You are on page 1of 72

KERANGKA ACUAN

2.1 Deskripsi Rona Lingkungan HIdup Awal


2.2.1 Komponen Lingkungan Terkena Dampak
2.2.1.1 Komponen Geofisik – Kimia
A. Iklim
Data iklim yang digunakan untuk dikaji dalam studi ini adalah data iklim hasil
pengukuran Stasiun Klimatologi Naha yang diperoleh dari Badan Meteorologi,
Klimatologi dan Geofisika Wilayah IV, Kab. Kepulauan Sangihe. Parameter iklim
yang dikaji adalah temperatur udara, curah hujan, kelembaban udara, arah dan
kecepatan angin serta penyinaran matahari.
1. Temperatur Udara
Temperatur udara rata-rata bulanan pada lokasi proyek dalam kurun waktu
10 tahun terakhir (2008–2017) berkisar antara 26,94 – 27,80 oC. Temperatur
udara rata-rata bulanan tertinggi terjadi pada bulan April dan Mei, dan
terendah pada bulan Januari dan Februari. Suhu udara maksimum rata-rata
bulanan terendah yaitu 29,91 oC pada bulan Januari dan tertinggi yaitu 31,29
oC pada bulan Oktober. Suhu udara minimum rata-rata bulanan terendah
yaitu 23,53 oC yang terjadi pada bulan September dan tertinggi 24,34 oC pada
bulan Nopember. Dari data pengukuraan sesaat di sekitar lokasi suhu udara
berada pada kisaran 33–36 oC. Variasi temperatur udara rata-rata bulanan
dapat dilihat pada Tabel 8 sampai Tabel 10 dan Gambar 20.
Tabel 1. Data Temperatur Udara Rata-Rata Bulanan (oC)

Sumber: Badan Metereologi, Klimatologi & Geofisika Wilayah IV Kab. Kepulauan


Sangihe , 2018
111
DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP
KERANGKA ACUAN

Tabel 2. Data Temperatur Udara Minimum Rata-Rata Bulanan (oC)

Sumber: Badan Metereologi, Klimatologi & Geofisika Wilayah IV, Kab. Kepulauan
Sangihe, 2018
Tabel 3. Data Temperatur Udara Maksimum Rata-Rata Bulanan (oC)

Sumber: Badan Metereologi, Klimatologi & Geofisika Wilayah IV, Kab. Kepulauan
Sangihe, 2018

Gambar 1. Temperatur udara rata-rata, maks & min bulanan (BMKG, 2018)

112
DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP
KERANGKA ACUAN

2. Curah Hujan
Dari data curah hujan yang diperoleh 10 tahun terakhir (2008–2017)
menunjukan bahwa Besar curah hujan rata-rata bulanan berkisar antara 5,53
sampai 16,09 mm dengan curah hujan terendah terjadi pada bulan Agustus dan
tertinggi pada bulan Januari. Variasi curah hujan rata-rata bulanan ditunjukkan
pada Tabel 11 dan Gambar 21.
Tabel 4. Rata-Rata Curah Hujan bulanan

Sumber, Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Wilayah IV Kab. Kepulauan Sangihe, 2018

Gambar 2. Rata-rata Curah Hujan Bulanan 10 Tahun Terakhir (BMKG, 2018)

113
DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP
KERANGKA ACUAN

3. Kelembaban Udara
Kelembaban udara rata-rata 10 tahun terakhir (2008–2017) di sekitar
lokasi Danau Mahena relatif tinggi yaitu berkisar antara 80,16 - 86,03 %.
Kelembaban udara tertinggi terjadi pada bulan Desember dan Januari kemudian
menurun sampai terendah pada bulan Agustus dan naik lagi sampai pada bulan
Desember. Kelembaban udara rata-rata bulanan dapat dilihat pada Tabel 12 dan
Gambar 22.
Tabel 5. Kelembaban Udara Rata-Rata Bulanan

Sumber, Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Wilayah IV Kab.


Kepulauan Sangihe, 2018

KELEMBAPAN UDARA RATA-RATA (%)


100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEP OKT NOP DES

Gambar 3. Kelembaban udara rata-rata bulanan 5 tahun terakhir (BMKG, 2018)

114
DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP
KERANGKA ACUAN

4. Penyinaran Matahari
Penyinaran matahari rata-rata bulanan di lokasi Danau Mahena berkisar
antara 4,48 – 6,52 Jam. Penyinaran matahari cenderung meningkat dari bulan
Januari sampai bulan April kemudian menurun pada bulan Mei dan Juni dan
mencapai maksimum pada bulan Agustus, kemudian menurun sampai bulan
Desember. Penyinaran matahari rata-rata bulanan dapat dilihat pada Gambar 23.

Gambar 4. Penyinaran Matahari Rata-Rata Bulanan (BMKG, 2018)

5. Angin
Data kecepatan dan arah angin tiap jam selama 10 Tahun terakhir
diperoleh dari Stasiun Klimatologi Naha melalui Badan Meteorologi dan Geofisika
Wilayah IV Kab. Kepulauan Sangihe. Dari data angin yang diperoleh menunjukkan
bahwa kecepatan berkisar antara 3-7 knots. Selama tahun 2017 arah angin
dominan dari arah Tenggara (58,3 %) kemudian dari arah barat laut dan timur
(16,67 %), arah Barat (8,3%) .Persentase kecepatan angin yaitu 3 knots sebesar
25%, kecepatan 4 knots sebesar 58,3%, kecepatan 5 knots sekitar 8,3 % dan
kecepatan 7 knots sekitar 8,3%. Data arah dan kecepatan serta distribusi
frequency angin dapat dilihat pada Gambar 24 dan Gambar 25.
115
DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP
KERANGKA ACUAN

Gambar 5. Wind Rose Sekitar Lokasi,(BMKG 2018)

Gambar 6. Distribusi Frequensi Angin Disekitar Lokasi

116
DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP
KERANGKA ACUAN

B. Kualitas Udara dan Kebisingan


Kualitas udara di lokasi kegiatan operasional Kota Kab. Kepulauan Sangihe
diamati pada daerah tapak proyek dan sekitarnya. Telah dilakukan sampling
kualitas udara dilokasi kegiatan sebanyak 4 uji sampling yang dilakukan di Desa
Raku Kec. Tabukan Utara (Sungai Manemba), Desa Kuma Kec. Tabukan Tengah
(Sungai Kuma), Desa Laine Kec. Manganitu Selatan (sungai Kadadima), dan Desa
laine Kec Manganitu Selatan (Sungai Tawara) yang dilakukan oleh Balai Riset dan
Standarisasi Industri Manado, Kementerian Perindustrian Republik Indonesia
yang telah terakreditasi pada 28 April 2017. Daerah-daerah ini diperkirakan akan
terkena dampak langsung dari emisi pencemaran udara akibat kegiatan
operasional di Danau Mahena dan dari kendaraan roda dua, empat atau lebih
yang melintas di sekitar lokasi Danau Mahena. Kualitas udara dianalisis
berdasarkan parameter sulfur dioksida (SO2), nitrogen dioksida (NO2), karbon
monoksida (CO), Timbal (Pb), amoniak (NH3), partikel debu (TSP), Sulfida (H2S),
Hidrocarbon (HC), Kelembaman, Suhu dan kebisingan.
Kegiatan pengukuran kualitas udara pada empat titik pengamatan di
sekitar lokasi Danau Mahena tersebut telah dilakukan. Sampel udara diukur di
Laboratorium Uji Dan Kalibrasi BBIHP Kab. Kepulauan Sangihe ,yang bersertifikasi
SNI ISO/IEC 17025:2008. Data hasil pengukuran parameter kualitas udara pada
lokasi sampling ditunjukkan pada Tabel 13.

Tabel 6. Data hasil analisis udara Ambient di sekiar lokasi danau Mahena Tahun,
2017.
Hasil pada lokasi syarat
Parameter Satuan
U1 U2 U3 U4 mutu *)
SO2 µg/Nm3 4 6 4 3 900
NO2 µg/Nm3 6 9 7 5 400
CO µg/Nm3 155 1140 55 15 30.000
TSP µg/Nm3 34 37 34 32 230
H2S ppm 0,00 0,00 0,00 0,00 0,02

117
DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP
KERANGKA ACUAN

Tabel 7. Hasil pengukuran kebisingan di sekitar RSUH

Hasil
Parameter Satuan syarat mutu *)
U1 U2 U3 U4
Kebisingan dB(A) 49 52 52 43 50

Catatan :
1. Koordinat lokasi :
U1 = N 03˚40'11,1'' / E 125˚31'56,8''.
U2 = N 03˚34'19,7'' / E 125˚34'33,2''
U3 = N 03˚25'50,2'' / E 125˚35'48,2''
U4 = N 03˚25'28,9'' / E 125˚35'29,6''
2. *) PP RI No. 41 Tahun 1999, Tentang pengendalian pencemaran udara.

1) Sulfur dioksida
Sulfur dioksida merupakan salah satu komponen polutan udara hasil
pembakaran pada proses industri, kendaraan bermotor, generator listrik, atau
sampah organik. Gas ini mudah menempel pada partikel udara dan masuk ke
saluran pernafasan dan sulit hilang serta bila bereaksi dengan air menghasilkan
asam sulfat yang dapat menyebabkan iritasi. Disamping itu, bilamana SO 2
bereaksi dengan air di atmosfir menghasilkan asam sulfat yang dapat
mengakibatkan hujan asam. Pengaruh SO2 terhadap vegetasi berupa
pembentukan noda pucat pada daun. Nilai ambang batas gas SO2 di udara adalah
900 µg/Nm3 menurut PP. Nomor: 41 Tahun 1999, tentang Baku Mutu Udara
Ambien Nasional
Hasil pengukuran parameter udara pada beberapa lokasi sampling
menunjukkan bahwa kandungan SO2 yaitu sebesar 4, 6, 4 dan 3 µg/Nm3, dimana
parameter SO2 pada beberapa lokasi tersebut masih memenuhi baku mutu yang
ditetapkan sehingga dianggap tidak akan memberikan dampak negatif yang
signifikan terhadap lingkungan, kecuali bilamana terjadi peningktan aktifitas di
lokasi tersebut tanpa ada upaya pengendalian paparan gas ini.

2) Nitrogen dioksida

118
DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP
KERANGKA ACUAN

Senyawa nitrogen dioksida dihasilkan dari pembakaran/oksidasi bahan-


bahan organik. Gas ini dapat menimbulkan iritasi paru-paru dan diketahui dapat
menyebabkan edema dan pendarahan paru-paru. Disamping itu NO2
berkontribusi pada hujan asam. Terhadap vegetasi, efek gas ini berupa luka
berwarna putih atau coklat pada pangkal daun. Nilai ambang batas gas NO 2 di
udara adalah 400 µg/Nm3 menurut PP. Nomor: 41 Tahun 1999, tentang Baku
Mutu Udara Ambien Nasional
Hasil pengukuran parameter udara pada beberapa lokasi sampling
menunjukkan bahwa kandungan NO2 yaitu sebesar 6, 9, 7 dan 5 µg/Nm3, dimana
parameter NO2 pada beberapa lokasi tersebut masih memenuhi baku mutu yang
ditetapkan sehingga dianggap tidak akan memberikan dampak negatif yang
signifikan terhadap lingkungan, kecuali bilamana terjadi peningkatan aktifitas di
lokasi tersebut tanpa ada upaya pengendalian paparan gas ini.

3) Karbon monoksida
Gas CO tidak berwarna dan tidak berbau tetapi sangat beracun. Senyawa
ini terbentuk dari pembakaran tidak sempurna bahan organik, seperti bensin,
kayu dan lain-lain. Gas ini bersifat racun karena dapat diikat oleh hemoglobin
sehingga transpor oksigen ke jaringan terhalangi. Konsentrasi 100 ppm dapat
menimbulkan sakit kepala, pusing, pening, dan sulit bernafas. Efek konsentrasi
rendah jangka panjang belum diketahu secara pasti, namun diduga
memperburuk gangguan jantung dan pernafasan. Nilai ambang batas gas CO di
udara adalah 30.000 µg/Nm3 menurut PP. Nomor: 41 Tahun 1999, tentang Baku
Mutu Udara Ambien Nasional.
Hasil pengukuran parameter udara pada beberapa lokasi sampling
menunjukkan bahwa kandungan CO yaitu sebesar 155, 1140, 55, 15 µg/Nm3 ,
dimana parameter CO pada beberapa lokasi tersebut masih memenuhi baku
mutu yang ditetapkan sehingga dianggap tidak akan memberikan dampak negatif

119
DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP
KERANGKA ACUAN

yang signifikan terhadap lingkungan, kecuali bilamana terjadi peningkatan


aktifitas di lokasi tersebut tanpa ada upaya pengendalian paparan gas ini.

4) Partikel debu (TSP)


Partikel atau disebut juga debu dihasilkan oleh kegiatan mekanis atau
alami berupa penghancuran, peledakan, grinding dan sebagainya. Ukuran
partikel bervariasi, mulai dari 0,1 sampai 25 µm. Partikel berukuran 5–10 µm
ditahan oleh sistem pernafasan bagian atas; partikel berukuran 3–5 µm
ditempatkan langsung pada bagian alveoli paru; partikel berukuran dibawah 0,1
µm menimbulkan gerak brown. Nilai ambang batas partkeldi udara adalah
230 µg/Nm3 menurut PP. Nomor: 41 Tahun 1999, tentang Baku Mutu Udara
Ambien Nasional.
Hasil pengukuran parameter udara pada beberapa lokasi sampling
menunjukkan bahwa kandungan Partikel debu (TSP) yaitu sebesar 34, 37, 34, 32
µg/Nm3 ,dimana parameter TSP pada beberapa lokasi tersebut masih memenuhi
baku mutu yang ditetapkan sehingga dianggap tidak akan memberikan dampak
negatif yang signifikan terhadap lingkungan, kecuali bilamana terjadi
peningkatan aktifitas di lokasi tersebut tanpa ada upaya pengendalian paparan
gas ini.

5) Hidrogen Sulfida (H2S)


Hidrogen sulfida merupakan suatu gas tidak berwarna, sangat beracun,
mudah terbakar dan memiliki karakteristik bau telur busuk. Gas ini dapat
menyebabkan dampak yang buruk bagi kesehatan. Manusia terpapar asam
sulfida terutama dari udara. Paparan hidrogen sulfida dengan konsentrasi rendah
dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan efek permanen seperti
gangguan saluran pernafasan, sakit kepala dan batuk kronis. Nilai ambang batas
gas H2S di udara adalah 0,02 ppm menurut KEPMEN Negara Lingkungan Hidup
No :KEP-/MENLH/II/1996, tentang Tingkat Kebauan.
120
DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP
KERANGKA ACUAN

Hasil pengukuran parameter udara pada beberapa lokasi sampling


menunjukkan bahwa untuk semua lokasi sampling tidak mengandung H2S,
sehingga memenuhi baku mutu yang ditetapkan sehingga dianggap tidak akan
memberikan dampak negatif yang signifikan terhadap lingkungan, kecuali
bilamana terjadi peningkatan aktifitas di lokasi tersebut tanpa ada upaya
pengendalian paparan gas ini.

