You are on page 1of 17

Bab 1

http://www.gunadarma.ac.id/

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah

Informasi  biaya yang  tepat dan akurat dapat membantu perusahaan untuk menentukan harga jual 


yang sesuai dengan mutu produk tersebut. Dengan menghitung harga pokok produksi, semua biaya­biaya 
yang  dikeluarkan  dalam  mengolah  suatu  produk  akan  lebih  jelas  terlihat  sehingga  informasi  biaya  yang 
lengkap  dapat  disajikan.  Harga  pokok  produksi  memuat  informasi  biaya  yang  diperlukan  sebagai  dasr 
penentuan harga jual, yaitu dengan menghitung harga pokok produksi dan menambahkan keuntungan yang 
diinginkan.
Penentuan  harga  jual  dipengaruhi  ketelitian  dalam  menentukan  harga  pokok  produksi,  apabila 
terjadi  kesalahan  didalam  penentuan  harga  pokok  produksi  baik  dalam  pencatatan,  penyajian  dalam 
laporan  keuangan  akan  membawa  perusahaan  ke[ada  situasi  yang  akan  merugikan  perusahaan  karena 
perhitungan laba yang diperoleh. Selain harga pokok produksi mempunyai peranan yang penting di dalam 
penentuan  harga  jual  juga  untuk  menilai  apakah  biaya­biaya  yang  terjadi  di  dalam  suatu  produksi  telah 
dilaksanakan  secara  efisien  sesuai  dengan  output  yang  dihasilkan  dan  membantu  menejemen  di  dalam 
pengambilan keputusan yang berhubungan dengan produksi mebel dan penjualan mebel. Serta bagaimana 
peranannya dalam meningkatkan hasil penjualan tersebut.
1.2 Rumusan dan Batasan Masalah

Mengingat luasnya permasalahan, penulis membatasi ruang lingkupnya mengenai perhitungan 
harga pokok pesanan dalam menentukan harga jual. Pesanan selama bulan januari 2007 yaitu berupa 10 
unit lemari dan penulis mencoba untuk menghitung dengan menggunakan metode Full Costing.
1. Bagaimanakah penentuan harga jual yang dilakukan oleh Galeri Mulya dan adakah perbedaanya dengan 
menggunakan metode Full Costing?
2. Bagaimanakah pengaruhnya dari penentuan harga jual dengan menggunakan metode Full Costing 
1.3 Tujuan Penelitian

Penulisan  ilmiah  ini  bertujuan  untuk  menjawab  dari  pertanyaan­pertanyaan  yang  akan 
penulis kemukakan yaitu: 
1. Untuk  mengetahui  perbedaan  penentuan  harga  jual  yang  dilakukan  oleh  perusahaan  dengan 
metode Full Costing.
2. Untuk mengetahui pengaruh dari penetapan harga jual dengan menggunakan metode Full costing 
terhadap penjualan.
1.4 Manfaat Penelitian 

Dengan adanya penelitian ini kita bisa mengetahui bagaimana cara perhitungan harga pokok 
produksi pesanan yang dilakukan oleh Galeri Mulya., dan kita bisa mengetahui bagaimana 
pengaruhnya dalam meningkatkan hasil penjualan.
1.5 Metode Penelitian
1.5.1 Objek Penenitian 

GALERI MULYA merupakan sebuah perusahaan yang bergerak dibidang manufaktur. Jenis usaha 
yang dikelola oleh perusahaan mebel.

1.5.2 Data Variabel
Data atau variabel yang akan digunakan dalam penelitian 
1.5.3 Metode pengumpulan data primer
Peneliti akan mencoba untuk menggunakan data primer
1.5.4 Alat analisis yang digunakan
Analisis kuantitatif dapat dilakukan dengan tekhnik­tekhnik kuantitatif yang terdapat pada akuntansi 
biaya.
BAB IV
PEMBAHASAN

• 4.1 Data dan Profile Objek Penelitian


• Galeri Mulya berdiri pada tahun 2001. Awalnya Galeri Mulya merupakan anak
perusahaan dari PT. Mulya Pratama, Galeri ini bertujuan untuk mengembangkan
usaha mebel atau furniture. Galeri Mulya sendiri mengkhususkan pada produk
pembuatan kitchen se. produk-produk lain yang dihasilkan berupa lemari, tempat
tidur, kursi tamu, dan dekorasi tempat tidur
• Selain memproduksi sendiri dan menjualnya secara langsung, perusahaan juga
menerima pesanan dari konsumen. Selama menjalankan usahanya perusahaan
tetap berusaha untuk memenuhi kebutuhan konsumen dan menghasilakan produk
yang berkualitas.

