You are on page 1of 22

TUGAS PORTOFOLIO MATA KULIAH DISASTER

Oleh :Cahyani Tri Fajarwati (1510007)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH

SURABAYA

20

1
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :

NIM :

Program Studi :

Judul :PortofolionTugas Mandiri Manajemen Bencana Dan


Keperawatan Disaster

Menyatakan bahwa portofolio ini yang berjudul Tugas Mandiri Manajemen Bencana
Dan Keperawatan Disaster saya susun sesuai dengan rancangan tugas mahasiswa
dalam silabus manajemen bencana dan keperawatan disaster yang berlaku di STIKES
Hang Tuah Surabaya.

Mengetahui Penanggung Jawab Mata Surabaya,.........................................


Kuliah Disaster Nursing Mahasiswa

Merina Widyastuti, S.Kep.,Ns.,M.Kep Nama Mahasiswa


NIP .03.0033 NIM. 1510007

2
DAFTAR ISI
Lembar pengesahan ................................................................................. 1

Daftar isi .................................................................................................... 2

Materi 1 Konsep keperawatan bencana .................................................. 3

Materi 2 Prinsip dasar manajemen darurat ............................................. 6

Materi 3 Penilaian sistemik sebelum,selama,dan setelah bencana ...... 8

Materi 4 Aspek legal keperawatan bencana .......................................... 11

Materi 5 Perawatan darurat selama bencana ........................................ 12

Materi 6 Asuhan psikososial bagi para korban dan keluarga .............. 15

Materi 7 Perawatan kelompok rentan .................................................... 17

Materi 8 Manajemen korban massal di rumah sakit ............................. 18

Materi 9 Pemulihan pasca bencana ....................................................... 20

3
MATERI 1

KONSEP KEPERAWATAN BENCANA


1. Definisi bencana
Menurut Departemen kesehatan Republik Indonessia (2001), definisi bencana adalah
peristiwa atau kejadian pada suatu daerah yang mengakibatkan kerusakan ekologi,
kerugian kehidupan manusia, serta memburuknya kesehatan dan pelayanan
kesehatan yang bermakna sehingga memerlukan bantuan luar dari pihak luar.
Sedangkan, definisi bencana (disaster) menurut WHO (2002) adalah setiap kejadian
yang menyebabkan kerusakan, gangguan ekologis, hilangnya nyawa manusia, atau
memburuknya derajat kesehatan atau pelayanan kesehatanan pada skla tertentu yang
memerlukan respons dari luar masyarakat atau wilayah yang terkena.
2. Definisi keperawatan bencana
Perawat adalah bagian dari kelompok petugas kesehatan yang merupakan orang
terdepan dalam penanganan bencana. Tujuan dari keperawatan bencana adalah
memperoleh pencapaian perawatan optimal saat bencana yang meliputi identifikasi,
advokasi, dan caring untuk semua korban bencana, termasuk aktif terlibat di dalam
perencanaan dan kesiapsiagaan bencana keperawatan bencana menyediakan
perawatan, advokasi, dan promosi kesehatan dalam kontek bencana. Keperawatan
bencana sangat esensial dalam mengelola korban bencana yang memerlukan kritikal
thinking, kemampuan adaptasi, teamwork, dan kepemimpinan (Powers, 2006).
3. Karakteristik bencana ( Clark, 2008).
Bencana dapat dilihat dari beberapa karakteristik, seperti:
a. Frekuensi waktu terjadinya bencana
b. Bencana bisa diramalkan akan kejadiaannya;
c. Bencana bisa dicegah; banjir reboisasi
d. Membutuhkan kesegeraan dalam penanganannya, tanda-tanda yang bisa dilihat
dari tsunami yaitu :air surut, gerak-gerik binatang
e. Durasi terjadinya: perang, lumpur lapindo
4. Emergency nursing
Suatu situasi yang beresiko terhadap kesehatan, kehidupan, property atau lingkungan.
Emergency membutuhkan tindakan segera untuk mencegah memburuknya situasi.
Mass casualty incident adalah suatu situasi secara signifikan membutuhkan
ketersediaan pelayanan emergensi medis (emergency medical services), fasilitas dan
sumber-sumber lainnya. MCI adalah suatu situasi secara signifikan membutuhkan
ketersedian pelayanan emergensi medis (emergency medical services), fasilitas dan
sumber-sumber MCI terbagi atas:
a. Multiple casualties yaitu bila jumlah korban dan penderitaa dari orang-orang
yang terluka tidak melebihi kemampuan dan fasilitas yang tersedia
b. Mass casualty incident yaitu jumlah korban dan orang-orang terluka melebihi
kemampuan staf dan fasilitas yang tersedia
5. Hazard dan Catastrophe
a. Hazard
Hazard adalah sesuatu yang mengancam nyawa manusia dan harta benda serta
lingkungan hidup karena peristiwa akibat ulah manusia ataupun fenomena alam.
Hazard menjadi penyebab terjadinya bencana. Namun bukan berarti jika ada hazard