6) Kebisingan
Kebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki (unwanted sound), dapat
secara kontinyu maupun impulsif. Pemaparan kebisingan secara terus menerus
pada intensitas tinggi dapat menyebabkan ketulian baik tuli sementara
(temporary threshold shift) maupun ketulian menetap (permanently threshold
shift). Hasil pengukuran kebisingan pada lokasi pengamatan yaitu sebesar 57,9
dB(A). Dimana nilai tersebut, memenuhi persyaratan Baku Mutu sebesar
70 dB(A) berdasarkan Pergub. SUL-SEL No.69 Tahun 2010, tentang Baku Mutu
Tingkat Kebisingan untuk Kenyamanan dan Kesehatan peruntukan kawasan
Industri. Kebisingan tersebut disebabkan oleh kendaraan yang melintas di jalan
di sekitar lokasi pengamatan, baik roda dua maupun roda empat atau lebih. Hasil
pengukuran kebisingan di lingkungan Danau Mahena diperlihatkan pada Tabel 14.

C. Hidrologi
1) Air Permukaan
Air permukaan dalah air yang terkumpul I atas tana atau di mata air,
sungai, danau lahan basah atau laut. Air permukaan berhubungan dengan ai
bawah tanah atau air atmosfer. Air permukaan ini terisi melalui presipitasi dan
secara alami berkurang melalui penguapan dan rembesan ke bawah permukaan
sehingga menjadi air bawah tanah. Faktor-faktor penting yang mempengaruhi
aliran permukaan di sekitar IPAL dan waduk yang di uji adalah curah hujan,
bentuk wilayah, tekstur tanah, dan vegetasi. Curah hujan merupakan penentu
121
DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP
KERANGKA ACUAN

terpenting terhadap aliran permukaan di daerah beriklim tropis. Hujan yang


jatuh langsung di atas lokasi Danau Mahena akan merupakan sumber pengisian
kolam penampungan. Air hujan yang terjadi pada tapak proyek yang menjadi
sumber pengisian air tanah dangkal pada lokasi tapak proyek.

D. Kualitas Air
Kualitas air adalah kondisi kualitatif air yang diukur dan atau di uji
berdasarkan parameter-parameter tertentu dan metode tertentu berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku (Pasal 1 keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor 115 tahun 2003). Kualitas air dapat dinyatakan dengan
parameter kualitas air. Pengelolaan kualitas air adalah upaya pemeliharaan air
sehingga tercapai kualitas air yang diinginkan sesuai peruntukannya untuk
menjamin agar kondisi air tetap dalam kondisi alamiahnya.
Untuk mengetahui kualitas air tapak proyek ini dilakukan pengambilan
sampel air pada beberapa lokasi tersebut dan dibawa ke laboratorium Penguji
BBIHP Badan Penelitian dan Pengembangan Industri Makassar.
Hasil analisa kualitas air di laboratorium menunjukkan secara umum
bahwa kualitas air yang diuji adalah relatif baik dan memenuhi baku mutu kelas I,
II dan III. Parameter-parameter dari sampel air yang menjadi persyararatan
kualitas air hampir semuanya tidak melampaui ambang batas baku mutu kecuali
beberapa (sebagian kecil) lokasi pengabilan sampel pengujian yang melewati dari
batas baku mutu, kadar tersebut yaitu BOD, COD, Khlorin bebas, Sulfida dan
Amoniak.
Pada setiap sampel air dilakukan pengukuran parameter baik fisik
maupun kimia sesuai dengan Peraturan Gubernur SUL-SEL No 60 Tahun 2010
tentang Baku Mutu dan Kriteria Kerusakan Lingkungan Hidup.

122
DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP
KERANGKA ACUAN

1) IPAL Somba Opu.


Sampel uji. Sampel ini diambil IPAL Somba Opu, Gowa, titik koordinat S :
05°12’49.41”, E : 119°26’17.92”.
Parameter fisik. Kandungan padatan tersuspensi yaitu 19 mg/L dengan baku
mutu sebagai parameter syarat kadar yaitu 3 kelas yang memiliki perbedaan
nilai baku mutu (baku mutu I dan II: 50 mg/L), (baku mutu III: 400 mg/L). Nilai
parameter TDS tidak melampaui baku mutu yang ditetapkan, yaitu 40 mg/L
(baku mutu I : 800 mg/L), (baku mutu II dan III: 1000 mg/L).
Parameter kimia. Kemasaman (pH) tidak melampaui baku mutu parameter
ini, yaitu 7.8 (baku mutu I, II, III : 6 – 8.5) dari hasil ini dapat dikatakan bahwa
IPAL Somba Opu ini bersifat netral karena kadar pH pada IPAL yang baik. BOD
sebagai parameter pencemaran bahan organik yang terukur sekitar 12.9877
mg/L, dengan baku mutu I : 2 mg/L, baku mutu II : 3 mg/L, baku mutu III : 6
mg/L, sedangkan COD didapat yaitu 71.2894 mg/L dengan baku mutu I : 10
mg/L, baku mutu II : 25 mg/L, baku mutu III : 50 mg/L. Dari analisa BOD dan
COD tersebut, maka dapat dikatakan bahwa IPAL Somba Opu ini masih
tercemar limbah organik dan anorganik. Untuk beberapa parameter logam
logam berat pada pada sampel ini seperti klorin bebas yaitu 0.1578 mg/L (
Baku mutu I, II, II : 0.03 mg/L), sulfida yaitu 0.0503 mg/L ( Baku mutu I, II, III :
0.002 mg/L) karena kadar dari beberapa unsur logam tersebut telah
melewati batas baku mutu air, maka unsur logam tersebut telah
mempengaruhi kualitas IPAL, salinitas yaitu 0.04 % menyatakan tingkat
keasaman dalam bentuk persen sehingga dapat dikatakan bahwa IPAL ini
memiliki tingkat keasaman yang rendah , untuk analisa logam selanjutnya
seperti fosfat yaitu 0.0353 mg/L (Baku mutu I dan II: 0.2 mg/L) (Baku mutu III:
1 mg/L), amoniak yaitu 0.0679 mg/L (Baku mutu I : 0.5 mg/L), arsen yaitu
0.0098 mg/L (Baku mutu I: 0.05 mg/L) (Baku mutu II dan III: 1 mg/L), kobalt
yaitu < 0.056 mg/L (Baku mutu I, II, III: 0.2 mg/L), kadmiun yaitu < 0.003 mg/L
123
DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP
KERANGKA ACUAN

(Baku mutu I, II, III: 0.01 mg/L), besi yaitu < 0.03 mg/L (Baku mutu I: 0.3
mg/L), timbal yaitu < 0.002 mg/L (Baku mutu I, II, III: 0.03 mg/L), mangan
yaitu 0.008 mg/L (Baku Mutu : 0.1 mg/L), seng yaitu 0.025 mg/L ( Baku Mutu
I : 0.6 mg/L) (Baku mutu II,III yaitu 0.5 mg/L), tembaga yaitu < 0.010 mg/L
(Baku mutu I, II, III: 0.02 mg/L), nitrit yaitu 0.0034 mg/L ( Baku mutu I, II, III
yaitu 0.06 mg/L), nikel yaitu < 0.07 mg/L ( Baku mutu :-) masih dalam
keadaan baik (normal) karena tidak melewati batas baku utu air yang
ditetapkan.
Parameter mikrobiologi. Sampel IPAL yang diuji mengandung total coliform
yaitu 22 /100 mL (Baku mutu I, II, III: 1000/100 mL, 5000/100 mL, 10.000/100
mL), air raksa yaitu < 0.0003 mg/L (baku mutu I : 0.001 mg/L)(baku mutu II III
yaitu 0.002 mg/L) dimana hasil tersebut masih sangat jauh (normal) dari
baku mutu total coliform air.

2) IPAL Lekko Pancing.


Sampel uji. Sampel ini diambil dari IPAL Lekko Pancing, Maros, titik koordinat
S : 05°06’15.40”, E : 119°32’52.51”.
Parameter fisik. Kandungan padatan tersuspensi yaitu 73 mg/L dengan baku
mutu sebagai parameter syarat kadar yaitu 3 kelas yang memiliki perbedaan
nilai baku mutu (baku mutu I dan II: 50 mg/L), (baku mutu III: 400 mg/L)
dimana TSS pada IPAL melwati baku mutu I dan II. Nilai parameter TDS tidak
melampaui baku mutu yang ditetapkan, yaitu 52 mg/L (baku mutu I : 800
mg/L), (baku mutu II dan III: 1000 mg/L).
Parameter kimia. Kemasaman (pH) melampaui baku mutu parameter ini,
yaitu 14 (baku mutu I, II, III : 6 – 8.5) dari hasil ini dapat dikatakan bahwa IPAL
Lekko Pancing ini bersifat basa karena kadar pH pada IPAL yang sangat tinggi,
hasil ini sebenarnya memiliki beberapa keuntungan jika digunakan namun
berbahaya jika digunakan berlebih maka lebih baik jika pegolahan
selanjutnya berada pada pH ±7. BOD sebagai parameter pencemaran bahan
124
DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP
KERANGKA ACUAN

organik yang terukur sekitar 36.5 mg/L, dengan baku mutu I : 3 mg/L, baku
mutu II : 3 mg/L, baku mutu III : 6 mg/L, sedangkan COD didapat yaitu 0.032
mg/L dengan baku mutu I : 10 mg/L, baku mutu II : 25 mg/L, baku mutu III :
50 mg/L. Dari analisa BOD dan COD tersebut, maka dapat dikatakan bahwa
IPAL Lekko Pancing mungkin masih mengandung limbah organik dan
anorganik karena hasil analisa yang diperoleh tidak akurat/ tidak signifikan
dimana seharusnya kadar BOD lebih rendah disbanding COD namun dapat
dilihat dari hasil analisa yang didapat nilai BOD lebih besar dibanding COD.
Untuk beberapa parameter logam logam berat pada pada sampel ini seperti
tembaga yaitu < 0.03 mg/L (Baku mutu I, II, III: 0.02 mg/L), nitrit yaitu < 0.07
mg/L ( Baku mutu I, II, III yaitu 0.06 mg/L), nikel yaitu 0.0672 mg/L ( Baku
mutu :-), klorin bebas yaitu 0.0654 mg/L ( Baku mutu I, II, II : 0.03 mg/L),
karena kadar dari beberapa unsur logam tersebut telah melewati batas baku
mutu air, maka unsur logam tersebut telah mempengaruhi kualitas IPAL,
salinitas yaitu 0.04 % menyatakan tingkat keasaman dalam bentuk persen
sehingga dapat dikatakan bahwa IPAL ini memiliki tingkat keasaman yang
rendah , untuk analisa logam selanjutnya seperti fosfat yaitu 0.07 mg/L (Baku
mutu I dan II: 0.2 mg/L) (Baku mutu III: 1 mg/L), amoniak yaitu 0.007 mg/L
(Baku mutu I : 0.5 mg/L), arsen yaitu <0.058 mg/L (Baku mutu I: 0.05 mg/L)
(Baku mutu II dan III: 1 mg/L), kobalt yaitu < 0.003 (Baku mutu I, II, III: 0.2
mg/L), kadmiun yaitu < 0.010 mg/L (Baku mutu I, II, III: 0.01 mg/L), besi yaitu
< 0.002 mg/L (Baku mutu I: 0.3 mg/L), timbal yaitu < 0.006 mg/L (Baku mutu
I, II, III: 0.03 mg/L), mangan yaitu 0.022 mg/L (Baku Mutu : 0.1 mg/L), seng
yaitu < 0.003 mg/L ( Baku Mutu I : 0.6 mg/L) (Baku mutu II,III yaitu 0.5 mg/L),
sulfida yaitu < 0.0003 mg/L ( Baku mutu I, II, III : 0.002 mg/L) masih dalam
keadaan baik (normal) karena tidak melewati batas baku utu air yang
ditetapkan.
Parameter mikrobiologi. Sampel IPAL yang diuji mengandung total coliform
yaitu 30 /100 mL (Baku mutu I, II, III: 1000/100 mL, 5000/100mL, 10.000/100
125
DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP
KERANGKA ACUAN

mL) dimana hasil tersebut masih sangat jauh (normal) dari baku mutu total
coliform air.

3) Waduk Bili-Bili
Sampel uji. Sampel ini diambil langsung dari waduk bili-bili dengan titik
koordinat S : 05°17’07.76”, E : 119°34’43.12”.
Parameter fisik. Kandungan padatan tersuspensi yaitu 7 mg/L dengan baku
mutu sebagai parameter syarat kadar yaitu 3 kelas yang memiliki perbedaan
nilai baku mutu (baku mutu I dan II: 50 mg/L), (baku mutu III: 400 mg/L). Nilai
parameter TDS tidak melampaui baku mutu yang ditetapkan, yaitu 39 mg/L
(baku mutu I : 800 mg/L), (baku mutu II dan III: 1000 mg/L).
Parameter kimia. Kemasaman (pH) tidak melampaui baku mutu parameter
ini, yaitu 7.4 (baku mutu I, II, III : 6 – 8.5) dari hasil ini dapat dikatakan bahwa
IPAL Somba Opu ini bersifat netral karena kadar pH pada IPAL yang baik. BOD
sebagai parameter pencemaran bahan organik yang terukur sekitar 12.4917
mg/L, dengan baku mutu I : 2 mg/L, baku mutu II : 3 mg/L, baku mutu III : 6
mg/L, sedangkan COD didapat yaitu 38.0347 mg/L dengan baku mutu I : 10
mg/L, baku mutu II : 25 mg/L, baku mutu III : 50 mg/L. Dari analisa BOD dan
COD tersebut, maka dapat dikatakan bahwa IPAL Somba Opu ini masih
tercemar limbah organik dan anorganik. Untuk beberapa parameter logam
logam berat pada pada sampel ini seperti klorin bebas yaitu 0.1010 mg/L (
Baku mutu I, II, II : 0.03 mg/L), sulfida yaitu 0.0547 mg/L ( Baku mutu I, II, III :
0.002 mg/L), amoniak yaitu 0.8935 mg/L (Baku mutu I : 0.5 mg/L), karena
kadar dari beberapa unsur logam tersebut telah melewati batas baku mutu
air, maka unsur logam tersebut telah mempengaruhi kualitas IPAL, salinitas
yaitu 0.04 % menyatakan tingkat keasaman dalam bentuk persen sehingga
dapat dikatakan bahwa IPAL ini memiliki tingkat keasaman yang rendah ,
untuk analisa logam selanjutnya seperti fosfat yaitu 0.0399 mg/L (Baku mutu
I dan II: 0.2 mg/L) (Baku mutu III: 1 mg/L), arsen yaitu 0.0059 mg/L (Baku
126
DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP
KERANGKA ACUAN

mutu I: 0.05 mg/L) (Baku mutu II dan III: 1 mg/L), kobalt yaitu < 0.056 mg/L
(Baku mutu I, II, III: 0.2 mg/L), kadmiun yaitu < 0.003 mg/L (Baku mutu I, II,
III: 0.01 mg/L), besi yaitu < 0.03 mg/L (Baku mutu I: 0.3 mg/L), timbal yaitu <
0.002 mg/L (Baku mutu I, II, III: 0.03 mg/L), mangan yaitu <0.008 mg/L (Baku
Mutu : 0.1 mg/L), seng yaitu < 0.022 mg/L ( Baku Mutu I : 0.6 mg/L) (Baku
mutu II,III yaitu 0.5 mg/L), tembaga yaitu < 0.010 mg/L (Baku mutu I, II, III:
0.02 mg/L), nitrit yaitu 0.0043 mg/L ( Baku mutu I, II, III yaitu 0.06 mg/L),
nikel yaitu < 0.07 mg/L ( Baku mutu :-) masih dalam keadaan baik (normal)
karena tidak melewati batas baku utu air yang ditetapkan.
Parameter mikrobiologi. Sampel IPAL yang diuji mengandung total coliform
yaitu 6.8/100 mL (Baku mutu I, II, III: 1000/100 mL, 5000/100 mL, 10.000/100
mL), air raksa yaitu < 0.0003 mg/L (baku mutu I : 0.001 mg/L)(baku mutu II III
yaitu 0.002 mg/L) dimana hasil tersebut masih sangat jauh (normal) dari
baku mutu total coliform air.

