You are on page 1of 4

1.

Latar Belakang Kelahiran ADR dan CDR

Penyelesaian sengketa di luar mekanisme pengadilan merupakan hal yang baru di Indonesia.
Lembaga ini dipernalkan di Indonesia pada tahun 1997-an. Sewaktu terjadi krisis ekonomi yang
kemudian menjurus kepada krisis politik yang berimbas kepada kehancuran Rezim Soeharto.
Krisis ekonomi dan krisis politik membawa dampak terhadap banyaknya kerusuhan-kerusuhan
yang menjurus pada pertikaian baik antaretnis maupun keinginan daerah untuk melepaskan diri
dari pemerintah pusat. konflik yang terjadi di Indonesia pada waktu itu dapat diklasifikasikan ke
dalam dua kategori yaitu konflik horizontal yaitu konflik yang terjadi antara anggota masyarakat
dengan perusahaan perkebunan, industri, atau konflik yang terjadi antarsesama kelompok
masyarakat.

Kategori kedua adalah konflik yang bersifat vertikal yaitu konflik yang terjadi antara anggota atau
kelompok masyarakat atau etnis dengan penguasa atau pemerintah. Biasanya, muatan politik pada
jenis konflik yang terakhir ini lebih kental, seperti kasus Gerakan Aceh Merdeka (GAM), kasus
Papua, kasus Ambon, dan sebagainya. Sedangkan konflik jenis pertama umumnya bermotifkan
ekonomi seperti masalah ganti rugi lahan.

Banyaknya kejadian yang melanda Indonesia pascajatuhnya Rezim Soeharto menyadarkan bahwa
ternyata konflik dapat dikelola dengan baik. Dari sinilah berbagai pendidikan dan latihan
diselenggarakan baik yang disponsori oleh badan-badan swasta nasional ataupun luar negeri yang
diberikan kepada segenap lapisan masyarakat, kalangan perguruan tinggi, lembaga swadaya
masyarakat, bahkan pejabat pemerintah. Sehingga melahirkan apa yang sekarang disebut

dengan manajemen konflik (conflict management). Yang lebih lanjut


melahirkan banyak pusat studi tentang ADR baik di fakultas hukum,
fakultas psikologi dan lembaga penelitian ADR. Tentu saja dengan stressing yang berbeda.

2_ Pengertian Negosiasi

Untuk mengetahui bagaimana melaksanakan sebuah negosiasi yang baik dan benar, terlebih
dahulu diketahui darimana asal dan pengertian istilah tersebut. Sebetulnya negosiasi berasal dari
kata “Negotiation" yang di Indonesiakan menjadi "negosiasi". Dalam Bahasa Indonesia sendiri
dikenal dengan berbagai istilah seperti “berembuk", ”mufakat”, "tawar menawar", "berunding"
dan juga dikenal dalam berbagai bahasa daerah di Indonesia, seperti di Sumatra Selatan dikenal
dengan istilah ”berasan” yang kesemuanya itu menunjuk kepada pengertian ”negosiasi". Dalam
Kamus Besar Bahasa
Indonesia negosiasi diartikan sebagai:
'Proses tawar menawar dengan jalan berunding untuk memberi atau menerima guna mencapai
kesepakatan bersama antara satu pihak (kelompok atau organisasi) yang lain; Penyelesaian

sengketa secara damai melalui perundingan antara pihakpihak yang bersengketa” 4

Pengertian yang sama apabila dilihat dalam kamus Bahasa


Inggris seperti Merriam-Webs ter 's Collegiate Dictionary bahwa negosiasi adalah:

(a) 'To deal with (some matter or affair that requires ability for its successful handling): Manage

(b) To arrange for or bring about through conference, discussion, and compromise 'negotiate a
treaty’ .5

Sedangkan menurut Gary Goodpaster dalam bukunya A Guide to Negotiation and Mediation,
negosiasi diartikan:

'negotiation is the process of working to come to an agreement with other parties, an interaction
and communication process

as dynamic and varied, and as subtle and nuanced, as humans themselves are or can be'.“

Dengan demikian dapat diartikan bahwa negosiasi adalah proses tawar menawar antara dua orang
atau dua pihak atau lebih terhadap sesuatu hal sehingga mereka mencapai kata sepakat. Dalam

pengertian di atas, proses tawar menawar dilakukan atas suka sama suka dan tidak ada unsur
paksaan dari pihak lain.

6. Syarat-syarat negosiasi.

Demi terlaksananya sebuah negosiasi, syarat yang harus dipenuhi adalah adanya pihak-pihak yang
akan melakukan negosiasi, adanya isu atau topik yang akan dinegosiasikan, adanya keinginan dan
kesiapan dari pihak-pihak untuk melakukan negosiasi. Di sam-ping itu, yang sangat menentukan
adalah masing-masing negosiator memiliki kewenangan untuk mengambil keputusan dan mereka
memiliki ketergantungan satu dengan yang lainnya. Dengan kata lain:

"be aware of the three primary negotiations: substance, process,

and relationship"; ”be aware of the two tensions in negotiation: creating value and claiming or
distributing value”.“

Namun apabila negosiator mewakili kepentingan pihak lain, sebaiknya mereka terlebih dahulu
duduk bersama-sama menentukan pilihan-pilihan yang akan menjadi strategi-strategi atau
langkahlangkah dalam melakukan negosiasi nanti. Langkah-langkah ini

yang disebut dengan istilah ”BAT-NA” yaitu Best Alternative to Negotiated Agreement yang kalau
diterjemahkan kedalam Bahasa Indonesia adalah" pilihan terbaik untuk mencapai kesepakatan
yang

dinegokan” .
2. Pengertian Mediasi

Seperti disebutkan di atas bahwa dalam hal para pihak tidak dapat mengemukakan keinginan
mereka secara efektif dalam sebuah proses negosiasi, peranan pihak ketiga yang disebut mediator,
akan sangat membantu untuk memperbaiki komunikasi antara kedua pihak itu dan membawa
mereka menuju ke suatu penyelesaian yang mereka sendiri memutuskannya. Apabila mediator itu
dianggap tidak cakap, para pihak yang bersengketa dapat saja menolak kehadirannya.3

Tulisan-tulisan yang berkaitan dengan mediasi sudah banyak ditulis oleh para ahli, terutama dalam
bahasa asing, antara lain ChristOpher W. Moore} Nancy H. Rogers dan Richard A. Salem,5 Diane
Bretherton, et al.,6 Kumar Rupesinghe.7 Kesemua infomasi
ini menjadi acuan dalam pengajaran mediasi.

Dalam buku Nancy H. Rogers dan Richard A. Salem yang ber judul A Student Guide to Mediation
and the Law menyebutkan bahwa mediasi adalah:

’a process through which two or more disputing parties negotiate a voluntary settlement of their
differences with the help of a ”third party” (the mediator) who typically has no state in the out-
come'8

SEdangkan Gaty Goodfaster mengartikan mediasi adalah:

'a problemsolving negotiation process in which an outside, impartial, neutral party works with
disputants to asist them to reach a satisfactory negotiated agreement’. 9

Menurut Diana Pittock:10

’Mediation is the intervention into a dispute or negotiation by an acceptable, impartial and neutral
third party who has no authoritative decision-making power to assist dsiputing parties in
voluntarily reaching their own mutually accept-able settlement of issues in dispute'.

Christopher W. Moore mengartikan mediasi sebagai:11

'the intervention in a negotiation or a conflict of an acceptable third party who has limited or no
authoritative decision-making power, who assists the involved parties to voluntarily reach a
mutual acceptable settlement of the issues in dispute’.

Wendy F aulkes mendefinisikan mediasi sebagai berikut:12

'Mediation involves third party who intervenes in a dispute to aid the parties in reaching an
agreement. Both parties must agree to the intervention of a mediator, who can be appointed by an
authority, or approached by the parties’.

You might also like