4
maka akan terjadi bencana. Contohnya, jika ada angin badai ataupun topan dengan
kekuatan yang sama melanda wilayah yang tidak ada penghuninya, hal itu tidak dapat
dianggap sebagai bencana karena tidak berdampak pada nyawa atau kehidupan
penduduk. Catastrophe adalah kejadian bencana dalam skala yang besar dan sangat
ekstrim serta menakutkan.
b. Kerentanan (Vulnerability)
Vulnerability adalah tingkat kerugian yang berdampak pada nyawa ataupun kehidupan
jika terjadi Hazard. Kerentanan masyarakat terbagi 2, yaitu:
1) Faktor alami
Faktor alami merupakan keadaan mudah terjadinya bencana atau kerentanan
tergantung kondisi alam seperti bentuk geografis, geologi, cuaca, iklim, dsb.
2) Faktor sosial
Faktor sosial adalah kerentanan akibat ulah/perbuatan manusia. Perbuatan masnusia
dalam bentuk apa saja yang mempengaruhi terjadinya bencana.
6. Bencana Buatan Manusia / Akibat Ulah Manusia
Akhir-akhir ini, kebanyakan bencana disebabkan oleh akibat perbuatan manusia, yaitu
berawal dari ilmu teknologi yang disebut bencana teknologis (technological disaster).
Yang menjadi penyebab bencana teknologis, yaitu CBRNE:
a. kimia (chemical)
b. biologi (biological)
c. radioaktif (radiological)
d. nuklir (nuclear)
e. ledakan (explosion).
Yang menjadi permasalahan adalah bencana yang timbul karena aksi teroris yang
menggunakannya dengan sengaja.

7. Jenis-Jenis Bencana
1) Bencana Alam
a) Gempa bumi
b) Letusan gunung api
c) Tsunami
d) Tanah longsor
e) Banjir
f) Banjir bandang
g) Kekeringan
h) Kebakaran
i) Kebakaran hutan dan lahan
j) Angin puting beliung
k) Gelombang pasang atau badai
l) Abrasi

2) Kategori bencana non alam


a) Kecelakaan industri
b) Kecelakaan transportasi
c) Kejadian Luar Biasa (KLB) Status Kejadian Luar Biasa diatur oleh
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 949/MENKES/SK/VII/2004.

5
3) Bencana Sosial
Berikut adalah bencana sosial:
a) Konflik Sosial atau kerusuhan sosial/huru hara
b) Aksi Teror
c) Sabotase
4) Bencana berdasarkan luas wilayah:
a) Bencana Lokal
Bencana ini biasanya memberikan dampak pada wilayah sekitarnya yang
berdekatan. Bencana terjadi pada sebuah gedung atau bangunan-bangunan di
sekitarnya. Biasanya karena akibat faktor manusia seperti kebakaran, ledakan,
terorisme, kebocoran bahan kimia dan lainnya (Efendi & Makhfudli, 2009, p. 162)
b) Bencana Regional
Jenis bencana ini memberikan dampak atau pengaruh pada area geografis yang
cukup luas, dan biasanya disebabkan oleh faktor alam seperti badai, banjir,
letusan gunung, tornado dan lainnya (Efendi & Makhfudli, 2009, p. 162).

10. Reaksi normal pada bencana

Hal yang diharapkan untuk muncul adalah recovery bukan gangguan kejiwaan.
Berikut beberapa reaksi yang sering muncul ketika terjadinya bencana:
a. Reaksi emosional: shock, ketakutan, kesedihan, kemarahan, menyalahkan diri
sendiri, malu, merasa tidak ada harapan, kaku, sedih
b. Reaksi kognitif: kebingungan, takut, mudah teralihkan, masalah konsentrasi
c. Reaksi fisik: TD meningkat, lelah, gelisah, insomnia, merasa nyeri, mudah
terkejut, nadi meningkat, nausea, perubahan nafsu maka.
d. Reaksi Interpersonal: curiga, conflict, menarik diri, mudah tersinggung, merasa
diabaikan
Daftar Pustaka

BNPB. 2012. Peraturan Kepala BNPB No. 2 Tahun 2012 Tentang Pedoman Umum
Pengkajian Risiko Bencana, diunduh dari www.bnpb.go.id/upload/pubs/1.pdf
Seni, W. (2011). Siklus manajemen bencana. Diakses pada tanggal 18 November
2013 pukul 22.35 WIB dari
Sukandarrumidi. (2010). Bencana Alam dan Bencana Anthropogene. Yogyakarta:
Kanisius
Effendi & Makhfudli. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori Dan Praktik
Dalam Keperawatan. Jakarta: Selemba Medika.

6
MATERI 2

PRINSIP DASAR MANAJEMEN DARURAT


Prinsip Dasar Manajemen Bencana
Bencan akan ada di mana saja dan kapan saja, namun sebenarnya bencana dapat
diantisipasi sehingga memperkecil banyak korban, mengingat pada saat ini terjadi
bencana dimana-mana. Banyak bencana terjadi bias diakibatkan oleh manusia atau
memang kejadian itu memang kekuatan alam.

