Keperawatan
dengan metode Gillies di IRNA Lt. 4 Rumah Sakit Universitas Airlangga
Surabaya. AxBxC
Rumus : =F
(C–D)xE

Keterangan
A : Rata-rata jumlah jam perawatan pasien/ hari
B : Rata-rata jumlah pasien/ hari
C : Jumlah hari/ tahun
D : Jumlah hari libur masing-masing perawat
E : Jumlah jam kerja masing-masing perawat
F : Jumlah perawatan yang dibutuhkan untuk unit tersebut.
Tabel 2.8 Jumlah Perawat yang Dibutuhkan Berdasarkan Metode Gillies

Rata-rata jumlah jam perawatan yang dibutuhkan Total Rata2 Rata-rata


Hari/ Shift Jumlah Jml jml Total jam jam Jumlah perawat
Minimal Partial Total
Tanggal Perawat pasien pasien perawatan perawatan dibutuhkan
Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah
per per pasien
pasien jam pasien jam pasien jam
shift hari
Pagi 7 14 jam 8 32 jam 0 0 jam 46 38 jam 1 jam
Selasa 27
Sore 7 14 jam 8 32 jam 0 0 jam 46 38 jam 1 jam
Maret 46 1
2018 13
Malam 7 14 jam 8 32 jam 0 0 jam 46 38 jam 1 jam

Pagi 4 8 jam 7 28 jam 0 0 jam 36 29 jam 1 jam


Sore 12 4 8 jam 7 28 jam 0 0 jam 36 29 jam 1Jam
Rabu/ 28 36 1
Maret Malam 5 10 jam 7 28 jam 0 0 jam 38 31 jam 1 jam
2018
Kamis /
Pagi 6 12 jam 6 24 jam 0 0 jam 36 24 jam 1 jam
29Maret
2018
Sore 13 6 12 jam 6 24 jam 0 0 jam 36 36 24 jam 1 jam 1

Malam 6 12 jam 6 24 jam 0 0 jam 36 24 jam 1 jam

15
16
17

Jadi jumlah perawat yang dibutuhkan untuk bertugas pada tanggal 27 Maret 2018
menurut metode Gillies adalah 8 orang. Sedangkan di ruangan anak Rumah Sakit
Toto Kabila berjumlah 13 + 1 orang administrasi. Pada tanggal 28 dan 29 Maret
2018 perawat yang dibutuhkan untuk bertugas menurut metode Gillies adalah 6
orang. Sedangkan di ruangan Anak Rumah Sakit Toto Kabila berjumlah 13 + 1
administrasi. Berdasarkan data tersebut maka terdapat kekurangan tenaga
keperawatan sebanyak 1 orang. Berdasarkan data tersebut maka terdapat kelebihan
tenaga keperawatan di ruangan anak sebanyak 5 orang.
Berdasarkan data tersebut maka rata-rata jumlah tenaga perawat yang diperlukan
di Rumah Sakit Universitas Airlangga dalam satu hari yaitu :

= 14,3 = 14 perawat/ hari.

(4) Metode Depkes RI


Tingkat Ketergantungan Pasien dan Kebutuhan Tenaga Keperawatan
dengan metode Depkes RI di Instalasi Rawat Inap Lantai 4 Rumah Sakit
Universitas Airlangga Surabaya pada 05 s.d 07 Oktober 2015.
1. Kebutuhan Tenaga Keperawatan 05 Oktober 2015
jumlah jam perawatan =
jam kerja efektif pershift
84 = 11,2 = 11 perawat
7.5
Faktor koreksi (loss day)
(jumlah hari minggu 1tahun + cuti + hari besar) x jumlah perawat tersedia
jumlah hari kerja efektif
(52+12+14) x 11 = 3 perawat
286
Non-nursing job :
(jumlah tenaga keperawatan + loss day) x 25% = (11+3) x 25% = 3.5
= 4 orang
Jadi, tenaga perawat yang dibutuhkan untuk bertugas di Instalasi Rawat
Inap Lt 4 RSUA Surabaya adalah= tenaga yang tersedia + faktor koreksi =
11+ 3 = 14 perawat. Total jumlah tenaga keperawatan per hari di IRNA lt.4
RSUA pada tanggal 05 Oktober 2015 adalah 9 orang + 2 orang pekerja
struktural. Berdasarkan data tersebut maka terdapat kekurangan tenaga
keperawatan sebanyak 3 orang.

2. Kebutuhan Tenaga Keperawatan 06 Oktober 2015


jumlah jam perawatan =
jam kerja efektif pershift
18

88 = 11.7 = 12 perawat
7.5
Faktor koreksi (loss day)
(jumlah hari minggu 1tahun + cuti + hari besar) x jumlah perawat tersedia
jumlah hari kerja efektif
(52+12+14) x 11.7 = 3.19= 3 perawat
286
Non-nursing job :
(jumlah tenaga keperawatan + loss day) x 25% = (11.7 + 3.19) x 25% =
3.7= 4 perawat
Jadi, tenaga perawat yang dibutuhkan untuk bertugas di Instalasi
Rawat Inap Lt.4 RSUA Surabaya adalah= tenaga yang tersedia + faktor
koreksi = 12+ 3 = 15 perawat. Total jumlah tenaga keperawatan per hari di
IRNA lt.4 RSUA pada tanggal 06 Oktober 2015 adalah 9 orang + 2 orang
pekerja struktural. Berdasarkan data tersebut maka terdapat kekurangan
tenaga keperawatan sebanyak 4 orang.
3. Kebutuhan Tenaga Keperawatan 07 Oktober 2015
jumlah jam perawatan =
jam kerja efektif pershift
84 = 11,2 = 11 perawat
7.5
Faktor koreksi (loss day)
(jumlah hari minggu 1tahun + cuti + hari besar) x jumlah perawat tersedia
jumlah hari kerja efektif
(52+12+14) x 11,2 = 3,05 = 3 perawat
286
Non-nursing job :
(jumlah tenaga keperawatan + loss day) x 25% = (11+3) x 25% = 3,5 = 4
Jadi, tenaga perawat yang dibutuhkan untuk bertugas di Instalasi Rawat
Inap Lt.4 RSUA Surabaya adalah= tenaga yang tersedia + faktor koreksi =
11 + 3= 14 perawat. Total jumlah tenaga keperawatan per hari di IRNA lt.4
RSUA pada tanggal 7 Oktober 2015 adalah 10 orang + 2 pekerja
struktural. Berdasarkan data tersebut maka terdapat kekurangan tenaga
keperawatan sebanyak 2 orang.

Berdasarkan hasil perhitungan tanggal 12-15 Mei 2015 menggunakan


rumus Depkes, maka rata-rata tenaga keperawatan yang dibutuhkan yaitu:

Tabel 2.9 Pelaksanaan Time Motion Study di IRNA Lantai 4 RSUA Surabaya pada
tanggal 06 Oktober 2015
19

06 Oktober 2015
Kegiatan
Pagi Sore Malam
Tindakan Produktif :
DIRECT
- Timbang Terima Awal 90 menit 85 menit 55 menit
- Timbang Terima Akhir 85 menit 55menit 85 menit
- Memberi injeksi 10 menit 15menit 30 menit
- Pengambilan darah 10 menit 15menit 30 menit
- Pemeriksaan gula darah 06 menit - 05 menit
- Pemberian insulin 06 menit 03menit -
- Komunikasi dengan dokter via telpon
dgn metode SBAR 20 menit 20menit 20 menit
- Mengganti cairan infus 03 menit 10menit 10 menit
- Merawat luka - 10menit -
- Mengantar pasien 30 menit - -
- Menjemput pasien - 30menit -
- Membuang cairan urin 10 menit 17menit 15 menit
- Penerimaan pasien baru 10 menit - 10 menit

Total 280 260 260


Tindakan Produktif tidak langsung
INDIRECT
- Menulis dokumentasi tindakan di RM 40 menit 55menit 140menit
- Menulis laporan
- Persiapan injeksi 30 menit 30menit 45menit
- Persiapan ambil darah 30 menit 20menit 30menit
- Terima telpon dengan metode SBAR 5 menit 5menit 5menit
10 menit 10menit 10menit
Total 115 120 230
Waktu non produktif
- Duduk di nurse station 15 menit 20menit 90menit
- Sholat 15 menit 30menit 30menit
- Makan dan minum 15 menit 10menit 20menit
- Toilet 10 menit 10menit 30menit
Total 55 70 170
Shift pagi
Waktu produktifitas : 395 menit
Tidak produktif : 55 menit
Jumlah jam kerja : 450 menit
Prosentase produktifitas kerja : 87,7%
Shift sore
Waktu produktifitas : 380 menit
Tidak produktif : 70 menit
Jumlah jam kerja : 450 menit
Prosentase produktivitas kerja : 84,4%
Shift malam
Waktu produktifitas : 490 menit
Tidak produktif : 170 menit
Jumlah jam kerja : 660 menit
Prosentase produktivitas kerja : 74,2 %
Keterangan:
Tinggi > 80 %, Sedang 60 – 80 % dan Rendah < 60 %
Jumlah perawat yang ada pada IRNA lantai 4 adalah 14 orang + 2 orang
struktural (PJ dan Wakil PJ). Berdasarkan Time Motion Study di IRNA Lantai 4
RSUA Surabaya pada Shift Pagi 6 Oktober 2015 beban kerja objektif perawat
pada shift pagi masuk dalam kriteria beban kerja tinggi (87,7 %), shift sore masuk
dalam kriteria beban kerja tinggi (84,4 %) dan shift malam masuk dalam kriteria
beban kerja sedang (74,2 %).
Perawat pada rawat inap lantai 4 tidak hanya memberikan pelayanan
kesehatan berupa asuhan keperawatan, tapi juga melakukan tugas diluar
wewenang perawat seperti transportasi pasien, sarana prasarana, dan sebagainya.
Sehingga hal ini dapat mempengaruhi nilai ideal antara jumlah perawat dan
jumlah pasien.

7. Bed Occupacy Rate (BOR) IRNA Lt. 4 Rumah Sakit Universitas Airlangga

19
20

Tabel 2.10 Bed Occupacy Rate (BOR) IRNA Lt. 4 RSUA Surabaya pada
bulan Juni sampai dengan September 2015

Bulan Juni dengan daya kapasitas 25 bed


Tanggal BOR (%) Tanggal BOR (%) Tanggal BOR (%)
1 88 11 80 21 52
2 64 12 76 22 60
3 68 13 48 23 76
4 76 14 56 24 80
5 76 15 56 25 80
6 64 16 96 26 84
7 64 17 88 27 60
8 72 18 88 28 68
9 72 19 80 29 76
10 76 20 52 30 76

Bulan Juli dengan daya kapasitas 25 bed


Tanggal BOR (%) Tanggal BOR (%) Tanggal BOR (%)
1 76 11 52 21 48
2 68 12 56 22 68
3 60 13 76 23 60
4 60 14 76 24 76
5 52 15 60 25 64
6 84 16 56 26 40
7 84 17 40 27 68
8 80 18 32 28 72
9 76 19 36 29 80
10 60 20 48 30 80
31 72

Bulan Agustus dengan daya kapasitas 25 bed


Tanggal BOR (%) Tanggal BOR (%) Tanggal BOR (%)
1 68 11 76 21 72
2 56 12 76 22 60
3 72 13 64 23 48
4 80 14 64 24 76
5 80 15 60 25 84
6 80 16 48 26 68
7 72 17 52 27 64
8 52 18 64 28 80
9 40 19 64 29 76
10 68 20 80 30 72
31 76