127
DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP
KERANGKA ACUAN

Tabel 15 Hasil Analisa IPAL Somba Opu


Syarat Mutu*
Parameter+D43:I70 Satuan Hasil
I* II* III*
Bau - Tidak Berbau - - -
Rasa - Tidak Berasa - - -
Residu Terlarut (TDS) mg/l 40 800 1000 1000
Padatan Tersuspensi (TSS) mg/l 19 50 50 400
Kesadahan (CaCO3) mg/l 28.8000 - - -
Warna TUC 2.5 - - -
PH - 7.8 6-8.5 6-8.5 6-8,5
BOD mg/l 12.9877 2 3 6
COD mg/l 71.2894 10 25 50
Total Fosfat (PO4) mg/l 0.0353 0.2 0.2 1
Amoniak (NH3-N) mg/l 0.0679 0.5 - -
Arsen (AS) mg/l 0.0098 0.05 1 1
Kobalt (CO) mg/l < 0.056 0.2 0.2 0.2
Kadmium (Cd) mg/l < 0.003 0.01 0.01 0.01
Tembaga (Cu) mg/l < 0.010 0.02 0.02 0.02
Besi (Fe) mg/l < 0.03 0.3 - -
Timbal (Pb) mg/l <0.002 0.03 0.03 0.03
Mangan (Mn) mg/l < 0.008 0.1 - -
Seng (Zn) mg/l 0.025 0.05 0.05 0.05
Nitrit (NO2) mg/l 0.0034 0.06 0.06 0.06
Nikel (Ni) mg/l < 0.07 - - -
Klorin bebas (Cl2) mg/l 0.1578 0.03 0.03 0.03
Sulfida (H2S) mg/l 0.0503 0.002 0.002 0.002
Air Raksa (Hg) mg/l < 0.0003 0.001 0.002 0.002
Salinitas % 0.04 - - -
Jumlah/100
Total Coliform 22 1000 5000 10000
ml
*)PERATURAN GUBERNAR SUL-SEL NO 69 Tahun 2010 Tentang Baku Mutu dan Kriteria
Kerusakan lingkungan Berdasarkan Kelas.
*) I
*) II
*)III

128
DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP
KERANGKA ACUAN

Tabel 16 Hasil Analisa IPAL Lekko Pancing

Syarat Mutu*
Parameter Satuan Hasil
I* II* III*
Bau - Tidak Berbau - - -
Rasa - Tidak Berasa - - -
Residu Terlarut (TDS) mg/l 52 800 1000 1000
Padatan Tersuspensi (TDS) mg/l 73 50 50 400
Salinitas % 40.0000 - - -
Kesadahan (CaCO3) mg/l 2.5 - - -
Warna TUC 7.9 - - -
PH - 14.2650 6-8.5 6-8.5 6-8,5
BOD mg/l 35.5040 2 3 6
COD mg/l 0.0321 10 25 50
Total Fosfat (PO4) mg/l 0.0705 0.2 0.2 1
Amoniak (NH3-N) mg/l 0.0075 0.5 - -
Arsen (AS) mg/l < 0.056 0.05 1 1
Kobalt (CO) mg/l < 0.003 0.2 0.2 0.2
Kadmium (Cd) mg/l < 0.010 0.01 0.01 0.01
Tembaga (Cu) mg/l < 0.03 0.02 0.02 0.02
Besi (Fe) mg/l < 0.002 0.3 - -
Timbal (Pb) mg/l < 0.008 0.03 0.03 0.03
Mangan (Mn) mg/l < 0.022 0.1 - -
Seng (Zn) mg/l < 0.003 0.05 0.05 0.05
Nitrit (NO2) mg/l < 0.07 0.06 0.06 0.06
Nikel (Ni) mg/l 0.0872 - - -
Klorin bebas (Cl2) mg/l 0.0854 0.03 0.03 0.03
Sulfida (H2S) mg/l < 0.0003 0.002 0.002 0.002
Air Raksa (Hg) mg/l Tidak Berbau 0.001 0.002 0.002
Salinitas % 0.04 - - -
Jumlah/100
Total Coliform 39 1000 5000 10000
ml
*)PERATURAN GUBERNAR SUL-SEL NO 69 Tahun 2010 Tentang Baku Mutu dan Kriteria
Kerusakan lingkungan Berdasarkan Kelas.
*) I
*) II
*)III
129
DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP
KERANGKA ACUAN

Tabel 16 Hasil Analisa Waduk Bili-Bili


Syarat Mutu*
Parameter+D43:I70 Satuan Hasil
I* II* II*I
Bau - Tidak Berbau - - -
Rasa - Tidak Berasa - - -
Residu Terlarut (TDS) mg/l 39 800 1000 1000
Padatan Tersuspensi (TSS) mg/l 7 50 50 400
Kesadahan (CaCO3) mg/l 27.2000 - - -
Warna TUC 2.5 - - -
PH - 7.4 6-8.5 6-8.5 6-8,5
BOD mg/l 12.4917 2 3 6
COD mg/l 38.0347 10 25 50
Total Fosfat (PO4) mg/l 0.0399 0.2 0.2 1
Amoniak (NH3-N) mg/l 0.8935 0.5 - -
Arsen (AS) mg/l 0.0059 0.05 1 1
Kobalt (CO) mg/l < 0.056 0.2 0.2 0.2
Kadmium (Cd) mg/l < 0.003 0.01 0.01 0.01
Tembaga (Cu) mg/l < 0.010 0.02 0.02 0.02
Besi (Fe) mg/l < 0.03 0.3 - -
Timbal (Pb) mg/l < 0.002 0.03 0.03 0.03
Mangan (Mn) mg/l < 0.008 0.1 - -
Seng (Zn) mg/l < 0.022 0.05 0.05 0.05
Nitrit (NO2) mg/l 0.0043 0.06 0.06 0.06
Nikel (Ni) mg/l < 0.07 - - -
Klorin bebas (Cl2) mg/l 0.1010 0.03 0.03 0.03
Sulfida (H2S) mg/l 0.0547 0.002 0.002 0.002
Air Raksa (Hg) mg/l < 0.0003 0.001 0.002 0.002
Salinitas % 0.04 - - -
Jumlah/100
Total Coliform 6,8 1000 5000 10000
ml
*)PERATURAN GUBERNAR SUL-SEL NO 69 Tahun 2010 Tentang Baku Mutu dan Kriteria
Kerusakan lingkungan Berdasarkan Kelas.
*) I
*) II
*)III

130
DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP
KERANGKA ACUAN

131
DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP
KERANGKA ACUAN

2.3 Dampak Penting Hipotetik


Dampak Penting Hipotetik, pada bagian ini penyusun dokumen AMDAL
menguraikan dampak penting hipotetik terkait dengan rencana usaha dan/atau
kegiatan yang diusulkan. Proses untuk menghasilkan dampak penting hipotetik
dilakukan dengan menggunakan metode-metode ilmiah yang berlaku secara
nasional dan/atau internasional di berbagai literatur yang sesuai dengan kaidah
ilmiah metode penentuan dampak penting hipotetik dalam AMDAL.
Dampak penting hipotetik diperoleh melalui suatu proses pelingkupan.
Pelingkupan merupakan proses awal untuk menentukan lingkup permasalahan
dan mengidentifikasi dampak penting (hipotetik) yang terkait dengan rencana
usaha dan/atau kegiatan.
Langkah-langkah pelingkupan adalah:
1. Identifikasi dampak potensial
2. Evaluasi dampak potensial.
Proses pelingkupan didasarkan pada rencana kegiatan yang akan dilaksanakan
dan komponen lingkungan yang kemungkinan terkena dampak setiap tahapan
kegiatan/usaha.
2.3.1 Identifikasi Dampak Potensial
Proses identifikasi Dampak Potensial sangat penting untuk mengetahui
hasil dari Dampak Penting Hipotetik. Esensi dari proses identifikasi dampak
potensial ini adalah menduga semua dampak yang berpotensi terjadi jika
rencana usaha dan/atau kegiatan dilakukan pada lokasi tersebut. Langkah ini
menghasilkan daftar ‘dampak potensial’. Pada tahap ini kegiatan pelingkupan
dimaksudkan untuk mengidentifikasi segenap dampak lingkungan hidup (primer,
sekunder, dan seterusnya) yang secara potensial akan timbul sebagai akibat
adanya rencana usaha dan/atau kegiatan. Pada tahapan ini hanya diinventarisasi
dampak potensial yang mungkin akan timbul tanpa memperhatikan
besar/kecilnya dampak, atau penting tidaknya dampak. Dengan demikian pada

111
DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP
KERANGKA ACUAN

tahap ini belum ada upaya untuk menilai apakah dampak potensial tersebut
merupakan dampak penting atau tidak.
Proses identifikasi dampak potensial dilakukan serangkaian hasil
konsultasi dan diskusi dengan pemrakarsa, instansi yang bertanggung jawab,
masyarakat yang berkepentingan serta dilengkapi dengan hasil pengamatan
lapangan (observasi). Selain itu identifikasi dampak potensial juga dilakukan
dengan menggunakan metode-metode ilmiah yang berlaku secara nasional
dan/atau internasional di berbagai literatur, yaitu metode Matrik Interaksi
Sederhana; dan Bagan alir. Keluaran yang diharapkan disajikan dalam bagian ini
adalah berupa daftar dampak-dampak potensial yang mungkin timbul atas
adanya rencana usaha dan/atau kegiatan yang diusulkan. Berdasarkan uraian
rencana kegiatan terdapat beberapa komponen kegiatan yang perlu dikelola,
diantaranya adalah :
A. Tahap Pra Konstruksi
1) Survey lapangan dan sosialisasi rencana kegiatan
2) Pengadaan lahan
3) Kegiatan pembersihan lahan, pematokan batas lokasi dan pemagaran
B. Tahap Konstruksi
1) Mobilisasi tenaga kerja konstruksi
2) Mobilisasi dan Demobilsasi peralatan dan material konstruksi
3) Pembuatan dan operasional base camp , direksi keet , bengkel dan
gudang
4) Konstruksi bangunan ambang dan tanggul
5) Pekerjaan lining dan saluran
6) Pekerjaan pengerukan (revitalisasi danau) dan pengangkutan material
hasil pengerukan.
7) Pengolahan Quarry dan Borrow Area.
8) Pembangunan fasilitas wisata danau dan konservasi vegatatif.
9) Pemutusan tenaga kerja konstruksi
112
DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP
KERANGKA ACUAN

C. Tahap Operasional
1) Operasional dan pemeliharaan danau Mahena beserta fasilitasnya
2) Operasional fasilitas pariwisata
3) Pemeliharaan tanaman hasil konservasi vegetatif

Komponen lingkungan yang diperkirakan terkena dampak dan akan ditelaah


adalah sebagai berikut:
A. Komponen Geo Fisik Kimia
1) Kualitas Udara
2) Kebisingan dan Getaran
3) Kualitas Air

113
DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP
KERANGKA ACUAN

Berikut Tabel Matriks dan bagan Alir Identifikasi dampak potensial disajikan pada halaman berikut:

Tabel 8. Matriks Identifikasi Dampak Potensial

Tahap Pra- Tahap Konstruksi Tahap


Konstruksi (Revitalisasi Danau Mahena) Operasional

Komponen Parameter 1 2 3 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3
Iklim Temperatur dan Kelembaban Udara.
CO X X
NO2
SO2
Kualitas udara
Pb X X
HC X X
Partikulat (debu) X X X X X X X
Kebisingan Tingkat Kebisingan (dBA) X X X X X
Fisik-Kimia

Kebauan Amoniak
Kerusakan badan jalan
Transportasi
Gangguan Aksesibilitas Masyarakat
Perubahan Bentang Lahan
Ruang, Lahan dan Tanah
Laju Erosi dan sedimentasi
Infiltrasi/Resapan Air
Hidrologi Kuantitas dan Kontinuitas Air
Limpasan Aliran Air Permukaan, Banjir/ Genangan
Fisik: Kekeruhan, TDS dan TSS X X X X
Kualitas air Kimia: BOD, COD, DO, Nitrat, Amonia , Fosfat X X
Mikrobiologi: Total Coliform X
Flora Struktur dan komposisi jenis/Keanekaragaman
Biologi

Fauna Jenis dan jumlah fauna/Keanekaragaman

Biologi perairan Jenis, Kelimpahan, Keragaman Jenis Plankton & Benthos

Pola Kepemilikan dan Penguasaan Sumber Daya Alam


dan Sosial
Ekonomi

Budaya

Perubahan Pola Mata Pencaharian


Sosial Ekonomi
Kesempatan Kerja dan Berusaha
Pendapatan

115
DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP
KERANGKA ACUAN

Perekonomian Regional (PDRB, PAD)

Norma-Norma Sosial dan Kelembagaan


Proses sosial (Akomodasi, Asimilasi & Akulturasi)
Sosial Budaya Sikap dan persepsi
Keresahan Masyarakat & Konflik Sosial
Keamanan/ Ketertiban
Pola Penyakit & Prevalensi Penyakit
Timbulan Limbah Domestik
Kesehatan Masyarakat dan Kesehatan Lingkungan Sanitasi Lingkungan
Limbah B3
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Keterangan :
A. Tahap Pra Konstruksi Tahap Konstruksi Tahap Operasional
3) Kegiatan Pembersihan Lahan, Pematokan 2) Mobilisasi dan Demobilisasi Peralatan dan Material Kontruksi 1) Operasional dan Pemeliharaan Danau Mahena Beserta
Batas Lokasi dan Pemagaran 4) Kontruksi Bangunan Ambang dan Tanggul Fasilitasnya
5) Pekerjaan Lining dan Saluran
6) Pekerjaan Pengerukan (Revitalisasi Danau) dan Pengangkutan Material
Hasil Kerukan
7) Pekerjaan Pengerukan (Revitalisasi Danau) dan Pengangkutan Material
Hasil Kerukan
8) Pembangunan Fasilitas Wisata Danau dan Konservasi Vegetatif