4.2 Informasi Biaya Langsung


Pada Galeri Mulya pembuatan produk lemari atas pesanan yang terjadi selama
bulan januari 2007 terdiri dari dua kelompok biaya yaitu biaya produksi dan Non
Produksi (biaya Overhead Pabrik).
4.2.1 Biaya Produksi Langsung
4.2.1.1 Biaya Bahan Baku
Berikut ini adalah data biaya bahan baku yang didapat dari hasil analisis di Galeri
Mulya, karena sebelumnya Galeri Mulya menentukan harga jual berdasarkan
pasar, sehingga tidak mengetahui harga jual sebenarnya. Berikut data yang
diperoleh langsung dari Galeri Mulya dan akan dibahas dalam penulisan ini:
Tabel 4.1
Biaya Bahan Baku Untuk Lemari Model Klasik

Jenis Bahan Baku Unit Kuantitas Harga/Unit Jumlah

Kayu jati M3 6 2.500.000 15.000.000

Total Biaya bahan Baku untuk lemari 15.000.000
Untuk pemakaian kayu jati hanya digunakan sebesar 65% dari 1 m3 sehingga perhitungannya adalah :
10 unit x 65% x 2.500.000 =Rp 162.500.000

4.2.1.2 Biaya Tenaga Kerja
Pada Galeri Mulya, tenaga kerja langsung yang bekerja pada bagian produksi atas permintaan pesanan 
lemari sebanyak 10 unit terbagi menjadi dua yaitu bagian perakitan sebanyak 3 orang dan bagian finishing sebanyak 4 
orang, sedangkan untuk tenaga kerja tidak langsung sebanyak 1 orang yaitu sebagai pengelola. Sistem pengupahan 
bagian produksi didasarkan pada upah harian, dimana untuk bagian perakitan sebesar Rp.35.000,­ dan bagian 
finishing sebesar Rp.40.000,­. Dalam 1 bln para pekerja bekerja selam 26 hari dengan jam kerja selama 8 jam/ hari. 
Adapun perhitungan biaya tenaga kerja langsung pada Galeri Mulya sebagai berikut:

Tabel 4.2

Data perincian Biaya Tenaga Kerja

No Keterangan Lemari

Jumlah jam Kerja Upah@(Rp) Total

1 Bagian perakitan 3 orang 35.000 105.000

2 Bagian Finishing 4 orang 40.000 160.000

Total BTKL 75.000 265.000


4.2.2 Biaya Produksi Tidak langsung
4.2.2.1 Biaya Bahan Penolong
      Berikut ini adalah data dan biaya bahan penolong yang didapat dari Galeri Mulya 
yang akan dibahas yaitu:

Tabel 4.3
Daftar Biaya Bahan Penolong

No Keterangan Satuan Kuantitas Harga Jumlah


1 Paku 3 cm Kg 3 8.500,- 25.500,-
2 Paku 4 cm Kg 3 8.500,- 25.500,-
3 Amplas Kasar Lembar 10 4.000,- 40.000,-
4 Engsel Pintu Pasang 80 9.000,- 720.000,-
5 Handle Pintu Buah 40 20.000,- 800.000,-
6 Kunci Pintu Buah 80 6.500,- 260.000,-
7 Impra Kg 4 24.000,- 96.000,-
8 Tiner Liter 7 15.000,- 105.000,-
9 Pelitur Liter 10 32.000,- 320.000,-
10 Lem Kayu Kg 6 30.000,- 180.000,-
11 Woodfiller Kg 15 40.000,- 600.000,-
12 Pewarna Kaleng 5 30.000,- 150.000,-
Total Biaya Bahan 3.322.000,-
Penolong
4.2.2.2 Biaya Ovrhead Pabrik
         Biaya Overhead Pabrik dialokasikan kepada produk dengan menggunakan tarif kerja yang sudah ditentukan yaitu 
volume produksi.
         Berikut adalah rincian Biaya Overhead Pabrik, dimana untuk biaya depresiasi menggunakan metode garis lurus 
yang dibebankan untuk bulan januari 2007:
Tabel 4.4

Data Biaya Perincian Biaya Overhead Pabrik

No Keterangan Jumlah (RP)

