Professional Documents
Culture Documents
Sumber: Badan Metereologi, Klimatologi & Geofisika Wilayah IV, Kab. Kepulauan
Sangihe, 2018
Tabel 3. Data Temperatur Udara Maksimum Rata-Rata Bulanan (oC)
Sumber: Badan Metereologi, Klimatologi & Geofisika Wilayah IV, Kab. Kepulauan
Sangihe, 2018
Gambar 1. Temperatur udara rata-rata, maks & min bulanan (BMKG, 2018)
112
DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP
KERANGKA ACUAN
2. Curah Hujan
Dari data curah hujan yang diperoleh 10 tahun terakhir (2008–2017)
menunjukan bahwa Besar curah hujan rata-rata bulanan berkisar antara 5,53
sampai 16,09 mm dengan curah hujan terendah terjadi pada bulan Agustus dan
tertinggi pada bulan Januari. Variasi curah hujan rata-rata bulanan ditunjukkan
pada Tabel 11 dan Gambar 21.
Tabel 4. Rata-Rata Curah Hujan bulanan
Sumber, Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Wilayah IV Kab. Kepulauan Sangihe, 2018
113
DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP
KERANGKA ACUAN
3. Kelembaban Udara
Kelembaban udara rata-rata 10 tahun terakhir (2008–2017) di sekitar
lokasi Danau Mahena relatif tinggi yaitu berkisar antara 80,16 - 86,03 %.
Kelembaban udara tertinggi terjadi pada bulan Desember dan Januari kemudian
menurun sampai terendah pada bulan Agustus dan naik lagi sampai pada bulan
Desember. Kelembaban udara rata-rata bulanan dapat dilihat pada Tabel 12 dan
Gambar 22.
Tabel 5. Kelembaban Udara Rata-Rata Bulanan
114
DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP
KERANGKA ACUAN
4. Penyinaran Matahari
Penyinaran matahari rata-rata bulanan di lokasi Danau Mahena berkisar
antara 4,48 – 6,52 Jam. Penyinaran matahari cenderung meningkat dari bulan
Januari sampai bulan April kemudian menurun pada bulan Mei dan Juni dan
mencapai maksimum pada bulan Agustus, kemudian menurun sampai bulan
Desember. Penyinaran matahari rata-rata bulanan dapat dilihat pada Gambar 23.
5. Angin
Data kecepatan dan arah angin tiap jam selama 10 Tahun terakhir
diperoleh dari Stasiun Klimatologi Naha melalui Badan Meteorologi dan Geofisika
Wilayah IV Kab. Kepulauan Sangihe. Dari data angin yang diperoleh menunjukkan
bahwa kecepatan berkisar antara 3-7 knots. Selama tahun 2017 arah angin
dominan dari arah Tenggara (58,3 %) kemudian dari arah barat laut dan timur
(16,67 %), arah Barat (8,3%) .Persentase kecepatan angin yaitu 3 knots sebesar
25%, kecepatan 4 knots sebesar 58,3%, kecepatan 5 knots sekitar 8,3 % dan
kecepatan 7 knots sekitar 8,3%. Data arah dan kecepatan serta distribusi
frequency angin dapat dilihat pada Gambar 24 dan Gambar 25.
115
DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP
KERANGKA ACUAN
116
DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP
KERANGKA ACUAN
Tabel 6. Data hasil analisis udara Ambient di sekiar lokasi danau Mahena Tahun,
2017.
Hasil pada lokasi syarat
Parameter Satuan
U1 U2 U3 U4 mutu *)
SO2 µg/Nm3 4 6 4 3 900
NO2 µg/Nm3 6 9 7 5 400
CO µg/Nm3 155 1140 55 15 30.000
TSP µg/Nm3 34 37 34 32 230
H2S ppm 0,00 0,00 0,00 0,00 0,02
117
DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP
KERANGKA ACUAN
Hasil
Parameter Satuan syarat mutu *)
U1 U2 U3 U4
Kebisingan dB(A) 49 52 52 43 50
Catatan :
1. Koordinat lokasi :
U1 = N 03˚40'11,1'' / E 125˚31'56,8''.
U2 = N 03˚34'19,7'' / E 125˚34'33,2''
U3 = N 03˚25'50,2'' / E 125˚35'48,2''
U4 = N 03˚25'28,9'' / E 125˚35'29,6''
2. *) PP RI No. 41 Tahun 1999, Tentang pengendalian pencemaran udara.
1) Sulfur dioksida
Sulfur dioksida merupakan salah satu komponen polutan udara hasil
pembakaran pada proses industri, kendaraan bermotor, generator listrik, atau
sampah organik. Gas ini mudah menempel pada partikel udara dan masuk ke
saluran pernafasan dan sulit hilang serta bila bereaksi dengan air menghasilkan
asam sulfat yang dapat menyebabkan iritasi. Disamping itu, bilamana SO 2
bereaksi dengan air di atmosfir menghasilkan asam sulfat yang dapat
mengakibatkan hujan asam. Pengaruh SO2 terhadap vegetasi berupa
pembentukan noda pucat pada daun. Nilai ambang batas gas SO2 di udara adalah
900 µg/Nm3 menurut PP. Nomor: 41 Tahun 1999, tentang Baku Mutu Udara
Ambien Nasional
Hasil pengukuran parameter udara pada beberapa lokasi sampling
menunjukkan bahwa kandungan SO2 yaitu sebesar 4, 6, 4 dan 3 µg/Nm3, dimana
parameter SO2 pada beberapa lokasi tersebut masih memenuhi baku mutu yang
ditetapkan sehingga dianggap tidak akan memberikan dampak negatif yang
signifikan terhadap lingkungan, kecuali bilamana terjadi peningktan aktifitas di
lokasi tersebut tanpa ada upaya pengendalian paparan gas ini.
2) Nitrogen dioksida
118
DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP
KERANGKA ACUAN
3) Karbon monoksida
Gas CO tidak berwarna dan tidak berbau tetapi sangat beracun. Senyawa
ini terbentuk dari pembakaran tidak sempurna bahan organik, seperti bensin,
kayu dan lain-lain. Gas ini bersifat racun karena dapat diikat oleh hemoglobin
sehingga transpor oksigen ke jaringan terhalangi. Konsentrasi 100 ppm dapat
menimbulkan sakit kepala, pusing, pening, dan sulit bernafas. Efek konsentrasi
rendah jangka panjang belum diketahu secara pasti, namun diduga
memperburuk gangguan jantung dan pernafasan. Nilai ambang batas gas CO di
udara adalah 30.000 µg/Nm3 menurut PP. Nomor: 41 Tahun 1999, tentang Baku
Mutu Udara Ambien Nasional.