116
DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP
KERANGKA ACUAN

TAHAP
PRAKONTRUKSI

Survai Lapangan, dan Kegiatan Pembersihan A


Sosialisasi Rencana Pengadaan Lahan Lahan, Pematokan Batas
Kegiatan Lokasi dan Pemagaran

Sikap dan Persepsi Pola Kepemilikan Perubahan Pola Norma Sosial & Proses Debu Timbulan B
K3
Masyarakat Lahan & SDA Mata Pencaharian Kelembagaan Sosial (TSP) Sampah

Keresahan C
Sikap dan Persepsi Kesehatan
Masyarakat & Konflik
Masyarakat Masyarakat
Sosial

KETERANGAN :
Keresahan Keresahan D
A = KEGIATAN
Masyarakat & Konflik Masyarakat & Konflik
B = DAMPAK PRIMER
Sosial Sosial
C = DAMPAK SEKUNDER
D = DAMPAK TERSIER
E = DAMPAK KUARTER

Gambar 7. Bagan Alir Dampak Tahap Pra-Konstruksi Rencana Revitalisasi Danau Mahena di Kelurahan Mahena, Kecamatan Tahuna, Kabupaten
Kepulauan Sangihe

116
DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP
KERANGKA ACUAN
TAHAP
KONTRUKSI

Mobilisasi dan Pembuatan dan


Mobilisasi
Demobilisasi Peralatan Operasional Base
Tenaga Kerja
dan Material Kontruksi Camp

B
Kesempatan Kesempatan Kuantitas Timbulan Limbah
Transportasi K3 K3
Kerja Berusaha Air Sampah B3

Kualitas Partikulat Sikap & Sanitasi C


Pendapatan Bising
Udara (debu) Persepsi Lingkungan

Sikap & Kesehatan Keresahan D


Persepsi Masyarakat Masyarakat KETERANGAN :
A = KEGIATAN
B = DAMPAK PRIMER
C = DAMPAK SEKUNDER
E
Keresahan D = DAMPAK TERSIER
Masyakat E = DAMPAK KUARTER

Gambar 84. Bagan Alir Dampak Tahap Konstruksi Rencana Revitalisasi Danau Mahena di Kelurahan Mahena, Kecamatan Tahuna, Kabupaten
Kepulauan Sangihe

117
DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP
KERANGKA ACUAN
TAHAP
KONTRUKSI
(Lanjutan)

Kontruksi Bangunan Pekerjaan Lining dan A


Ambang dan Tanggul Saluran

Partikulat Kerusakan Bentang Erosi & Partikulat Bentang Erosi &


Kebisingan K3 Kebisingan K3
(debu) Badan Jalan Lahan Sedimen (debu) Lahan Sedimen

B
Kualitas Kualitas
Air Air

KETERANGAN :
A = KEGIATAN Biota Biota C
B = DAMPAK PRIMER Perairan Perairan
C = DAMPAK SEKUNDER

Gambar 95. Bagan Alir Dampak Tahap Konstruksi (lLanjutan) Rencana Revitalisasi Danau Mahena di Kelurahan Mahena, Kecamatan Tahuna,
Kabupaten Kepulauan Sangihe

118
DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP
TAHAP KERANGKA ACUAN
KONTRUKSI
(Lanjutan)

Pekerjaan Pengerukan (Revitalisasi Danau)


A
dan Pengangkutan Material Hasil Kerukan

Kualitas Partikulat Kerusakan Bentang Erosi & Kuantitas Biota


Kebisingan Aksesibilitas K3
Udara (debu) Badan Jalan Lahan Sedimen Air Darat

Kesehatan Sikap dan Kualitas


Masyarakat Persepsi Air

C
Keresahan Biota
Masyarakat Perairan

KETERANGAN : D
A = KEGIATAN
B = DAMPAK PRIMER
C = DAMPAK SEKUNDER
D = DAMPAK TERSIER

Gambar 106. Bagan Alir Dampak Tahap Konstruksi (lLanjutan) Rencana Revitalisasi Danau Mahena di Kelurahan Mahena, Kecamatan Tahuna,
Kabupaten Kepulauan Sangihe

119
DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP
TAHAP KERANGKA ACUAN
KONTRUKSI
(Lanjutan)

A
Pembangunan Fasilitas Wisata
Pengelolaan Quarry dan Borrow Area Pemutusan Tenaga Kerja Kontruksi
Danau dan Konservasi Vegetatif

Partikulat Bentang Erosi & Partikulat Biota B


Kebisingan K3 Kebisingan K3 Pendapatan
(debu) Lahan Sedimen (debu) Darat

C
Kualitas Sikap dan Persepsi
Air Masyarakat

KETERANGAN : D
Biota A = KEGIATAN Keresahan
Perairan B = DAMPAK PRIMER Masyarakat
C = DAMPAK SEKUNDER
D = DAMPAK TERSIER
E = DAMPAK KUARTER
E

Gambar 117. Bagan Alir Dampak Tahap Konstruksi (lLanjutan) Rencana Revitalisasi Danau Mahena di Kelurahan Mahena, Kecamatan Tahuna,
Kabupaten Kepulauan Sangihe

120
DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP
KERANGKA ACUAN
TAHAP
OPERASIONAL

A
Operasional dan Pemeliharaan Danau
Operasional Fasilitas Parawisata
Mahena Beserta Fasilitasnya

IKLIM Infiltrasi/ Kuantitas & Aliran Kesempatan IKLIM Kesempatan PDRB & Timbulan B
Sedimentasi K3
Mikro Resapan Kontinuitas Permukaan Kerja & Berusaha Mikro Kerja & Berusaha PAD Sampah

C
Kualitas Sikap dan Persepsi
Air Masyarakat

KETERANGAN : D
Biota A = KEGIATAN Keresahan
Perairan B = DAMPAK PRIMER Masyarakat
C = DAMPAK SEKUNDER
D = DAMPAK TERSIER
E = DAMPAK KUARTER
E

Gambar 128. Bagan Alir Dampak Tahap Operasional Rencana Revitalisasi Danau Mahena di Kelurahan Mahena, Kecamatan Tahuna,
Kabupaten Kepulauan Sangihe

121
DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP
KERANGKA ACUAN

TAHAP
OPERASIONAL
(Lanjutan)

A
Pemeliharaan Tanaman Hasil
Konservasi Vegetatif

IKLIM Infiltrasi/ Kuantitas & B


Sedimentasi Biota Darat
Mikro Resapan Kontinuitas

KETERANGAN :
A = KEGIATAN C
Sikap dan Persepsi B = DAMPAK PRIMER
Masyarakat C = DAMPAK SEKUNDER

Gambar 139. Bagan Alir Dampak Tahap Operasional (lanjutan) Rencana Revitalisasi Danau Mahena di Kelurahan Mahena, Kecamatan Tahuna,
Kabupaten Kepulauan Sangihe

122
DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP
KERANGKA ACUAN

Berdasarkan matriks identifikasi dan bagan alir diatas maka didapat dampak
potensial kegiatan operasional Danau Mahena di Kota Kab. Kepulauan Sangihe
adalah sebagai berikut:

Tabel 9. Hasil Identifikasi Dampak Potensial


Kegiatan yang Berpotensi
No. Potensi Dampak Lingkungan
Menimbulkan Dampak Lingkungan
A Tahap Pra Konstruksi
Kegiatan Pembersihan Lahan,
3 Pematokan Batas Lokasi dan Partikulat (Debu)
Pemagaran
B Tahap Konstruksi
Mobilisasi dan Demobilisasi Peralatan
2 CO, Pb , HC, Partikulat
dan Material Kontruksi
Kontruksi Bangunan Ambang dan Partikulat , kekeruhan, TDS, TSS,
4
Tanggul Kebisingan
Partikulat , kekeruhan, TDS, TSS,
5 Pekerjaan Lining dan Saluran
Kebisingan
CO, Pb , HC, Partikulat,
Pekerjaan Pengerukan (Revitalisasi
Kebisingan, Kekeruhan , TDS,
6 Danau) dan Pengangkutan Material
TSS, BOD, COD, DO, Nitrat, NH3,
Hasil Kerukan
Fosfat
7 Pengelolaan Quarry dan Borrow Area Partikulat, Kebisingan
Pembangunan Fasilitas Wisata Danau
8 Partikulat,Kebisingan
dan Konservasi Vegetatif
C Tahap Operasional
Kekeruhan , TDS, TSS, BOD,
1 Operasional dan Pemeliharaan Danau
COD, DO, Nitrat, NH3, Fosfat,
Mahena Beserta Fasilitasnya
Coliform

2.4.2 Evaluasi Dampak Potensial

Evaluasi dampak potensial dimaksudkan untuk meniadakan dampak


potensial yang dipandang tidak relevan sehingga diperoleh dampak penting
hipotetik. Dampak yang tergolong penting hipotetik inilah yang akan ditelaah
secara mendalam dalam studi ANDAL.
Metode evaluasi dampak potensial yang digunakan adalah diskusi tim
(rapat), telaah pustaka serta berbagai peraturan perundang-undangan yang
118
DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP
KERANGKA ACUAN

berlaku. Pada tahap pelingkupan, informasi yang dimiliki cukup memadai


sehingga diupayakan untuk menggunakan 6 (enam) kriteria untuk menentukan
dampak penting yang ditentukan dalam peraturan pemerintah. Untuk
memperoleh justifikasi evaluasi dampak potensial maka dilakukan dengan
memadukan antara 6 (enam) kriteria dan 4 (empat) pertanyaan dan SOP.
Daftar dampak penting ini disusun berdasarkan pertimbangan atas hal-
hal yang dianggap penting oleh masyarakat di sekitar rencana kegiatan, instansi
yang bertanggung jawab, dan para pakar. Pada tahap ini daftar dampak penting
hipotetik yang dihasilkan belum tertata secara sistematis. Metode yang
digunakan pada tahap ini adalah diskusi antar pakar dan diskusi dengan
pemrakarsa, survei lapangan, telaah pustaka, pendekatan kepakaran. Kriteria
yang digunakan dalam menentukan evaluasi dampak potensial terdiri dari empat
pertanyaan berdasarkan panduan pelingkupan dalam AMDAL (KLH, 2007)
sebagai berikut:

1. Apakah beban terhadap komponen lingkungan tertentu sudah tinggi?


2. Apakah komponen lingkungan tersebut memegang peranan penting
dalam kehidupan sehari-hari masyarakat sekitar (nilai sosial dan ekonomi)
dan terhadap komponen lingkungan lainnya (nilai ekologis) (sehingga
perubahan besar pada kondisi komponen lingkungan tersebut akan
sangat berpengaruh pada kehidupan masyarakat dan keutuhan
ekosistem) ?
3. Apakah ada kekuatiran dari masyarakat tentang komponen lingkungan
tersebut?
4. Apakah ada aturan atau kebijakan yang akan dilanggar dan atau
dilampaui oleh dampak tersebut?
5. SOP perusahan atau pengelolaan lingkungan yang sudah direncanakan
sejak awal sebagai bagian dari rencana kegiatan.

Dampak penting hipotetik yang diprakirakan timbul selama Rencana


Revitalisasi Danau Mahena di Kelurahan Mahena, Kecamatan Tahuna, Kabupaten
Kepulauan Sangihe, Provinsi Sulawesi Utara diuraikan pada Tabel 2.51 dan
Skema pelingkupan dampak penting ditunjukkan pada Gambar 2.40.

119
DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP
KERANGKA ACUAN

A. Dampak Penting Hipotetik (DPH)

1. Tahap Pra-Konstruksi

a. Kegiatan Pembersihan Lahan, Pematokan Batas Lokasi dan Pemagaran


- Dampak Peningkatan Partikulat Debu

2. Tahap Konstruksi

a. Kegiatan Mobilisasi dan Demobilisasi Peralatan dan Material Kontruksi


- Dampak Penurunan Kualitas Udara Ambien (CO, NOx, SOx, Pb dan HC)
- Dampak Peningkatan Partikulat Debu (TSP)
b. Kontruksi Bangunan Ambang dan Tanggul
- Dampak Peningkatan Partikulat Debu (TSP)
- Dampak Penurunan Kualitas Air Permukaan (Kekeruhan, TDS dan TSS)
c. Kegiatan Pekerjaan Lining dan Saluran
- Dampak Terhadap Peningkatan Partikulat Debu (TSP)
- Dampak Penurunan Kualitas Air Permukaan (Kekeruhan, TDS dan TSS)
d. Pekerjaan Pengerukan (Revitalisasi Danau) dan Pengangkutan Material Hasil
Kerukan
- Dampak Penurunan Kualitas Udara Ambien (CO, NOx, SOx, Pb dan HC)
- Dampak Peningkatan Partikulat Debu (TSP)
- Dampak Penurunan Kualitas Air Permukaan (Kekeruhan, TDS dan TSS dan BOD,
COD, DO, Nitrat, Amonia, Fosfat).
e. Pengelolaan Quarry dan Borrow Area
- Dampak Peningkatan Partikulat Debu (TSP)
f. Kegiatan Pembangunan Fasilitas Wisata Danau dan Konservasi Vegetatif
- Dampak Peningkatan Partikulat Debu (TSP)
g. Pengelolaan Quarry dan Borrow Area
- Dampak Peningkatan Partikulat Debu (TSP)
- Dampak Peningkatan Kebisingan (dBA)

120
DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP
KERANGKA ACUAN

h. Kegiatan Pembangunan Fasilitas Wisata Danau dan Konservasi Vegetatif


- Dampak Peningkatan Partikulat Debu (TSP)

3. Tahap Operasional

a. Operasional dan Pemeliharaan Danau Mahena Beserta Fasilitasnya


- Dampak Terhadap Kualitas Air (Kekeruhan, TDS dan TSS, BOD, COD, DO, Nitrat,
Amonia, Fosfat Total Coliform)

B. Dampak Tidak Penting Hipotetik (DTPH)

1. Tahap Pra-Konstruksi

2. Tahap Konstruksi

a. Pekerjaan Pengerukan (Revitalisasi Danau) dan Pengangkutan Material Hasil


Kerukan
- Dampak Peningkatan Kebisingan (dBA)
b. Pengelolaan Quarry dan Borrow Area
- Dampak Peningkatan Kebisingan (dBA)
c. Kegiatan Pembangunan Fasilitas Wisata Danau dan Konservasi Vegetatif
- Dampak Peningkatan Kebisingan (dBA)

3.Tahap Operasional

121
DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP
KERANGKA ACUAN

10. Matriks Dampak Penting Hipotetik

Tahap Pra- Tahap Konstruksi Tahap


Konstruksi (Revitalisasi Danau Mahena) Operasional

Komponen Parameter 1 2 3 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3
Iklim Terperatur dan Kelembaban Udara.
CO DPH DPH
NO2
SO2
Kualitas udara
Pb DPH DPH
HC DPH DPH
Partikulat (debu) DPH DPH DPH DPH DPH DPH DPH
Kebisingan Tingkat Kebisingan (dBA) DTPH DTPH DPH DPH DTPH
Fisik-Kimia