Bulan September dengan daya kapasitas 25 bed


Tanggal BOR (%) Tanggal BOR (%) Tanggal BOR (%)
21

1 72 11 72 21 84
2 72 12 72 22 80
3 64 13 68 23 72
4 72 14 76 24 52
5 84 15 76 25 60
6 84 16 72 26 52
7 76 17 84 27
8 80 18 88 28
9 80 19 60 29
10 92 20 64 30

1. Bangunan, Sarana dan Prasarana (M2 – Material)


Praktika profesi manajemen keperawatan mahasiswa Program Studi
Pendidikan Ners Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga, bertempat di ruang
IRNA Lt. 4 RSUA, Surabaya. Pengambilan data awal dilakukan tanggal 5
Oktober s.d 7 Oktober 2015. Adapun data yang didapat adalah sebagai berikut:
1) Lokasi dan Denah/ Setting Gedung
Lokasi praktika profesi manajemen mahasiswa Program Studi Pendidikan
Ners Fakultas Keperawatan UNAIR di ruang Irna Lantai 4 RSUA yang terletak
dengan uraian sebagai berikut:
(1) Sebelah utara berbatasan dengan Gedung FKp UNAIR.
(2) Sebelah selatan berbatasan dengan Perumahan Galaxy.
(3) Sebelah barat berbatasan dengan danau Universitas Airlangga
(4) Sebelah timur berbatasan dengan Rumah sakit tropik UNAIR.
Ruang Instalasi Rawat Inap Lantai 4 merupakan bagian dari ruang perawatan
kelas VIP, 1, 2 dan 3 Rumah Sakit Universitas Airlangga Surabaya. Ruang
Instalasi Rawat Inap Lantai 4 terletak di gedung barat Rumah Sakit Universitas
Airlangga Surabaya.
Gambaran umum situasi dan kondisi di dalam Ruang Instalasi Rawat Inap
Lantai 4 terdiri dari 3 ruang kelas 3, 3 ruang kelas 2, 6 ruang kelas 1 dan 2 ruang
VIP (very important person), ruang perawat, nurse station, ruang tunggu keluarga
pasien, ruang alat dan linen, jalur evakuasi, ruang PJ Unit, ruang diskusi, ruang
mahasiswa, kamar mandi umum, dan lift.
22

U RUANG TUNGGU
B T
18
S
1 19

2 20

3 21

4 22

5 23
24

25

26
7
6
8

9 10

11 12
Gambar 2.2 Denah Ruangan IRNA Lantai 4 RSUA
Pintu

13 27
14 28
15 29
16 30
31
17

Keterangan gambar:
Gambar 2.3 Denah IRNA Lantai 4 RSUA
1. Kamar kelas 3 11. Ruang diskusi 21. Kamar kelas 2
2. Kamar kelas 3 12. Ruang administrasi 22. Ruang linen dan
3. Kamar kelas 3 13. Kamar VIP cuci alat
4. Ruang isolasi 14. Kamar VIP 23. Ruang CS
23

5. Ruang tunggu 15. Kamar kelas 1 24. Lift


6. Ruang perawat 16. Kamar kelas 1 25. Kamar mandi
7. Ruang obat 17. Ruang tunggu 26. Tangga darurat
8. Ners station 18. Dapur 27. Kamar kelas 1
9. Mushola 19. Kamar kelas 2 28. Kamar kelas 1
10. Ruang PJ Unit 20. Kamar kelas 2 29. Kamar kelas 1
30. Kamar kelas 1
31. Mushola
2) Data Tempat Tidur Pasien
Berdasarkan hasil pengkajian tanggal 5 Oktober s.d 7 Oktober 2015,
didapatkan gambaran kapasitas tempat tidur di IRNA Lantai 4 RSUA adalah 14
kamar dengan 44 tempat tidur dengan rincian sebagai berikut:
Kelas VIP : 2 kamar (@ 1 tempat tidur dalam 1 kamar)
Kelas I : 6 kamar (@ 2 tempat tidur dalam 1 kamar)
Kelas II : 3 kamar (@ 4 tempat tidur dalam 1 kamar)
Kelas III : 3 kamar (@6 tempat tidur dalam 1 kamar)
Kelas Isolasi : 1 kamar (@2 tempat tidur dalam 1 kamar)
Total jumlah tempat tidur di IRNA Lantai 4 = 46 tempat tidur
3) Peralatan dan Fasilitas
(1) Alat kesehatan di ruang IRNA Lantai 4 RSUA.
Tabel 2.11 Alat Kesehatan di IRNA Lantai 4 RSUA (Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Nomor 340/MENKES/III/2010)
No Jenis alat Jumlah yang Jumlah Kondisi Usulan
Tersedia ideal
1 Stetoscope 4 3 Baik -
2 Spighmomanometer, 16 2 Baik -
desk type
3 Termometer tympani 2 1 Baik -
4 Termometer digital 4 4 Baik -
5 Reflek hammer 1 3 Baik Ditambah 2
6 Penlight 1 2 Baik Ditambah 1
7 Basic diagnostic set 1 1 Baik -
8 Laringoskop 2 1 Baik -
9 Otoskop 1 3 Baik Ditambah 2
10 Ambu bag 2 1 Baik -
11 Kasur anti dekubitus 3 3 Baik -
12 Syiringe pump 5 5 Baik -
13 Infuse pump 4 4 Baik -
14 Wheelchair 3 3 Baik -
15 Female urinal 10 10 Baik -
16 Male Urinal 10 10 Baik -
17 Nebulizer 3 2 Baik -
18 Examination lamp 1 1 Baik -
24

19 X-Ray viewer 1 1 Baik


20 Korentang dan tempat 2 2 Baik -
21 Baki injeksi 2 2 Baik -
22 Tromol kecil 2 2 Baik -
23 Bengkok 3 2 Baik -
24 Set rawat luka 2 2 Baik -
25 GDA stick 2 2 Rusak 1 Belum
diperbaiki
26 Suction portable 2 2 Baik -
27 Examination lamp 1 1 Baik -
28 Waskom 5 5 Baik -
29 Tabung O2 1 2 Baik Ditambah 1
30 Tabung O2 transport 3 2 Baik -
31 Baby termometer 1 1 Baik -
32 O2 central 26 2 Baik -
33 APAR 4 4 Baik -
34 Baby box 6 6 Baik -
35 Vein viewer 1 1 Baik -
36 Joundise meter 1 1 Baik -
37 Sketsel 1 1 Baik -
38 ECG 1 1 Baik -
39 Timbangan 1 1 Baik -
40 Charger pump 9 9 Baik -
41 Torniquet 2 2 Baik -
42 Timbangan pampers 1 1 Baik -
43 Handscrub 3 42 Baik Ditambah 39
44 Lemari inventaris alat 2 2 Baik -

Dari tabel diatas dapat disimpulkan alat kesehatan di IRNA Lantai 4 RSUA
dalam keadaan baik dan sesuai dengan standar Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia (Permenkes RI) Nomor 340/MENKES/III/2010.

(2) Sarana dan prasana di ruang IRNA Lantai 4 RSUA


Tabel 2.12 Sarana dan Prasarana di IRNA Lantai 4 RSUA
No Jenis alat Jumlah yang Jumlah Ideal Kondisi Usulan
Tersedia
1 Almari 2 2 Baik -
2 Korden 16 Secukupnya Baik -
3 Jam Dinding 14 14 Baik -
4 Kereta cucian kotor/bersih 1 1-2 Baik -
5 Kereta makan pasien 1 1 Baik -
6 Computer dan printer 2 1 Baik -
7 Kulkas darah 1 1 Baik -
8 Kulkas obat 1 1 Baik -
9 Kursi pasien 31 44 Baik Ditambah 17
25

10 Meja pasien 35 44 Baik Ditambah 13


11 Meja kerja 5 6 Baik -
12 Sprei Karet 40 44 Baik Ditambahi 4
13 Sarung bantal 40 44 Baik Ditambah 4
14 Selimut polar 50 44 Baik -
15 Perlak 40 44 Baik Ditambah 4
16 Bantal 25 44 Baik Ditambah
17 Hand towel 10 10 Baik -
18 Handuk mandi 10 44 Baik Ditambah 34
19 Kimono and pants 20 44 Baik -
20 Tempat tidur 42 44 Baik -
21 Selimut tebal 0 0 Baik -
22 Washlap 8 44 Baik -
23 Stik laken 40 44 Baik Ditambah 4
24 Sarung guling 30 44 Baik -
25 Keset handuk 8 8 Baik -
26 TV ruang 1 1 Baik -
27 Sarung guling kelas 1 0 24 Baik Kebijakan
RS tidak
diberi guling
28 Sarung guling kelas 2 0 36 Baik Ditambah 6
29 Kamar mandi dan WC 10 10 Baik -
30 Telepon genggam 1 1 Baik -
31 Telepon 1 1 Baik -

Dari tabel di atas dapat disimpulkan Sarana dan Prasarana di IRNA Lantai
4 RSUA dalam keadaan baik dan ada beberapa yang belum sesuai dengan standar
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Permenkes RI) Nomor
340/MENKES/III/2010, yaitu kursi pasien, meja pasien, sprei, sarung bantal,
handuk mandi, perlak, stik laken, sarung guling kelas 2.

(3) Fasilitas untuk pasien


Tabel 2.13 Fasilitas Pasien di Ruang IRNA Lantai 4 RSUA
No Nama Barang Kelas Jumlah Kondisi Jumlah Ideal Usulan
yang
Tersedia
1 Bed 2 crank 44 buah Baik -
VIP 4 buah Baik 1/ ruangan
1 8 buah Baik 1-2/ ruangan
2 12 buah Baik 2-4/ ruangan
3 18 buah Baik 4-6/ ruangan
isolasi 2 buah Baik 1/ ruangan
2 Bedside cabinet 44 buah Baik -
VIP 2 buah Baik 1/ ruangan
1 6 buah Baik 1-2/ ruangan
2 10 buah Baik 2-4/ ruangan
26

3 15 buah Baik 4-6/ ruangan


isolasi 2 buah Baik 1/ ruangan
3 AC 15 buah Baik -
VIP 2 buah Baik 1/ ruangan
1 6 buah Baik 1-2/ ruangan
2 3 buah Baik 2-4/ ruangan
3 3 buah Baik 4-6/ ruangan
isolasi 1 buah Baik 1/ ruangan
4 Jam dinding 13 buah Baik 14 buah Ditambah 2
buah
VIP 2 buah Baik 1/ ruangan
1 6 buah Baik 1-2/ ruangan
2 2 buah Baik 1-2/ ruangan
3 3 buah Baik 1-2/ ruangan
Isolasi 0 buah - 1/ ruangan
5 Kamar mandi dan 15 buah Baik 14 buah
WC
VIP 4 buah Baik
1 4 buah Baik
2 3 buah Baik
3 3 buah Baik
Isolasi 1 buah Baik
6 Tempat sampah 34 buah Baik 17 buah
VIP 2 buah Baik
1 6 buah Baik
2 3 buah Baik
3 3 buah Baik
Isolasi 2 buah Baik
Lorong 18 buah
7 Wastafel 15 buah Baik 14 buah -
VIP 2 buah Baik
1 6 buah Baik
2 3 buah Baik
3 3 buah Baik
Isolasi 1 buah Baik
8 TV 8 buah Baik 8 buah
VIP 2 buah Baik
1 6 buah Baik
2 0 buah
3 0 buah
Isolasi 0 buah
9 Kulkas VIP 2 buah Baik 3 buah
1 0 buah Baik
2 0 buah Baik
3 0 buah
10 Kursi penunggu 27 buah Baik 44 buah Ditambah 17
buah
VIP 2 buah
1 6 buah
2 9 buah Baik
3 12 buah Baik
Isolasi 2 buah Baik
11 Sofa 4 buah Baik 4 buah
VIP 2 buah
1 2 buah
27