Hasil pengukuran parameter udara pada beberapa lokasi sampling
menunjukkan bahwa kandungan CO yaitu sebesar 155, 1140, 55, 15 µg/Nm3 ,
dimana parameter CO pada beberapa lokasi tersebut masih memenuhi baku
mutu yang ditetapkan sehingga dianggap tidak akan memberikan dampak negatif
119
DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP
KERANGKA ACUAN
6) Kebisingan
Kebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki (unwanted sound), dapat
secara kontinyu maupun impulsif. Pemaparan kebisingan secara terus menerus
pada intensitas tinggi dapat menyebabkan ketulian baik tuli sementara
(temporary threshold shift) maupun ketulian menetap (permanently threshold
shift). Hasil pengukuran kebisingan pada lokasi pengamatan yaitu sebesar 57,9
dB(A). Dimana nilai tersebut, memenuhi persyaratan Baku Mutu sebesar
70 dB(A) berdasarkan Pergub. SUL-SEL No.69 Tahun 2010, tentang Baku Mutu
Tingkat Kebisingan untuk Kenyamanan dan Kesehatan peruntukan kawasan
Industri. Kebisingan tersebut disebabkan oleh kendaraan yang melintas di jalan
di sekitar lokasi pengamatan, baik roda dua maupun roda empat atau lebih. Hasil
pengukuran kebisingan di lingkungan Danau Mahena diperlihatkan pada Tabel 14.
C. Hidrologi
1) Air Permukaan
Air permukaan dalah air yang terkumpul I atas tana atau di mata air,
sungai, danau lahan basah atau laut. Air permukaan berhubungan dengan ai
bawah tanah atau air atmosfer. Air permukaan ini terisi melalui presipitasi dan
secara alami berkurang melalui penguapan dan rembesan ke bawah permukaan
sehingga menjadi air bawah tanah. Faktor-faktor penting yang mempengaruhi
aliran permukaan di sekitar IPAL dan waduk yang di uji adalah curah hujan,
bentuk wilayah, tekstur tanah, dan vegetasi. Curah hujan merupakan penentu
121
DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP
KERANGKA ACUAN
D. Kualitas Air
Kualitas air adalah kondisi kualitatif air yang diukur dan atau di uji
berdasarkan parameter-parameter tertentu dan metode tertentu berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku (Pasal 1 keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor 115 tahun 2003). Kualitas air dapat dinyatakan dengan
parameter kualitas air. Pengelolaan kualitas air adalah upaya pemeliharaan air
sehingga tercapai kualitas air yang diinginkan sesuai peruntukannya untuk
menjamin agar kondisi air tetap dalam kondisi alamiahnya.
Untuk mengetahui kualitas air tapak proyek ini dilakukan pengambilan
sampel air pada beberapa lokasi tersebut dan dibawa ke laboratorium Penguji
BBIHP Badan Penelitian dan Pengembangan Industri Makassar.
Hasil analisa kualitas air di laboratorium menunjukkan secara umum
bahwa kualitas air yang diuji adalah relatif baik dan memenuhi baku mutu kelas I,
II dan III. Parameter-parameter dari sampel air yang menjadi persyararatan
kualitas air hampir semuanya tidak melampaui ambang batas baku mutu kecuali
beberapa (sebagian kecil) lokasi pengabilan sampel pengujian yang melewati dari
batas baku mutu, kadar tersebut yaitu BOD, COD, Khlorin bebas, Sulfida dan
Amoniak.
Pada setiap sampel air dilakukan pengukuran parameter baik fisik
maupun kimia sesuai dengan Peraturan Gubernur SUL-SEL No 60 Tahun 2010
tentang Baku Mutu dan Kriteria Kerusakan Lingkungan Hidup.
122
DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP
KERANGKA ACUAN
(Baku mutu I, II, III: 0.01 mg/L), besi yaitu < 0.03 mg/L (Baku mutu I: 0.3
mg/L), timbal yaitu < 0.002 mg/L (Baku mutu I, II, III: 0.03 mg/L), mangan
yaitu 0.008 mg/L (Baku Mutu : 0.1 mg/L), seng yaitu 0.025 mg/L ( Baku Mutu
I : 0.6 mg/L) (Baku mutu II,III yaitu 0.5 mg/L), tembaga yaitu < 0.010 mg/L
(Baku mutu I, II, III: 0.02 mg/L), nitrit yaitu 0.0034 mg/L ( Baku mutu I, II, III
yaitu 0.06 mg/L), nikel yaitu < 0.07 mg/L ( Baku mutu :-) masih dalam
keadaan baik (normal) karena tidak melewati batas baku utu air yang
ditetapkan.
Parameter mikrobiologi. Sampel IPAL yang diuji mengandung total coliform
yaitu 22 /100 mL (Baku mutu I, II, III: 1000/100 mL, 5000/100 mL, 10.000/100
mL), air raksa yaitu < 0.0003 mg/L (baku mutu I : 0.001 mg/L)(baku mutu II III
yaitu 0.002 mg/L) dimana hasil tersebut masih sangat jauh (normal) dari
baku mutu total coliform air.
organik yang terukur sekitar 36.5 mg/L, dengan baku mutu I : 3 mg/L, baku
mutu II : 3 mg/L, baku mutu III : 6 mg/L, sedangkan COD didapat yaitu 0.032
mg/L dengan baku mutu I : 10 mg/L, baku mutu II : 25 mg/L, baku mutu III :
50 mg/L. Dari analisa BOD dan COD tersebut, maka dapat dikatakan bahwa
IPAL Lekko Pancing mungkin masih mengandung limbah organik dan
anorganik karena hasil analisa yang diperoleh tidak akurat/ tidak signifikan
dimana seharusnya kadar BOD lebih rendah disbanding COD namun dapat
dilihat dari hasil analisa yang didapat nilai BOD lebih besar dibanding COD.