Kebauan Amoniak
Kerusakan badan jalan
Transportasi
Gangguan Aksesibilitas Masyarakat
Perubahan Bentang Lahan
Ruang, Lahan dan Tanah
Laju Erosi dan sedimentasi
Infiltrasi/Resapan Air
Hidrologi Kuantitas dan Kontinuitas Air
Limpasan Aliran Air Permukaan, Banjir/ Genangan
Fisik: Kekeruhan, TDS dan TSS DPH DPH DPH DPH
Kualitas air Kimia: BOD, COD, DO, Nitrat, Amonia , Fosfat DPH DPH
Mikrobiologi: Total Coliform DPH
Flora Struktur dan komposisi jenis/Keanekaragaman
Biologi

Fauna Jenis dan jumlah fauna/Keanekaragaman

Biologi perairan Jenis, Kelimpahan, Keragaman Jenis Plankton & Benthos

Pola Kepemilikan dan Penguasaan Sumber Daya Alam


Perubahan Pola Mata Pencaharian
Ekonomi dan Sosial

Sosial Ekonomi Kesempatan Kerja dan Berusaha


Budaya

Pendapatan
Perekonomian Regional (PDRB, PAD)
Norma-Norma Sosial dan Kelembagaan
Sosial Budaya Proses sosial (Akomodasi, Asimilasi & Akulturasi)
Sikap dan persepsi

134
DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP
KERANGKA ACUAN

Keresahan Masyarakat & Konflik Sosial


Keamanan/ Ketertiban
Pola Penyakit & Prevalensi Penyakit
Timbulan Limbah Domestik
Kesehatan Masyarakat dan Kesehatan Lingkungan Sanitasi Lingkungan
Limbah B3
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Keterangan :
A. Tahap Pra Konstruksi Tahap Konstruksi Tahap Operasional
3) Kegiatan Pembersihan Lahan, Pematokan Batas Lokasi 2) Mobilisasi dan Demobilisasi Peralatan dan Material Kontruksi 1) Operasional dan Pemeliharaan Danau Mahena Beserta
dan Pemagaran 4) Kontruksi Bangunan Ambang dan Tanggul Fasilitasnya
5) Pekerjaan Lining dan Saluran
6) Pekerjaan Pengerukan (Revitalisasi Danau) dan Pengangkutan Material
Hasil Kerukan
7) Pekerjaan Pengerukan (Revitalisasi Danau) dan Pengangkutan Material
Hasil Kerukan
8) Pembangunan Fasilitas Wisata Danau dan Konservasi Vegetatif

135
DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP
KERANGKA ACUAN

11. Ringkasan Dampak Potensial Hipotetik

Kegiatan Yang Pelingkupan


Pengelolaan Komponen
Berpotensi
No. Lingkungan Lingkungan Terkena Wilayah Studi Batas Waktu Kajian
Menimbulkan Dampak Dampak Penting Hipotetik
Yang Sudah Ada Dampak Dampak Potensial Evaluasi Dampak Potensial
Penting (DPH)

TAHAP PRA-KONSTRUKSI

Beban Terhadap Komponen Lingkungan: Adanya


Kegiatan Pembersihan
Masyarakat dan Kegiatan Kegiatan Pembersihan Lahan Setiap Masyarakat dan
1 Lahan, Pematokan Batas Pertikulat (Debu) DPH 15 Tahun
lingkungan Harinya Sehingga Akan Menyebabkan Terjadinya lingkungan
Lokasi dan Pemagaran
Penyebaran Debu Diudara Disepanjang Jalan

TAHAP KONSTRUKSI

Beban terhadap komponen lingkungan: Adanya


kegiatan Mobilisasi dan demobilisasi alat berat dan
bahan material menggunakan kendaraan
Masyarakat dan Masyarakat dan
CO pengangkut dengan jumlah ritase yang cukup DPH 15 Tahun
lingkungan lingkungan
banyak setiap harinya akan menimbulkan emisi gas
buang kendaraan yang dapat mencemari udara di
sepanjang jalan yang dilalui kendaraan pengangkut.
Beban terhadap komponen lingkungan: Adanya
kegiatan Mobilisasi dan demobilisasi alat berat dan
bahan material menggunakan kendaraan
Masyarakat dan Masyarakat dan
PB pengangkut dengan jumlah ritase yang cukup DPH 15 Tahun
Mobilisasi dan lingkungan lingkungan
banyak setiap harinya akan menimbulkan emisi gas
Demobilisasi Peralatan
buang kendaraan yang dapat mencemari udara di
1 dan Material Kontruksi
sepanjang jalan yang dilalui kendaraan pengangkut.
Beban terhadap komponen lingkungan: Adanya
kegiatan Mobilisasi dan demobilisasi alat berat dan
bahan material menggunakan kendaraan
Masyarakat dan Masyarakat dan
HC pengangkut dengan jumlah ritase yang cukup DPH 15 Tahun
lingkungan lingkungan
banyak setiap harinya akan menimbulkan emisi gas
buang kendaraan yang dapat mencemari udara di
sepanjang jalan yang dilalui kendaraan pengangkut.
Beban Terhadap Komponen Lingkungan: Adanya
Kegiatan Mobilisasi Dan Demobilisasi Alat Berat
Masyarakat dan Masyarakat dan
PARTIKULAT (DEBU) Menggunakan Alat Berat Yang Cukup Banyak Setiap DPH 15 Tahun
lingkungan lingkungan
Harinya Sehingga Akan Menyebabkan Terjadinya
Penyebaran Debu Diudara Disepanjang Jalan

137
DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP
KERANGKA ACUAN

Beban Terhadap Komponen Lingkungan: Adanya


Kegiatan Kontruksi Bangunan Menggunakan Alat
Masyarakat dan Masyarakat dan
Pertikulat (Debu) Berat Yang Cukup Banyak Setiap Harinya Sehingga DPH 15 Tahun
Kontruksi Bangunan lingkungan lingkungan
Akan Menyebabkan Terjadinya Penyebaran Debu
Ambang dan Tanggul Diudara Disepanjang Jalan
2
Akibat aktifitas Konstruksi bangunan
Masyarakat dan Masyarakat dan
Kekeruhan, TDS dan TSS Oleh alat berat disekitar danau dapat DPH 15 Tahun
lingkungan lingkungan
menyebabkan terjadinya perubahan kualitas air

Beban Terhadap Komponen Lingkungan: Adanya


Kegiatan dngan Menggunakan Kendaraan alat
Masyarakat dan Masyarakat dan
Pertikulat (Debu) Dengan Jumlah Ritase Yang Cukup Banyak Setiap DPH 15 Tahun
lingkungan lingkungan
Harinya Sehingga Akan Menyebabkan Terjadinya
Pekerjaan Lining dan Penyebaran Debu Diudara Disepanjang Jalan
3
Saluran
Akibat aktifitas Pekerjaan Pekerjaan Lining dan
Masyarakat dan Masyarakat dan
Kekeruhan, TDS dan TSS Saluran Oleh alat berat disekitar danau dapat DPH 15 Tahun
lingkungan lingkungan
menyebabkan terjadinya perubahan kualitas air

Beban terhadap komponen lingkungan: Adanya


kegiatan Pekerjaan Pengerukan (Revitalisasi Danau)
dan Pengangkutan Material Hasil Kerukan
Masyarakat dan menggunakan kendaraan pengangkut dengan Masyarakat dan
CO DPH 15 Tahun
lingkungan jumlah ritase yang cukup banyak setiap harinya lingkungan
akan menimbulkan emisi gas buang kendaraan
yang dapat mencemari udara di sepanjang jalan
yang dilalui kendaraan pengangkut.
Beban terhadap komponen lingkungan: Adanya
kegiatan Pekerjaan Pengerukan (Revitalisasi Danau)
dan Pengangkutan Material Hasil Kerukan
Masyarakat dan menggunakan kendaraan pengangkut dengan Masyarakat dan
PB DPH 15 Tahun
Pekerjaan Pengerukan lingkungan jumlah ritase yang cukup banyak setiap harinya lingkungan
(Revitalisasi Danau) dan akan menimbulkan emisi gas buang kendaraan
Pengangkutan Material yang dapat mencemari udara di sepanjang jalan
4
Hasil Kerukan yang dilalui kendaraan pengangkut.
Beban terhadap komponen lingkungan: Adanya
kegiatan Pekerjaan Pengerukan (Revitalisasi Danau)
dan Pengangkutan Material Hasil Kerukan
Masyarakat dan menggunakan kendaraan pengangkut dengan Masyarakat dan
HC DPH 15 Tahun
lingkungan jumlah ritase yang cukup banyak setiap harinya lingkungan
akan menimbulkan emisi gas buang kendaraan
yang dapat mencemari udara di sepanjang jalan
yang dilalui kendaraan pengangkut.
Beban Terhadap Komponen Lingkungan: Adanya
Kegiatan Pengangkutan Material Menggunakan
Masyarakat dan Kendaraan Pengangkut Dengan Jumlah Ritase Yang Masyarakat dan
PARTIKULAT (DEBU) DPH 15 Tahun
lingkungan Cukup Banyak Setiap Harinya Sehingga Akan lingkungan
Menyebabkan Terjadinya Penyebaran Debu
Diudara Disepanjang Jalan

138
DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP
KERANGKA ACUAN

Beban terhadap komponen lingkungan: Pada Tahap


Pekerjaan Pengerukan (Revitalisasi Danau) dan
Masyarakat dan Masyarakat dan
Tingkat Kebisingan (dBA) Pengangkutan Material Hasil Kerukan , kebisingan DPH 15 Tahun
lingkungan lingkungan
ditimbulkan dari gesekan roda, serta suara mesin
kendaraan pengangkut.
Akibat aktifitas Pekerjaan Pengerukan (Revitalisasi
Masyarakat dan Danau) dan Pengangkutan Material Hasil Kerukan Masyarakat dan
Kekeruhan, TDS dan TSS DPH 15 Tahun
lingkungan Oleh alat berat disekitar danau dapat lingkungan
menyebabkan terjadinya perubahan kualitas air
Akibat aktifitas Pekerjaan Pengerukan (Revitalisasi
Danau) dan Pengangkutan Material Hasil Kerukan
Masyarakat dan BOD, COD, DO, Nitrat, Oleh alat berat disekitar danau dapat Masyarakat dan
DPH 15 Tahun
lingkungan Amonia , Fosfat menyebabkan terjadinya perubahan kualitas air lingkungan
terutama emisi yang keluar dari kendaraan
pengangkut yang digunakan
Beban Terhadap Komponen Lingkungan: Adanya
Kegiatan Pengelolaan Quarry Dan Borrow Area
Masyarakat dan Menggunakan Kendaraan Pengangkut Dengan Masyarakat dan
PARTIKULAT (DEBU) DPH 15 Tahun
lingkungan Jumlah Ritase Yang Cukup Banyak Setiap Harinya lingkungan
Pengelolaan Quarry dan Sehingga Akan Menyebabkan Terjadinya
5 Penyebaran Debu Diudara Disepanjang Jalan
Borrow Area
Beban terhadap komponen lingkungan: Pada Tahap
Masyarakat dan Pengelolaan Quarry dan Borrow Area, kebisingan Masyarakat dan
Tingkat Kebisingan (dBA) DPH 15 Tahun
lingkungan ditimbulkan dari gesekan roda dan as kendaraan lingkungan
tersebut, serta suara mesin kendaraan pengangkut.
Beban terhadap komponen lingkungan: Adanya
kegiatan Pembangunan Fasilitas Wisata Danau dan
Konservasi Vegetatif material menggunakan
Pembangunan Fasilitas
Masyarakat dan kendaraan pengangkut dengan jumlah ritase yang Masyarakat dan
6. Wisata Danau dan PARTIKULAT (DEBU) DPH 15 Tahun
lingkungan cukup banyak setiap harinya akan menimbulkan lingkungan
Konservasi Vegetatif
emisi gas buang kendaraan yang dapat mencemari
udara di sepanjang jalan yang dilalui kendaraan
pengangkut.

TAHAP OPERASIONAL

Akibat aktifitas masyarakat disekitar danau dapat


Masyarakat dan Masyarakat dan
Kekeruhan, TDS dan TSS menyebabkan terjadinya perubahan kualitas air DPH 15 Tahun
Operasional dan lingkungan lingkungan
terutama tumbuhnya mikroba
Pemeliharaan Danau
1.
Mahena Beserta
Fasilitasnya Akibat aktifitas masyarakat disekitar danau dapat
Masyarakat dan BOD, COD, DO, Nitrat, Masyarakat dan
menyebabkan terjadinya perubahan kualitas air DPH 15 Tahun
lingkungan Amonia , Fosfat lingkungan
terutama kandungan oksigen dalam air danau

139
DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP
KERANGKA ACUAN

Akibat aktifitas masyarakat disekitar danau dapat


Masyarakat dan Masyarakat dan
Total Coliform menyebabkan terjadinya perubahan kualitas air DPH 15 Tahun
lingkungan lingkungan
terutama tumbuhnya mikroba

Gambar 14. Peta Wilayah Studi

140
DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP
KERANGKA ACUAN

BAB III
METODA STUDI

3.1 Pendekatan Studi


Tahap awal pendekatan studi dilakukan dengan mengacu pada
pertimbangan aspek :
1. Rencana kegiatan proyek,
2. Kondisi ekologis (lingkungan) areal sekitar proyek
3. Pertimbangan dasar hukum yang berlaku.
Ketiga komponen data utama tersebut dipergunakan sebagai kajian
dalam proses pelingkupan untuk menetapkan Dampak Penting Hipotetik (DPH).
Dampak penting hipotetik yang telah ditetapkan masih bersifat sementara dan
tentunya masih dapat berkembang setelah data primer dan data pengamatan
lapangan secara intensif telah dilakukan. Dampak penting berguna untuk
menuntun dan mengarahkan pola kajian dan penelitian, sehingga studi
opersional Danau Mahena Kota Kab. Kepulauan Sangihe ini dapat terfokus dan
tidak melebar. Selain itu, dilakukan pemilihan komponen kegiatan dan
komponen lingkungan yang akan ditelaah, lingkup wilayah studi, serta
metodologi studi. Dengan disepakati ke-empat komponen tersebut, diharapkan
objek dan metode studi akan lebih terarah.
Sebagaimana kegiatan pada umumnya terdapat kekhususan dalam
prakiraan dampak yang akan terjadi, maka dalam penyusunan studi AMDAL
Revitalisasi Danau Mahena Kab. Kepulauan Sangihe yang merupakan komponen
lingkungan yang dihasilkan oleh kegiatan pada tahap prakonstruksi, konstruksi
dan operasional nantinya akan saling berkesinambungan, sehingga dalam
pendekatan studi ini akan mengacu pada dua dimensi
A. Dimensi Waktu
1) Tahap Pra-Konstruksi
2) Tahap Konstruksi
141
DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP
KERANGKA ACUAN