2 0 buah
3 0 buah
12 Bed penunggu VIP 2 buah
1 0 buah
2 0 buah
3 0 buah
13 Selimut tebal 4 buah Baik 8 buah Ditambah 4
buah
14 Bantal 42 buah 42 buah -
15 Fiffted bed sheets 42 buah 42 buah Baik
16 Sarung bantal 12 buah Baik 24 buah Ditambah 12
buah
17 Perlak 42 buah Baik 42 buah
18 Baju pasien 22 buah Baik 44 buah Ditambah 22
buah
19 Kabel nurse call VIP 4 buah Baik 8 buah Ditambah 4
1 0 buah Baik
2 8 buah Baik
3 12 buah Baik

Dari tabel di atas dapat disimpulkan Sarana dan Prasarana di IRNA Lantai 4
RSUA dalam keadaan baik dan ada beberapa yang belum sesuai dengan standar
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Permenkes RI) Nomor
340/MENKES/III/2010, yaitu kursi pasien, meja pasien, sprei, sarung bantal,
handuk mandi, perlak, stik laken, sarung guling kelas 2 dan baju pasien.
4) Alat habis pakai (consumeable)
Tabel 2.14 Alat Habis Pakai di Ruang IRNA Lantai 4 RSUA
No Nama barang Jumlah Satuan
1 Masker 270 Buah
2 Handscoon 50 Box
3 Spuit
3 cc 500 Buah
4 cc 500 Buah
5 cc 250 Buah
4 Plester 1 Gulung
5 Alkohol swab 15 Box
6 Kassa steril 40 Box
7 Diapers 2 Box
8 Underpad 2 Box
9 Hypafix 6 Box
10 Apron 10 Buah

5) Fasilitas untuk petugas kesehatan


(1) Ruang kepala ruangan
(2) Ruang ners
(3) Kamar mandi pegawai
(4) Nurse station berada di bagian tengahruangan
(5) Mushola
28

(6) Ruang diskusi


Peralatan dan fasilitas berdasarkan KMKNO.12404/MENKES/SK/X/2004 tentang
persyaratan kesehatan lingkungan di rumah sakit meliputi:
1. Index perbandingan jumlah tempat tidur, toilet, dan jumlah kamar mandi
Tabel 2.15 Index Perbandingan Jumlah Tempat Tidur, Toilet, dan Jumlah
Kamar Mandi di Ruang IRNA Lantai 4 RSUA
No Jumlah Tempat Tidur Jumlah Toilet Jumlah Kamar Mandi

1 1 s/d 10 1 1
2 11 s/d 20 2 2
3 22 s/d 30 3 3
4 31 s/d 40 4 4
Note : setiap penambahan 10 tempat tidur harus ditambah 1 toilet dan 1 kamar mandi

Sesuai dengan tabel indeks perbandingan jumlah tempat tidur, toilet dan
jumlah kamar mandi berdasarkan standart keputusan Menteri kesehatan KMK No
1204/MENKES/SK/X/2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan di RS yang
menyatakan bahwa setiap penambahan 10 tempat tidur harus ditambah 1 toilet
dan 1 kamar mandi. Di IRNA Lantai 4 RSUA tersedia 44 bed dengan 14
kamarmandi dan 14 toilet. Data diatas menunjukkan bahwa ruang IRNA Lantai 4
RSUA telah memenuhi standart mengenai jumlah tempat tidur, toilet dan kamar
mandi.
2. Index perbandingan jumlah karyawan dengan jumlah toilet dan jumlah kamar
mandi
Tabel 2.16 Index Perbandingan Jumlah Karyawan dengan Jumlah Toilet dan
Jumlah Kamar Mandi di Ruang IRNA Lantai 4 RSUA
No Jumlah Karyawan Jumlah Toilet Jumlah Kamar Mandi

1 1 s/d 20 1 1
2 21 s/d 40 2 2
3 41 s/d 60 3 3
4 61 s/d 80 4 4
5 81 s/d 100 5 5
Note : Setiap penambahan 20 karyawan harus ditambah 1 toilet dan 1 kamar mandi

Sesuai dengan tabel indeks perbandingan jumlah tempat tidur, toilet dan
jumlah kamar mandi berdasarkan standart keputusan Menteri kesehatan KMK No
1204/MENKES/SK/X/2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan di Rumah
Sakit yang menyatakan bahwa setiap penambahan 20 karyawan harus ditambah 1
toilet dan 1 kamar mandi. Di ruang IRNA Lantai 4 RSUA terdapat 19 karyawan
dengan 1 kamar mandi dan toilet. Data diatas menunjukkan bahwa ruang IRNA
29

Lantai 4 RSUA telah memenuhi standart mengenai jumlah karyawan, toilet dan
kamar mandi.
3. Jumlah tempat tidur
Jumlah tempat tidur dengan luas lantai untuk kamar perawatan dan kamar isolasi
(dewasa) sebagai berikut :
1) Ruang perawatan minimal sebagai 2 m2 / tempat tidur
2) Ruang isolasi minimal 6 m2 / tempat tidur
Berdasarkan standart keputusan Menteri kesehatan KMK No
1204/MENKES/SK/X/2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan di Rumah
Sakit tentang jumlah tempat tidur. Di ruang IRNA Lantai 4 RSUA ruang
perawatan sudah lebih dari minimal 2 m2, 2 tempat tidur, dan ruang isolasi untuk
anak.
4. Penghawaan (ventilasi dan pengaturan udara)
1) Suplai udara koridor atau buangan exhaust fan dari tiap ruang hendaknya
tidak digunakan sebagai suplai udara kecuali untuk suplai udara ke wc,
toilet, gudang.
2) Penghawaan mekanis dengan menggunakan exhaust fan atau air
conditioner dipasang pada ketinggian minimum 2 meter dari lantai atau
0,20 meter dari langit-langit.
5. Berdasarkan standar keputusan menteri kesehatan KMK No
1204/MENKES/2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit
tentang penghawaan (ventilasi dan pengaturan udara). Di ruang rawat inap
lantai 4 rumah sakit Universitas Airlangga penghawaan yakni pada
ketinggian minimal 2 meter. Alur pelaporan alat rusak. Pelaporan secara
tertulis telah berjalan dengan baik, kemudian laporan dikirim ke bagian
sarana prasarana untuk dilakukan pengecekan.
6. Alur pengadaan alat kesehatan
Pengadaan alat kesehatan disesuaikan dengan pengadaan alat kesehatan
dilakukan pada tim pengadaan yang kemudian dilaporkan pada bagian keuangan.
Untuk alat alat kesehatan dengan harga relatif tinggi, pengajuan pengadaan alat
dilakukan pada RKAT.
7. Kalibrasi dan maintenance alat kesehatan
Pada sistem kalibrasi, bagian sarana dan prasana mempunyai jadwal untuk
masing masing alat. Bagian sarana akan mengontrak vendor dan kemudian vendor
akan melakukan kalibrasi alat kesehatan. Untuk pembersihan alat kesehatan
berkala belum dilakukan, hanya dilakukan pada saat pasca kontak dengan
30

infeksius disease. Warming up alat-alat hanya dilakukan untuk alat besar


sajamisalnya syring pump, infus pump, dll.
8. Administrasi penunjang
1) Lembar observasi
2) Buku timbang terima
3) SPO
4) Buku diit pasien
9. Rekam medik status pasien (lembar penerimaan pasien baru, lembar
identitas, catatan terintegrasi, lembar pengkajian, laporan tindakan dan
lembar observasi harian, parenteral medication chart, dan medication chart).

10. Dokumentasi inventarisasi sarana dan prasarana ruangan


Berdasarkan data dari pengkajian diatas, sebagian besar peralatan di IRNA
Lantai 4 sudah memenuhi jumlah standart sesuai dengan kapasitas pasien. Namun,
ruangan belum memiliki catatan inventarisasi kepemilikan sehingga jika dipinjam
ruangan lain beresiko untuk tertukar.
11. Pengelolaan sampah
Tempat sampah telah dibedakan antara limbah medis dan nonmedis. Terdapat
pula tempat sampah dengan label sampah medis dan label sampah botol kaca
benda tajam.

Berdasarkan data pengkajian di atas, sebagian besar peralatan di IRNA


Lantai 4 memenuhi standart yang ditetapkan oleh Universitas Airlangga Surabaya.
Alat-alat yang sudah sesuai standart telah dimanfaatkan oleh ruangan sesuai
kebutuhan klien dan sebagian besar peralatan dalam keadaan baik. Untuk
peralatan yang tidak ada standart jumlahnya selama ini untuk mengevaluasi
adalah berdasarkan kriteria kecukupan penggunaan dalam kegiatan sehari hari.

3. Metode Pemberian Asuhan Keperawatan (M3 / Metode)


1) Penerapan pemberian Model Praktik Keperawatan Profesional (MAKP)
Berdasarkan hasil pengumpulan data melalui wawancara, observasi,
kuesioner dan dokumentasi yang dilakukan tanggal 05 Oktober – 07 Oktober
2015 kepada perawat ruang rawat inap lantai 4 Rumah Sakit Airlangga,
31

didapatkan Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) yang ditetapkan


di RSUA lantai 4 adalah MAKP Primer dengan modifikasi, yaitu suatu metode
penugasan di mana seorang perawat bertanggung jawab penuh selama 24 jam
terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien masuk sampai keluar
rumah sakit. Mendorong praktik kemandirian perawat, ada kejelasan antara
pembuat asuhan keperawatan dan pelaksana. Perawat bertanggung jawab
terhadap semua aspek asuhan keperawatan, dan berdasarkan pada tindakan
yang komperehensif dari filosofi keperawatan, dikatakan modifikasi
dikarenakan MAKP primer yang diterapkan di RSUA IRNA lantai 4 ini
menggunakan 1 NIC (Nurse in Charge) yang merupakan penanggung jawab
dari setiap shift. NIC ini bisa merupakan salah satu dari PP maupun PA yang
ada di IRNA lantai 4. NIC ini bertugas sebagai pengambil keputusan dan
penanggung jawab ruangan serta sekaligus sebagai pelaksana yaitu
melaksanakan M1-M5 saat dinas dan manajemen jumlah pasien. PJ IRNA
lantai 4 serta perawat senior juga dapat berperan sebagai NIC. Kegiatan
pemberian asuhan keperawatan dilaksanakan berdasarkan jumlah pasien,
tingkat ketergantungan, baik minimal, parsial maupun total serta tingkat
kerumitan pasien secara administratif. Tingkat ketergantungan pasien di IRNA
lantai 4 kebanyakan parsial dan minimal dan jarang didapatkan tingkat
ketergantungan total.
Praktik keperawatan yang dilakukan di ruangan ini terdapat 3 Primary
Nurse (PN) yang dibantu oleh masing-masing 4-5 Associate Nurse (AN) yang
bekerja bersama-sama dalam merawat pasien. Setiap shift akan diwakili oleh
masing-masing dari ketiga PP maupun PAnya untuk merawat kurang lebih 6
pasien 1 perawat. MAKP yang diterapkan terdiri dari PJ Unit IRNA Lantai 4
yaitu seorang S1 Keperawatan, dan 1 orang Wakil PJ Unit juga seorang S1
Keperawatan, jadi total 20 orang S1 Keperawatan di mana terdapat 3 perawat
primer dan 14 perawat pelaksana, dan 1 orang sedang melanjutkan pendidikan
Magister Kepeawatan. Berdasarkan data kuesioner, semua perawat mengetahui
dan memahami model MAKP yang digunakan. Namun, berdasarkan hasil
kuesioner masih terdapat perawat (20%) yang mengatakan tidak puas terhadap
pelaksanaan MAKP yang dilakukan, 10% mengatakan model tersebut tidak
32