Untuk beberapa parameter logam logam berat pada pada sampel ini seperti
tembaga yaitu < 0.03 mg/L (Baku mutu I, II, III: 0.02 mg/L), nitrit yaitu < 0.07
mg/L ( Baku mutu I, II, III yaitu 0.06 mg/L), nikel yaitu 0.0672 mg/L ( Baku
mutu :-), klorin bebas yaitu 0.0654 mg/L ( Baku mutu I, II, II : 0.03 mg/L),
karena kadar dari beberapa unsur logam tersebut telah melewati batas baku
mutu air, maka unsur logam tersebut telah mempengaruhi kualitas IPAL,
salinitas yaitu 0.04 % menyatakan tingkat keasaman dalam bentuk persen
sehingga dapat dikatakan bahwa IPAL ini memiliki tingkat keasaman yang
rendah , untuk analisa logam selanjutnya seperti fosfat yaitu 0.07 mg/L (Baku
mutu I dan II: 0.2 mg/L) (Baku mutu III: 1 mg/L), amoniak yaitu 0.007 mg/L
(Baku mutu I : 0.5 mg/L), arsen yaitu <0.058 mg/L (Baku mutu I: 0.05 mg/L)
(Baku mutu II dan III: 1 mg/L), kobalt yaitu < 0.003 (Baku mutu I, II, III: 0.2
mg/L), kadmiun yaitu < 0.010 mg/L (Baku mutu I, II, III: 0.01 mg/L), besi yaitu
< 0.002 mg/L (Baku mutu I: 0.3 mg/L), timbal yaitu < 0.006 mg/L (Baku mutu
I, II, III: 0.03 mg/L), mangan yaitu 0.022 mg/L (Baku Mutu : 0.1 mg/L), seng
yaitu < 0.003 mg/L ( Baku Mutu I : 0.6 mg/L) (Baku mutu II,III yaitu 0.5 mg/L),
sulfida yaitu < 0.0003 mg/L ( Baku mutu I, II, III : 0.002 mg/L) masih dalam
keadaan baik (normal) karena tidak melewati batas baku utu air yang
ditetapkan.
Parameter mikrobiologi. Sampel IPAL yang diuji mengandung total coliform
yaitu 30 /100 mL (Baku mutu I, II, III: 1000/100 mL, 5000/100mL, 10.000/100
125
DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP
KERANGKA ACUAN
mL) dimana hasil tersebut masih sangat jauh (normal) dari baku mutu total
coliform air.
3) Waduk Bili-Bili
Sampel uji. Sampel ini diambil langsung dari waduk bili-bili dengan titik
koordinat S : 05°17’07.76”, E : 119°34’43.12”.
Parameter fisik. Kandungan padatan tersuspensi yaitu 7 mg/L dengan baku
mutu sebagai parameter syarat kadar yaitu 3 kelas yang memiliki perbedaan
nilai baku mutu (baku mutu I dan II: 50 mg/L), (baku mutu III: 400 mg/L). Nilai
parameter TDS tidak melampaui baku mutu yang ditetapkan, yaitu 39 mg/L
(baku mutu I : 800 mg/L), (baku mutu II dan III: 1000 mg/L).
Parameter kimia. Kemasaman (pH) tidak melampaui baku mutu parameter
ini, yaitu 7.4 (baku mutu I, II, III : 6 – 8.5) dari hasil ini dapat dikatakan bahwa
IPAL Somba Opu ini bersifat netral karena kadar pH pada IPAL yang baik. BOD
sebagai parameter pencemaran bahan organik yang terukur sekitar 12.4917
mg/L, dengan baku mutu I : 2 mg/L, baku mutu II : 3 mg/L, baku mutu III : 6
mg/L, sedangkan COD didapat yaitu 38.0347 mg/L dengan baku mutu I : 10
mg/L, baku mutu II : 25 mg/L, baku mutu III : 50 mg/L. Dari analisa BOD dan
COD tersebut, maka dapat dikatakan bahwa IPAL Somba Opu ini masih
tercemar limbah organik dan anorganik. Untuk beberapa parameter logam
logam berat pada pada sampel ini seperti klorin bebas yaitu 0.1010 mg/L (
Baku mutu I, II, II : 0.03 mg/L), sulfida yaitu 0.0547 mg/L ( Baku mutu I, II, III :
0.002 mg/L), amoniak yaitu 0.8935 mg/L (Baku mutu I : 0.5 mg/L), karena
kadar dari beberapa unsur logam tersebut telah melewati batas baku mutu
air, maka unsur logam tersebut telah mempengaruhi kualitas IPAL, salinitas
yaitu 0.04 % menyatakan tingkat keasaman dalam bentuk persen sehingga
dapat dikatakan bahwa IPAL ini memiliki tingkat keasaman yang rendah ,
untuk analisa logam selanjutnya seperti fosfat yaitu 0.0399 mg/L (Baku mutu
I dan II: 0.2 mg/L) (Baku mutu III: 1 mg/L), arsen yaitu 0.0059 mg/L (Baku
126
DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP
KERANGKA ACUAN
mutu I: 0.05 mg/L) (Baku mutu II dan III: 1 mg/L), kobalt yaitu < 0.056 mg/L
(Baku mutu I, II, III: 0.2 mg/L), kadmiun yaitu < 0.003 mg/L (Baku mutu I, II,
III: 0.01 mg/L), besi yaitu < 0.03 mg/L (Baku mutu I: 0.3 mg/L), timbal yaitu <
0.002 mg/L (Baku mutu I, II, III: 0.03 mg/L), mangan yaitu <0.008 mg/L (Baku
Mutu : 0.1 mg/L), seng yaitu < 0.022 mg/L ( Baku Mutu I : 0.6 mg/L) (Baku
mutu II,III yaitu 0.5 mg/L), tembaga yaitu < 0.010 mg/L (Baku mutu I, II, III:
0.02 mg/L), nitrit yaitu 0.0043 mg/L ( Baku mutu I, II, III yaitu 0.06 mg/L),
nikel yaitu < 0.07 mg/L ( Baku mutu :-) masih dalam keadaan baik (normal)
karena tidak melewati batas baku utu air yang ditetapkan.
Parameter mikrobiologi. Sampel IPAL yang diuji mengandung total coliform
yaitu 6.8/100 mL (Baku mutu I, II, III: 1000/100 mL, 5000/100 mL, 10.000/100
mL), air raksa yaitu < 0.0003 mg/L (baku mutu I : 0.001 mg/L)(baku mutu II III
yaitu 0.002 mg/L) dimana hasil tersebut masih sangat jauh (normal) dari
baku mutu total coliform air.