3) Tahap Operasi
B. Dimensi Komponen Lingkungan hidup yang terpengaruh
1) Fisika-Kimia
2) Biologi
3) Sosial Ekonomi dan Budaya
4) Kesehatan Masyarakat
Penelitian lapangan dilakukan untuk mendukung kajian dan analisis lebih
cermat. Dari data ini dilakukan identifikasi, prediksi dan evaluasi dampak, yang
berguna untuk mendapatkan masukan dampak-dampak mana yang perlu
dikelola sehingga sasaran akhir berupa rencana pengelolaan dan pemantauan
dampak dapat dicapai. Untuk lebih jelasnya, pendekatan studi disajikan pada
Gambar berikut:

Pengumpulan Data dan Informasi Tentang :


 Rencana Usaha dan/atau kegiatan
 Rona Lingkungan hidup
 Kegiatan lain di sekitar rencana usaha
dan/atau kegiatan
 Saran, tanggapan dan pendapat masyarakat

Proyeksi perubahan rona lingkungan hidup sebagai


akibat adanya rencana usaha dan/atau
kegiatan

Penentuan besaran dan sifat penting dampak


terhadap lingkungan hidup yang ditimbulkan oleh
rencana dan/atau kegiatan

142
DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP
KERANGKA ACUAN

Evaluasi dampak penting terhadap lingkungan hidup

Rekomendasi /saran tindak lanjut untuk pengambil


keputusan perencanaan dan pengelolaan lingkungan
hidup berupa :
 Alternatif Komponen usaha dan /atau kegiatan
 Rencana Pengelolaan Lingkungan
 Rencana Pemantauan Lingkungan

Gambar 15. Diagram Alir Pendekatan Studi

3.2 Metoda Pengumpulan dan Analisis Data


Pengumpulan data dilakukan baik data primer yang diambil langsung di
lapangan maupun data sekunder dari instansi atau pihak terkait yang telah
mengadakan penelitian tentang aspek yang serupa.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara :
 Wawancara
 Survey dan Pengambilan sampel di lapangan
 Pengisian formulir isian tentang rencana kegiatan
 Studi perbandingan dengan kegiatan lain jika ada, baik yang sudah beroperasi
ataupun lainnya.
Komponen-komponen lingkungan yang menjadi objek studi meliputi:
3.2.1 Komponen Fisika Kimia
1. Penurunan Kualitas Udara
Parameter yang dikaji
Parameter yang diteliti mencakup kandungan debu (PM10) dan gas polutan
berupa SO2, CO, HC, dan NO2. Timbulnya debu dan gas polutan pada tahap

143
DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP
KERANGKA ACUAN

konstruksi bersumber dari kobilisasi material dan alat berat. Sementara pada
tahap operasi bersumber dari kegiatan operasional dan pemeliharaan.
Lokasi Pengambilan Sampel
Lokasi pengambilan sampel uji kualitas udara didasarkan pada arah angin
dominan dengan jumlah titik sampling sebanyak 4 titik, yaitu:
a. Desa Raku Kec. Tabukan Utara (Sungai Manemba),
b. Desa Kuma Kec. Tabukan Tengah (Sungai Kuma),
c. Desa Laine Kec. Manganitu Selatan (sungai Kadadima), dan
d. Desa laine Kec Manganitu Selatan (Sungai Tawara)
Metode Pengumpulan data
Pengumpulan data kualitas udara dilakukan secara langsung di lapangan
sebagai data primer. Pengambilan sampel uji untuk gas, dilakukan dengan
menggunakan gas sample dan untuk debu dengan High Volume Air Sampler
(Hi-vol). Sampel uji yang diperoleh selanjutnya dianalisis di laboratorium
lingkungan. Metode pengambilan sampel uji gas polutan dan debu dapat
dilihat pada tabel berikut:

Tabel 12. Metode Pengambilan dan Analisis Sampel Uji Kualitas Udara
Baku Mutu
N PP
Parameter Metode Analisis Peralatan
o 41/1999
Spektrofotomet
1 Sulfur Dioksida (SO2) Spektrofotometer 365 mg/Nm³
rik
Karbon Monoksida Non Dispersive Spektrofotometer 10.000
2
(CO) Infra Red (NDIR) NDIR Analyzer mg/Nm³
Nitrogen Dioksida
3 Saltzman Spektrofotometer 150 mg/Nm³
(NO2)
4 Debu (PM10) Gravimetrik Timbangan analitik 230 mg/Nm³

Metode Analisis Data


Metode analisis data yang digunakan adalah metode analisis komparatif,
yaitu data kualitas udara hasil analisis dibandingkan dengan baku mutu

144
DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP
KERANGKA ACUAN

kualitas udara menurut Peraturan Pemerintah RI Nomor 41 Tahun 1999


tentang Pengendalian Pencemaran Udara disajikan pada Tabel diatas
2. Peningkatan Kebisingan
Parameter yang dikaji
Parameter yang diteliti adalah tingkat kebisingan. Pada tahap konstruksi
peningkatan kebisingan bersumber dari Mobilisasi Material dan Alat Berat.
Sementara pada tahap operasi bersumber dari Kegiatan Operasional dan
Pemeliharaan.
Lokasi Pengambilan Sampel
Lokasi pengambilan sampel uji kualitas udara didasarkan pada arah angin
dominan dengan jumlah titik sampling sebanyak 4 titik, yaitu:
a. Ditengah tapak proyek sebanyak 1 titik
b. Pada pemukiman penduduk sebanyak 2 titik.
Metode Pengumpulan data
Pengukuran kebisingan dilakukan langsung di lapangan dengan menggunakan
alat Sound Level Meter. Pencatatan nilai kebisingan dilakukan setiap 5 detik
selama 10 menit sehingga diperoleh data nilai kebisingan sebanyak 120 data.
Tingkat kebisingan di satu titik dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Sumber Diam:

Sumber Bergerak:
Keterangan:
SL1 = Intensitas sumbu 1 pada jarak r1
SL2 = Intensitas sumbu 2 pada jarak r2
Resultan dari dua atau lebih sumber bising.
145
DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP
KERANGKA ACUAN

 Dua Sumber Sama:

 Sumber Sama:

Sumber Berbeda-beda:

Dimana,
Li = tingkat kebisingan pada satu lokasi
k = banyaknya sampel pada satu selang tertentu
LK = rata-rata selang tingkat kebisingan

Tabel 13. Metode Pengukuran dan Baku Mutu Kebisingan


Baku
Metod Mutu
e 48/MENL
No Tingkat Kebisingan Analisi Peralatan H/
s 11/19
96
1 Perumahan dan Pengukuran Sound Level 55 dBA
Permukiman Meter
2 Kawasan bisnis, industri Pengukuran Sound Level 70 dBA
dan perkantoran Meter

146
DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP
KERANGKA ACUAN

Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan adalah metode analisis komparatif,


yaitu data hasil pengukuran dibandingkan dengan baku mutu tingkat
kebisingan menurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor:
Kep.48/MENLH/11/1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan, disajikan pada
Tabel diatas.

3. Penurunan Kualitas Air


Parameter yang akan dikaji
Parameter yang diteliti disesuaikan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 82
Tahun 2001, tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran
Air. Sebagai acuan dalam baku mutu kualitas air permukaan secara nasional
dengan parameter antara lain: TSS, Suhu, Minyak dan Lemak, pH, NH3-N,
H2S, Senyawa Fenol Total, Surfaktan (MBAS), Logam Terlarut dan Koliform
Total. Kualitas air permukaan akan berubah karena terkena dampak akibat
dari usaha dan/atau kegiatan Revitalisasi Danau Mahena Kab. Kepulauan
Sangihe.
Lokasi pengambilan sampel
Pengambilan sampel air di danau Mahena dilakukan di tujuh aliran/sungai
yang masuk ke danau (inlet) dan satu aliran/sungai yang keluar dari danau
(outlet).
Metode pengumpulan data
Pada kedalaman tertentu Pengambilan sampel uji air permukaan
dilakukan dengan botol sampling. Sampel air yang telah diambil dari berbagai
kedalaman digabung, sebanyak 2 liter dimasukkan ke dalam jerigen plastik
dan diberi label yang menyatakan nomor sampel, tanggal, lokasi dan lain-lain.
Pengukuran untuk 1 lokasi sampling dilakukan sekitar 2 jam. Untuk
parameter yang tidak dapat diawetkan yaitu pH dilakukan analisis di
lapangan dan temperatur diukur dengan termometer di lapangan. Untuk

147
DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP
KERANGKA ACUAN

analisis BOD, sampel air diawetkan dengan cara dimasukkan ke dalam botol
kaca kedap cahaya yang bervolume 200 ml. Untuk COD, sampel air
dimasukkan ke dalam botol kaca tidak kedap cahaya bervolume 200 ml dan
diawetkan dengan asam sulfat 5 N sebanyak 0.5 ml. Untuk analisis parameter
yang lain yaitu zat padat tersuspensi, zat padat terlarut, amoniak, surfaktan
anion, minyak dan lemak serta yang lainnya, sampel air dimasukkan ke dalam
jerigen plastik 2 liter. Baik botol kaca maupun jerigan plastik tempat sampel
air diawetkan dengan cara dimasukkan ke dalam cool box, selanjutnya
dianalisis di laboratorium.
Metode beserta peralatan analisis kualitas air permukaan berikut dapat
dilihat pada Tabel berikut.
Tabel 14. Metode Analisis Kualitas Air Permukaan
Parameter Spesifikasi
Kelomp Yang Teknik Pengujian Metoda
ok Diukur Pengujian
(1) (2 (3 (4
) ) )
Kimia Besi Kolorimetri dengan SNI 06-1127-1989
Amorganik Penantrolin
Spektofotometri
serapan atom secara SNI 06-2466-1991
Kadmium langsung
Kolorimetri dngan SNI 06-1130-1989
Ditizon
Kebutuhan Inkubasi pada
oksigen temperatur 20 0 SNI 06-2503-1991
Biokimiawi C, 5 hari
(BOD)
Kebutuhan
Oksigen Refluks secara tertutup SNI 06-2504-1991
Kimia
wi
(COD)
Khlorida (CL) Titrimetri secara SNI 06-2431-1996
Agentometri
Spektofotometri
Kobal serapan atom secara SNI 06-2471-1991
langsung
Kolorimetri
Krom dengan SNI 06-1132-1989
Difenil
Karbazid

148
DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP
KERANGKA ACUAN

Magnesium Titrimetrik dengan EDTA SNI 06-2430-1991


Spektofotometri
Mangan serapan atom secara SNI 06-2497-1991
langsung
Spektofotometri
Merkuri serapan atom SNI 06-2912-1992
dengan Mercury
Analyzer
Spektofotometri
Nikel deng SNI 19-1419-1989
an dietilglioksin
Spektofotometri dengan
Nitrat (NO3 – brusin sulfat SNI 06-2480-1991
N)
Spektofotometri
Nitrit dengan asam SNI 06-2484-1991
sulfanilat
Oksigen Titrimetri SNI 06-2424-1996
terlarut
pH Elektrometri SNI 06-1140-1989
Seng Kolorimetri dengan SNI 06-1137-1989
Ditizon
Sianida Ion selektif meter SNI 06-2474-1991
Sulfat Turbidimetri SNI 06-2426-1991
Kolorimetridengan
Sulfida para SNI 19-1664-1989
Aminodimetil Anilin
Spektofotometri
Tembaga serapan atom SNI 06-2514-1991
secara langsung
Timbal Kolorimetri secara SNI 06-1138-1989
Ditizon
Parameter Spesifikasi
Kelomp Yang Teknik Pengujian Metoda
ok Diukur Pengujian
(1) (2 (3 (4
) ) )
Mikro Koli tinja Saringan membran SNI 19-3956-1995
Biologi Koli total Tabung fermentasi SNI 19-4158-1995
Residu
terlarut (TDS) Gravimetri SNI 06-1136-1989
Residu
Kualitas Fisika tersuspensi Gravimetri SNI 06-1135-1989
Air (TSS)
Temperatur Termometri SNI 06-2413-1991
Spektofotometri dengan
Detergen biru metilna SNI 06-2476-1991
Spektofotometri dengan
Kimia Organik Fenol amino antipirin SNI 06-2469-1991
Ekstraksi dengan
Minyak dan Petroleumeter SNI 06-4159-1996
Lemak

Metode analisis Data


149
DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP
KERANGKA ACUAN

Data data mengenai hasil analisis laboratorium sampel air pemukaan


dianalisis secara tabulasi dan dibandingkan dengan baku mutu yang berlaku.
Dalam hal ini menurutPeraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 kualitas
air kelas II Sedangkan data mengenai debit sesaat tersebut yang diperoleh
dari lapangan dianalisis secara tabulasi. Selanjutnya dilakukan analisis
mengenai kondisi kualitas lingkungan untuk tingkat kesuburan tanah pada
saat rona awal, yaitu dengan menggunakan tabel skala kualitas lingkungan.
Tabel 15. Baku Mutu Kualitas Air Permukaan
Baku Mutu
N Paramet Satuan *) PP 82 Thn
o er 2001
I FISIKA
1 Suhu OC Deviasi
3
2 Zat padat tersuspensi mg/L 50
3 Zat padat terlarut mg/L 1000
II KIMIA
1 pH - 6-9
2 Air Raksa (Hg) mg/L 0,002
3 Besi (Fe) mg/L 0,3
4 Kadmium (Cd) mg/L 0,01
5 Khrom valensi 6 mg/L 0,05
6 Khrom total mg/L -
7 Kobalt (Co) mg/L 0,02
8 Mangan (Mn) mg/L 0,1
9 Nikel (Ni) mg/L -

Baku Mutu
No Paramet Satuan *) PP 82 Thn
er 2001
10 Timbal (Pb) mg/L 0,03
11 Tembaga (Cu) mg/L 0,02
12 Seng (Zn) mg/L 0,05
13 DO mg/L ≥4
14 Sulfat mg/L, -
15 Sulfida sbg H2S mg/L 0,002
16 Phospahat Total sbg P mg/L 0,2
17 NH3-N mg/L -
18 Nitrit, sbg N mg/L -
19 Nitrat, sbg N mg/L 10

150
DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP
KERANGKA ACUAN

20 BOD mg/L 3
21 COD mg/L 25
22 Minyak & Lemak mg/L 1
23 Surfaktan (Detergent) mg/L 0,2
III Mikrobiologi
1 Koliform Tinja Jml/100 1000
ml
2 Koliform Total Jml/100 5000
ml
Keterangan :
*) Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001, baku mutu air sungai kelas II

4. Penurunan Kualitas Air Tanah (Hidrologi)


Parameter yang akan dikaji
Parameter yang diteliti disesuaikan dengan No.416/MEN.KES/PER/IX/1990
tentang Syarat- syarat dan Pengawasan Kualitas Air. Sebagai acuan dalam
baku mutu kualitas air tanah secara nasional dengan parameter antara lain:
Besi, Kesadahan, Nitrat dan Nitrit serta Koliform Total. Parameter kualitas air
tanah dengan baku mutu yang ditetapkan disajikan pada Tabel berikut.
Kualitas air tanah akan berubah karena terkena dampak akibat dari usaha
dan/atau kegiatan Revitalisasi Danau Mahena Kab. Kepulauan Sangihe.