cocok digunakan di ruangan, 20% perawat ruangan mengatakan job


description tidak jelas.
Berdasarkan hasil keefektifan metode primer ini sudah efektif namun
terkadang juga kurang efektif. Hal ini disebabkan oleh adanya hari permintaan
libur perawat yang dapat mengurangi efektifitas dari proses asuhan
keperawatan karena bisa saja dalam sekali shift tidak ada perwakilan dari 1 PP
maupun PAnya sehingga asuhan keperawatannya harus dialihkan ke PP atau
PA lain yang bertugas pada shift tersebut.
Di ruangan IRNA lantai 4 ini terdapat 143 SOP (Standar Operasional
Prosedur), sedangkan SAK (Standar Asuhan Keperawatan) dikatakan masih
dalam proses pembuatan. Berdasarkan hasil wawancara, observasi, dan
dokumentasi didapatkan bahwa dengan penerapan MAKP Primer, rata-rata
lama rawat pasien di ruang Rawat Inap Lantai 4 Rumah Sakit Universitas
Airlangga adalah 3-4 hari. Perawat menyatakan bahwa model yang digunakan
saat ini, tidak memberatkan dalam hal pembiayaan. Data yang diperoleh
tentang mekanisme pelaksanaan model asuhan keperawatan, komunikasi antar
profesi terlaksana cukup baik, sedangkan rencana askep antar shift
berkelanjutan, hal ini terlihat dari adanya catatan terintegrasi antarprofesi
dalam integrated note. Adapun data yang diperoleh dari pengkajian tentang
tanggung jawab dan pembagian tugas, perawat mengatakan bahwa job
description yang diterima sudah jelas dan sudah merasa sesuai dengan model
asuhan keperawatan yang digunakan di ruangan saat ini. Mereka juga
mengatakan bahwa mereka mengenal dan mengetahui kondisi pasien dan dapat
menilai tingkat kebutuhannya.
2) Penerimaan Pasien Baru
Berdasarkan hasil pengamatan dan pengumpulan data yang dilakukan pada
tanggal 06 Oktober 2015 dengan wawancara kepada perawat ruangan dengan
hasil pengamatan yang dilakukan mahasiswa praktik profesi manajemen
Fakultas Keperawatan UNAIR, didapatkan data bahwa proses penerimaan
pasien baru yang datang di ruangan ini sudah dilakukan sesuai standar, dan
Ruang Rawat Inap Lantai 4 RSUA hampir setiap harinya mendapatkan pasien
baru. Ketika ada pasien baru yang akan masuk, perawat UGD maupun Poli
33

menghubungi perawat ruangan, perawat yang bertugas di Ruang Rawat Inap


Lantai 4 RSUA segera mempersiapkan lembar penerimaan pasien baru dan
ruangan. Setelah pasien datang, perawat yang mengirim pasien (perawat UGD
maupun perawat Poli) mengadakan timbang terima dengan perawat yang
bertugas di IRNA Lantai 4 RSUA. Kemudian perawat yang bertugas di
ruangan melakukan penjelasan mengenai poin-poin yang ada di lembar
penerimaan pasien baru kepada pasien dan keluarga, dan setelahnya pasien
ataupun keluarga pasien menandatangani lembar tersebut.
PJ Unit Lantai 4 RSUA mengatakan, “Alur penerimaan pasien baru yang
dilaksanakan pada shift pagi adalah dimulai dari perawat IGD menghubungi PJ
Unit atau perawat ruangan menanyakan ketersediaan untuk menerima pasien
baru seperti menanyakan ada atau tidak ruangan atau kamar yang masih kosong
dan siap ditempati pasien baru dan karu mendapatkan deskripsi umum terkait
pasien yang akan dimasukkan ke ruangannya tentang penyakitnya. Selanjutnya
PJ Unit menginformasikan kepada tim dalam hal ini satu orang perawat primer
dan satu orang perawat pelaksana untuk bertanggungjawab memberikan asuhan
keperawatan kepada pasien baru yang akan datang. Perawat pelaksana
bertanggung jawab terhadap pasien baru mulai dari menyiapkan ruangan
dengan tempat tidur baru, menyiapkan kotak obat, serta kelengkapan lainnya
yang dibutuhkan. Kemudian tahap pelaksanaan penerimaan paisen baru yaitu
pasien diterima oleh PJ Unit, perawat primer/perawat yang diberi delegasi untuk
bertanggung jawab terhadap pasien baru tersebut, selanjutnya perawat
menunjukkan dan mengantarkan pasien menuju kamar atau tempat tidur yang
telah ditetapkan, memindahkan pasien dari branchard ke tempat tidur di bantu
dengan perawat lain (dalam hal ini perawat IGD ke nurse station untuk
melakukan timbang terima. PJ Unit juga menjelaskan apabila penerimaan pasien
baru dilakukan di luar shift pagi yaitu sore dan malam dan karu tidak ada di
tempat, maka penerimaan pasien baru diatur oleh penanggung jawab shift yang
telah ditentukan sebelumnya. Prosedur pelaksanaan pada shift sore dan malam
sama dengan shift pagi.”

Adapun sarana prasarana yang telah disediakan dalam Penerimaan Pasien Baru di
IRNA Lantai 4 RSUA yaitu:
(1) Lembar pasien masuk RS
(2) Lembar tata tertib pasien dan
pengunjung ruangan
(3) Tempat tidur pasien baru
(4) Lembar format pengkajian
pasien
(5) Nursing kit, alat kesehatan
34

(6) Bell
(7) Baju pasien
Telah tersedia juga tata tertib pasien dan pengunjung ruangan di Rawat Inap
Lantai 4 RSUA. Sehingga, pada pelaksanaannya keluarga pasien dapat mengikuti
aturan disiplin agar para perawat dapat memberikan pelayanan secara maksimal.
Adapun teknis pelaksanaan penerimaan pasien baru di Ruang Rawat Inap
Lantai 4 RSUA sudah sesuai dengan teori yang telah ditetapkan. Namun, dalam
pelaksanaanya ada beberapa poin yang tidak dijelaskan karena keterbatasan waktu
dan tenaga perawat, seperti orientasi ruangan pasien baru yang tidak selalu
dilakukan saat pasien datang. Dalam penerimaan pasien baru, terdapat format
khusus berupa check list orientasi pasien dan keluarga pasien tentang perkenalan
diri tim kesehatan yang akan merawat pasien, perkenalan pasien dengan pasien
sekamar (bila ada), orientasi ruangan, peraturan rumah sakit, serta penjelasan
menyenai penyakit pasien. Hal lain yang disampaikan saat penerimaan pasien
baru adalah informasi terkait pasien dengan resiko jatuh. Namun dalam format
tersebut masih belum tercantum penjelasan mengenai hak dan kewajiban pasien.
Hal lain yang menjadi permasalahan di sini adalah belum adanya tata
tertib pengunjung, baik jam besuk maupun mengenai jumlah penunggu.
Berdasarkan wawancara dengan PJ unit lantai 4 disampaikan bahwa hal ini sangat
mengganggu baik dari segi privasi klien juga tentang kebersihan ruangan.

a.
UGD/POLI PJ Unit atau wakil PJ Unit memberitahukan PP ada pasien baru

Pasien dipindahkan ke
IRNA Lt 4

Perawat yang
bertanggung jawab

Timbang terima perawat


IGD/Poli dengan perawat
IRNA Lantai 4

Pengkajian Keperawatan
35

Perumusan Diagnosa- Intervensi dan


Implementasi - Evaluasi
dalam Integrated Note

Gambar 2.4 Diagram Alur Penerimaan Pasien Baru

3) Pengelolaan Sentralisasi Obat


Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 06 Oktober 2015 dan hasil
observasi serta pengumpulan data yang dilakukan dengan perawat ruangan, alur
sentralisasi obat di ruang IRNA lantai 4 RSUA sudah dilakukan sesuai MAKP
sentralisasi obat. Hasil wawancara kepada PJ Unit tentang sentralisasi obat
diperoleh informasi bahwa sentralisasi obat dijalankan sepenuhnya di ruangan
tersebut. Sentralisasi obat telah dilakukan dengan sistem tersentralisasi ODD (one
day dose). Wakil Kepala Ruangan Rawat Inap Lantai 4 RSUA berkata, “Sistem
sentralisasi ODD adalah pengelolaan obat yang menyediakan kebutuhan obat
pasien selama 24 jam. Seminimal mungkin dikondisikan pasien dan keluarga
tidak terlibat dalam pengelolaan obat. Perlu diketahui yang dimaksud
sentralisasi obat ialah pengelolaan obat pasien oleh perawat, perawat bertugas
melakukan pengaturan dan pengawasan terhadap pengeluaran dan pembagian
obat pasien, baik obat oral maupun injeksi. Untuk obat dalam bentuk syrup
biasanya diletakkan di kamar pasien, namun pemantauannya tetap dilakukan
oleh perawat. Dikatakan juga oleh wakil Pj Unit, apabila obat yang diresepkan
oleh dokter tidak ada di apotik rumah sakit maka keluarga pasien mungkin harus
mencari obat tersebut di apotik luar dengan membawa fotocopy resep dokter.
Selanjutnya obat tersebut tetap diserahkan kepada perawat.”
Wawancara terhadap perawat IRNA lantai 4 RSUA menyatakan bahwa
obat yang sudah ada pada perawat telah dibuatkan jadwal oleh petugas farmasi
sesuai dosis dan waktu pemberian, serta ditulis dalam etiket obat. Penulisan dalam
36

medication chart menggunakan sistem checker yaitu obat dari farmasi akan dicek
kembali oleh perawat dengan mencantumkan paraf perawat. Persetujuan antara
perawat dan pasien dalam proses sentralisasi obat sudah dilakukan secara lisan
(informed) namun belum dilakukan secara tertulis (consent). Pengoplosan obat
juga masih dilakukan oleh perawat, yang seharusnya tugas tersebut dilakukan oleh
petugas farmasi.
Untuk pasien dengan jenis pembiayaan umum jika harga obat oral di atas
Rp 100.000,00, maka perawat akan menunjukkan harga dan resep tersebut kepada
pasien dan keluarga pasien dengan tujuan untuk mendapatkan persetujuan secara
tertulis. Apabila harga dibawah RP 100.000,00 maka keluarga tidak akan dimintai
persetujuan terlebih dahulu. Bagi pengguna BPJS obat telah disesuaikan dengan
formulasi nasional yang telah ditentukan, apabila obat yang dibutuhkan tidak ter-
cover dalam formulasi nasional maka akan dibuatkan resep oleh dokter untuk
ditebus secara mandiri. Untuk keperluan obat selanjutnya di RSUA jika pasien
yang memakai pembiayaan jamkesmas Non Kuota maka obat langsung dari depo
farmasi. Sedangkan yang memakai pembiayaan umum biasanya memakai
pembiayaan down payment dan dilantai 4 telah dilakukan cross check. Jika
persediaan obat di depo farmasi habis, maka pasien diberi resep dan boleh
menebusnya di luar RSUA. Pada saat pemberian obat, perawat telah menjelaskan
macam obat, kegunaan obat, jumlah obat dan efek samping obat kepada pasien.
Jika pasien dinyatakan pulang atau meninggal, maka obat yang tersisa
akan dikembalikan ke depo farmasi untuk diganti dengan uang (return) dengan
menunjukkan kuitansi pembelian. Bila terdapat penambahan atau perubahan jenis,
dosis atau alur pemberian obat, maka informasi ini akan dimasukkan dalam buku
masuk obat dan pihak farmasi akan mengkonfirmasi ulang saat datang ke ruangan.
Untuk pasien pulang paksa maka obat akan disesuaikan dengan advice atau resep
dokter. Obat luar yang dibawa pasien baru akan didata dalam daftar medication
chart, jika sesuai advis dokter rawat inap RSUA lantai 4 maka akan tetap
diberikan. Obat yang tidak dipakai akan disimpan dan dikembalikan setelah
pasien pulang, pulang paksa atau meninggal. Proses sentralisasi obat tetap
berlangsung pada hari libur dan petugas depo farmasi sebagai penanggung jawab
obat pada hari tersebut.
37