Tipe – Tipe Bencana

Gerard Goetmer dalam Emergency Management; Principles and Practice for Local
Government mengidentifikasi ada 3 tipe bencana, yaitu bencana alam, bencana
teknologi, dan sipil. Bencana alam meliputi gempa bumi, angin topan, angin ribut, dan
banjir. Sementara bencana teknologi merupakan kejadian yang disebabkan oleh
kesalahan manusia, seperti kecelakaan pesawat udara ataupun kesalahan konstruksi
yang mengakibatkan sautu gedung tidak berfungsi. Bencana yang disebabkan
masyarakat/sipil adalah kegiatan masyarakat yang sifatnya destruktif atau merusak
yang dapat mengakibatkan kerugian, kecelakaan, bahkan kematian. Bencana akibat
ulah manusia ini

Tahapan Penanganan Bencana


1. Pencegahan dan Mitigasi
A. Pencegahan
Upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya bencana sampai memungkinkan
peniadaan bahaya, misalnya melarang pebakaran hutan, penambangan batu yang
tidak terencana, perijinan dan pengawasan yang ketat dalam pengelolaan alam,
penataan ruang dan bangunan.
B. Mitigasi
Upaya yang dilakukan untuk meminimalkan resiko bencana dan dampak yang
ditimbukan. Terdiri dari dua bentuk mitigasi yaitu mitigasi structural non structural.
2. Kesiap siagaan
Adalah upaya untuk mengantisipasi bencana, melalui pengorganisasian langkah-
langkah yang tepat, efektif dan siap siaga. Misalnya pesiapan sarana komunikasi, pos
komando dan lokasi evakuasi, pembentukan kelompok siaga bencana dan simulasi
atau pelatihan yang melibatkan banyak pihak.
3. Peringatan dini
Upaya untuk memberikan tanda peringatan bahwa bencana kemungkinan akan segera
terjadi. Yang sifatnya harus menjangkau masyarakat, segera, tegas tidak
membingungkan dan bersifat resmi.
4. Tanggap darurat
Upaya yang dilakukan segera pada saat kejadian bencana, untuk mengrangi dampak
yang ditimbulkan, terutama penyelamatan korban , harta benda, evakuasi dan
pengungsian. Bantuan darurat merupakan upaya memberikan bantuan berkaitan
dengan pemenuhan kebutuhan dasar berupa pangan, sandang, airbersih, pusat
kesehatan, tempat tinggal sementara . sanitasi dan air bersih.
5. Pasca Bencana

7
a. Pemulihan bencana
Merupakan proses pemulihan kondisi masyarakat yang terkena bencana dengan
memfungsikan kembali prasarana dan sarana seperti keadaan semula dengan upaya
yang dilakukan memperbaiki prasarana dan pelayanan dasar seperti jalan, listrik, air
bersih, pasar, posyandu, dll.
b. Rehabilitasi
Upaya langkah yang diambil setelah kejadian bencana untuk membantu masyarakat
memperbaiki rumahnya, fasilitas umum dan fasilitas social penting, dan menghidupkan
kembali roda perekonomian.
c. Rekontruksi
Program jangka menengah dan jangka panjang guna perbaikan fisik, social dan
ekonomi untuk mengembalikan kehidupan masyarakat pada kondisi yang sama atau
yang lebih baik dari sebelumnya.
Manajemen Penanganan bencana
Merupakan seluruh kegiatan yang meliputi aspek perencanaan dan penanggulangan
bencana, pada sebelum, saat dan terjadi serta sesudah terjadi bencana. Berupa
tanggap darurat, pemulihan dan pencegahan, mitigasi dan kesiap siagaan.
Prinsip dasarnya adalah seperti manajemen tradisional tetapi ada sesuatu hal yang
harus digaris bawahi yaitu waktu sangat mendesak, beresiko tinggi apabila terjadi
keslahan bias fatal, kebutuha lebih besar dari kemampuan dan kewenangan koordinasi
sangat kabur.
Karakteristiknya adalah :
1. Dapat bersifat meluas, berkembang, membebani system yang normal
2. Dalam suasana yang kacau dan traumatis.
3. Segala keputusan membawa konsekuensi langsung.
Semoga tulisan ini membantu dalam mempersiapkan segala kegiatan bial terjadi
bencana karena bencana bisa terjadi kapan dan dimana saja

www.academia.edu/17081753/prinsip_dasar_managemen_bencana

8
MATERI 3

PENILAIAN SISTEMIK SEBELUM, SELAMA ,DAN SETELAH BENCANA

Karakteristik Bencana

Bencana secara istilah dibedakan berdasar karakteristik fisik utama :

Penyebab : Alam atau ulah manusia.

Frekuensi : Berapa sering terjadinya.

Durasi : Beberapa durasinya terbatas, seperti pada ledakan, sedang lainnya mungkin
lebih lama seperti banjir dan epidemi.

Kecepatan onset : Bisa muncul mendadak hingga sedikit atau tidak ada
pemberitahuan yang bisa diberikan, atau bertahap seperti pada banjir (keculi banjir
bandang), memungkinkan cukup waktu untuk pemberitahuan dan mungkin tindakan
pencegahan atau peringanan. Ini mungkin berulang dalam periode waktu tertentu,
seperti pada gempa bumi.

Luasnya dampak : Bisa terbatas dan mengenai hanya area tertentu atau kelompok
masyarakat tertentu, atau menyeluruh mengenai masyarakat luas mengakibatkan
kerusakan merata pelayanan dan fasilitas.

Potensi merusak : Kemampuan penyebab bencana untuk menimbulkan tingkat


kerusakan tertentu (berat, sedang atau ringan) serta jenis (cedera manusia atau
kerusakan harta benda) dari kerusakan.