Lokasi pengambilan sampel


Lokasi pengambilan sampel air tanah di wilayah studi akibat Kab. Kepulauan
Sangihe dilakukan pada 2 titik, yaitu:
a. Sumur penduduk sebanyak 1 titik,
b. Sumur di Lokasi Kegiatan sebanyak 1 titik.

Metode pengumpuan data


Pengambilan sampel uji air tanah dilakukan dengan botol sampling digunakan
untuk pengambilan sampel. Sampel air yang telah diambil dari sumur
sebanyak 2 liter dimasukkan ke dalam jerigen plastik dan diberi label yang
menyatakan nomor sampel, tanggal, lokasi dan lain-lain. Pengukuran untuk 1

151
DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP
KERANGKA ACUAN

lokasi sampling dilakukan sekitar 2 jam. Untuk parameter yang tidak dapat
diawetkan yaitu pH dilakukan analisis di lapangan dan temperatur diukur
dengan termometer di lapangan. Metode beserta peralatan analisis kualitas
air permukaan berikut baku mutu dapat dilihat pada Tabel berikut.

Tabel 16. Metode Analisis Kualitas Air Tanah

No Parameter Satuan Metode


A FISIKA
1 Bau - Organoleptis
2 Rasa - Organoleptis
3 Kekeruhan Skala NTU SNI06-6989.11)25-2005
4 Warna Skala TCU SNI 06-6989.24-2005
5 Suhu °C SNI 06-6989.23-2005
6 Zat Padat Terlarut mg/L TDS Meter
(TDS)
B KIMIA
1 Arsen (As) mg/L Standart Methods 3500-As
2 Besi (Fe) mg/L Wl-M-K 1BLK-SB
3 Fluorida (F) mg/L SNI 06-6989.29-2005
4 Kadmium (Cd) mg/L SNI 06-6989.16 -2009
5 Kesadahan (CaC03) mg/L SNI 06-6989.12-2004
6 Klorida (Cl) mg/L SNI 06-6989.19 -2009
7 KromiumValens i VI mg/L SNI 06-6989.53 -2010
(Cr)
8 Mangan (Mn) mg/L SNI 06-6989.5-2009
9 Nitrat (N03)-N mg/L SNI 06-6989.74-2009
10 Nitrit (N02)-N mg/L SNI 06-6989.9-2004
11 pH - SNI 06-6989.11-2004
12 Seng (Zn) mg/L SNI 06-6989.7-2009
13 Sianida (CN) mg/L Standart Methods 4500-CN-E
14 Sulfat (S04) mg/L SNI 06-6989.20-2009
15 Timbal (Pb) mg/L SNI 06-6989.8-2009
16 De!ergen sebagai mg/L SNI 06-6989.51-2005
MBAS
17 Zat Organik (KMnO4) mg/L SNI 06-6989.22-2004
C MIKROBIOLOGI
1 MPN Coli Form /100ml APHA.4 .221.B
2 MPN Coli Tinja /100ml APHA.4 .221.E
Sumber Data : Permenkes RI No.416/MEN.KES/PER/IX/1990
Metode analisis Data

152
DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP
KERANGKA ACUAN

Data data mengenai hasil analisis laboratorium sampel air pemukaan


dianalisis secara tabulasi dan dibandingkan dengan baku mutu yang berlaku.
Dalam hal ini menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI
No.416/MEN.KES/PER/IX/1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan
Kualitas Air.
Tabel 17. Baku Mutu Kualitas Air Tanah

N Parameter Satuan Baku Mutu


o
A FISIKA
1 Bau - Tidak BErbau
2 Rasa - Tidak Berbau
3 Kekeruhan Skala 25
NTU
4 Warna Skala 50
TCU
5 Suhu °C +3 °C
6 Zat Padat Terlarut mg/L 1500
(TDS)
B KIMIA
1 Arsen (As) mg/L 0,05
2 Besi (Fe) mg/L 1,0
3 Fluorida (F) mg/L 1,5
4 Kadmium (Cd) mg/L 0,00
5
5 Kesadahan (CaC03) mg/L 500
6 Klorida (Cl) mg/L 600
7 KromiumValens i VI (Cr) mg/L 0,05
8 Mangan (Mn) mg/L 0,5
9 Nitrat (N03)-N mg/L 10
1 Nitrit (N02)-N mg/L 1,0
0
11 pH - 6,5-
9,0
12 Seng (Zn) mg/L 15
13 Sianida (CN) mg/L 0,1
14 Sulfat (S04) mg/L 40
0
15 Timbal (Pb) mg/L 0,05
16 De!ergen sebagai mg/L 0,5
MBAS
17 Zat Organik (KMnO4) mg/L 10
C MIKROBIOLOGI
1 MPN Coli Form /100ml 50

153
DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP
KERANGKA ACUAN

2 MPN Coli Tinja /100ml -


Keterangan : Permenkes RI No.416/MEN.KES/PER/IX/1990

3.3 Metoda Prakiraan Dampak Penting


Prakiraan akan dilakukan secara cermat terhadap dampak dari kegiatan
operasional Danau Mahena. Terhadap lingkungan hidup, mulai pada tahap pra
konstruksi, konstruksi sampai operasi. Telaahan ini dilakukan dengan cara
menganalisis perbedaan antara kondisi kualitas lingkungan hidup yang
diperkirakan dengan adanya rencana kegiatan, dan kondisi kualitas lingkungan
hidup yang diperkirakan tanpa adanya rencana kegiatan dengan menggunakan
metode prakiraan dampak baik dengan metode formal maupun non formal
sebagai berikut:
3.3.1 Metode Prakiraan Besaran Dampak
Prakiraan besarnya dampak dilakukan atas pertimbangan bahwa kondisi
rona lingkungan yang cepat berubah, maka besaran dampak dihitung dengan
cara kualitas lingkungan dengan proyek dikurangi kualitas lingkungan yang akan
datang tanpa proyek (Soemarwoto, 1984), dengan rumus sebagai berikut:
Besarnya dampak = KLdp - KLtp = KLdp - RLA Di mana
KLdp = kondisi lingkungan “dengan proyek”.
KLtp = kondisi lingkungan “tanpa proyek” (di dalam hal ini diwakili rona awal/RLA
Kualitas lingkungan saat kegiatan berlangsung diperoleh dari perhitungan
matematis dan analogi, berdasarkan deskripsi rencana kegiatan serta
dihubungkan dengan 7 kriteria dampak penting menurut Undang-undang Nomor
32 Tahun 2009 dan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012. Dampak
menguntungkan atau positif diberi tanda (+) dan dampak merugikan atau negatif
diberi tanda (-). Prakiraan besaran dampak merupakan kajian perubahan yang
ditimbulkan oleh rencana usaha dan/atau kegiatan terhadap lingkungan hidup,
diperoleh dengan cara formal menggunakan rumus empiris/matematis serta non

154
DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP
KERANGKA ACUAN

formal berupa analogi dengan kegiatan sejenis di tempat lain yang mempunyai
perilaku lingkungan hidup serupa.
1. Kualitas Udara
Untuk memperkirakan dampak penurunan kualitas udara (peningkatan
debu dan gas pencemar) digunakan model matematis. Model ini digunakan
untuk mengetahui besarnya kontribusi polutan yang diemisikan dari sumber-
sumber pencemar terhadap kualitas udara serta pola sebaran dari polutan
tersebut. Untuk menghitung besarnya laju emisi dari suatu kegiatan digunakan
formula berikut :
Laju Emisi = Faktor Emisi x Tingkat Emisi Pencemar dari Kegiatan Spesifik
Kandungan polutan di udara ambien terjadi sebagai akibat suatu aktivitas
sebagai sumber dampak. Terutama pada saat dilakukan tahap konstruksi
dihitung dengan menggunakan formula berikut :

Dimana :
C = konsentrasi ambien (mg/m3)
Q = laju emisi (mg/detik/m2)
z = tinggi pencampuran (m)
s = panjang daerah tinjauan searah dengan arah angin (m)
u = kecepatan angin (m/dtk)

Untuk sebaran atau dispersi pencemar (polutan) udara akibat dari suatu sumber
titik diperkirakan dengan menggunakan model dispersi Gaussian sebagai berikut
:


Dimana:
Cj(x,y,z) = konsentrasi zat pencemar di koordinat x, y, dan z, mg/m3
Q = laju emisi pencemar, gr/m3
sy = koefisien dispersi horizontal Gaussian, m
sz = koefisien dispersi vertikal Gaussian, m
155
DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP
KERANGKA ACUAN

µ = kecepatan angin rata-rata pada arah sumbu x, m/dtk


H = tinggi cerobong efektif (tinggi cerobong + tinggi kepulan), m

Sementara untuk memprediksi penyebaran zat pencemar dari sumber garis


(jalan raya) menggunakan persamaan Gauss seperti di bawah ini :

Dimana:
C(x,,z) = konsentrasi zat pencemar di di pinggir pada jarak x meter dari jalan
(ug/m³)
Q = laju emisi pencemar perjarak, (gr/s-m)
z = koefisien dispersi vertikal Gaussian, (m)
µ = kecepatan angin rata-rata pada arah sumbu x, (m/dtk)
Z = tinggi reseptor dari permukaan tanah , (m)
Exp = eksponen

Besaran dampak adalah selisih antara kandungan parameter kualitas udara hasil
perhitungan (setelah ada proyek) dengan hasil analisis sampel uji pada rona
lingkungan hidup awal. Selain untuk menentukan kandungan parameter kualitas
udara setelah ada proyek dapat dilakukan secara analogi dengan kasus sejenis
yang terjadi di tempat lain yang mempunyai perilaku lingkungan hidup serupa.
2. Kebisingan
Dalam memperkirakan dampak kebisingan mencakup 2 (dua) aspek, yaitu
akumulasi tingkat kebisingan dari berbagai sumber suara bising dan tingkat
kebisingan oleh jarak terhadap sumber kebisingan. Akumulasi tingkat kebisingan
akibat sumber suara dihitung berdasarkan formula berikut :

Dimana :
Lp total = tingkat kebisingan total, dBA
P1 = intensitas suara sumber 1,
P2 = intensitas suara sumber 2,
Pn = intensitas suara sumber n,

156
DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP
KERANGKA ACUAN

P0 = intensitas suara referensi,

Untuk memprakirakan peningkatan kebisingan dilakukan dengan membadingkan


antara hasil perhitungan dengan rona lingkungan awal, selisihnya adalah besaran
dampak yang dimaksud. Tingkat kebisingan di suatu titik yang terjadi sebagai
akibat perubahan jarak untuk sumber garis menggunakan formula sebagai
berikut :

Dimana :
Lp1 = tingkat kebisingan pada jarak r1
Lp2 = tingkat kebisingan pada jarak r2
r1 = jarak 1 dari sumber kebisingan
r2 = jarak 2 dari sumber kebisingan

Besaran dampak adalah selisih antara tingkat kebisingan hasil perhitungan


(setelah ada proyek) dengan tingkat kebisingan pada rona lingkungan hidup
awal. Selain itu untuk menentukan tingkat kebisingan setelah ada proyek dapat
dilakukan secara analogi dengan kasus sejenis yang terjadi di tempat lain yang
mempunyai perilaku lingkungan hidup serupa.
3. Kualitas Air
Untuk menduga beban pencemaran yang akan masuk ke badan air penerima,
digunakan rumus beban pencemaran :

Dimana :
C = konsentrasi air sungai setelah bercampur dengan air limbah
C2 = konsentrasi air sungai sebelum bercampur dengan air limbah
(pengukuran)
Q2 = debit air sungai sebelum bercampur dengan air limbah (pengukuran
dan data
sekunder)

157
DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP
KERANGKA ACUAN

C1 = konsentrasi air limbah sebelum bercampur dengan air sungai (data


sekunder) Q1 = debit air limbah sebelum bercampur dengan air sungai (data
sekunder)

Dampak penurunan kualitas air tanah adalah selisih antara kandungan parameter
berdasarkan hasil perhitungan dengan hasil analisis sampel uji di laboratorium.
Untuk memprakirakan kandungan suatu parameter pada air tanah setelah ada
kegiatan pengembangan Danau Mahena Kab. Kepulauan Sangihe, untuk itu
digunakan analogi dengan kegiatan sejenis di lokasi lain yang mempunyai
perilaku lingkungan hidup serupa.

Prakiraan besarnya dampak meningkatnya banjir dan air genangan akan


digunakan metode formal yaitu dengan membandingkan banjir dan air genangan
air hasil pengamatan di lokasi rencana kegiatan dengan hasil perhitungan maka
selisihnya adalah besarnya dampak yang akan terjadi.menghitung perkiraan
besarnya air larian (run-off)yang menjadi air larian dan air genangan digunakan
metode rasional (U.S. Soil Conservation Service, 1973 dalam Suripin, 2003).
Persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut:
Q = 0,0028 C i A
Dimana,
Q = air larian(run-off), dalam m3/hari
C = koefisienrun-off
i = intensitas hujan, dalam mm/hari
A = luas wilayah, dalam Ha

3.3.2 Metode Prakiraan Sifat Penting Dampak


Prakiraan sifat penting dampak dituangkan dalam bentuk matrik seperti disajikan
pada Tabel dibawah tentang Matriks Prakiraan Dampak Penting.Prakiraan sifat
penting dampak dilakukan dengan menghubungkan setiap besaran dampak
dengan 7 kriteria dampak penting yang tertera dalam Undang-undang Nomor 32
Tahun 2009 dan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012, yaitu:

158
DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP
KERANGKA ACUAN

a. Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usa dan/atau
kegiatan.
b. Luas wilayah penyebaran dampak
c. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
d. Banyaknya komponen lingkungan lain yang akan terkena dampak
e. Sifat komulatif dampak
f. Berbalik atau tidaknya berbaliknya dampak dan/atau
g. Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Tabel 18. Matriks Prakiraan Sifat Penting Dampak

No Kriteria Dampak Penting Penting


Apabila
1 Jumlah penduduk yang akan terkena Ada penduduk di sekitar yang terkena
dampak rencana usaha dan/atau dampak
kegiatan
2 Luas wilayah penyebaran dampak Luas penyebaran dampak ≥ 20 % dari
luas
wilayah studi
3 Intensitas dan lamanya Intensitasnya melebihi baku mutu dan
dampak berlangsung durasi dampak berlangsung 25% dari
tahap kegiatan
4 Banyaknya komponen lingkungan Ada komponen lain yang terkena
hidup lain yang akan terkena dampak
dampak
5 Sifat kumulatif dampak Dampak Terakumulasi
6 Berbalik atau tidak berbaliknya Dampak Tidak Berbalik
dampak
7 Kriteria lain sesuai dengan Tergantung dari Teknologi yang
perkembangan ilmu pengetahuan digunakan
dan teknologi; ramah lingkungan atau tidak (apabila
tidak ramah lingkungan menjadi
penting)
Dalam menentukan jenis dampak termasuk kategori dampak penting ditetapkan
berdasarkan kriteria sebagai berikut :
a. Apabila tingkat kepentingan dampak berjumlah (∑ P) ≥ 2 dan dampak yang
diprakirakan akan menyebabkan terjadinya perubahan kualitas lingkungan
pada parameter tertentu yang mengakibatkan nilai dari parameter tersebut
melebihi baku mutu, maka kesimpulan dampak termasuk kategori dampak
penting.
159
DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP
KERANGKA ACUAN

b. Apabila tingkat kepentingan dampak berjumlah (∑ P) ≥ 1 dan dampak yang


diprakirakan akan menyebabkan terganggunya penduduk oleh rencana
kegiatan dan/usaha maka kesimpulan dampak termasuk kategori dampak
penting.