127
DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP
KERANGKA ACUAN
128
DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP
KERANGKA ACUAN
Syarat Mutu*
Parameter Satuan Hasil
I* II* III*
Bau - Tidak Berbau - - -
Rasa - Tidak Berasa - - -
Residu Terlarut (TDS) mg/l 52 800 1000 1000
Padatan Tersuspensi (TDS) mg/l 73 50 50 400
Salinitas % 40.0000 - - -
Kesadahan (CaCO3) mg/l 2.5 - - -
Warna TUC 7.9 - - -
PH - 14.2650 6-8.5 6-8.5 6-8,5
BOD mg/l 35.5040 2 3 6
COD mg/l 0.0321 10 25 50
Total Fosfat (PO4) mg/l 0.0705 0.2 0.2 1
Amoniak (NH3-N) mg/l 0.0075 0.5 - -
Arsen (AS) mg/l < 0.056 0.05 1 1
Kobalt (CO) mg/l < 0.003 0.2 0.2 0.2
Kadmium (Cd) mg/l < 0.010 0.01 0.01 0.01
Tembaga (Cu) mg/l < 0.03 0.02 0.02 0.02
Besi (Fe) mg/l < 0.002 0.3 - -
Timbal (Pb) mg/l < 0.008 0.03 0.03 0.03
Mangan (Mn) mg/l < 0.022 0.1 - -
Seng (Zn) mg/l < 0.003 0.05 0.05 0.05
Nitrit (NO2) mg/l < 0.07 0.06 0.06 0.06
Nikel (Ni) mg/l 0.0872 - - -
Klorin bebas (Cl2) mg/l 0.0854 0.03 0.03 0.03
Sulfida (H2S) mg/l < 0.0003 0.002 0.002 0.002
Air Raksa (Hg) mg/l Tidak Berbau 0.001 0.002 0.002
Salinitas % 0.04 - - -
Jumlah/100
Total Coliform 39 1000 5000 10000
ml
*)PERATURAN GUBERNAR SUL-SEL NO 69 Tahun 2010 Tentang Baku Mutu dan Kriteria
Kerusakan lingkungan Berdasarkan Kelas.
*) I
*) II
*)III
129
DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP
KERANGKA ACUAN
130
DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP
KERANGKA ACUAN
131
DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP
KERANGKA ACUAN
111
DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP
KERANGKA ACUAN
tahap ini belum ada upaya untuk menilai apakah dampak potensial tersebut
merupakan dampak penting atau tidak.
Proses identifikasi dampak potensial dilakukan serangkaian hasil
konsultasi dan diskusi dengan pemrakarsa, instansi yang bertanggung jawab,
masyarakat yang berkepentingan serta dilengkapi dengan hasil pengamatan
lapangan (observasi). Selain itu identifikasi dampak potensial juga dilakukan
dengan menggunakan metode-metode ilmiah yang berlaku secara nasional
dan/atau internasional di berbagai literatur, yaitu metode Matrik Interaksi
Sederhana; dan Bagan alir. Keluaran yang diharapkan disajikan dalam bagian ini
adalah berupa daftar dampak-dampak potensial yang mungkin timbul atas
adanya rencana usaha dan/atau kegiatan yang diusulkan. Berdasarkan uraian
rencana kegiatan terdapat beberapa komponen kegiatan yang perlu dikelola,
diantaranya adalah :
A. Tahap Pra Konstruksi
1) Survey lapangan dan sosialisasi rencana kegiatan
2) Pengadaan lahan
3) Kegiatan pembersihan lahan, pematokan batas lokasi dan pemagaran
B. Tahap Konstruksi
1) Mobilisasi tenaga kerja konstruksi
2) Mobilisasi dan Demobilsasi peralatan dan material konstruksi
3) Pembuatan dan operasional base camp , direksi keet , bengkel dan
gudang
4) Konstruksi bangunan ambang dan tanggul
5) Pekerjaan lining dan saluran
6) Pekerjaan pengerukan (revitalisasi danau) dan pengangkutan material
hasil pengerukan.
7) Pengolahan Quarry dan Borrow Area.
8) Pembangunan fasilitas wisata danau dan konservasi vegatatif.
9) Pemutusan tenaga kerja konstruksi
112
DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP
KERANGKA ACUAN
C. Tahap Operasional
1) Operasional dan pemeliharaan danau Mahena beserta fasilitasnya
2) Operasional fasilitas pariwisata
3) Pemeliharaan tanaman hasil konservasi vegetatif
113
DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP
KERANGKA ACUAN
Berikut Tabel Matriks dan bagan Alir Identifikasi dampak potensial disajikan pada halaman berikut:
Komponen Parameter 1 2 3 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3
Iklim Temperatur dan Kelembaban Udara.
CO X X
NO2
SO2
Kualitas udara
Pb X X
HC X X
Partikulat (debu) X X X X X X X
Kebisingan Tingkat Kebisingan (dBA) X X X X X
Fisik-Kimia
Kebauan Amoniak
Kerusakan badan jalan
Transportasi
Gangguan Aksesibilitas Masyarakat
Perubahan Bentang Lahan
Ruang, Lahan dan Tanah
Laju Erosi dan sedimentasi
Infiltrasi/Resapan Air
Hidrologi Kuantitas dan Kontinuitas Air
Limpasan Aliran Air Permukaan, Banjir/ Genangan
Fisik: Kekeruhan, TDS dan TSS X X X X
Kualitas air Kimia: BOD, COD, DO, Nitrat, Amonia , Fosfat X X
Mikrobiologi: Total Coliform X
Flora Struktur dan komposisi jenis/Keanekaragaman
Biologi
Budaya
115
DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP
KERANGKA ACUAN
Keterangan :
A. Tahap Pra Konstruksi Tahap Konstruksi Tahap Operasional
3) Kegiatan Pembersihan Lahan, Pematokan 2) Mobilisasi dan Demobilisasi Peralatan dan Material Kontruksi 1) Operasional dan Pemeliharaan Danau Mahena Beserta