Berdasar tingkat respons, bencana diklasifikasikan menjadi tiga tingkat (ACEP):

Tingkat 1 : Sistem pengelolaan respons terhadap bencana lokal mampu bereaksi


secara efektif dan dapat mancakup kerusakan atau penderitaan.

Tingkat 2 : Sebagai tambahan terhadap respons lokal, dukungan diberikan oleh


sumber regional atau masyarakat atau negara sekitar.

Tingkat 3 : Melampaui kemampuan sumber lokal atau regional dan diperlukan


bantuan internasional.

Yang harus diingat :

- Bencana bisa menimbulkan kerusakan masyarakat dan sumber daya yang diperlukan
untuk menghadapinya.

- Bencana menyebabkan masalah pemulihan dan perbaikan jangka panjang. Bisa


melampaui kemampuan masyarakat beserta sumber daya dan atau fasilitasnya.

9
- Bencana menyebabkan kematian, cedera dan kecacatan.

Pengelolaan Risiko Bencana

Pikirkan bahwa masyarakat dan lingkungannya adalah terancam terhadap bencana


dan bagaimana kesanggupan masing-masing melawan akibat dari kerusakan oleh
bencana.

Risiko (risk) : Kemungkinan akan kehilangan yang bisa terjadi sebagai akibat kejadian
buruk, dengan akibat kedaruratan dan keterancaman.

Bahaya (hazard) : Potensi akan terjadinya kejadian alam atau ulah manusia dengan
akibat negatif.

Keterancaman (vulnerability) : Akibat yang timbul dimana struktur masyarakat,


pelayanan dan lingkungan sering rusak atau hancur akibat dampak kedaruratan.
Adalah kombinasi mudahnya terpengaruh (susceptibility) dan daya bertahan
(resilience). Resilience adalah bagaimana masyarakat mampu bertahan terhadap
kehilangan, dan susceptibility adalah derajat mudahnya terpengaruh terhadap risiko.
Dengan kata lain, ketika menentukan keterancaman masyarakat atas dampak
kedaruratan, penting untuk memastikan kemampuan masyarakat beserta
lingkungannya untuk mengantisipasi, mengatasi dan pulih dari bencana.

Tingkat Keterancaman

High susceptibility + low resilience = high level of vulnerability.

High exposure to risk + limited ability to sustain loss = high


vulnerability.

Low susceptibility + high resilience = low degree of vulnerability.

Ability to sustain loss + low degree of exposure = low vulnerability.

Jelaslah bahwa petugas harus mengenal golongan masyarakat, struktur dan


pelayanan yang mudah terancam, hingga dapat menjadikannya tahan terhadap
kerusakan akibat kedaruratan.

Proses Pengelolaan Risiko Bencana

 Pemahaman bencana di jelaskan berkaitan dengan risikonya terhadap


masyarakat.
 Tindakan sesuai dilakukan terhadap risiko yang diketahui.

Dalam pengelolaan risiko bencana penting untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut :

10
- Berapa luas bencana melanda.

- Berapa luas ancaman terhadap masyarakat dan lingkungan.

Pengelolaan risiko bencana adalah penerapan sistematik dari kebijaksanaan


pengelolaan, prosedur dan pelatihan terhadap :

- Memastikan hal-hal terkait

- Mengidentifikasi risiko

- Menganalisis risiko

- Menilai / mengevaluasi risiko

- Mengatasi risiko

Pengamatan dan penelaahan harus merupakan proses berkesinambungan dalam


pengelolaan risiko, dan semua sistem tergantung pada komunikasi dan konsultasi.

perangkat pengambil keputusan yang sistematik, Artinya pengelola bencana dapat :

1. Mengidentifikasi apa yang mungkin terjadi

2. Menganalisis kemungkinan hasil akhir

3. Menilai dampak

4. Menindak risiko (pencegahan/mitigasi, mempersiapkan, merespons dan


pemulihan)

5. Memonitor proses

https://www.slideshare.net/alunand350/penilaian-risiko-bencana

http://www.angelfire.com/nc/neurosurgery/risiko.html

1. Nature and Type of Disasters. Hospital Preparedness for Emergencies &


Disasters. Indonesian Hospital Association. Participan Manual. Jakarta 2003.

2. Disaster Risk Management. Hospital Preparedness for Emergencies &


Disasters. Indonesian Hospital Association. Participan Manual. Jakarta 2003.

3. Risk Management Planning. Hospital Preparedness for Emergencies &


Disasters. Indonesian Hospital Association. Participan Manual. Jakarta 2003.

11
MATERI 4

ASPEK LEGAL ETIK BENCANA

DEFINISI Bencana ( UU no 24 thn 2007) Peristiwa / rangkaian peristiwa yang


mengancam dan menganggu kehidupan masyarakat baik karena faktor alam, non
alam, manusia sehingga mengakibatkan korban jiwa manusia, kerugian harta benda,
kerusakan lingkungan dan dampak psikologis

Gambaran disaster management di Indonesia

1. Tata wilayah yang tidak memperhatikan aspek bencana


2. Kultur tanggap bencana belum terbangun
3. kedatangan pejabat meninjau bencana dengan protokoler
4. salah sasaran dalam memberikan bantuan

