You are on page 1of 24

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut)

II.1.1. Definisi ISPA

Infeksi saluran pernapasan akut sering disingkat dengan ISPA,

istilah ini diadaptasi dari istilah dalam bahasa inggris Acute Respiratory

Infections (ARI). Istilah ISPA meliputi tiga unsur yakni infeksi, saluran

pernapasan dan akut, dengan pengertian sebagai berikut : (6)

a. Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh

manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.

b. Saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli

beserta organ adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah

dan pleura. ISPA secara anatomis mencakup saluran pernapasan

bagian atas, saluran pernapasan bagian bawah (termasuk jaringan

paru-paru) dan organ adneksa saluran pernapasan. Dengan batasan ini,

jaringan paru termasuk dalam saluran pernapasan (respiratory tract).

c. Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari.

Batas 14 hari diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk

beberapa penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA proses ini

dapat berlangsung lebih dari 14 hari.


II.1.2. Etiologi ISPA

Etiologi ISPA terdiri lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan riketsia.

Bakteri penyebab ISPA misalnya dari genus Streptococcus,

Haemophylus, Stafilococcus, Pneumococcus, Bordetella dan

Corynebacterium. Virus penyebab ISPA antara lain grup Mixovirus

(virus influenza, parainfluenza, respiratorysyncytial virus), Enterovirus

(Coxsackie virus, echovirus), Adenovirus, Rhinovirus, Herpesvirus,

Sitomegalovirus, virus Epstein-Barr. Jamur penyebab ISPA antara lain

Aspergillus sp, Candidia albicans, Blastomyces dermatitidis, Histoplasma

capsulatum, Coccidioides immitis, Cryptococcus neoformans. (7)

Selain itu juga ISPA dapat disebabkan oleh karena inspirasi dari

kandungan obat nyamuk yang dapat menganggu saluran pernapasan

manusia, diantaranya : (8)

a. Dichlorvos (Organofosfat) : Dichlorvos atau DDVP (dichlorovynil

dimethyl phosfat) yakni berdaya racun paling tinggi. Senyawa dari

golongan ini bekerja menghambat aktivitas enzim kolinesterase yang

dapat berakibat fatal pada tubuh. Jika terkena paparan zat ini dalam

jangka panjang bisa menyebabkan kerusakan syaraf, menganggu

pernapasan, jantung dan sistem reproduksi.

b. D-Allethrin (Pytheroid) : Suatu insektisida kontak kuat yang

menghasilkan “a strong knock-down” cepat, melawan hama-hama

rumah tangga. D-allethrin yang masuk ke tubuh secara inhalasi dalam

waktu lama, selain menyebabkan gangguan pada paru-paru.


c. Propoksur (Karbamat) : Senyawa ini menghambat aktivitas enzim

kolinesterase tetapi reaksinya reversible. Enzim ini normalnya

bertanggung jawab untuk destruksi dari asetilkolin (neurotransmitter).

Jika terhirup maupun terserap tubuh manusia dapat menyebabkan

gangguan pernapasan, mengaburkan penglihatan, serta keringat yang

berlebih.

II.1.3. Klasifikasi ISPA Berdasarkan Lokasi Anatomi (10)

Berdasarkan lokasi anatomik ISPA digolongkan dalam dua

golongan yaitu : Infeksi Saluran Pernapasan atas Akut (ISPaA) dan

Infeksi Saluran Pernapasan bawah Akut (ISPbA).

a. Infeksi Saluran Pernapasan atas Akut (ISPaA)

Infeksi Saluran Pernapasan atas Akut (ISPaA) adalah infeksi

yang menyerang hidung sampai bagian faring seperti : pilek,

sinusitis, otitis media (infeksi pada telinga tengah), faringitis (infeksi

pada tenggorokan). Infeksi saluran pernapasan atas digolongkan ke

dalam penyakit bukan pneumonia.

b. Infeksi Saluran pernapasan bawah Akut (ISPbA)