1 Biaya Bahan Penolong 3.322.000,-

2 Biaya Listrik 300.000,-

3 Biaya telepon 190.000,-

4 Biaya alat-alat / mesin 240.000,-

5 Biaya depresiasi mesin potong 31.250,-

6 Biaya depresiasi compresor cat 35.417,-

7 Biaya depresiasi mesin serut 51.500,-

8 Biaya depresiasi bangunan 416.600,-

Total Tarif Biaya Overhead 4.586.834,-


Tariff BOP=Rp.4.586.834,­ = Rp 458.683,4,­
10unit
• Keterangan :
• Biaya Bahan Penolong Rp.3.322.000,­
• Biaya Listrik Rp. 300.000,­
• Biaya telepon Rp. 190.000,­
• Biaya perawatan alat­alat/ mesin Rp. 240.000,­
• Biaya deprisiasi mesin potong
• Harga perolehan  : Rp.1.250.000
• Umur Ekonomis : 3thn
• Nilai residu : Rp125.000,­
• Deprisiasi per Tahun :
• Harga perolehan­Nilai Residu  
• Umur ekonomi
• Rp.1.250.000, ­ Rp.125.000,­  = Rp.375.000,­
• 3
• Deprisiasi per Bulan:
•           Deprisiasi per tahun = Rp.375.000,­ =  Rp.31.250,­/bln
• 12
− Biaya Deprisiasi Compressor Cat
• Harga perolehan  : Rp.1.850.000,­
• Umur Ekonomis : 4thn
• Nilai residu : Rp150.000,­
• Deprisiasi per Tahun :
• Harga perolehan­Nilai Residu  
• Umur ekonomi
• Rp.1.850.000, ­ Rp.150.000,­  = Rp.425..000,­
• 4
• Deprisiasi per Bulan:
•           Deprisiasi per tahun = Rp.425.000,­ =  Rp35.417,­/bln
• 12
• Deprisiasi Mesin Serut Kayu:
• Harga perolehan  : Rp.400.000,­
• Umur Ekonomis : 7bln
• Nilai residu : Rp40.000,­
• Deprisiasi per Bulan:
• Harga perolehan­Nilai Residu  
• Umur ekonomi
• Rp.400.000, ­ Rp.40.000,­  = Rp.51.428,57,­ pembulatan 51.500/bln
• 7bln
• Biaya Deprisiasi Bangunan 
• Harga perolehan  : Rp.100.000.000,­
• Umur Ekonomis : 15thn
• Nilai residu : 50.000.000,­
• Deprisiasi per Tahun :
• Harga perolehan­Nilai Residu  
• Umur ekonomi
• Rp.150.000.000, ­ Rp.50.000.000,­  = Rp.5.000.000,­
• 20
• Deprisiasi per Bulan:
• Deprisiasi per tahun  = Rp.5.000.000,­ = 416.666/bln
• 12
4.3 Informasi Biaya Non Produksi
=> Biaya Pengiriman
=> Biaya Gaji Staff Administrasi
Tabel 4.3

Data Biaya Non Produksi

Keterangan Jumlah (RP)

Biaya Pengiriman 30.000,­

Biaya Administrasi 1.500.000,­

Jumlah 1.530.000,­
4.4 Perhitungan dengan menggunakan Metode Full Costing

4.4.1 Perhitungan Harga Pokok Produksi

• Biaya Produksi :
• Biaya Bahan Baku Rp. 15.000.000,­
• Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp. 265.000,­
• Biaya Overhead Pabrik
• (Rp.458.683,4 x 10 unit) Rp. 4.586.834,­+
• Total biaya Produksi Rp. 19.851.834,­
• Biaya Non Produksi Rp. 1.530.000,­+
• Total Harga Pokok Produk Rp. 21.381.834,­
• Dengan demikian harga pokok produk lemari model polos adalah :
• Harga Pokok Produk Per Unit = Rp. 21.381.834,­ = Rp 2.138.183,4/ unit
• 10 unit
• = Rp. 2.138.200/unit
4.4.2 Perhitungan Harga Jual Yang Akan Dibebankan Pada Pemesan
• Dalam menentukan harga jual perusahaan menginginkan keuntungan sebesar 25% dari biaya 
Produksi yang dikeluarkan:
• Perhitungan Harga Jual  adalah sebagai berikut:
• Harga Pokok Produk Rp. 21.381.834,­
• Laba Yang diharapkan25% Rp.5.345.459,­
• Harga Jual Yang dibebankan  kepada pemesan Rp.26.727.293,­
• Harga Jual Per Unit  = Rp.26.727.293,­ = Rp.2.672.729,­ / unit 
•     10unit
4.4.3 Analisis Perhitungan Harga Pokok Produksi
• Setelah melakukan perhitungan harga terhadap harga pokok produksi dengan 
menggunakan metode full costing, maka kita dapat melihat perbedaan dari penentuan 
harga jual yang dihitung oleh penulis. Harga jual yang ditetapkan oleh perusahaan hanya 
dengan menggunakan standar pasar. Dalam artian apabila harga pasar meningkat maka 
perusahaan akan ikut menaikkan harga, namun apabila harga pasar turun maka 
perusahaan juga ikut menurunkan harga. Akibat dari penentuan harga tersebut 
perusahaan tidak mengetahui keadaan perusahaan sebenarnya apakah perusahaan dalam 
keadaan untung atau malah sebaliknya dalam keadaan merugi.
• Menurut penulis cara penetapan harga jual seperti ini kurang tepat karena dianggap 
kurang baik untuk kelangsungan perusahaan. Sedangkan dengan metode Full Costing 
biaya overhead pabrik dibebankan yang disertai dengan biaya – biaya penyusutan dan 
berdasarkan tariff BOP yang ditetapkan berdasarkan unit yang diproduksi dalam 
hubungannya dengan produk lemari. Maka harga pokok produksinya pun lebih tepat/ 
riil, sehingga harga jual yang di bebankan kepada pemesan lebih tepat.
• Selisih harga jual antara perhitungan menurut perusahaan dengan menurut metode Full 
Costing adalah:
• Rp.2.090.500 – Rp.2.672.729,­ = Rp582.229,­
• Adanya selisih yang terjadi dapat mempengaruhi keuntungan yang diperoleh 
perusahaan, jika kuantitas produk yang diproduksi semakin besar bukan tidak mungkin 
perusahaan akan mengalami kerugian.

You might also like