Regulasi penanggulangan bencana di Indonesia

1. UU no 24 Th 2007
2. Peraturan presiden no 8 thn 2008
3. Peraturan pemerintah no 21 Tahun 2008
4. Peraturan kepala BNPB no 4 thn 2008
5. UU no 36 thn 2009
6. Peraturan Kepala BNPB no 7 thn 2008 Pedoman Komando tanggap darurat
bencana

Kompetensi perawat bencana

•Triage gawat darurat / bencana

•Pelaksana penyelamatan kehidupan dasar

•Pelaksana tindakan kep gadar

•Pemenuhan keb klien gadar

•Monitoring

•Dokumentasi

•Penanganan kepanikan klien dan keluarga

•Penanganan sukarelawan bencana

https://www.slideshare.net/MuhammadBagusSetyawa/trend-legal-etik-dan-kebijakan-
penanggulangan-bencana

12
MATERI 5

PERAWATAN DARURAT SELAMA BENCANA


Saat bencana datang hal yang paling darurat harus dilakukan adalah menyelamatkan
korban yang tidak lupa harus mengutamakan keselamatan diri sendiri,ada beberapa
tindakan yang perlu dilakukan saat menolong korban yaitu: 1. penanganan korban
bencana melalui kegiatan triase,

Tag Triase
Tag (label berwarna dengan form data pasien) yang dipakai oleh petugas triase untuk
mengindentifikasi dan mencatat kondisi dan tindakan medik terhadap korban.

Triase dan pengelompokan berdasar Tagging.

 Prioritas Nol (Hitam): korban meninggal atau cedera fatal yang jelas dan tidak
mungkin diresusitasi.
 Prioritas Pertama (Merah): korban cedera berat yang memerlukan tindakan
dan transport segera (misalnya gagal nafas, cedera kepala, shok atau
perdarahan berat, luka bakar berat).
 Prioritas Kedua (Kuning): korban dengan cedera yang dipastikan tidak akan
mengalami ancaman jiwa dalam waktu dekat (misalnya cedera dada tanpa
gangguan pernafasan, cedera kepala atau tulang belakang leher, serta luka
bakar ringan).
 Prioritas Ketiga (Hijau): korban dengan cedera minor yang tidak
membutuhkan stabilisasi segera (misalnya cedera jaringan lunak, patah tulang
ringan, serta gawat darurat psikologis).

Triase Sistim METTAG.


Pendekatan yang dianjurkan untuk memprioritasikan tindakan atas korban. Resusitasi
ditempat.
Triase Sistem Penuntun Lapangan START.
Berupa penilaian pasien 60 detik dengan mengamati ventilasi, perfusi, dan status
mental (RPM : R= status Respirasi ; P = status Perfusi ; M = status Mental) untuk
memastikan kelompok korban (lazimnya juga dengan tagging) yang memerlukan
transport segera atau tidak, atau yang tidak mungkin diselamatkan atau mati. Ini
memungkinkan penolong secara cepat mengidentifikasikan korban yang dengan risiko
besar akan kematian segera atau apakah tidak memerlukan transport segera.
Resusitasi diambulans.
Triase Sistem Kombinasi METTAG dan START.
Sistim METTAG atau sistim tagging dengan kode warna yang sejenis bisa digunakan
sebagai bagian dari Penuntun Lapangan START. Resusitasi di ambulans atau di Area
Tindakan Utama sesuai keadaan.
PENILAIAN DITEMPAT DAN PRIORITAS TRIASE
Bila jumlah korban serta parahnya cedera tidak melebihi kemampuan pusat pelayanan,
pasien dengan masalah mengancam jiwa dan cedera sistem berganda ditindak lebih
dulu.

13
2. penanganan tempat pengungsian (management camp)

Dalam pemilihan dan perencanaan lokasi pengungsian, harus memenuhi standar-


standar tertentu, yaitu:

1. Pemilihan lokasi. Mampu untuk menampung jumlah warga yang diperkirakan


akan mengungsi.
2. Perencanaan lokasi. Perencanaan lokasi memastikan tersedianya ruang yang
cukup untuk rumah tangga dan mendukung keamanan serta kesejahteraan
masyarakat.
3. Keamanan. Pemilihan dan perencanaan lokasi pengungsian memastikan
tercukupinya kebebasan dan keamanan pribadi seluruh anggota penduduk
Korban.
4. Masalah-masalah lingkungan. Penampungan direncanakan dan dikelola
sedemikian rupa sehingga meminimalkan perusakan terhadap lingkungan.

Di lokasi evakuasi korban perlu disediakan fasilitas-fasilitas berupa Tenda Tempat


tinggal pengungsi, fasilitas kesehatan (rumah sakit lapangan), sanitasi, kebutuhan
MCK dan lain-lain.

3. penanganan kondisi psikologis korban bencana di tempat pengungsian


(trauma relief).

Setiap kejadian bencana terutama bencana besar, biasanya akan menimbulkan


dampak pada kondisi kejiwaan seseorang. Dampak bencana ini antara lain dalam
bentuk hilangnya rasa percaya diri, muncul kekhawatiran dan perasaan takut yang
berlebihan. Gejala yang paling popular yang sering terjadi pada korban korban
bencana adalah stres dan stres paska trauma. Trauma merupakan luka atau kondisi
karena adanya pengalaman yang mengagetkan yang dampaknya melebihi stres dalam
kehidupan sehari-hari.