Infeksi Saluran Pernapasan bawah Akut (ISPbA) adalah infeksi

yang menyerang mulai dari bagian epiglotis atau laring sanpai dengan

alveoli, dinamakan sesuai dengan organ saluran napas, seperti :

epiglotitis, laryngitis, laryngotrachetis, bronchitis, bronchiolitis dan

pneumonia.
Gambar Anatomi Saluran Pernapasan Berdasarkan Lokasi Anatomik

II.1.4. Patogenesis ISPA

Perjalanan klinis penyakit ISPA dimulai dengan berinteraksinya

virus dengan tubuh. Masuknya virus sebagai antingen ke saluran

pernapasan menyebabkan silia yang terdapat pada permukaan saluran

napas bergerak ke atas mendorong virus ke arah faring atau dengan suatu

tangkapan refleks spasme oleh laring. Jika refleks tersebut gagal maka

virus merusak jaringan epitel dan lapisan mukosa saluran pernapasan.(9,10)

Iritasi virus pada kedua lapisan tersebut menyebabkan timbulnya

batuk kering. Kerusakan struktur lapisan dinding saluran pernapasan

menyebabkan kenaikan aktifitas kelenjar mucus yang banyak terdapat

pada dinding saluran napas, sehingga terjadi pengeluaran cairan mukosa

yang melebihi normal. Rangsangan cairan yang berlebihan tersebut


menimbulkan gejala batuk. Sehingga pada tahap awal gejala ISPA yang

paling menonjol adalah batuk. (9,10)

Adanya infeksi virus merupakan predisposisi terjadinya infeksi

sekunder bakteri. Akibat infeksi virus tersebut terjadi kerusakan

mekanisme mukosiliaris yang merupakan mekanisme perlindungan pada

saluran pernapasan terhadap infeksi bakteri sehingga memudahkan

bakteri-bakteri pathogen yang terdapat pada saluran pernapasan atas

seperti streptococcus pneumonia, haemophylus influenza dan

staphylococcus menyerang mukosa yang rusak tersebut. Infeksi sekunder

bakteri ini menyebabkan sekresi mucus bertambah banyak dan dapat

menyumbat saluran napas sehingga timbul sesak napas dan juga

menyebabkan batuk yang produktif. (11)

Virus yang menyerang saluran napas atas dapat menyebar ke

tempat-tempat yang lain dalam tubuh, sehingga dapat menyebabkan

kejang, demam dan juga bisa menyebar ke saluran napas bawah. (11)

Dampak infeksi sekunder bakteripun bisa menyerang saluran napas

bawah, sehingga bakteri-bakteri yang biasanya hanya ditemukan dalam

saluran pernapasan atas, sesudah terjadinya infeksi virus, dapat

menginfeksi paru-paru sehingga menyebabkan pneumonia bakteri. (11)

Penanganan penyakit saluran pernapasan pada anak harus

diperhatikan aspek imunologis saluran napas terutama dalam hal bahwa

sistem imun di saluran napas yang sebagian besar terdiri dari mukosa,

tidak sama dengan sistem imun sistemik pada umumnya. Sistem imun
saluran napas yang terdiri dari folikel dan jaringan limfoid yang tersebar

merupakan ciri khas system imun mukosa. Ciri khas berikutnya adalah

bahwa IgA memegang peranan pada saluran napas atas sedangkan IgG

pada saluran napas bawah. Diketahui pula bahwa sekretori IgA (sIgA)

sangat berperan dalam mempertahankan integritas mukosa saluran

napas.(9)

Adapun perjalanan penyakit akibat efek dari pencemaran udara

terhadap saluran pernapasan dapat menyebabkan terjadi : (5)

a) Iritasi pada saluran pernapasan, hal ini dapat menyebabkan

pergerakan silia menjadi lambat, bahkan berhenti sehingga

mekanisme pembersihan saluran pernapasan menjadi terganggu.

b) Peningkatan produksi lendir akibat iritasi bahan pencemaran.

c) Produksi lendir dapat menyebabkan penyempitan saluran

pernapasan.

d) Rusaknya sel pembunuh bakteri saluran pernapasan.

e) Pembengkakan saluran pernapasan dan merangsang pertumbuhan sel

sehingga saluran pernapasan menjadi menyempit.

f) Lepasnya silia dan lapisan sel selaput lendir. Akibatnya hal tersebut

di atas maka menyebabkan terjadinya kesulitan bernapas sehingga

benda asing termasuk mikroorganisme tidak dapat dikeluarkan dari

saluran pernapasan dan hal ini akan memudahkan terjadinya infeksi

saluran pernapasan.
Dari uraian di atas, perjalanan klinis penyakit ISPA ini dapat dibagi

menjadi dua : (12)

1. Prepatogenesis

a) Interaksi antara agen-environment

Sebagai daerah tropis, Indonesia memiliki potensi daerah

endemis beberapa penyakit infeksi yang setiap saat dapat

menjadi ancaman bagi kesehatan masyarakat. Pengaruh

geografis dapat menyebabkan mudahnya agen berkembang.