Pemberian obat di RSUA mengedepankan mutu pelayanan dan


keselamatan pasien sehingga proses pengoplosan obat dilaksanakan satu persatu
dan adanya crosscheck. Hal ini menyebabkan proses pemberian obat berlangsung
lama dan menyebabkan beban kerja perawat meningkat dan proses timbang
terima dilaksanakan tidak tepat waktu. Pada medication chrt yang terbaru terdapat
4 kode yaitu P (Prepare), C (checker), G (giver), F (Family). Kode P menunjukan
persiapan sebelum pemberian obat sedangkan kode F merupakan tanda tangan
keluarga yang melihat proses pemberian obat.
Berdasarkan hasil observasi dari 20 lembar medication chart hanya 2-3
yang system checker nya tervalidasi dengan baik, hal ini sangat
mengakhawatirkan karena dapat menyebabkan medication error. Hal ini
dikarenakan satu perawat untuk satu waktu shift pemberian obat melakukan hal
tersebut langsung untuk 5-6 pasien sekalian, waktu pemberian obat satu pasien ke
pasien lainnya adalah langsung dalam waktu yang sama, sehingga validasi di
medication chart dilakukan belakangan setelah semua selesai dan hal tersebut
yang membuat validasi dengan tandatangan terlewat. Kendala lainnya yaitu belum
ada format persetujuan sentralisasi obat dari pasien atau keluarga pasien. Dalam
medication chart juga terdapat 3 kode dalam pemberian obat melalui medication
chart dimana pasien tidak mengkonsumsi obatnya yaitu C (condition), F
(Fasting), dan R (Reject). C menunjukan kondisi pasien tidak memungkinkan
untuk dilakukan pemberian obat, F menunjukan pasien dipuasakan dan R
menunjukan pasien menolak pemberian obat. Format pada medication chart ini
hanya untuk obat oral maupun injeksi namun obat supositoria belum terdapat
format khusus. Jika obat dari luar tersebut sesuai advis terapi yang diberikan
dokter rawat inap Lantai 4 RSUA tetap diberikan kepada pasien. Sedangkan obat
yang tidak dipakai akan tetap disimpan dan dikembalikan setelah pasien pulang,
pulang paksa atau meninggal. Ketika hari libur proses sentralisasi obat tetap
berlangsung dan tetap ada petugas depo farmasi sebagai penanggung jawab obat
pada hari tersebut.
Berdasarkan hasil observasi pada Buku Kumpulan SPO (Standar Prosedur
Operasional) terdapat beberapa SPO antara lain Pemberian obat IM, IC, SC,
pemberian obat per-oral dan per-telinga. Pada lembar Rekam Medis terdapat
sudah format dokumentasi sentralisasi obat (medication chart) yang sudah
38

dilengkapi dengan serta petunjuk teknis pengisian sebagai bentuk keabsahan dan
keamanan bagi pasien maupun perawat. Lembar dokumentasi pemberian obat oral
berawarna kuning dan obat parenteral berawarna biru.

Dokter
Koordinasi dengan perawat

Klien/keluarga

Farmasi/apotek

Klien/keluarga

PP/perawat yang menerima

Pengaturan dan pengelolaan obat oleh perawat

Klien/keluarga

Gambar 2.4 alur Pelaksanaan Sentralisasi Obat di IRNA Lt. 4 RSUA


4) Ronde Keperawatan
Berdasarkan wawancara, observasi, dan penyebaran angket yang dilakukan
tanggal 05-06 Oktober 2015 kepada perawat Ruang IRNA Lt. 4 Rumah Sakit
Universitas Airlangga, menyatakan bahwa ronde keperawatan belum dapat
dilaksanakan dikarenakan beberapa kendala, yaitu tidak terpenuhinya beberapa
kaidah pelaksanaan ronde keperawatan seperti sulitnya mempertemukan antar
profesi yang berkaitan dalam satu waktu dan juga masalah keterbatasan waktunya.
Alternative yang dilakukan untuk menangani masalah belum terlaksananya rionde
keperawatan yaitu dengan case meeting. Pelaksanaan case meeting dikarenakan
sedikit kasus yang unik/kompleks yang ditemukan di ruangan dan kasus-kasus
tersebut dapat terselesaikan dengan mendiskusikan kasus tersebut, case meeting
39

tidak terjadwal dan bersifat insidentil. Selain itu keterbatasan tenaga kerja
sehingga waktu perawat maupun tenaga kesehatan lainnya sebagian besar
dilakukan untuk pelayanan yang menjadikan pengembangan ronde keperawatan
secara langsung di ruangan belum dapat dilaksanakan dan belum dapat dibentuk
tim ronde keperawatan.
Hasil dari pengkajian didapatkan bahwa ruangan IRNA Lantai 4 RSUA
mendukung adanya kegiatan ronde keperawatan secara murni, perawat mengerti
mengenai apa itu ronde keperawatan. Perawat menyatakan kegiatan ronde
keperawatan yang dilakukan di ruangan masih belum dapat dilaksanakan,
pelaksanaan hanya berupa case meeting. IRNA Lantai 4 RSUA belum memiliki
standar operasional prosedur ronde keperawatan dan alur ronde keperawatan.
Hasil kuesioner tentang ronde keperawatan yaitu 100% perawat mendukung
adanya ronde keperawatan, 100% perawat mengerti tentang ronde keperawatan.
Ronde keperawatan dengan metode langsung pernah dilaksanakan di ruangan
oleh mahasiswa profesi manajemen keperawatan. Adapun indikasi pasien layak
ronde yaitu: pasien dengan komplikasi yang sudah diterapi namun belum
mencapai kriteria hasil dan perawatan pasien lama lebih dari 7 hari.
5) Timbang Terima
Berdasarkan observasi pada tanggal 06 Oktober 2015 di RSUA lantai 4,
tahapan persiapan sudah dilaksanakan sesuai dengan teori. PP dan PA
melaksanakan timbang terima setiap pergantian shift, di nurse station PP/PA
melaporkan kepada PP shift selanjutnya mengenai aspek umum M1/M5, jumlah
pasien, identitas pasien beserta diagnosa medis dan masalah keperawatan yang
mungkin masih muncul, tindakan keperawatan yang telah dan belum
dilaksanakan, Intervensi kolaborasi dan dependen, rencana umum dan persiapan
yang perlu dilakukan dalam kegiatan selanjutnya. PJ unit IRNA Lantai 4 RSUA
atau NIC yang kemudian dilanjutkan dengan melaporkan data pasien dengan
metode komunikasi SBAR (situation, background, assesment, recommendation).
Situation meliputi nama pasien, usia, diagnosa medis, hari rawat dan masalah
keperawatan. Background meliputi perkembangan pasien saat ini, seperti
kemajuan tingkat kesadaran, mobilisasi, dll. Assesment meliputi keadaan umum,
tanda-tanda vital, kesadaran, hasil laboratorium, serta informasi klinik yang
40

mendukung. Recommendation meliputi intervensi yang perlu dilakukan, seperti


terapi dan pemeriksaan penunjang yang akan dilakukan.
Di nurse station, setelah dibuka oleh PJ Unit, kelompok shift selanjutnya
mencatat hal-hal yang disampaikan PP/PA yang jaga. Penyampaian yang singkat,
padat, jelas, Perawat shift selanjutnya dapat melakukan klarifikasi, tanya jawab
dan melakukan validasi terhadap hal-hal yang kurang jelas. Kemudian kedua
kelompok jaga menuju ke masing-masing pasien, PJ Unit atau Wakil atau PP
menyampaikan salam dan menanyakan kebutuhan dasar pasien.
Pendokumentasian dilakukan di buku handover yang sudah disediakan oleh
ruangan, untuk dibacakan pada saat timbang terima. Tanda tangan yang tercantum
dalam buku handover adalah tanda tangan NIC, dan penanggung jawab Unit
Rawat Inap.
Berdasarkan hasil Observasi timbang terima dilakukan 3 kali (pukul 07.00,
13.30, 20.30), rata-rata timbang terima selesai dalam waktu 1 jam 20 menit, dalam
timbang terima perawat harus mengetahui apa yang harus dipersiapkan dalam
pelaksanaan timbang terima (rekam medis, buku catatan), mengetahui apa yang
harus di sampaikan saat timbang terima (SBAR), dan mengetahui teknik
pelaporan timbang terima ketika berada di depan pasien (menanyakan keluhan
pasien, mengecek tetesan infus). Timbang terima dihadiri oleh perawat yang
bertugas, untuk mengunjungi masing-masing pasien dibutuhkan waktu < 5 menit
dan yang bertanggung jawab tentang persetujuan dan penerimaan timbang terima
adalah perawat primer. Tidak ada buku khusus untuk mencatat hasil timbang
terima per perawat (perawat mencatat di lembar kosong), dan melakukan interaksi
ke pasien saat timbang terima berlangsung yaitu saat validasi ke ruang pasien.
Saat ini belum ada SOP tentang timbang terima. Timbang terima yang dilakukan
pada shift pagi di buka oleh NUM (Nurse unit Manager) atau PJ, sedangkan pada
shift sore, malam dan hari libur dibuka oleh NIC. Sementara itu, untuk cara
penyampaian dan persiapan untuk timbang terima semua perawat paham dan
mengerti tentang tata caranya. Validasi pada tiap pasien dilakukan selama < 5
menit. Pelaksanaan dari timbang terima ini didokumentasikan dalam buku
timbang terima yang sudah tersedia diruangan. Tanda tangan yang dicantumkan
41

dalam buku ini adalah tanda tangan dari NIC dan PJ IRNA lantai 4. Dalam buku
timbang terima ini juga disertakan jumlah pasien yang dirawat di IRNA lantai 4.
Kendala dalam hal ini adalah berdasarkan hasil kuesioner dari 10 orang
perawat ruang IRNA Lt. 4, sebesar 20% perawat mengatakan kesulitan
mendokumentasikan laporan timbang terima, dikarenakan pendokumentasian
yang kurang sistematis dan efisien dan ketidaksiplinan masalah waktu.
Komunikasi antar profesi yang tidak tervalidasi dengan read back, juga menjadi
masalah yang dapat menyebabkan hambatan dalam melakukan praktik
keperawatan. Hal ini terlihat dari 20 rekam medik yang diambil secara acak
terdapat 13 rekam medik yang di dalamnya kolom read back tidak tervalidasi.

Shift 1 Shift 2

Kedua kelompok dinas


sudah siap

Dibuka oleh PJ Unit/ wakil PJ Unit Berdo’a


atau NIC (Nurse in charge)

Shift 1:
1. Mengisi lembar dokumentasi dan buku hand over
2. Menyampaikan M1-M5
3. Menyampaikan hasil pengkajian dan evaluasi (SOAP) dengan metode SBAR

Shift 2:
1. Mencatat hal-hal khusus yang disampaikan shift 1 (antara lain: identitas, terapi, dan
rekomendasi)
2. Melakukan konfirmasi terhadap hal-hal yang disampaikan shift 1 yang dirasa belum jelas.