Beberapa upaya dan pendekatan yang bisa dilakukan untuk menangani korban
bencana yang mengalami trauma antara lain adalah:

a. Pendekatan pendidikan keagamaan sebagai program pemulihan. Program


diupayakan bersumber dari masyarakat sendiri sesuai kebutuhan individu dan
komunitas sendiri (program dari mereka, oleh mereka dan untuk mereka). Dengan
demikian, ada keterlibatan atau partisipasi aktif dari komunitas itu sendiri.

b. Menggunakan orang terdekat yang dapat menyejukkan dan memotivasi


korban bencana.

14
c. Membentuk kelompok mandiri (self help group), yang dibentuk berdasarkan
kesepakatan bersama untuk melakukan suatu atau tindakan bersama. Jenis kelompok
ini dapat berupa kelompok agama, kelompok olahraga atau kesenian. Melalui berbagai
aktifitas yang dilakukan dengan bekerjasama dapat memberikan manfat baik secara
ekonomis maupun psikologis

http://swaragunungkidul.com/tanggap-darurat-bencana-3-apa-itu-triase-management-
camp-dan-trauma-relief/

Sumber: Banjir dan Upaya Penanggulangannya, Promise Indonesia (Program for


Hydro – Meteorological Risk Mitigation Secondary Cities in Asia), Pusat Mitigasi
Bencana ITB, Bandung, 2009.

15
MATERI 6

ASUHAN PSIKOSOSIAL BAGI PARA KORBAN DAN KELUARGA


Post traumatic stress disorder(PTSD) merupakan salah satu masalah kejiwaan yang
dapat terjadi pada korban bencana. PTSD adalah gangguan ansietas yang terjadi
akibat peristiwa traumatic/bencana yang mengancam keselamatan dan membuat
individu merasa tidak berdaya. PTSD ada tiga macam yaitu :
- PTSD akut terjadi 1-3 bulan setelah bencana,
- PTSD kronik terjadi setelah tiga bulan, dan
- PTSD dengan onset yang memanjang (with delayed onset).

Tanda dan gejala PTSD dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu:

a. Merasakan kembali peristiwa traumatic (reexperiencing symptom), merasakan


kejadian terjadi kembali, muncul dalam bentuk bayangan, mimpi buruk, bertindak
seakan peristiwa terulang kembali, merasa sangat menderita jika mengingatnya dan
disertai detakan jantung yang hebat dan berkeringat.

b. Menghindar (avoidance symptom), yaitu menghindar terhadap hal yang


mengingatkan terhadap peristiwa trauma. Hal ini dapat distimulus dari pikiran sendiri
atau lingkungan yang menimbulkan perasaan yang tidak menyenangkan. Tanda dan
gejala yang muncul adalah usaha keras menghindari pikiran, perasaan atau
perbincangan tentang peristiwa traumatis, menghindari orang atau tempat yang
mengingatkan peristiwa traumatis, sulit mengingat kejadian traumatis, kehilangan
minat melakukan hal-hal positif, merasa jauh dari orang lain, sulit merasakan
kesenangan, tidak punya harapan dan merasa kehidupan terputus.

c. Waspada (hyperarousal symptom), mengalami peningkatan mekanisme fisiologik


tubuh pada saat tubuh istirahat. Tanda dan gejala yang muncul seperti sulit tidur, tidur
tetapi gelisah, mudah dan lekas marah dan meledak-ledak, sulit berkonsentrasi, selalu
awas seakan bahaya mengincar, gelisah, tidak tenang dan mudah terpicu/waspada.

LATIHAN PERAN SERTA SOSIAL

1. Bercakap-cakap
Sampaikan pada pengungsi bahwa kesempatan sepanjang hari berkumpul dengan
keluarga, sanak keluarga dan teman sekampung. Bercakap-cakaplah dengan
suami/istri/anak/sanak keluarga/teman secara individu maupun berkelompok
menbicarakan masa depan dan lain-lain

2. Ibadah bersama
Upayakan menjalankan ibadah bersama-sama berkelompok dengan agama yang
sama memohon Tuhan Yang Maha Esa pencipta segalanya memberi pertolongan.

16
3. Peran serta kegiatan sosial
Semua pengungsi remaja dan dewasa dapat dilibatkan secara bergiliran atau
berkelompok untuk mengelola tempat pengungsian dengan baik, seperti dapur umum,
kebutuhan pengungsi, pembagian makanan dan kebutuhan lain, kebersihan, kamar
mandi (MCK)

STRATEGI PELAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN

1. Ansietas
Temani dan ajak bicara, latih relaksasi secara mandiri: tarik nafas dalam, relaksasi
progresif, fokus pada lima jari (berpikir positif), stop berpikir, libatkan dalam kegiatan,
perhatikan kecukupan makan, minum dan istirahat

2. PTSD
Bangun hubungan saling percaya, empati pada individu, hargai jika individu siap
bercerita tentang pengalaman traumatisnya (jangan paksa berceritra), dengarkan juga
jika individu bercerita tentang kondisinya sebelum peristiwa, bantu untuk melakukan
kegiatan sharing dengan orang yang dipercaya, melakukan kegiatan fisik (nafas dalam,
senam, relaksasi), melakukan kegiatan bersama, membentuk kelompok saling
mendukung, melakukan kegiatan ibadah dan berserah kepada Tuhan. Bantu
mengidentifikasi sumber pendukung dari keluarga dan pemerintah yang dapat
memenuhu kebutuhan keluarga, dan melakukan aktifitas baru yang mungkin
dilakuakan