Perubahan cuaca yang begitu cepat juga menjadi penyebab

penyebaran virus dan bakteri.

b) Interaksi antara host-environment

Pencemaran lingkungan seperti asap karena kebakaran hutan,

gas buang sarana transportasi dan polusi udara dalam rumah

seperti kandungan dari obat anti nyamuk dan asap rokok dalam

rumah dapat menimbulkan penyakit ISPA jika terhirup oleh

host.

2. Tahap Patogenesis

a) Tahap inkubasi, agen penyebab penyakit ISPA telah merusak

lapisan epitel dan lapisan mukosa yang merupakan pelindung

utama pertahanan system saluran pernapasan kita. Akibatnya,

tubuhpun menjadi lemah apalagi diperparah dengan keadaan

gizi dan daya tahan yang sebelumnya rendah.


b) Tahap dini penyakit, dimulai dari munculnya gejala-gejala

klinis dapat karena adanya interaksi.

c) Tahap penyakit lanjut, merupakan tahap dimana penyakit

memerlukan pengobatan yang tepat untuk menghindari akibat

lanjut yang kurang baik.

d) Tahap penyakit akhir, dapat sembuh sempurna selain itu bisa

juga sembuh dengan atelectasis menjadi kronis dan dapat

meninggal akibat pneumonia.

II.1.5. Faktor Resiko ISPA(9,11)

Berdasarkan hasil penelitian dari berbagai Negara termasuk

Indonesia dan berbagai publikasi ilmiah, dilaporkan berbagai faktor baik

untuk meningkatkan insiden (Morbiditas) maupun kematian (Mortalitas)

akibat ISPA sebagai berikut :

a. Faktor Host (Diri)

1. Usia

Infeksi saluran pernapasan sering mengenai anak usia dibawah 3

tahun, terutama bayi kurang dari 1 tahun. Beberapa penelitian

menunjukkan bahwa anak pada usia muda akan lebih sering

menderita ISPA daripada usia yang lebih lanjut.

2. Jenis Kelamin

Meskipun secara keseluruhan di Negara yang sedang

berkembang seperti Indonesia masalah ini tidak terlalu

diperhatikan, namun banyak penelitian yang menunjukkan


adanya perbedaan prevalensi penyakit ISPA terhadap jenis

kelamin tertentu.

3. Status Imunisasi

Telah diketahui secara teoritis bahwa imunisasi adalah cara

untuk menimbulkan kekebalan terhadap berbagai penyakit.

Proporsi kasus balita penderita ISPA terbanyak terdapat anak

yang imunisasinya tidak lengkap.

4. Status ASI Ekslusif

ASI adalah makanan yang paling baik untuk bayi terutama pada

bulan-bulan pertama kehidupannya. ASI bukan hanya

merupakan sumber nutrisi bagi bayi tetapi juga sumber zat

antimikroorganisme yang kuat, karena adanya beberapa faktor

yang bekerja secara sinergis membentuk system biologis. ASI

dapat memberikan imunisasi pasif melalui penyampaian

antibody dan sel-sel imunokompeten ke permukaan saluran

pernapasan atas.

5. Bayi Berat Lahir Rendah

Bayi Berat lahir rendah ditetapkan sebagai suatu berat lahir yang

kurang dari 2500 gram. Bayi dengan berat badan lahir rendah

(BBLR) akan meningkatkan resiko kesakitan dan kematian bayi

karena bayi rentan terhadap kondisi-kondisi infeksi saluran

pernapasan bagian bawah.


6. Pemberian suplemen vitamin A

Pemberian vitamin A pada balita sangat berperan untuk masa

pertumbuhannya, daya tahan tubuh dan kesehatan terutama pada

penglihatan, reproduksi, sekresi mukus dan untuk

mempertahankan sel epitel yang mengalami diferensiasi.

b. Faktor Lingkungan (Environment)

1. Kepadatan hunian

Kepadatan hunian dapat mempengaruhi kualitas udara di dalam

rumah, dimana semakin banyak jumlah penghuni maka akan

semakin cepat udara di dalam rumah akan mengalami

pencemaran. Rumah dengan penghuni kamar yang padat akan

memudahkan terjadinya penularan penyakit saluran pernapasan.