Evaluasi oleh PJ Unit atau PJ Unit Terminasi

Validasi ke pasien

Gambar 2.5 Alur Timbang Terima di IRNA Lantai 4 RSUA


6) Supervisi
42

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada tanggal 05-06 Oktober


2015 dengan wakil PJ unit, kegiatan supervisi yang dilakukan oleh IRNA lantai 4
RSUA ini belum terjadwal atau masih supervisi. Belum ada format supervise dan
format penilaian yang jelas karena jarangnya supervise yang dilakukan di IRNA
lantai 4 ini. Supervisi yang sudah ada di IRNA lantai 4 ini terdiri dari supervisi
langsung dan tidak langsung. Supervisi tidak langsung biasanya meliputi
pengecekan rekam medis, namun belum terdokumentasi dan dilakukan oleh PJ
unit. Sedangkan supervise langsung yang berjalan diruangan pernah dilakukan
secara supervisi yang dilaksanakan untuk pegawai baru yang masuk
preceptorship, dimana pegawai baru ini diberi buku yang berisi tentang
kompetensi rawat jalan, rawat inap dan critical care. PJ ruangan melakukan
supervisi dan menandatangani buku preceptorship setiap kali preceptee
melakukan kompetensi tersebut.
Berdasarkan hasil wawancara dengan PJ Unit lantai 4, mengatakan
42upervise dilakukan secara tidak terjadwal, PJ unit biasanya melakukan
supervise kepada PP atau PA, belum ada format baku untuk supervisi setiap
tindakan, mengatakan tidak ada format untuk supervisi yang sudah sesuai dengan
standar keperawatan, mengatakan alat/instrument untuk supervise tersedia secara
lengkap, mengatakann selalu ada feedback dari supervisor untuk setiap tindakan.
Hasil kuesioner dari 10 orang perawat di IRNA Lt. 4 tentang supervisi yaitu
sebanyak 70% mengatakan tidak ada format baku supervisi, alat (instrumen)
belum tersedia, hasil dari supervisi tidak disampaikan kepada perawat.

Supervise langsung
PJ Unit/ Wakil - Tidak terencana/tidak terjadwal
PJ Unit - Insidental

Supervise tidak langsung

Feedback PP PA Preceptorship

Buku Preceptorship
Dilakukan secara lisan

Gambar 2.6 Alur supervisi di IRNA Lantai 4 RSUA


7) Discharge Planning
43

Berdasarkan pengkajian dengan menggunakan kuesioner, 100% perawat


mengerti tentang discharge planning, 100% bersedia melakukan, dan sudah ada
pembagian tentang pelaksanaan discharge planning. Berdasarkan teori, discharge
planning dilakukan mulai pasien masuk, selama perawatan, dan saat akan pulang.
Namun discharge planning yang dilakukan di ruangan IRNA Lantai 4 RSUA
hanya saat pasien akan pulang dari rumah sakit. Discharge planning dilakukan
secara lisan dan tertulis oleh perawat ruangan dengan memberikan checklist
pasien pulang atau kartu kontrol, belum ada brosur yang mendukung proses
discharge planning. Hasil observasi ditemukan proses discharge planning hanya
dilakukan oleh perawat yang bertanggung jawab pada pasien tersebut, untuk
petugas kesehatan yang lain seperti gizi diikutkan dalam proses tersebut secara on
demand apabila pasien memang membutuhkan pemantauan terutama terhadap gizi
ketika sudah meninggalkan rumah sakit.
Hasil observasi dan wawancara sementara menyatakan bahwa tidak
ditemukan adanya alur discharge planing secara tertulis tetapi sudah ada SPO
pengisian Discharge planning di dalam buku Kumpulan SPO RSUA 2015. Sudah
ada pembagian jobdesk perawat untuk pelaksanaan discharge planning yakni
perawat yang ditunjuk langsung ataupun perawat yang bertanggung jawab
terhadap pasien tersebut baik PP maupun PA.
Format instrument discharge planning telah ada dengan isi sesuai dengan
standar, yaitu: Identitas pasien, tanggal dan tempat kontrol, status keadaan pasien,
aturan diet, obat, perawatan luka di rumah, aktifitas dan istirahat, perawatan
umum, dan hasil pemeriksaan yang dibawa pulang. Ditemukan pula format
resume untuk discharge planning yang telah dilaksanakan kepada pasien. Hasil
kuesioner dari 10 orang perawat didapatkan data tentang discharge palnning 20%
perawat mengatakan belum pernah memberikan leaflet dan discharge planning
yang bisa dibawa pulang oleh pasien sehingga memungkinkan pasien untuk lupa
terhadap edukasi yang sudah diberikan perawat. 20% perawat mengatakan
kesulitan dalam pemilihan bahasa yang dapat dipahami klien dalam pemberian
discharge planning. Keseluruhan proses tersebut didokumentasikan dalam format
discharge planning yang ada dalam rekam medis pasien.
44

Pasien direncanakan
Dokter pulang Ahli Gizi dan
tenaga Kesehatan
Perawat yang ditunjuk yang lain
langsung oleh PJ Unit/ PP
maupun PA yang merawat

Penyelesaian Program HE: Lain-lain


Kontrol dan Obat perawatan
Administrasi Diet
Aktivitas dan Istirahat

Monitor (sebagai proses service safety) oleh : keluarga dan petugas

Gambar 2.4 Alur Discharge Planning IRNA RSUA Lantai 4


8) Dokumentasi Keperawatan
Alur pendokumentasian keperawatan dilaksanakan ketika pasien mulai masuk
di IRNA Lantai 4 RSUA dan berlaku untuk setiap jenis pembiayaan pasien.
Berdasarkan hasil wawancara dengan wakil PJ unit serta observasi langsung
terhadap instrumen dokumentasi keperawatan yakni didapatkan hasil bahwa
penggunaan instrumen pengkajian menggunakan format Review Of System (ROS).
Format diagnosis keperawatan, intervensi, dan implementasi terintegrasi dalam
Integrated Note (IN) serta menggunakan sistem komunikasi SBAR (Situation
Background Assessment Reccomendation) yaitu suatu sistem pendokumentasian
yang telah terstandar oleh JCI, sebagai sebuah alat komunikasi bersama antar
tenaga kesehatan yang bertugas sebagai penanggung jawab pasien, antara lain
dokter, perawat, ahli gizi, farmasi klinis dan lain-lain.
45

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara pada tanggal 06 Oktober 2015


tentang pendokumentasian asuhan keperawatan dengan menggunakan format
Standard Nursing Language atau disingkat SNL adalah standar “kosa kata /
bahasa” untuk mendiskripsikan apa yang telah dikerjakan oleh perawat, yaitu
standarisasi bahasa perawatan (mengembangkan taksonomi) dengan definisi yang
diterima secara umum oleh disiplin ilmu untuk menggunakan sistem dokumentasi
elektronik. Penggunaan bahasa keperawatan standar memiliki banyak keuntungan
bagi perawat, antara lain komunikasi yang lebih baik antara perawat dan penyedia
perawatan kesehatan lainnya, meningkatkan visibilitas intervensi keperawatan,
perawatan pasien membaik, pengumpulan data ditingkatkan untuk mengevaluasi
hasil asuhan keperawatan, kepatuhan yang lebih besar untuk standar perawatan,
dan penilaian difasilitasi kompetensi keperawatan. Kendalanya adalah beberapa
perawat mengatakan masih belum memahami dengan baik dan bingung untuk
pengisiannya dan karena pengisian dokumentasi evaluasi keperawatan juga tetap
di dalam catatan ingrated note maka perawat merasa beban kerja semakin banyak
karena mengerjakan keduanya.

PJ Unit atau wakil PJ Unit memberitahukan PP ada pasien baru

PP menyiapkan :
1. Lembar pasien MRS
2. Lembar perpindahan pasien
3. Lembar Penerimaan pasien baru
4. Buku status dan lembar format pengkajian pasien
5. Nursing kit
6. Informed concent sentralisasi obat
7. Lembar tata – tertib pasien dan pengunjung
8. Lembar tingkat kepuasan pasien
9. Tempat tidur pasien baru

Anamnesis pasien oleh PP dan PA

Mengisi lembar dokumentasi yang telah disiapkan dalam Rekam Medik

Pengisian catatan integrasi dengan evaluasi SOAP dan teknik


penyampaian SBAR

Jika ada komunikasi dengan profesi lain secara tidak langsung maka
menyertakan stempel read back yang ditandatangani oleh kedua profesi

Evaluasi
46

Gambar 2.7 Alur dokumentasi di IRNA Lantai 4 RSUA

Tabel 2.17 Uraian lembar dokumentasi dalam Rekam Medik IRNA Lantai 4
RSUA
No URAIAN BAGAN SUMBER
1 Lembar penerimaan pasien baru, lembar pernyataan Ners
persetujuan atau penolakan
2 Lembar permintaan rawat inap Dokter
3 Catatan perpindahan pasien Dokter dan ners
4 Identitas pasien Perawat
5 Lembar pengkajian UGD Dokter dan ners
6 Lembar pengkajian medikal bedah Ners
7 Lembar persetujuan tindakan medis Dokter dan ners
8 Lembar konsultasi Dokter
9 Lembar observasi Perawat
10 Lembar integration sheet Dokter dan ners
12 Lembar medication chart (oral dan parenteral) Ners
13 Lembar pemeriksaan laboratorium Analis medis
14 Lembar resume medis Ners
15 Lembar jresiko jatuh Ners
16 Lembar skala nyeri Ners
17 Plebitis Ners
18 Dekubitus Ners

Berdasarkan hasil wawancara, observasi dan dokumentasi yang dilakukan


pada tanggal 05-06 Oktober 2015 di ruang IRNA lantai 4, pendokumentasian yang
digunakan di ruangan ini menggunakan metode SBAR. Ada beberapa poin yang
terlewati dalam pengisian dokumentasi. Pengawasan terhadap dokumentasi
keperawatan merupakan tanggung jawab PJ unit IRNA lantai 4 RSUA.
Pengawasan telah dilakukan secara rutin, namun dalam praktiknya penanggung
jawab memiliki kesibukan lain yang menjadi kendala dalam pelaksanaan
pengawasan tersebut. Beberapa hal yang diamati dari pendokumentasian dengan
pengambilan acak 20 Rekam Medik pasien ditemukan 11 format transfer tidak
lengkap, 5 format PPB tidak lengkap, 10 format pengkajian tidak lengkap, 14
format pengisian diagnose dan rencana keperawatan tidak lengkap, 10 format
pengisian mutu tidak lengkap, 17 komunikasi antar profesi yang tida di read back,
dan 18 medication chart yang tidak tervalidasi dengan lengkap. Berdasarkan hasil
wawancara dengan perawat di IRNA lantai 4 hal tersebut dikarenakan beban kerja
47

yang banyak sehingga waktu untuk crosscheck dokumentasi kurang, terutama


perawat shift siang dimana perawat harus melayani pasien MRS dan KRS.