Batas Lokasi dan Pemagaran 4) Kontruksi Bangunan Ambang dan Tanggul Fasilitasnya
5) Pekerjaan Lining dan Saluran
6) Pekerjaan Pengerukan (Revitalisasi Danau) dan Pengangkutan Material
Hasil Kerukan
7) Pekerjaan Pengerukan (Revitalisasi Danau) dan Pengangkutan Material
Hasil Kerukan
8) Pembangunan Fasilitas Wisata Danau dan Konservasi Vegetatif
116
DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP
KERANGKA ACUAN
TAHAP
PRAKONTRUKSI
Sikap dan Persepsi Pola Kepemilikan Perubahan Pola Norma Sosial & Proses Debu Timbulan B
K3
Masyarakat Lahan & SDA Mata Pencaharian Kelembagaan Sosial (TSP) Sampah
Keresahan C
Sikap dan Persepsi Kesehatan
Masyarakat & Konflik
Masyarakat Masyarakat
Sosial
KETERANGAN :
Keresahan Keresahan D
A = KEGIATAN
Masyarakat & Konflik Masyarakat & Konflik
B = DAMPAK PRIMER
Sosial Sosial
C = DAMPAK SEKUNDER
D = DAMPAK TERSIER
E = DAMPAK KUARTER
Gambar 7. Bagan Alir Dampak Tahap Pra-Konstruksi Rencana Revitalisasi Danau Mahena di Kelurahan Mahena, Kecamatan Tahuna, Kabupaten
Kepulauan Sangihe
116
DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP
KERANGKA ACUAN
TAHAP
KONTRUKSI
B
Kesempatan Kesempatan Kuantitas Timbulan Limbah
Transportasi K3 K3
Kerja Berusaha Air Sampah B3
Gambar 84. Bagan Alir Dampak Tahap Konstruksi Rencana Revitalisasi Danau Mahena di Kelurahan Mahena, Kecamatan Tahuna, Kabupaten
Kepulauan Sangihe
117
DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP
KERANGKA ACUAN
TAHAP
KONTRUKSI
(Lanjutan)
B
Kualitas Kualitas
Air Air
KETERANGAN :
A = KEGIATAN Biota Biota C
B = DAMPAK PRIMER Perairan Perairan
C = DAMPAK SEKUNDER
Gambar 95. Bagan Alir Dampak Tahap Konstruksi (lLanjutan) Rencana Revitalisasi Danau Mahena di Kelurahan Mahena, Kecamatan Tahuna,
Kabupaten Kepulauan Sangihe
118
DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP
TAHAP KERANGKA ACUAN
KONTRUKSI
(Lanjutan)
C
Keresahan Biota
Masyarakat Perairan
KETERANGAN : D
A = KEGIATAN
B = DAMPAK PRIMER
C = DAMPAK SEKUNDER
D = DAMPAK TERSIER
Gambar 106. Bagan Alir Dampak Tahap Konstruksi (lLanjutan) Rencana Revitalisasi Danau Mahena di Kelurahan Mahena, Kecamatan Tahuna,
Kabupaten Kepulauan Sangihe
119
DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP
TAHAP KERANGKA ACUAN
KONTRUKSI
(Lanjutan)
A
Pembangunan Fasilitas Wisata
Pengelolaan Quarry dan Borrow Area Pemutusan Tenaga Kerja Kontruksi
Danau dan Konservasi Vegetatif
C
Kualitas Sikap dan Persepsi
Air Masyarakat
KETERANGAN : D
Biota A = KEGIATAN Keresahan
Perairan B = DAMPAK PRIMER Masyarakat
C = DAMPAK SEKUNDER
D = DAMPAK TERSIER
E = DAMPAK KUARTER
E
Gambar 117. Bagan Alir Dampak Tahap Konstruksi (lLanjutan) Rencana Revitalisasi Danau Mahena di Kelurahan Mahena, Kecamatan Tahuna,
Kabupaten Kepulauan Sangihe
120
DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP
KERANGKA ACUAN
TAHAP
OPERASIONAL
A
Operasional dan Pemeliharaan Danau
Operasional Fasilitas Parawisata
Mahena Beserta Fasilitasnya
IKLIM Infiltrasi/ Kuantitas & Aliran Kesempatan IKLIM Kesempatan PDRB & Timbulan B
Sedimentasi K3
Mikro Resapan Kontinuitas Permukaan Kerja & Berusaha Mikro Kerja & Berusaha PAD Sampah
C
Kualitas Sikap dan Persepsi
Air Masyarakat
KETERANGAN : D
Biota A = KEGIATAN Keresahan
Perairan B = DAMPAK PRIMER Masyarakat
C = DAMPAK SEKUNDER
D = DAMPAK TERSIER
E = DAMPAK KUARTER
E
Gambar 128. Bagan Alir Dampak Tahap Operasional Rencana Revitalisasi Danau Mahena di Kelurahan Mahena, Kecamatan Tahuna,
Kabupaten Kepulauan Sangihe
121
DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP
KERANGKA ACUAN
TAHAP
OPERASIONAL
(Lanjutan)
A
Pemeliharaan Tanaman Hasil
Konservasi Vegetatif
KETERANGAN :
A = KEGIATAN C
Sikap dan Persepsi B = DAMPAK PRIMER
Masyarakat C = DAMPAK SEKUNDER
Gambar 139. Bagan Alir Dampak Tahap Operasional (lanjutan) Rencana Revitalisasi Danau Mahena di Kelurahan Mahena, Kecamatan Tahuna,
Kabupaten Kepulauan Sangihe
122
DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP
KERANGKA ACUAN
Berdasarkan matriks identifikasi dan bagan alir diatas maka didapat dampak
potensial kegiatan operasional Danau Mahena di Kota Kab. Kepulauan Sangihe
adalah sebagai berikut:
119
DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP
KERANGKA ACUAN
1. Tahap Pra-Konstruksi
2. Tahap Konstruksi
120
DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP
KERANGKA ACUAN
3. Tahap Operasional
1. Tahap Pra-Konstruksi
2. Tahap Konstruksi
3.Tahap Operasional
121
DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP
KERANGKA ACUAN
Komponen Parameter 1 2 3 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3
Iklim Terperatur dan Kelembaban Udara.