2. Ventilasi

Ventilasi adalah suatu usaha untuk menyediakan udara segar,

mencegah akumulasi gas beracun dan mikroorganisme,

memelihara temperatur dan kelembaban optimum terhadap di

dalam ruangan. Ventilasi yang baik akan memberikan rasa

nyaman dan menjaga kesehatan penghuninya.

3. Pendidikan Orang Tua

Tingkat pendidikan orang tua menunjukkan adanya hubungan

terbalik antara angka kejadian dan kematian ISPA. Tingkat

pendidikan ini berhubungan erat dengan keadaan sosial

ekonomi, dan juga berkaitan dengan pengetahuan orang tua.


Kurangnya pengetahuan menyebabkan sebagian kasus ISPA

tidak diketahui oleh orang tua dan tidak diobati.

4. Status Sosial dan Ekonomi

Status sosial ekonomi berpengaruh terhadap pendidikan dan

faktor-faktor lain seperti nutrisi, lingkungan, dan penerimaan

layanan kesehatan. Anak yang berasal dari keluarga dengan

status sosial ekonomi rendah mempunyai resiko lebih besar

mengalami episode anak.

5. Kebiasaan merokok

Pada keluarga yang merokok, secara statistic anaknya

mempunyai kemungkinan terkena ISPA 2 kali lipat

dibandingkan dengan anak dari keluarga yang tidak merokok.

Selain itu dari penelitian lain didapat bahwa episode ISPA

meningkat 2 kali lipat akibat orang tua merokok.

6. Bahan bakar untuk memasak

Bahan bakar yang digunakan untuk memasak sehari-hari dapat

menyebabkan kualitas udara menjadi rusak. Pada bayi yang

dirumahnya menggunakan bahan bakar untuk memasak adalah

minyak tanah lebih beresiko dibanding dengan gas elpiji.

7. Penggunaan obat Anti Nyamuk

Penggunaan obat nyamuk sebagai alat untuk menghindari

gigitan nyamuk dapat menyebabkan gangguan saluran

pernapasan karena hasilnya asap dan bau yang tidak sedap.


Adanya pencemaran udara di lingkungan rumah akan merusak

mekanisme pertahanan paru-paru sehingga mempermudah

timbulnya gangguan pernapasan.

II.1.6. Pencegahan penyakit ISPA (13)

a. Pencegahan tingkat pertama (Primary prevention)

Sasaran pencegahan tingkat pertama, yaitu : mengurangi penyebab,

mengatasi/modifikasi lingkungan, meningkatkan daya tahan host

b. Pencegahan tingkat kedua (Secondary prevention)

Pemberian antibiotik dapat mengatasi pneumonia yang disebabkan

oleh bakteri dan jamur. Untuk pneumonia oleh virus sampai saat ini

belum ada panduan khusus, meski beberapa obat antivirus telah

digunakan. Pada pasien yang berusia pertengahan, diperlukan

istirahat lebih panjang untuk mengembalikan kondisi tubuh.

c. Pencegahan tingkat ketiga (Rehabilitasi)

Mereka yang sudah sembuh dari pneumonia jamur akan letih lesu

dalam waktu yang panjang. Secara rutin, pasien yang sudah sembuh

dari pneumonia jangan dilarang kembali melakukan aktifitasnya.

Namun mereka perlu diingatkan untuk tidak langsung melakukan

yang berat-berat, karena istirahat cukup merupakan kunci untuk

kembali sehat.
II.2. Obat Anti Nyamuk(14)

Obat anti nyamuk yang banyak beredar di masyarakat yaitu obat

nyamuk bakar (fumigan), obat nyamuk semprot (aerosol), dan obat

nyamuk listrik (elektrik).