4. Pembiayaan (M4-Money)
Ruangan interna Irina H memiliki sistem keuangan yang diatur langsung
oleh pihak rumah sakit baik, untuk pelayanan maupun penggajian ruangan,
berdasarkan peraturan daerah (PERDA) Kabupaten Bone Bolango.
Untuk tenaga perawat yang PNS memperoleh gaji sesuai dengan golongan
masing-masing yang diberikan serta tunjangan – tunjangan beserta jasa,
sedangkan untuk pegawai honor / kontrak memperoleh gaji beserta jasa sesuai
dengan apa yang mereka lakukan.
Kemudian system pembayaran klien juga dikelolah langsung oleh bagian
keuangan Rumah sakit, dan jenis pembayaran juga tergantung jaminan apa yang
digunakan oleh klien
a. Untuk klien BPJS/JKN, biaya perawatan ditanggung oleh jaminan
tersebut dengan mengikuti prosedur yang berlaku dimana batas waktu
untuk pengurusan jaminan kesehatan diberi waktu 3 x 24 jam.
b. Untuk klien umum, seluruh biaya perawatan ditanggung sepenuhya
oleh Klien/ keluarga sesuai dengan lamanya perawatan tersebut.
c. Biaya perawatan disesuaikan dengan jaminan kelas yang ditentukan
oleh BPJS atau JKN.
Berdasarkan hasil pengumpulan data yang diperoleh baik melalui
wawancara maupun observasi kepada Kepala Ruangan dan bagian Administrasi
bahwa perencanaan anggaran untuk ruangan, seperti perencanaan fasilitas dan
saranan dalam menunjang kegiatan pelayanan keperawatan telah dibuat dan
diajukan kepada bidang keuangan, bidang pelayanan, sarana dan prasarana.
Namun, tidak ada alokasi dana bulanan maupun tahunan yang khusus diberikan
untuk ruangan interna.
48
49

5) Mutu (M5-Marketing)
1) Jumlah pasien MRS dalam 3 bulan terakhir di Instalasi Rawat Inap Lantai 4
RSUA Surabaya (Juli-September 2015)
Tabel 2.21 Jumlah pasien MRS 3 bulan terakhir di IRNA Lt. 4 RSUA Surabaya
pada Bulan Juli-September 2015
No Bulan Jumlah
1 Juli 2015 114 pasien
2 Agustus 2015 135 pasien
3 September2015 129 pasien
Total 378 pasien

Berdasarkan data di atas, dapat diketahui bahwa distribusi pasien


terbanyak selama 3 bulan terakhir didapatkan pada bulan Agustus 2015,
yaitu sebanyak 135 pasien
2) Jumlah kasus terbanyak dalam 3 bulan terakhir di IRNA Lt. 4 RSUA
Surabaya (Juli-September 2015)
Tabel 2.22 Jumlah 10 kasus terbanyak dalam 3 bulan terakhir di IRNA Lt.
4 RSUA Surabaya (Juli-September 2015)
No Kasus Angka Kejadian Persentase
1 Penyakit Cardiovasculare 40 pasien 10,5 %
2 Dengue Haemorrhagic 27 Pasien 7,14 %
Fever
3 Diabetes Melitus 26 pasien 6,87 %
4 Diare 19 Pasien 5,02 %
5 Fracture 17 Pasien 4,49%
6 Chronic Kidney Disease 16 Pasien 4,23 %
7 Cerebro Vasculare 14 pasien 3,7 %
Accident
8 Hernia 13 pasien 3,43 %
9 Appendisitis 11 pasien 2,91 %
10 Typhoid Fever 8 pasien 2,11 %
Total 191 Pasien

Berdasarkan data pasien di IRNA Lantai 4, dapat diketahui bahwa


selama bulan Juli-September 2015, 5 penyakit terbanyak selama 3 bulan
yaitu penyakit Cardiovasculare, Dengue Haemorrhagic Fever, Diabetes
Melitus, Diare, Fracture, Chronic Kidney Disease dan Cerebro Vasculare
Accident.
3) Mutu pelayanan keperawatan di Instalasi Rawat Inap Lantai 4 RSUA
Surabaya
50

Upaya peningkatan mutu dan keselamatan pasien di IRNA Lt. 4 Rumah


Sakit Universitas Airlangga berdasarkan buku saku sukses akreditasi Rumah
Sakit Universitas Airlangga antara lain:
(1) Peningkatan Mutu
Upaya peningkatan mutu yang dilakukan di Instalasi Rawat Inap Lantai 4
Rumah Sakit Universitas Airlangga melalui pengkajian pasien resiko jatuh,
kesalahan pemberian obat, kesalahan pengambilan darah, phlebitis,
dekubitus, dan kepuasan pasien. Berdasarkan data yang didapatkan dari
komite mutu RSUA, didapatkan penilaian keselamatan pasien di IRNA
lantai 4 yaitu:
Tabel 2.23 Penilaian keselamatan pasien di IRNA Lt. 4 Rumah Sakit
Universitas Airlangga Bulan Juli-September 2015

Keselamatan pasien IRNA Lt 4 RSUA


Indikator Standar
Juli Agustus September
Angka kejadian Plebitis 5% 11,54% 7,25% 7,39%
Angka decubitus ≤ 1,5% 0% 0% 0%
Angka kejadian jatuh 0% 0% 0,84% 1,2%
Angka kesalahan pemberian obat 0% 0% 0% 0%
Angka kesalahan pengambilan 25% 0% 0% 0%
darah
Kepuasan pasien 100% 100% 97,10% 97,35%
Berdasarkan hasil pengkajian yang telah dilakukan pada tanggal 05
Oktober s.d 07 Oktober 2015 terkait upaya peningkatan mutu, didapatkan
data sebagai berikut:
1. Pasien resiko Jatuh
Tabel 2.24 Penilaian Risiko Jatuh pada Pasien di IRNA Lantai 4 Rumah
Sakit UniversitasTanggal 05 Oktober s.d 07 Oktober 2015
N Resiko 05/10/2015 06/10/2015 07/10/2015 08/10/2015 09/10/2015
o. jatuh
1 Tidak 9 Pasien 9 Pasien 7 Pasien 6 pasien 7 pasien
. berisiko
2. Risiko 8 Pasien 9 Pasien 10 Pasien 8 pasien 7 pasien
. rendah
3. Risiko 3 Pasien 4 Pasien 4 Pasien 4 pasien 5 pasien
tinggi
Total 20 pasien 22 pasien 21 pasien 18 pasien 19 pasien

Pengkajian pasien resiko jatuh pada tanggal 05 Oktober s.d 09 Oktober


2015 dilakukan dengan menggunakan form pengkajian Morse Fall Scale
untuk pasien dewasa, dan Humpty Dumpty Scale untuk pasien anak-anak.
51

Pasien yang beresiko jatuh tinggi di IRNA Lantai 4 RSUA adalah pasien
usia anak-anak, lansia dan pasien dengan penurunan kesadaran.
2. Kepuasan pasien
Tabel 2.25 Tingkat Kepuasan Pasien di IRNA Lantai 4 tanggal 05-09
Oktober 2015 (Data Primer 2015)

No Tingkat Kepuasan Jumlah Persentase


Pasien
1. Sangat puas 20 51,3%
2. Puas 19 48,7%
3. Tidak puas - 0%
4. Sangat Tidak Puas - 0%
Total 39 100%

Penilaian kepuasan pasien terhadap kinerja perawat dilakukan


dengan cara memberikan kuisioner kepuasan kepada pasien yang sedang
menjalani perawatan di IRNA lantai 4.Berdasarkan rekapitulasi kuisioner
yang telah disebar pada tangal 05 Oktober s.d 09 Oktober 2015,
didapatkan 51,3% (20 pasien) sangat puas dengan pelayanan keperawatan
yang diberikan dan 48,7% (19 pasien) puas dengan pelayanan
keperawatan yang diberikan.

3. Kecemasan
Tabel 2.26 Penilaian Tingkat Kecemasan pada Pasien di IRNA Lantai 4
tanggal 06 Oktober 2015

No Kecemasan Jumlah pasien Prosentase


1. Cemas berat - -
2. Cemas sedang - -
3. Cemas ringan 6 15,4%
4. Tidak cemas 33 84,6%
Total 39 100%

Penilaian kecemasan pasien dilakukan dengan cara memberikan


kuisioner tingkat kecemasan Zung Self Rating Anxiety Scale
(SAS/SRAS).Berdasarkan rekapitulasi kuisioner yang telah disebar pada
52

tangal 05 Oktober 2015 sapai dengan 09 Oktober 2015, didapatkan 15,4%


(6 pasien) cemas ringan dan 84,6% (33 pasien) tidak mengalami cemas.
4. Perawatan diri
Tabel 2.27 Penilaian Tingkat Self Care atau Perawatan Diri pada
Pasien di Irna Lantai 3 Tanggal 05 Oktober 2015 - 09
Oktober 2015 (Data Primer 2015).

N Indeks 05/10/2015 06/10/2015 07/10/2015 08/10/2015 09/10/2015


o. KATZ
1. Indeks A 6 pasien 8 pasien 3 pasien 2 pasien 4 pasien
2. Indeks B 5 pasien 5 pasien 4 pasien 4 pasien 3 pasien
3. Indeks C 1 pasien 1 pasien 5 pasien 6 pasien 4 pasien
4. Indeks D - - - - -
5. Indeks E 6 pasien 6 pasien 6 pasien 4 pasien 6 pasien
6. Indeks F - - - - -
7. Indeks G 2 pasien 2 pasien 3 pasien 2 pasien 2 pasien
Total 20 pasien 22 pasien 21 pasien 18 pasien 19 pasien

Penilaian perawatan diri dilakukan dengan melakukan penilaian


indekz KATZ. Setelah dilakukan penilaian pada tanggal 05 Oktober 2015
didapatkan sebanyak 6 pasien dengan indeks KATZ A, 6 pasien dengan
indeks KATZ E. Pada tanggal 06 Oktober didapatkan 2 pasien dengan
indeks KATZ G yaitu 1 orang pasien mengalami penurunan kesadaran
dan 1 orang pasien yang masih bayi.

5. Nyeri
Tabel 2.28 Kejadian Nyeri pada Pasien di IRNA Lantai 4 Tanggal05
Oktober s.d 09 Oktober 2015 (Data Primer 2015).

No. Nyeri 05/10/2015 06/10/2015 07/10/2015 08/10/2015 09/10/2015


1. Tidak nyeri 11 pasien 8 pasien 9 pasien 10 pasien 11 pasien
2. Mild 5 pasien 9 pasien 8 pasien 6 pasien 6 pasien
3. Moderate 3 pasien 4 pasien 4 pasien 2 pasien 2 pasien
4. Severe 1 pasien 1 pasien - - -
Total 20 pasien 22 pasien 21 pasien 18 pasien 19 pasien

Penilaian nyeri dilakukan pada tanggal 05 Oktober s.d 09 Oktober


2015 dengan instrument VAS (Visual Aid Scale), instrument penilaian
nyeri pada pasien dewasa, dan FLACC scale untuk pasien anak-anak
didapatkan hasil sebagian besar pasien tidak mengeluh nyeri.
53

6. Phlebitis
Tabel 2.29 Kejadian Phlebitis pada Pasien di IRNA Lantai 4 Tanggal 05
Oktober s.d 09 Oktober 2015 (Data Primer 2015).

No. Phlebitis 05/10/2015 06/10/2015 07/10/2015 08/10/2015 09/10/2015

1. Ya 2 pasien 1 pasien 1 pasien - -


2. Tidak 18 pasien 21 pasien 20 pasien 18 pasien 19 pasien
Total 20 pasien 22 pasien 21 pasien 18 pasien 19 pasien

Penilaian Phlebitis dilakukan padatanggal 05 Oktober s.d 09


Oktober 2015 dengan instrument VIS (Visual Infussion Score).
Berdasarkan hasil penilaian tersebut, didapatkan sebanyak 2 pasien
mengalami phlebitis pada tanggal 05 Oktober 2015. Berdasarkan hasil
wawancara dengan ners ruangan, didapatkan data bahwa di instalasi rawat
inap lantai 4 belum dilakukan perawatan dressing, yang mana dapat
menjadi faktor terjadinya phlebitis bakteri.
7. Dekubitus
Penilaian dekubitus yangdilakukan pada tanggal 05 Oktober s.d 09
Oktober 2015 dengan instrument Norton scale. Pasien yang di rawat di
Instalasi rawat inap Lantai 4 Rumah Sakit Universitas Airlangga yang
mengalami resiko dekubitus yaitu satu pasien.