3.4 Metoda Evaluasi Secara Holistik terhadap Dampak Lingkungan


3.4.1 Evaluasi Dampak Penting
Dalam melakukan evaluasi terhadap besarnya dan sifat penting dampak
sebagai akibat dari Revitalisasi Danau Mahena Kab. Kepulauan Sangihe terhadap
lingkungan hidup, akan digunakan metode yang lazim dilakukan dalam studi
ANDAL yaitu matrik dan bagan alir sebab akibat yang berdasarkan pada bidang-
bidang ilmu pengetahuan diperoleh dari literatur sesuai dengan kajian dampak
yang dievaluasi. Selanjutnya dengan melakukan kajian hasil yang diperoleh dari
metode prakiraan dampak dilakukan evaluasi dampak penting. Dalam hal ini
dilakukan penelahaan lebih lanjut mengenai sebab musabab, asal usul, latar
belakang timbulnya dampak serta aspek kepentingan pelaksanaan kegiatan
Revitalisasi Danau Mahena Kab. Kepulauan Sangihe.
Sebab akibat yang terjadi di antara dampak primer, sekunder dan
seterusnya akan digambarkan sesuai dengan hasil yang diperoleh dari prakiraan
dampak. Dari hasil kajian pada evaluasi dampak penting akan didapat
pemahaman yang mendasar mengenai kaitan timbulnya dampak penting dengan
pelaksanaan kegiatan Revitalisasi Danau Mahena Kab. Kepulauan Sangihe.
Metode evaluasi dampak penting akan dituangkan dalam bentuk bagan alir.
3.4.2 Evaluasi Keterkaitan Antar Dampak Penting
Hasil evaluasi dampak penting merupakan telaah lebih lanjut yang telah
dituangkan di dalam Matriks Dampak Penting Hipotetik yang dilengkapi dengan
Bagan Alir Dampak Penting Hipotetik yang menggambarkan hubungan antara
dampak penting yang satu dengan yang lainnya (dampak lanjutan). Evaluasi

160
DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP
KERANGKA ACUAN

dititik beratkan pada sifat-sifat dampak yang terdiri atas perilaku masing-masing
dampak dan keterkaitan antar dampak, yang duraikan sebagai berikut :
A. Perilaku Masing-masing Dampak
1. Bermanfaat atau merugikan. Untuk dampak yang merugikan akan ditelaah
lebih mendalam.
2. Lamanya dampak berlangsung. Lama dampak berlangsung pada tahapan
kegiatan, ada yang hanya terjadi di tahap pra-konstruksi saja, tetapi ada pula
dampak yang terjadi sejak dari tahap pra-konstruksi sampai ke tahap
konstruksi bahkan mungkin baru berhenti setelah lebih dari satu daur rotasi.
3. Berbalik atau tidaknya dampak. Dampak yang permanen (seperti berubahnya
bentang alam) akan sangat berarti bagi kelestarian lingkungan dan ekosistim
binaan.
4. Sifat kumulatif dampak. Beberapa jenis dampak seperti menurunnya kualitas
udara dan meningkatnya kebisingan pada saat pengangkutan
material konstruksi, pembersihan lahan, pekerjaan konstruksi, akan
terakumulasi dan bertemu pada satu ruang dan waktu sehingga berdampak
terganggunya kesehatan masyarakat.
5. Dinamika dampak. Kelakuan dampak penting dari waktu ke waktu perlu dikaji
untuk menghindari kekeliruan dalam pengelolaan dampak.
6. Sebaran spasial. Luasnya sebaran dampak dan lokasi terjadinya dampak perlu
diketahui untuk memperoleh gambaran besarnya dampak, jenis dan
parameter lingkungan yang rawan terhadap dampak sekaligus
mengidentifikasi dampak yang terjadi di luar lokasi kegiatan Revitalisasi
Danau Mahena Kab. Kepulauan Sangihe.
B. Keterkaitan Antar Dampak
Keterkaitan antar dampak meliputi dampak langsung dan tidak langsung serta
interaksi antar dampak sebagai berikut :
1. Dampak Langsung dan Tidak Langsung

161
DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP
KERANGKA ACUAN

Dampak langsung adalah dampak yang secara langsung disebabkan oleh


kegiatan Revitalisasi Danau Mahena Kab. Kepulauan Sangihe. Jika dari
dampak tersebut timbul dampak turunan (dampak sekunder, tertier)
terhadap rona lingkungan yang lain, maka dampak yang terakhir ini disebut
dampak tidak langsung.
2. Interaksi Antar Dampak
Dalam kenyataan di lapangan, terutama dalam satu ekosistim yang utuh,
maka komponen lingkungan yang satu berinteraksi dengan komponen yang
lain. Demikian halnya dampak terhadap satu komponen akan berinteraksi
dengan dampak terhadap komponen lain. Interaksi ini dapat menimbulkan
akibat yang lebih besar dar ipada jumlah akibat dari kedua dampak yang
berinteraksi. Sifat interaksi semacam ini disebut sinergistik, dan perlu
mendapat perhatian khusus. Sebaliknya hubungan bisa bersifat antagonistik
sehingga akibat gabungan menjadi lebih ringan. Oleh karena itu dipandang
sangat perlu adanya analisis secara utuh (holistik) keterkaitan antar dampak.
Hal ini perlu untuk mengetahui bentuk interaksinya dan menentukan cara
pemecahan dampak yang paling tepat
Dengan mengetahui aliran dampak penting, yaitu dari dampak awal/primer
menuju dampak lanjutan, maka ditargetkan tindakan pengendaliannya dapat
dilakukan secara cepat. Selanjutnya hasil evaluasi secara holistik terhadap
dampak penting akan dikaji melalui penelaahan terhadap aspek berikut:
a. Kelestarian fungsi ekologis
b. Kelestarian fungsi produksi
c. Peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar
d. Konstribusi Revitalisasi Danau Mahena Kab. Kepulauan Sangihe

162
DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP
KERANGKA ACUAN

Tabel 19. Ringkasan Metode Studi


Data dan Informasi Yang Metode Pengumpulan Data Untuk Metode Analisis Data Untuk
NO Dampak Penting Hipotetik Metode Evaluasi
Relevan dan Dibutuhkan Prakiraan Prakiraan
1 Penurunan Kualitas Udara  Data jenis dan ritasi  Pengambilan data sekunder dari BMKG Metode matematis Menggunakan metode
kendaraan  Pengambilan data primer sampel 𝑸 = 𝒏 𝒙 𝑭𝑬 𝒙 𝑲
bagan Alir.
 Data jenis alat berat kualitas udara
 Q : Laju emisi (g/s) Keterangan :
Arah dan Kecepatan  Telaahan terhadap rencana kegiatan
angin tahun terakhir. metode ini
n : Jumlah kendaraan
digunakan
 Data primer kualitas
FE : Faktor emisi (gram/liter) untuk
udara
menelaah
K : Konsumsi bahan bakar (liter) hubungan
𝟐 holistik antar
𝟐𝑸𝑳 𝒉
seluruh dampak
𝑪 (𝒙, 𝒛) = 𝑬𝒙𝒑 [𝟎, 𝟓 ( ) ]
(𝟐 𝜋)𝟐 𝒖𝜹𝒛
𝜹𝒛

C (x,z) : Konsentrasi pencemar di udara ambient


(atmosfer) (μg/m³)
x : jarak antara jalan dengan
receptor (m)
z : tinggi receptor di atas
permukaan tanah (m)
Q : laju emisi (g/s)
L : jarak (m)
u : rata-rata kecepatan angin pada
sumbu x (m/detik)
h : tinggi sumber titik gas buang dari
kendaraan (m)
ϑz : koefisien disperse vertical
Gaussian, m

163
DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP
KERANGKA ACUAN

Data dan Informasi Yang Metode Pengumpulan Data Untuk Metode Analisis Data Untuk
NO Dampak Penting Hipotetik Metode Evaluasi
Relevan dan Dibutuhkan Prakiraan Prakiraan
2 Peningkatan Kebisingan  Data jenis dan ritasi  Pengambilan data sekunder dari BMKG Metode matematis
kendaraan  Pengambilan data primer tingkat 𝑟2
 Data jenis alat berat kebisingan 𝐿𝑃2 = 𝐿𝑃1 − 20. 𝑙𝑜𝑔
 𝑟1
Arah dan Kecepatan  Telaahan terhadap rencana kegiatan
angin tahun terakhir.
𝑟2
 Data primer tingkat
𝐿𝑃2 = 𝐿𝑃1 − 10. 𝑙𝑜𝑔
kebisingan 𝑟1

LP1 = Tingkat kebisingan pada jarak r1 (dBA)


LP2 = Tingkat kebisingan pada jarak r2 (dBA)
r1 = Jarak pengukuran kebisingan dari
sumber kebisingan 1
r2 = Jarak pengukuran kebisingan
dari sumber kebisingan 2

164
DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP
KERANGKA ACUAN

Data dan Informasi Yang Metode Pengumpulan Data Untuk Metode Analisis Data Untuk
NO Dampak Penting Hipotetik Metode Evaluasi
Relevan dan Dibutuhkan Prakiraan Prakiraan

165
DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP
KERANGKA ACUAN

3 Penurunan Kualitas Air Parameter kualitas air Pengambilan sampel kualitas air permukaan Q1x1C1 Q2 x C2
Permukaan permukaan : rasa, bau, kemudian dianalisa di laboratorium terakreditasi C
kesadahan, warna, debit, pH, KAN. Q1 Q2
BOD, COD, DO, Zat Dimana :
Organik, dan total koliform.
C = konsentrasi air sungai setelah
bercampur dengan air limbah
C2 = konsentrasi air sungai sebelum
bercampur dengan air limbah
(pengukuran)
Q2 = debit air sungai sebelum bercampur
dengan air limbah (pengukuran dan
data sekunder)
C1 = konsentrasi air limbah sebelum
bercampur dengan air sungai
(data sekunder)
Q1 = debit air limbah sebelum bercampur
dengan air sungai (data sekunder)

4 Penurunan Kualitas Air Parameter kualitas air Pengambilan sampel kualitas air tanah Membandingkan dengan baku mutu air bersih
Tanah tanah kemudian dianalisa di laboratorium
terakreditasi KAN.
 Curah hujan & Jumlah hari  Data sekunder dari BMKG Dari hasil perhitungan ini akan dibandingkan
hujan  Melakukan pengukuran luas tutupan lahan. dengan kapasitas drainase, sehingga dapat
 Koefisien air larian per jenis  Melakukan pengurkuran debit saluran ditentukan dampak kegiatan operasional Danau
bukaan lahan (untuk area Mahena pada aspek hidrologi/air larian
drainase.
terbangun dan area non
terbangun)
 Debit saluran drainase, luas Lokasi :
tutupan lahan, dan pola- Saluran drainase dan badan air penerima
fluktuasi genangan

166
DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP
KERANGKA ACUAN

167
DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP
KERANGKA ACUAN

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, M., & Munir, R., 1987, Lingkungan – Sumber Daya Alam dan
Kependudukan dalam Pembangunan. Univerversitas Indonesia. Jakarta.
As-syakur, A.R., 2009. Evaluasi Zona Agroklimat Dari Klasifikasi Schmid Ferguson
Menggunakan Klasifikasi Sistem Informasi Geogtafi (SIG). Pusat
Penelitian Lingkungan Hidup Universitas Udayana.
Canter, L.W., 1977, Environmental Impact Assessment. Mc Graw Hill Book Co,
New York.
Canter, L., W, & Hill, L. G., 1981. Handbook of Variables for Environmental Impact
Assessment. Ao Harbqr Scie. Publ. Lnc.
Chafid Fandeli, 1992. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, Prinsip Dasar dan
Pemapanannya dalam Pembangunan. Liberty Yogyakarta.
Direktorat Tata Perkotaan dan Tata Perdesaan, Departemen Permukiman dan
Prasarana Wilayah, 2003. Pedoman dan Prosedur Pelaksanaan
Manajemen Lingkungan, Jakarta.
Gunarwan Suratmo, 1991, Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Gadjah Mada
University Press.
Yogyakarta.
Hadi, S.P., 1995, Aspek Sosial Analisis Dampak Lingkungan; Sejarah, Teori dan
Metode. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Jones, J.R.E., 1964. Fish and River Pollution. Butter Worths, London.
Kementeran Lingkungan Hidup. 2007. Memprakirakan Dampak Lingkungan
Kualitas Udara. Deputi Bidang Lingkungan Hidup. Kementeran
Lingkungan Hidup.
, 2007. Panduan Pelingkupan Dalam AMDAL. Deputi Bidang Tata
Lingkungan. Kementeran Lingkungan Hidup.
Kovacs, M., 1992. Biological Indicators in Environmental Protection. Ellis
Horwood, London.
Lee, C.D., 1978, Benthos Macroinvertebrate and Fish as Biological Indicators of
Water Quality with Reference to Community Diversity Index.
International Conference on Water Pollution Control, Bangkok.
Lee, J., 1985, The Environment, Public Health and and Human Ecology
Consideration for Ecoomic Development World Bank Publication. John
Hopkins University Press. Baltimore, Maryland.

168
DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP
KERANGKA ACUAN

Mori, K., 1993, Manual on Hydrology – Hidrologi untuk Pengairan. PT Pradnya


Paramitha, Jakarta. Neely, M.C., Neimanis, R.N. & Dwyer, L., 1979,
Water Quality Source Book. A Guide to Water Quality
Parameters. Inland Waters Directorate, Ottawa-Canada.
Rau, J.G & Wooten, D.C., 1980, Environmental Impact Hand Book, McGraw-Hill
Book Company, Toronto, Canada.
Setiawan, A., 2013. Klasifikasi Iklim Schimit Ferguson 1950.
Seyhan, E., 1990, Dasar-dasar Hidrologi. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta. Soemarto, 1987, Hidrologi Teknik. Usaha Nasional,
Surabaya.
Soemarwoto, O, 1992, Analisis Dampak Lingkungan, Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta. Sugiharto, 1987, Dasar-dasar Pengolahan Air Limbah.
Penerbit UI Press. Cetakan Pertama, Jakarta. Suripin, 2003. Sistem
Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan. Penerbit Andi Yogyakarta.

169
DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP

You might also like