II.2.1. Obat Nyamuk Bakar (Fumigan)

Pada obat antinyamuk bakar jenis ini mengandung zat kimia

sintetik aktif dari golongan pytheroid (alletrin, transflutrin, pralethrin,

bioallethrin, esbiothrin) yang sudah dibentuk sedemikian rupa sehingga

mampu dihantarkan asap untuk membunuh nyamuk dan serangga

lainnya. Oleh karena dipanaskan, tak menutup kemungkinan bahan aktif

itu terurai menjadi senyawa-senyawa lain yang jauh lebih reaktif dari

sebelumnya. Lebih membahayakan lagi bila obat antinyamuk bakar

digunakan dalam ruang tertutup. Penggunaan di ruang tertutup sering

didasari oleh pemikiran bahwa obat antinyamuk bakar akan menjadi

percuma jika digunakan di tempat terbuka. Padahal kalau seperti ini,

tentu senyawa aktif dan senyawa baru yang terbentuk dari proses

pembakaran berada dalam jangkauan pernapasan kita.

Jika kita memasang obat antinyamuk semalaman, selama itu pula

kita memasukkan zat berbahaya ke dalam tubuh. Bahan kimia sintetik

antinyamuk yang lepas dalam bentuk bakar (fumigan) ini bisa mendesak

oksigen sehingga distribusi oksigen dalam ruangan tidak merata. Oleh

karena itu bila saat menggunakan obat antinyamuk bakar dalam ruangan,

napas terasa agak berat. Fakta inilah yang memunculkan anggapan


bahwa obat antinyamuk bakar bisa mengurangi proporsi kandungan

oksigen dalam ruangan.

II.2.2. Obat Nyamuk Semprot (Aerosol)

Pada obat antinyamuk semprot yang biasanya disebut juga obat

antinyamuk cair yang penggunaanya disemprotkan. Meski bentuknya

berubah saat digunakan, zat aktifnya tidak hilang atau menyatu dengan

oksigen karena zat aktif yang disemprotkan lebih berat dari oksigen.

Setelah disemprotkan, zat aktif antinyamuk ini akan berjatuhan di setiap

tempat dan benda yang ada di ruangan tersebut yang kemudian menjadi

penghantar masuk ke dalam tubuh.

Kandungan bahan aktif pada umumnya dari kelompok sintetik

pyrethroid (d - allethrin, prolethrin, d - fenothrin, bioallethrin, esbiothrin

dan transfluthrin). Tetapi ada juga bahan aktif diklorvos dan diklorovinyl

dimethilfosfat dari kelompok organofosfat dan propoksur dari kelompok

karbamat.

II.2.3. Obat Nyamuk Listrik (Elektrik)

Pada obat antinyamuk listrik (Mat) tak jauh berbeda dari yang

bakar. Keduanya baru bisa efektif bekerja setelah ada penguapan dengan

cara dipanaskan. Obat antinyamuk jenis ini menggunakan juga bahan

aktif golongan pytheroid (alletrin, transflutrin, atau pralethtrin) pada

pulpnya, bahan penstabil dan bahan kimia organic tertentu yang menguap

jika dipanaskan. Fungsi bahan organic ini untuk menguapkan atau

menghantarkan bahan-bahan aktif antinyamuk sehingga dapat bekerja.


Oleh karena jenis ini tidak kasat mata dan sering ditambah wewangian

tertentu, pengguna sering tak sadar bahwa dirinya sedang menghirup

senyawa berisiko bagi tubuhnya.

II.2.4. Kandungan bahan aktif Obat Nyamuk(14,15)

Semua jenis obat nyamuk memiliki bahan aktif yang sama, hanya

berbeda pada bahan pengantarnya. Dibawah ini beberapa bahan aktif

dalam obat nyamuk yaitu kelompok organofosfat (diklorvos/DDVP),

karbamat (propoxur), pyhteroid (allethrin, bioallethrin, dan transflutrin),

dan organochlorin (DDT).

II.2.4.1. Organofosfat (diklorvos)

Insektisida ini merupakan ester asam fosfat atau asam tiofosfat.

Pestisida ini umumnya merupakan racun pembasmi serangga yang paling

toksik secara akut terhadap binatang bertulang belakang seperti ikan,

burung, cicak, dan mamalia. Pestisida ini mempunyai efek memblokade

penyaluran impuls saraf dengan mengikat enzim asetilkolin-esterase.

Gejala akut keracunan diklorvos adalah mati rasa, sakit kepala,

pusing, hilang koordinasi, tremor, nyeri perut, berkeringat, pandangan

kabur, sulit bernapas dan detak jantung lemah.