(2) Patient safety (Keselamatan Pasien)


Keselamatan pasien (patient safety) merupakan suatu variabel untuk
mengukur dan mengevaluasi kualitas pelayanan keperawatan yang
berdampak terhadap pelayanan kesehatan. Program keselamatan pasien
adalah suatu usaha untuk menurunkan angka kejadian tidak diharapkan
(KTD) yang sering terjadi pada pasien selama dirawat di rumah sakit.
Adapun pelaksanaan sasaran keselamatan pasien (SKP) di Instalasi rawat
inap Lantai 4 Rumah Sakit Universitas Airlangga sesuai dengan Standar
Akreditasi Rumah Sakit Edisi 1 (Kemenkes, 2011) dan JCI Acreditation
antara lain:
1. Ketepatan identifikasi pasien.
54

Identifikasi pasien dilakukan untuk menghindari kesalahan pasien. Rumah


Sakit Universitas Airlangga melakukan identifikasi menggunakan gelang
untuk identitas pasien di pasang saat pasien dilakukan penilaian resiko
mulai dari IGD atau di ruang perawatan. Gelang terdiri dari 4 warna dan
masing-masing warna memiliki definisi tersendiri yaitu:
(1) Gelang pink digunakan untuk pasien perempuan
(2) Gelang biru digunakan untuk pasien laki-laki
(3) Gelang kuning digunakan untuk pasien resiko jatuh
(4) Gelang merah digunakan untuk pasien alergi
(5) Gelang ungu digunakan untuk pasien tidak dilakukan resusitasi
Pada gelang identitas berwarna pink atau biru berisi identitas pasien
meliputi nama lengkap pasien, nomer rekam medik, jenis kelamin pasien,
tanggal lahir dan usia pasien. Identifikasi pasien dilakukan dengan
mencocokkan gelang identitas yang dipakai pasien. Beberapa hal yang perlu
dikonfirmasi antara lain nama pasien, nomer register, alamat, dan usia.
Identifikasi pasien dilakukan ketika penerimaan pasien baru, pemberian
obat, pemberian terapi, sebelum melakukan prosedur/tindakan, dan
discharge planning.
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 06 Oktober 2015
Instalasi Rawat Inap Lantai 4 terdapat 8 klien memakai gelang dan 13 klien
(61,9%) tidak memakai gelang identitas. Dari hasil wawancara perawat
IRNA lantai 4 bahwa pasien tidak memakai gelang identitas dikarenakan
tidak diberi dari IGD, kemungkinan petugas IGD lupa atau sedang
kehabisan gelang identitas. Dari hasil cross check ke perawat IGD,
didapatkan bahwa stok gelang identitas di IGD habis. Dari pengkajian
diketahui pula bahwa terdapat 1 orang yang tidak memakai gelang identitas
dikarenakan hilang dan dilepas sendiri oleh keluarga pasien. Hal ini dapat
disebabkan karena keluarga kurang mengerti tentang maksud dan tujuan
dari pemasangan gelang identitas tersebut.
Perawat menerapkan identifikasi pasien dengan mencocokkan gelang
identitas yang dipakai pasien dan mengonfirmasi nama pasien, nomer
register, alamat, dan usia sebelum melakukan tindakan keperawatan.
Identifikasi pasien selalu dilakukan sebelum memberikan transfusi darah,
namun jarang dilakukan ketika memberikan injeksi obat, biasanya perawat
55

hanya mengonfirmasi dengan memanggil nama pasien, kecuali pada pasien


baru.

2. Peningkatan komunikasi yang efektif


Komunikasi efektif yang digunakan yaitu menggunakan metode SBAR
(Situation, Background, Assesment, Recommendation).
S :Situation (kondisi terkini yang terjadi pada pasien)
B:Background (info penting yang berhubungan dengan kondisi pasien
terkini)
A :Assesment (hasil pengkajian dari kondisi pasien saat ini)
R :Recommendation
a. Komunikasi verbal dengan Read Back
b. Komunikasi tertulis
c. Komunikasi elektronik (telpon, sms, dan WA)
SBAR digunakan pada saat berkomunikasi dengan tim kesehatan yang
lain, timbang terima, berkomunikasi dengan teman sejawat, konsultasi
pasien dan melaksanakan informed concent. SBAR juga digunakan pada
saat komunikasi atau perintah secara verbal ataupun telepon, staf yang
menerima pesan harus menuliskan dan membacakan kembali kepada
pemberi pesan dan dalam pemberi pesan harus menandatangani dalam
waktu 1x24 jam. Kolom comunicator yang ditandatangani oleh perawat
yang menerima, dan kolom advisor yang di tandatangani oleh dokter yang
memberikan advice.
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada tanggal 05 oktober s.d 07
Oktober 2015, komunikasi efektif yang sudah diterapkan di irna lantai 4
yaitu menggunakan metode SBAR (Situation, Background, Assesment,
Recommendation). Pada stempel readback, sudah ditulis nama perawat dan
advisor, tetapi terkadang masih ada yang belum ditandatangani oleh perawat
yang menerima atau oleh dokter sesuai ketentuan yang berlaku.

3. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai


Obat high alert adalah obat yang memerlukan kewaspadaan tinggi, terdaftar
dalam kategori obat beresiko tinggi, dapat menyebabkan cedera serius pada
pasien jika terjadi kesalahan dalam penggunaannya. Kewaspadaan terhadap
obat high alert sudah dilakukan dengan memisahkan tempat obat high alert
56

(obat-obat Look A Like, Sound A Like, cairan pekat seperti KCl, MgSO4,
Nabic, dll) dengan obat lainnya. pemberian elektrolite pekat harus dengan
pengenceran dan penggunaan label khusus, setiap penerapan obat
menerapkan prinsip 7 benar, Untuk obat LASA, belum ada pemberian label
tambahan. Salah satu cara untuk mewaspadai pemberian obat perawat
menggunakan double crosscheck mulai dari proses persiapan sampai
pemberian ke pasien.
Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 05 oktober s.d 07 Oktober 2015,
dapat diketahui bahwa kewaspadaan tentang obat yang perlu diwaspadai
sudah dilakukan dengan memisahkan obat-obat high alert pada tempat yang
telah disediakan. Pemberian labeling dan double crooscheck juga sudah
diilakukan di IRNA lantai 4 dan terdapat kotak obat sejumlah satu kotak
untuk obat-obat hight alert.

4. Kepastian tepat lokasi, tepat pasien tepat prosedur


Ketepatan sebelum melakukan tindakan terdiri dari tiga hal yaitu tepat
lokasi, tepat pasien dan tepat prosedur. Proses untuk memastikan tepat
lokasi yang dilakukan yaitu menggunakan SPO pemberian marker atau
penanda lokasi operasi yang diberikan oleh dokter operator menggunakan
spidol permanen. Proses untuk memastikan tepat pasien yang dilakukan di
ruangan yaitu menggunakan crosscheck pada gelang identifikasi, sedangkan
tepat prosedur dilakukan di ruang OK menggunakan beberapa check list
untuk mencegah kesalahan prosedur.
Prosedur pembedahan dilakukan melalui tiga tahap yaitu
(1) Signin, dilakukan sebelum pasien di anestesi konfirmasi ke pasien,
keluarga pasien dan tim anestesi.
(2) Time out, dilakukan sebelum melakukan insisi, dikonfirmasikan kepada
tim bedah.
(3) Sign out, dilakukan sebelum ruang operasi
Berdasarkan hasil pengkajian pada 05 oktober s.d 07 Oktober 2015 di
IRNA lantai 4 sudah terdapat form check list pre operasi. Perawat juga
57

melakukan pengecekan tanda lokasi operasi dengan menggunakan spidol


permanen sebelum operasi.

5. Pengurangan resiko infeksi terkait dengan pelayanan kesehatan


Sebagai upaya pencegahan infeksi, di RSUA telah terbentuk tim
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI). Infeksi nosokomial meliputi
plebhitis, decubitus, ISK (Infeksi Saluran Kemih), ILO (Infeksi Luka
Operasi). Selain terdapat Tim PPI terdapat tim surveilans untuk mengetahui
kejadian infeksi di rumah sakit, tindakan yang dilakukan yaitu mendata
infeksi tiap hari. Pendataan infeksi setiap hari dilakukan di masing-masing
ruangan oleh IPCLN kemudian di jadikan satu setiap bulannya oleh IPCLN.
Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 05 Oktober s.d 07 Oktober 2015,
dapat diketahui bahwa tidak disediakan handscrub di ruangan kelas 2 dan 3.
Di setiap kamar terdapat 1 wastafel tetapi tidak tersedia sabun antiseptic,
sehingga ada beberapa keluarga pasien yang membawa sabun sendiri.
Perawat belum optimal dalam sosialisasi hand hygiene kepada pasien dan
keluarga. Hasil pengkajian pada tanggal 06 Oktober 2015 semua pasien dan
keluarga (21 orang) belum mengetahui cara mencuci tangan dengan baik
dan benar secara 6 langkah. Sebagian besar perawat belum menerapkan
budaya cuci tangan sebelum melakukan tindakan ke pasien.

6. Pengurangan resiko jatuh


Berdasarkan data yang diperoleh dari tim pengendalian mutu, di Instalasi
Rawat Inap lantai 4 pada bulan Juli-September 2015, tidak ditemukan
kejadian pasien jatuh. Pengkajian resiko jatuh pada pasien dilakukan pada
saat awal pasien masuk ke ruangan rawat inap menggunakan form sesuai
dengan usia (anak, dewasa dan geriatri). Pemberian intervensi pada pasien
disesuaikan dengan kriteria rendah, sedang atau tinggi berdasarkan SPO
yang telah ada.
Salah satu contoh intervensi penanggulangan pasien resiko jatuh yaitu harus
ada satu penunggu pasien, side rail harus selalu ditutup dan memastikan ke
keluarga untuk selalu menutupnya, menganjurkan keluarga pasien untuk
minta bantuan perawat dalam tindakan apapun. Pada kejadian nyaris cedera,
58

kejadian tidak diinginkan perawat langsung membuat Root Cause Analysis


(RCA).
Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 05 Oktober s.d 09 Oktober 2015,
dapat diketahui bahwa pengkajian resiko pasien jatuh sudah dilakukan pada
waktu pasien masuk dan didokumentasikan di rekam medis pasien. Usaha
penanggulangan yang dilakukan meliputi menutup side rail, masing-masing
pasien diberi penunggu sebanyak 1 orang dan diberikan gelang berwarna
kuning. Dari hasil pengkajian diketahui bahwa terdapat 5 orang pasien yang
beresiko tinggi jatuh, dari 5 orang pasien tersebut tidak diberikan gelang
kuning atau kancing kuning yang menandakan pasien beresiko jatuh dan
bed pasien juga tidak diberi sign risiko jatuh.

(3) ALOS (Average Length of Stay), BTO (Bed Turn Over)


Secara umum nilai ALOS yang ideal antara 6-9 hari (Depkes, 2005).
Adapun rumus ALOS yaitu:
(jumlah lama dirawat)
(jumlh pasien keluar (hidup + mati))
Berdasarkan rumus diatas, dapat diketahui lama rawat inap pasien di
Instalasi rawat inap Lantai 4 pada Bulan Juli 2015 adalah 3,9, Bulan
Agustus 2015 adalah 3,37 dan Bulan September 2015 adalah 3,37. Rata-
rata ALOS bulan Juli-September 2015 di lantai 4 adalah 3,54 hari
Menurut Depkes RI (2005) adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada
satu periode, berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu
tertentu. Idealnya dalam satu tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-
50 kali. Adapun rumus BTO yaitu:
Jumlah pasien dirawat (hidup + mati)
(jumlah tempat tidur)
59

Berdasarkan rumus diatas, dapat diketahui pemakaian tempat tidur di


Instalasi rawat inap Lantai 4 bulan Juli 2015 adalah 4,56 kali, Bulan
Agustus 2015 adalah 5,4 kali dan Bulan September 2015 adalah 5,16 kali.
Rata-rata BTO bulan Juli-September 2015 adalah 5,04 kali.

You might also like