CO DPH DPH
NO2
SO2
Kualitas udara
Pb DPH DPH
HC DPH DPH
Partikulat (debu) DPH DPH DPH DPH DPH DPH DPH
Kebisingan Tingkat Kebisingan (dBA) DTPH DTPH DPH DPH DTPH
Fisik-Kimia
Kebauan Amoniak
Kerusakan badan jalan
Transportasi
Gangguan Aksesibilitas Masyarakat
Perubahan Bentang Lahan
Ruang, Lahan dan Tanah
Laju Erosi dan sedimentasi
Infiltrasi/Resapan Air
Hidrologi Kuantitas dan Kontinuitas Air
Limpasan Aliran Air Permukaan, Banjir/ Genangan
Fisik: Kekeruhan, TDS dan TSS DPH DPH DPH DPH
Kualitas air Kimia: BOD, COD, DO, Nitrat, Amonia , Fosfat DPH DPH
Mikrobiologi: Total Coliform DPH
Flora Struktur dan komposisi jenis/Keanekaragaman
Biologi
Pendapatan
Perekonomian Regional (PDRB, PAD)
Norma-Norma Sosial dan Kelembagaan
Sosial Budaya Proses sosial (Akomodasi, Asimilasi & Akulturasi)
Sikap dan persepsi
134
DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP
KERANGKA ACUAN
Keterangan :
A. Tahap Pra Konstruksi Tahap Konstruksi Tahap Operasional
3) Kegiatan Pembersihan Lahan, Pematokan Batas Lokasi 2) Mobilisasi dan Demobilisasi Peralatan dan Material Kontruksi 1) Operasional dan Pemeliharaan Danau Mahena Beserta
dan Pemagaran 4) Kontruksi Bangunan Ambang dan Tanggul Fasilitasnya
5) Pekerjaan Lining dan Saluran
6) Pekerjaan Pengerukan (Revitalisasi Danau) dan Pengangkutan Material
Hasil Kerukan
7) Pekerjaan Pengerukan (Revitalisasi Danau) dan Pengangkutan Material
Hasil Kerukan
8) Pembangunan Fasilitas Wisata Danau dan Konservasi Vegetatif
135
DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP
KERANGKA ACUAN
TAHAP PRA-KONSTRUKSI
TAHAP KONSTRUKSI
137
DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP
KERANGKA ACUAN
138
DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP
KERANGKA ACUAN
TAHAP OPERASIONAL
139
DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP
KERANGKA ACUAN
140
DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP
KERANGKA ACUAN
BAB III
METODA STUDI
3) Tahap Operasi
B. Dimensi Komponen Lingkungan hidup yang terpengaruh
1) Fisika-Kimia
2) Biologi
3) Sosial Ekonomi dan Budaya
4) Kesehatan Masyarakat
Penelitian lapangan dilakukan untuk mendukung kajian dan analisis lebih
cermat. Dari data ini dilakukan identifikasi, prediksi dan evaluasi dampak, yang
berguna untuk mendapatkan masukan dampak-dampak mana yang perlu
dikelola sehingga sasaran akhir berupa rencana pengelolaan dan pemantauan
dampak dapat dicapai. Untuk lebih jelasnya, pendekatan studi disajikan pada
Gambar berikut:
142
DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP
KERANGKA ACUAN
143
DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP
KERANGKA ACUAN
konstruksi bersumber dari kobilisasi material dan alat berat. Sementara pada
tahap operasi bersumber dari kegiatan operasional dan pemeliharaan.
Lokasi Pengambilan Sampel
Lokasi pengambilan sampel uji kualitas udara didasarkan pada arah angin
dominan dengan jumlah titik sampling sebanyak 4 titik, yaitu:
a. Desa Raku Kec. Tabukan Utara (Sungai Manemba),
b. Desa Kuma Kec. Tabukan Tengah (Sungai Kuma),
c. Desa Laine Kec. Manganitu Selatan (sungai Kadadima), dan
d. Desa laine Kec Manganitu Selatan (Sungai Tawara)
Metode Pengumpulan data
Pengumpulan data kualitas udara dilakukan secara langsung di lapangan
sebagai data primer. Pengambilan sampel uji untuk gas, dilakukan dengan
menggunakan gas sample dan untuk debu dengan High Volume Air Sampler
(Hi-vol). Sampel uji yang diperoleh selanjutnya dianalisis di laboratorium
lingkungan. Metode pengambilan sampel uji gas polutan dan debu dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 12. Metode Pengambilan dan Analisis Sampel Uji Kualitas Udara
Baku Mutu
N PP
Parameter Metode Analisis Peralatan
o 41/1999
Spektrofotomet
1 Sulfur Dioksida (SO2) Spektrofotometer 365 mg/Nm³
rik
Karbon Monoksida Non Dispersive Spektrofotometer 10.000
2
(CO) Infra Red (NDIR) NDIR Analyzer mg/Nm³
Nitrogen Dioksida
3 Saltzman Spektrofotometer 150 mg/Nm³
(NO2)
4 Debu (PM10) Gravimetrik Timbangan analitik 230 mg/Nm³
144
DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP
KERANGKA ACUAN
Sumber Bergerak:
Keterangan:
SL1 = Intensitas sumbu 1 pada jarak r1
SL2 = Intensitas sumbu 2 pada jarak r2
Resultan dari dua atau lebih sumber bising.
145
DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP
KERANGKA ACUAN
Sumber Sama:
Sumber Berbeda-beda:
Dimana,
Li = tingkat kebisingan pada satu lokasi
k = banyaknya sampel pada satu selang tertentu
LK = rata-rata selang tingkat kebisingan
146
DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP
KERANGKA ACUAN
147
DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP
KERANGKA ACUAN
analisis BOD, sampel air diawetkan dengan cara dimasukkan ke dalam botol
kaca kedap cahaya yang bervolume 200 ml. Untuk COD, sampel air
dimasukkan ke dalam botol kaca tidak kedap cahaya bervolume 200 ml dan
diawetkan dengan asam sulfat 5 N sebanyak 0.5 ml. Untuk analisis parameter
yang lain yaitu zat padat tersuspensi, zat padat terlarut, amoniak, surfaktan
anion, minyak dan lemak serta yang lainnya, sampel air dimasukkan ke dalam
jerigen plastik 2 liter. Baik botol kaca maupun jerigan plastik tempat sampel
air diawetkan dengan cara dimasukkan ke dalam cool box, selanjutnya
dianalisis di laboratorium.
Metode beserta peralatan analisis kualitas air permukaan berikut dapat
dilihat pada Tabel berikut.
Tabel 14. Metode Analisis Kualitas Air Permukaan
Parameter Spesifikasi
Kelomp Yang Teknik Pengujian Metoda
ok Diukur Pengujian
(1) (2 (3 (4
) ) )
Kimia Besi Kolorimetri dengan SNI 06-1127-1989
Amorganik Penantrolin
Spektofotometri
serapan atom secara SNI 06-2466-1991
Kadmium langsung
Kolorimetri dngan SNI 06-1130-1989
Ditizon
Kebutuhan Inkubasi pada
oksigen temperatur 20 0 SNI 06-2503-1991
Biokimiawi C, 5 hari
(BOD)
Kebutuhan
Oksigen Refluks secara tertutup SNI 06-2504-1991
Kimia
wi
(COD)
Khlorida (CL) Titrimetri secara SNI 06-2431-1996
Agentometri
Spektofotometri
Kobal serapan atom secara SNI 06-2471-1991
langsung
Kolorimetri
Krom dengan SNI 06-1132-1989
Difenil
Karbazid
148
DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP
KERANGKA ACUAN
Baku Mutu
No Paramet Satuan *) PP 82 Thn
er 2001
10 Timbal (Pb) mg/L 0,03
11 Tembaga (Cu) mg/L 0,02
12 Seng (Zn) mg/L 0,05
13 DO mg/L ≥4
14 Sulfat mg/L, -
15 Sulfida sbg H2S mg/L 0,002
16 Phospahat Total sbg P mg/L 0,2
17 NH3-N mg/L -
18 Nitrit, sbg N mg/L -
19 Nitrat, sbg N mg/L 10
150
DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP
KERANGKA ACUAN
20 BOD mg/L 3
21 COD mg/L 25
22 Minyak & Lemak mg/L 1
23 Surfaktan (Detergent) mg/L 0,2
III Mikrobiologi
1 Koliform Tinja Jml/100 1000
ml
2 Koliform Total Jml/100 5000
ml
Keterangan :
*) Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001, baku mutu air sungai kelas II
151
DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP
KERANGKA ACUAN
lokasi sampling dilakukan sekitar 2 jam. Untuk parameter yang tidak dapat
diawetkan yaitu pH dilakukan analisis di lapangan dan temperatur diukur
dengan termometer di lapangan. Metode beserta peralatan analisis kualitas
air permukaan berikut baku mutu dapat dilihat pada Tabel berikut.