II.2.4.2. Karbamat (propoxur)

Kelompok ini merupakan ester asam N-metilkarbamat. Bekerja

menghambat asetilkolinesterase, tetapi pengaruhnya terhadap enzim

tersebut tidak berlangsung lama karena prosesnya cepat reversible. Pada


umumnya, pestisida kelompok ini dapat bertahan dalam tubuh antara 1-

24 jam sehingga cepat diekskresikan.

Jika terhirup, material ini dianggap tidak menghasilkan iritasi pada

pernapasan (seperti digolongkan oleh EC Directives dengan

menggunakan binatang percobaan). Meskipun demikian penghirupan

debu atau uap terutama untuk periode yang cukup lama, dapat

menghasilkan gangguan saluran pernapasan.

Keracunan inhibitor kolinesterase menyebabkan gejala seperti

peningkatan aliran darah kepada hidung, diare/mencret, gangguan pada

dada dan sesak napas. Gejala lain meliputi produksi air mata yang

meningkat, rasa mual dan muntah-muntah, diare, sakit perut, pengeluaran

urine tanpa mampu dikontrol, sakit dada, sulit bernapas, serta dapat

menyebabkan tekanan darah menjadi rendah.

II.2.4.3. Piretroid

WHO mengelompokkannya dalam racun kelas menengah. Efeknya,

mengiritasi mata maupun kulit yang sensitif, dan menyebabkan penyakit

asma. Pada obat antinyamuk, piretroid yang digunakan berupa d-

allethrin, transflutrin, bioallethrin, pralethrin, d-phenothrin, cyphenothrin,

atau esbiothrin.

II.2.4.4. Organochlorin

Organoklorin atau disebut “Chlorinated hydrocarbon” terdiri dari

beberapa kelompok yang diklasifikasi menurut bentuk kimianya. Yang

paling populer dan pertama kali disinthesis adalah “Dichloro-diphenyl-


trichloroethan” atau disebut DDT. Umumnya golongan ini mempunyai

sifat: merupakan racun yang universal, degradasinya berlangsung sangat

lambat larut dalam lemak.

DDT dihentikan penggunaannya sejak tahun 1972, tetapi

penggunaannya masih berlangsung sampai beberapa tahun kemudian,

bahkan sampai sekarang residu DDT masih dapat terdeteksi. Sifat toksik

dari DDT dapat membahayakan bagi kehidupan maupun lingkungan,

karena meninggalkan residu yang terlalu lama dan dapat terakumulasi

dalam jaringan melalui rantai makanan. DDT sangat stabil baik di air, di

tanah, dalam jaringan tanaman dan hewan. Gejala yang terlihat pada

intoksikasi DDT adalah sebagai berikut: Nausea, vomitus, paresthesis

pada lidah, bibir dan muka, iritabilitas, tremor, convulsi, koma,

kegagalan pernapasan.

II.2.3. Bahaya Obat Nyamuk Bagi Manusia

Bahan aktif yang terdapat dalam obat nyamuk sangat berbahaya

dan dapat mengganggu kesehatan manusia. Kandungan bahan kimia

berbahaya dalam obat antinyamuk diantaranya dichlorvos, propoxur,

pyrethroid dan diethyltoluamide. Selain itu, umumnya produk obat

nyamuk juga memiliki zat tambahan tertentu. berupa pewarna, pengawet

serta pewangi. Bahan-bahan tambahan, seperti juga zat aktif yang

terdapat dalam obat nyamuk juga dapat merugikan kesehatan. Dampak

kandungan obat nyamuk bagi pengguna adalah keracunan langsung dan

gangguan kesehatan jangka panjang yang disebabkan kontaminasi


(paparan) secara langsung ketika menggunakan obat antinyamuk,

sehingga kandungan masuk ke dalam tubuh manusia. (16)

Kendati zat racunnya sama, dosis masing-masing obat nyamuk

berbeda satu sama lain. Bahan aktif pada obat nyamuk terdiri dari

konsentrasi ringan sampai berat, dari yang kurang toksik sampai yang

lebih toksik.(16)

Kandungan racun berbahaya pada obat nyamuk tergantung kadar

konsentrasi racun dan jumlah pemakaiannya. Misalnya, kadar konsentrasi

bahan aktif obat nyamuk semprot yang sedikit dapat bertambah banyak

jika disemprotkan berulang kali.(16)