3. Keputusasaan
Temani dan hargai individu, bersama-sama melihat aspek positif yang masih dimiliki,
berusaha menghentikan dan melawan keputusasaan (pikiran negatif), beri semangat
hidup dengan memberikan pujian terhadap hal-hal positif yang dilakukan. Libatkan
keluarga/teman memberi dukungan dan semangat,

http://www.budiannakeliat.com/2014/12/teknik-dan-strategi-penanggulangan_16.htm

Erwina, I., Keliat, B.A, Nasution, Y., Helena, N.C.D. (2010). Pengaruh cognitive
behavior therapy terhadap post traumatic stress disorder pada penduduk pasca gempa
di Padang Sumatera Barat. Jakarta: Tesis

Keliat, B.A, Helena, N.C.D., Nurhaeni, H., Akemat. (2010). Keperawatan kesehatan
jiwa komunitas: Basic course. Jakarta: EGC (proses cetak)

Erwina, I., Keliat, B.A, Nasution, Y., Helena, N.C.D. (2010). Pengaruh cognitive
behavior therapy terhadap post traumatic stress disorder pada penduduk pasca gempa
di Padang Sumatera Barat. Jakarta: Tesis
Keliat, B.A, Helena, N.C.D., Nurhaeni, H., Akemat. (2010). Keperawatan kesehatan
jiwa komunitas: Basic course. Jakarta: EGC (proses cetak)

17
MATERI 7

PERAWATAN KELOMPOK RENTAN


Pengertian Kelompok Rentan
Menurut UU No 24/2007, pasal 55 , ayat 2 Kelompok rentan dalam situasi
bencana adalah individu atau kelompok yang terdampak lebih berat diakibatkan
adanya kekurangan dan kelemahan yang dimilikinya yang pada saat bencana terjadi
menjadi beresiko lebih besar, meliputi: bayi, balita, dan anak-anak; ibu yang sedang
mengandung / menyusui; penyandang cacat (disabilitas); dan orang lanjut usia
Selain UU Nomor 39 Tahun 1999 pasal 5 ayat 3 dijelaskan bahwa setiap orang
yang termasuk kelompok masyarakat yang rentan berhak memperoleh perlakuan dan
perlindungan lebih berkenaan dengan kekhususannya.
Kelompok Rentan adalah:
1) Refugees (pengungsi)
2) Internally Displaced Persons (IDPs) adalah orang-orang yang terlantar/ pengungsi
3) National Minorities (kelompok minoritas)
4) Migrant Workers (pekerja migrant)
5) Indigenous Peoples (orang pribumi/ penduduk asli dari tempat pemukimannya)
6) Children (anak)
7) Women (Perempuan)

Tindakan Yang Sesuai Untuk Kelompok Rentan

Untuk mengurangi dampak bencana pada individu dari kelompok-kelompok rentan


diatas, petugas-petugas yang terlibat dalam perencanaan dan penanganan bencana
perlu (Morrow, 1999 & Daily, 2010)
a. Mempersiapkan peralatan-peralatan kesehatan sesuai dengan kebutuhan
kelompok-keompok rentan tersebut, contohnya ventilisator untuk anak, alat
bantu untuk individu yang cacat, alat-alat bantuan persalinan, dll.
b. Melakukan pemetaan kelompok-kelompok rentan
c. Merencanakan intervensi-intervensi untuk mengatasi hambatan informasi dan
komunikasi
d. Menyediakan transportasi dan rumah penampungan yang dapat diakses
e. Menyediakan pusat bencana yang dapat diakses
Lingkungan yang Sesuai dengan Kebutuhan Kelompok Beresiko

Setelah kejadian bencana , penting sesegera mungkin untuk menciptakan lingkungan


yang kondusif yang memungkinkan kelompok berisiko untuk berfungsi secara mandiri
sebagaimana sebelum kejadian bencana,(Enarson, 2000; Federal Emergency
Management Agency (FEMA), 2010; Indriyani, 2014; Klynman et al., 2007; Powers &
Daily, 2010; Veenema, 2007) ,Setelah terjadinya bencana:

a. Menciptakan kondisi/ lingkungan yang memungkinkan ibu menyusui untuk terus


memberikan ASI kepada anaknya dengan cara memberikan dukungan moril,
menyediakan konsultasi laktasi dan pencegahan depresi.

18
b. Membantu anak kembali melakukan aktivitas-aktivitas regular sebagaimana
sebelum kejadian bencana seperti : penjagaan kebersihan diri, belajar/ sekolah,
dan bermain.
c. Melibatkan lansia dalam aktivitas-aktivitas social dan program lintas generasi
misalnya dengan remaja dan anak-anak untuk mengurangi resiko isolasi social
dan depresi.
d. Menyediakan informasi dan lingkungan yang kondusif untuk individu dengan
keterbatasan fisik, misalnya area evakuasi yang dapat diakses oleh mereka.
e. Adanya fasilitas-fasilitas perawatan untuk korban bencana dengan penyakit
kronis dan infeksi.
https://id.scribd.com/document/340027590/Perawatan-Pada-Kelompok-Rentan-Saat-
Bencana
http://www.pemasyarakatan.com/wp-content/uploads/2017/11/STANDAR-
PELAYANAN-DAN-PERAWATAN-KESEHATAN-BAGI-KELOMPOK-RENTAN-
SELAIN-TB-HIV-min.pdf.