152
DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP
KERANGKA ACUAN
153
DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP
KERANGKA ACUAN
154
DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP
KERANGKA ACUAN
formal berupa analogi dengan kegiatan sejenis di tempat lain yang mempunyai
perilaku lingkungan hidup serupa.
1. Kualitas Udara
Untuk memperkirakan dampak penurunan kualitas udara (peningkatan
debu dan gas pencemar) digunakan model matematis. Model ini digunakan
untuk mengetahui besarnya kontribusi polutan yang diemisikan dari sumber-
sumber pencemar terhadap kualitas udara serta pola sebaran dari polutan
tersebut. Untuk menghitung besarnya laju emisi dari suatu kegiatan digunakan
formula berikut :
Laju Emisi = Faktor Emisi x Tingkat Emisi Pencemar dari Kegiatan Spesifik
Kandungan polutan di udara ambien terjadi sebagai akibat suatu aktivitas
sebagai sumber dampak. Terutama pada saat dilakukan tahap konstruksi
dihitung dengan menggunakan formula berikut :
Dimana :
C = konsentrasi ambien (mg/m3)
Q = laju emisi (mg/detik/m2)
z = tinggi pencampuran (m)
s = panjang daerah tinjauan searah dengan arah angin (m)
u = kecepatan angin (m/dtk)
Untuk sebaran atau dispersi pencemar (polutan) udara akibat dari suatu sumber
titik diperkirakan dengan menggunakan model dispersi Gaussian sebagai berikut
:
Dimana:
Cj(x,y,z) = konsentrasi zat pencemar di koordinat x, y, dan z, mg/m3
Q = laju emisi pencemar, gr/m3
sy = koefisien dispersi horizontal Gaussian, m
sz = koefisien dispersi vertikal Gaussian, m
155
DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP
KERANGKA ACUAN
Dimana:
C(x,,z) = konsentrasi zat pencemar di di pinggir pada jarak x meter dari jalan
(ug/m³)
Q = laju emisi pencemar perjarak, (gr/s-m)
z = koefisien dispersi vertikal Gaussian, (m)
µ = kecepatan angin rata-rata pada arah sumbu x, (m/dtk)
Z = tinggi reseptor dari permukaan tanah , (m)
Exp = eksponen
Besaran dampak adalah selisih antara kandungan parameter kualitas udara hasil
perhitungan (setelah ada proyek) dengan hasil analisis sampel uji pada rona
lingkungan hidup awal. Selain untuk menentukan kandungan parameter kualitas
udara setelah ada proyek dapat dilakukan secara analogi dengan kasus sejenis
yang terjadi di tempat lain yang mempunyai perilaku lingkungan hidup serupa.
2. Kebisingan
Dalam memperkirakan dampak kebisingan mencakup 2 (dua) aspek, yaitu
akumulasi tingkat kebisingan dari berbagai sumber suara bising dan tingkat
kebisingan oleh jarak terhadap sumber kebisingan. Akumulasi tingkat kebisingan
akibat sumber suara dihitung berdasarkan formula berikut :
Dimana :
Lp total = tingkat kebisingan total, dBA
P1 = intensitas suara sumber 1,
P2 = intensitas suara sumber 2,
Pn = intensitas suara sumber n,
156
DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP
KERANGKA ACUAN
Dimana :
Lp1 = tingkat kebisingan pada jarak r1
Lp2 = tingkat kebisingan pada jarak r2
r1 = jarak 1 dari sumber kebisingan
r2 = jarak 2 dari sumber kebisingan
Dimana :
C = konsentrasi air sungai setelah bercampur dengan air limbah
C2 = konsentrasi air sungai sebelum bercampur dengan air limbah
(pengukuran)
Q2 = debit air sungai sebelum bercampur dengan air limbah (pengukuran
dan data
sekunder)
157
DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP
KERANGKA ACUAN
Dampak penurunan kualitas air tanah adalah selisih antara kandungan parameter
berdasarkan hasil perhitungan dengan hasil analisis sampel uji di laboratorium.
Untuk memprakirakan kandungan suatu parameter pada air tanah setelah ada
kegiatan pengembangan Danau Mahena Kab. Kepulauan Sangihe, untuk itu
digunakan analogi dengan kegiatan sejenis di lokasi lain yang mempunyai
perilaku lingkungan hidup serupa.
158
DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP
KERANGKA ACUAN
a. Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usa dan/atau
kegiatan.
b. Luas wilayah penyebaran dampak
c. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
d. Banyaknya komponen lingkungan lain yang akan terkena dampak
e. Sifat komulatif dampak
f. Berbalik atau tidaknya berbaliknya dampak dan/atau
g. Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Tabel 18. Matriks Prakiraan Sifat Penting Dampak
160
DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP
KERANGKA ACUAN
dititik beratkan pada sifat-sifat dampak yang terdiri atas perilaku masing-masing
dampak dan keterkaitan antar dampak, yang duraikan sebagai berikut :
A. Perilaku Masing-masing Dampak
1. Bermanfaat atau merugikan. Untuk dampak yang merugikan akan ditelaah
lebih mendalam.
2. Lamanya dampak berlangsung. Lama dampak berlangsung pada tahapan
kegiatan, ada yang hanya terjadi di tahap pra-konstruksi saja, tetapi ada pula
dampak yang terjadi sejak dari tahap pra-konstruksi sampai ke tahap
konstruksi bahkan mungkin baru berhenti setelah lebih dari satu daur rotasi.
3. Berbalik atau tidaknya dampak. Dampak yang permanen (seperti berubahnya
bentang alam) akan sangat berarti bagi kelestarian lingkungan dan ekosistim
binaan.