Umumnya bahan aktif yang dipakai pada obat nyamuk adalah yang

cepat terurai dan berdaya racun tinggi, dalam arti mematikan nyamuk

dengan cepat. Namun, pemakaian obat nyamuk yang tidak benar, dapat

membahayakan kesehatan. Seberapa jauh dampaknya tergantung pada

jenis, jumlah, usia dan bahan campurannya. (15,16)

Pada Bayi bisa dikatakan rentan terhadap obat nyamuk. Hal ini bisa

terjadi karena organ- organ tubuhnya belum sempurna, daya tahan

tubuhnya belum baik serta refleks batuknya pun belum baik. Efek yang

lebih berbahaya juga akan timbul pada anak yang alergi dan mempunyai

bakat asma.(15,16)

Pada jenis bakar, sifatnya yang kasat mata dan sangat terasa

membuat pengguna menghindari kontak langsung. Pengguna juga akan

melakukan tindakan melindungi diri seperti membuka jendela lebar-lebar


atau memastikan obat antinyamuk manakala matanya perih atau

napasnya makin sesak. Namun, tidak demikian hal-nya pada obat

antinyamuk listrik. Gangguan tidak terasa langsung sebab indera

penciuman tertipu oleh harumnya wewangian yang dikeluarkan. Selain

itu, obat antinyamuk jenis ini juga menimbulkan iritasi pada mata.

Seperti halnya obat antinyamuk bakar, obat antinyamuk listrik pun bisa

membuat napas kita jadi berat hingga sesak terutama bagi mereka yang

tidak tahan atau sensitive terhadap bahan kimia. Hanya saja efeknya tidak

langsung terasa. Kadang-kadang setelah beberapa kali atau lama

menggunakannya, efek obat antinyamuk jenis mat ini baru terasa. (15)

Risiko terbesar terdapat pada obat nyamuk bakar akibat asapnya

yang dapat terhirup. Sedangkan obat nyamuk semprot cair memiliki

konsentrasi berbeda, karena cairan yang dikeluarkan ini akan diubah

menjadi gas. Artinya, dosisnya lebih kecil. Sementara obat nyamuk

elektrik lebih kecil lagi, karena bekerja dengan cara mengeluarkan asap

tapi dengan daya elektrik. Makin kecil dosis bahan zat aktif, makin kecil

pula bau yang ditimbulkan. Sekaligus, makin minim pula kemungkinan

mengganggu kenyamanan manusia.(15)

Untuk jangka panjang, kontak dengan obat antinyamuk setiap hari

dan kontinu dapat menyebabkan kanker paru-paru pada 5-10 tahun ke

depan. Obat antinyamuk yang disemprot, dibakar, dipanaskan (dengan

listrik), maupun yang dioleskan ke dalam tubuh semuanya tak menjamin

keamanan bagi kesehatan kita, terutama anak.(15)


Bahaya dapat timbul mengingat bahan kimia sintetik yang ada

dalam obat antinyamuk tersebut akan menghambat kerja enzim

acetylcholinesterase (AChE), yaitu enzim yang bekerja pada system

sawar otak dan dapat memicu transfer sinyal (neurotransmitter) pada

saraf manusia. Jika enzim itu terganggu maka akan menimbulkan

gangguan kesehatan seperti sering pusing dan mual, serta lebih lanjut

akan mengganggu kemampuan berfikir. (14,15)

Penggunaan obat ini akan lebih berbahaya pada anak karena jika

kerja enzim ini sampai terganggu maka perkembangan dan kerja otak

anak kemungkinan besar juga akan terganggu. Jika AChE-nya terganggu

maka tidak akan terjadi loncatan neurotransmitter sehingga kemampuan

berfikir anak akan menurun.(14,15,16)

II.2.4. Efek Langsung Zat Kimia Obat Nyamuk

Bahan aktif dari obat nyamuk akan masuk ke dalam tubuh melalui

pernapasan dan kulit lalu akan beredar dalam darah. Setelah itu menyebar

pada sel-sel tubuh. Ada yang ke pernapasan, ke otak lewat susunan saraf

pusat, dan lain-lain. Efek terbesar akan dialami oleh organ yang sensitif.

Karena, obat nyamuk lebih banyak mengenai hirupan, maka yang

biasanya yang terkena adalah pernapasan. Sementara efek samping pada

kulit sangat tergantung pada daya sensitifitas ataukepekaankulit. (16)

Gangguan-gangguan pada organ tubuh manusia akan terjadi jika

pemakaian obat nyamuk tidak terkontrol atau dosisnya yang berlebihan.

Orang yang memiliki alergi akan lebih cepat menunjukkan reaksi. Alergi
yang paling banyak muncul biasanya mengenai saluran napasnya

sehingga menimbulkan batuk.(16)

Saluran napas manusia dilengkapi suatu epitel atau pelapis saluran

napas. Epitel ini mempunyai silia seperti rambut getar yang berfungsi

untuk mengeluarkan sesuatu. Silia akan bereaksi terhadap sekret (cairan

lendir) atau benda asing yang ada dalam saluran napas. Benda ini akan

dikeluarkan ke atas dengan bantuan silia yang menyapu seperti

gelombang. Namun karena bahan kimia pada obat nyamuk terdiri dari zat

aktif yang iritatif, bukan kuman, maka sel epitel lebih mudah rusak.

Begitu pula dengan silianya.(16)

Jika epitel dan silia rusak, benda-benda tadi tak dapat dikeluarkan

dengan bantuan silia maupun epitel. Selain itu, sel-sel di bawah epitel

juga akan terkena dampkanya. Akibatnya, keluarlah lendir atau cairan

kental. Sehingga,saluran napas jadi sedikit mengkerut, karena syaraf-

syarafnyaterganggu. Jadi batuk terjadi ketika epitel dan silia rusak.

Tubuh berusaha untuk mengeluarkan sekret atau benda asing tersebut

secara aktif. Caranya dengan batuk.(16)

Reaksi terhadap obat nyamuk dapat timbul dalam rangkaian waktu

yang berbeda. Bisa cepat, dapat juga lambat. Orang yang organ

pernapasannya sensitif akan bereaksi saat itu juga atau beberapa menit

setelah menghirup bau obat nyamuk. Tapi, ada juga yang setelah enam

jam baru batuk-batuk. (14,16)


Efek pemakaian obat antinyamuk yang bisa dirasakan langsung

akan berbeda-beda pada tiap orang. Namun, umumnya berakibat buruk,

terutama pada anak-anak, dengan kadar yang berbeda-beda mulai dari

merasa sesak napas, alergi dalam bentuk gangguan di kulit, iritasi kulit,

batuk-batuk, pusing, mual, muntah, atau bahkan pingsan. Bahkan, tidak

tertutup kemungkinan dapat menghambat perkembangan otak anak.(14,16)


II.3. Kerangka Pemikiran

II.3.1. Kerangka Teori

Berdasarkan teori yang telah dipaparkan dapat dibuat kerangka

teori sebagai berikut :

Faktor Risiko ISPA

Faktor Host (Diri) : Faktor Environment (lingkungan) :


 Usia  Kepadatan hunian
 Jenis kelamin  Ventilasi
 Status imunisasi  Pendidikan orang tua
 Pemberian ASI  Status sosial ekonomi
 BBLR  Kebiasaan merokok
 Suplemen Vit. A  Bahan bakr untuk memasak
 Penggunaan obat nyamuk

Infeksi / masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh manusia

Daya tahan subyek

Kejadian ISPA
II.3.2. Kerangka Konsep

Faktor Host (Diri) :


- Usia
- Jenis kelamin
- Status imunisasi
- Status ASI
Eksklusif
- BBLR
- Pemberian
Vitamin A Virus, bakteri, zat Iritasi
toksik masuk (aktivitas
merusak sal. kelenjar
pernapasan mucus )
Jenis Obat
Nyamuk

Kejadian
ISPA

Bakar Semprot Listrik

Keterangan :

Variabel Independen (diteliti)

Variabel Perancu (tidak diteliti)

Variabel Dependen (diteliti)

Variabel Antara (tidak diteliti)

II.4. Hipotesis
H0 = Tidak ada hubungan antara penggunaan obat nyamuk dengan
kejadian ISPA pada balita.
Ha = Ada hubungan antara penggunaan obat nyamuk dengan kejadian
ISPA pada balita.

You might also like