MATERI 8

MANAJEMEN KORBAN MASSAL DI RS

Definisi

Korban massal adalah korban akibat kejadian dengan jumlah relatif banyak karena
sebab yang sama serta perlu mendapatkan pertolongan kesehatan segera.

Penyebab

1.Alam :banjir,gempa bumi,tsunami dll

2.Teknologi :tabrakan kereta api, gedung roboh dll

19
3.Konflik :konflik antar etnis,terorisme

Penatalaksanaan korban bencana massal

1. Pencarian dan penyelamatan


2. Perawatan di lapangan
a.Triase
b.Pertolongan pertama
c.Pos medis lanjutan

3. Pos Penatalaksanaan Evakuasi

Triase lapangan dilakukan pada tiga tingkat :

1. Triase di tempat (triase satu)


2. Triase medik (triase dua)
3. Triase evakuasi (triase tiga)

“3T principle” Pada Pos Medik Lanjut

1. Tag/Label
2. Treat/Rawat
3. Transfer/Evakuasi

https://id.scribd.com/doc/129969394/5-Manajemen-Penanganan-Korban-Massal

http://www.academia.edu/10767157/MANAJEMEN_KORBAN_BENCANA_MASSAL_B
IDANG_KESEHATAN

20
MATERI 9

PEMULIHAN PASCA BENCANA

Disaster Recovery (Pemulihan Bencana) adalah tahapan-tahapan aktifitas yang akan


dilakukan untuk melindungi sistem (proses bisnis) apabila terjadi bencana yang dapat
menimbulkan kerusakan pasa sistem tersebut mulai dari pencegahan, kesiapasiagaan,
tanggapan terhadap bencana hingga pemulihan pasca terjadinya bencana.

Bencana yang terjadi selain disebabkan oleh alam, dapat juga disebabkan oleh
manusia. Bencana dapat terjadi kapan saja dan kita tidak dapat memprediksi kapan
terjadinya. Akibat yang ditimbulkannya akan lebih besar bagi mereka yang tidak
mempersiapkan diri terhadap kemungkinan-kemungkinan timbulnya bencana. Untuk
itulah DR sangat mutlak diperlukan dalam rangka pencegahan dan pemulihan semua
aset-aset penting, sumber daya manusia (pekerja atau pegawai), pekerjaan, data-data
penting, serta fasilitas-fasilitas yang ada.

Beberapa tujuan adanya proses DR antara lain:

1. Melindungi aset-aset (data-data) penting.


2. Mencegah meluasnya gangguan yang ditimbulkan.
3. Meminimalisir kerugian yang diakibatkan oleh bencana.
4. Menetapkan prosedur-prosedur yang akan dilakukan saat terjadinya dan
setelah terjadinya bencana.

Dalam sebuah DR ada sekurang-kurangnya 4 (empat) tahapan yang mencakup semua


aktifitas DR. Pertama adalah pencegahan. Tahapan ini adalah tahapan paling awal
yang harus dilakukan. Untuk bencana yang ditimbulkan oleh alam misalkan banjir,
gempa bumi, atau letusan gunung berapi memang kita tidak dapat mencegahnya.
Sedangkan untuk bencana yang ditimbulkan oleh manusia dapat dicegah sejak dini.
Akan tetapi pencegahan di sini lebih difokuskan kepada perencanaan aktifitas untuk
meminimalisir kerugian yang diakibatkan oleh bencana serta pencegahan terhadap
meluasnya kerusakan yang diakibatkannya.

Tahapan kedua adalah kesiapsiagaan terhadap segala macam bentuk bencana. Jika
sebuah organisasi atau perusahaan memiliki persiapan yang sudah terencana dengan
baik dalam menghadapi bencana, maka hasil yang akan didapat dari proses DR akan
maksimal. Persiapan atau kesiapsiagaan ini meliputi persiapan peralatan, teknik serta
persiapan sumber daya manusia.

Tahapan ketiga adalah tanggapan terhadap bencana. Jika bencana terjadi, maka
diharapkan seluruh elemen yang terkait langsung tanggap dan mengerti tugas masing-
masing dalam prosedur DR yang sudah disiapkan. Utamakan penyelamatan aset-aset
yang menjadi prioritas utama. Semakin tinggi tingkat ketanggappan terhadap
bencana, maka akan semakin banyak yang dapat diselamatkan sehingga kerugian
yang terjadi menjadi semakin sedikit.

21
Tahapan keempat dalam DR adalah pemulihan. Di tahapan keempat inilah sebuah
proses DR dapat dinilai berhasil atau tidak. Proses pemulihan ini bergantung kepada 3
tahapan sebelumnya. Agar menjadi bahan pertimbangan dan basis pengalaman, maka
pada prose pemulihan ini diperlukan analisis terhadap bencana yang sudah terjadi. Hal
ini bertujuan untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam menyusun DR selanjutnya.

https://belajarbencanalearndisaster.com/prb/rehabilitasi-rekonstruksi-bencana/

22

You might also like