4. Sifat kumulatif dampak. Beberapa jenis dampak seperti menurunnya kualitas
udara dan meningkatnya kebisingan pada saat pengangkutan
material konstruksi, pembersihan lahan, pekerjaan konstruksi, akan
terakumulasi dan bertemu pada satu ruang dan waktu sehingga berdampak
terganggunya kesehatan masyarakat.
5. Dinamika dampak. Kelakuan dampak penting dari waktu ke waktu perlu dikaji
untuk menghindari kekeliruan dalam pengelolaan dampak.
6. Sebaran spasial. Luasnya sebaran dampak dan lokasi terjadinya dampak perlu
diketahui untuk memperoleh gambaran besarnya dampak, jenis dan
parameter lingkungan yang rawan terhadap dampak sekaligus
mengidentifikasi dampak yang terjadi di luar lokasi kegiatan Revitalisasi
Danau Mahena Kab. Kepulauan Sangihe.
B. Keterkaitan Antar Dampak
Keterkaitan antar dampak meliputi dampak langsung dan tidak langsung serta
interaksi antar dampak sebagai berikut :
1. Dampak Langsung dan Tidak Langsung
161
DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP
KERANGKA ACUAN
162
DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP
KERANGKA ACUAN
163
DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP
KERANGKA ACUAN
Data dan Informasi Yang Metode Pengumpulan Data Untuk Metode Analisis Data Untuk
NO Dampak Penting Hipotetik Metode Evaluasi
Relevan dan Dibutuhkan Prakiraan Prakiraan
2 Peningkatan Kebisingan Data jenis dan ritasi Pengambilan data sekunder dari BMKG Metode matematis
kendaraan Pengambilan data primer tingkat 𝑟2
Data jenis alat berat kebisingan 𝐿𝑃2 = 𝐿𝑃1 − 20. 𝑙𝑜𝑔
𝑟1
Arah dan Kecepatan Telaahan terhadap rencana kegiatan
angin tahun terakhir.
𝑟2
Data primer tingkat
𝐿𝑃2 = 𝐿𝑃1 − 10. 𝑙𝑜𝑔
kebisingan 𝑟1
164
DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP
KERANGKA ACUAN
Data dan Informasi Yang Metode Pengumpulan Data Untuk Metode Analisis Data Untuk
NO Dampak Penting Hipotetik Metode Evaluasi
Relevan dan Dibutuhkan Prakiraan Prakiraan
165
DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP
KERANGKA ACUAN
3 Penurunan Kualitas Air Parameter kualitas air Pengambilan sampel kualitas air permukaan Q1x1C1 Q2 x C2
Permukaan permukaan : rasa, bau, kemudian dianalisa di laboratorium terakreditasi C
kesadahan, warna, debit, pH, KAN. Q1 Q2
BOD, COD, DO, Zat Dimana :
Organik, dan total koliform.
C = konsentrasi air sungai setelah
bercampur dengan air limbah
C2 = konsentrasi air sungai sebelum
bercampur dengan air limbah
(pengukuran)
Q2 = debit air sungai sebelum bercampur
dengan air limbah (pengukuran dan
data sekunder)
C1 = konsentrasi air limbah sebelum
bercampur dengan air sungai
(data sekunder)
Q1 = debit air limbah sebelum bercampur
dengan air sungai (data sekunder)
4 Penurunan Kualitas Air Parameter kualitas air Pengambilan sampel kualitas air tanah Membandingkan dengan baku mutu air bersih
Tanah tanah kemudian dianalisa di laboratorium
terakreditasi KAN.
Curah hujan & Jumlah hari Data sekunder dari BMKG Dari hasil perhitungan ini akan dibandingkan
hujan Melakukan pengukuran luas tutupan lahan. dengan kapasitas drainase, sehingga dapat
Koefisien air larian per jenis Melakukan pengurkuran debit saluran ditentukan dampak kegiatan operasional Danau
bukaan lahan (untuk area Mahena pada aspek hidrologi/air larian
drainase.
terbangun dan area non
terbangun)
Debit saluran drainase, luas Lokasi :
tutupan lahan, dan pola- Saluran drainase dan badan air penerima
fluktuasi genangan
166
DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP
KERANGKA ACUAN
167
DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP
KERANGKA ACUAN
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, M., & Munir, R., 1987, Lingkungan – Sumber Daya Alam dan
Kependudukan dalam Pembangunan. Univerversitas Indonesia. Jakarta.
As-syakur, A.R., 2009. Evaluasi Zona Agroklimat Dari Klasifikasi Schmid Ferguson
Menggunakan Klasifikasi Sistem Informasi Geogtafi (SIG). Pusat
Penelitian Lingkungan Hidup Universitas Udayana.
Canter, L.W., 1977, Environmental Impact Assessment. Mc Graw Hill Book Co,
New York.
Canter, L., W, & Hill, L. G., 1981. Handbook of Variables for Environmental Impact
Assessment. Ao Harbqr Scie. Publ. Lnc.
Chafid Fandeli, 1992. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, Prinsip Dasar dan
Pemapanannya dalam Pembangunan. Liberty Yogyakarta.
Direktorat Tata Perkotaan dan Tata Perdesaan, Departemen Permukiman dan
Prasarana Wilayah, 2003. Pedoman dan Prosedur Pelaksanaan
Manajemen Lingkungan, Jakarta.
Gunarwan Suratmo, 1991, Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Gadjah Mada
University Press.
Yogyakarta.
Hadi, S.P., 1995, Aspek Sosial Analisis Dampak Lingkungan; Sejarah, Teori dan
Metode. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Jones, J.R.E., 1964. Fish and River Pollution. Butter Worths, London.
Kementeran Lingkungan Hidup. 2007. Memprakirakan Dampak Lingkungan
Kualitas Udara. Deputi Bidang Lingkungan Hidup. Kementeran
Lingkungan Hidup.
, 2007. Panduan Pelingkupan Dalam AMDAL. Deputi Bidang Tata
Lingkungan. Kementeran Lingkungan Hidup.
Kovacs, M., 1992. Biological Indicators in Environmental Protection. Ellis
Horwood, London.
Lee, C.D., 1978, Benthos Macroinvertebrate and Fish as Biological Indicators of
Water Quality with Reference to Community Diversity Index.
International Conference on Water Pollution Control, Bangkok.
Lee, J., 1985, The Environment, Public Health and and Human Ecology
Consideration for Ecoomic Development World Bank Publication. John
Hopkins University Press. Baltimore, Maryland.
168
DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP
KERANGKA ACUAN
169
DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP