You are on page 1of 7

1.2.

1 Maloklusi dental
Maloklusi dental terjadi jika perkembangan rahang atas dan rahang bawah terhadap
tulang kepala normal, tapi gigi-giginya mengalami penyimpangan.
Jenis-jenis maloklusi adalah sebagai berikut:
1. Protrusi
Protrusi adalah gigi yang posisinya maju ke depan
2. Intrusi dan Ekstrusi
Intrusi adalah pergerakan gigi menjauhi bidang oklusal. Pergerakan intrusi
membutuhkan kontrol kekuatan yang baik. Ekstrusi adalah pergerakan gigi
mendekati bidang oklusal.
3. Crossbite
Crossbite adalah suatu keadaan jika rahang dalam keadaan relasi sentrik terdapat
kelainan-kelainan dalam arah transversal dari gigi geligi maksila terhadap gigi
geligi mandibula yang dapat mengenai seluruh atau setengah rahang, sekelompok
gigi, atau satu gigi saja.
Berdasarkan lokasinya crossbite dibagi dua yaitu:
a. Crossbite anterior
Suatu keadaan rahang dalam relasi sentrik, namun terdapat satu atau beberapa
gigi anterior maksila yang posisinya terletak di sebelah lingual dari gigi anterior
mandibula.
b. Crossbite posterior
Hubungan bukolingual yang abnormal dari satu atau beberapa gigi posterior
mandibula.
4. Deep bite
Deep bite adalah suatu keadaan dimana jarak menutupnya bagian insisal insisivus
maksila terhadap insisal insisivus mandibula dalam arah vertikal melebihi 2-3 mm.
Pada kasus deep bite, gigi posterior sering linguoversi atau miring ke mesial dan
insisivus madibula sering berjejal, linguo versi, dan supra oklusi.
5. Open bite
Open bite adalah keadaan adanya ruangan oklusal atau insisal dari gigi saat rahang
atas dan rahang bawah dalam keadaan oklusi sentrik.
Macam-macam open bite menurut lokasinya adalah :
a. Anterior open bite
Klas I Angle anterior open bite terjadi karena rahang atas yang sempit, gigi
depan inklinasi ke depan, dan gigi posterior supra oklusi, sedangkan klas II
Angle divisi I disebabkan karena kebiasaan buruk atau keturunan.
b. Posterior open bite pada regio premolar dan molar
c. Kombinasi anterior dan posterior (total open bite) terdapat baik di anterior,
d. posterior, dapat unilateral atau bilateral.
6. Crowded
Crowded adalah keadaan berjejalnya gigi di luar susunan yang normal. Penyebab
crowded adalah lengkung basal yang terlalu kecil daripada lengkung koronal.
Lengkung basal adalah lengkung pada prossesus alveolaris tempat dari apeks gigi
itu tertanam, lengkung koronal adalah lengkungan yang paling lebar dari mahkota
gigi atau jumlah mesiodistal yang paling besar dari mahkota gigi geligi. Derajat
keparahan gigi crowded:
a. Crowded ringan
Terdapat gigi-gigi yang sedikit berjejal, sering pada gigi depan
mandibula,dianggap suatu variasi yang normal, dan dianggap tidak memerlukan
perawatan.
b. Crowded berat
Terdapat gigi-gigi yang sangat berjejal sehingga dapat menimbulkan hygiene
oral yang jelek.
7. Diastema
Diastema adalah suatu keadaan adanya ruang di antara gigi geligi yang seharusnya
berkontak. Diastema ada 2 macam, yaitu :
a. Lokal, jika terdapat diantara 2 atau 3 gigi, dapat disebabkan karena dens
supernumerary, frenulum labii yang abnormal, gigi yang tidak ada, kebiasaan
jelek, dan persistensi.
b. Umum, jika terdapat pada sebagian besar gigi, dapat disebabkan oleh faktor
keturunan, lidah yang besar dan oklusi gigi yang traumatis.1

Pada tahun 1899, Edward Angle (cit. Singh) mengklasifikasikan maloklusi


berdasarkan mesio-distal gigi, lengkung gigi dan rahang. Menurut Angle, molar satu
permanen adalah kunci oklusi sehingga molar atas dan molar bawah memiliki relasi
yang mana cusp mesiobukal molar atas kontak dengan groove bukal molar bawah.
Angle membagi kedalam tiga kategori, yaitu:
1. Maloklusi klas I
Rahang bawah terletak pada relasi mesiodistal yang normal terhadap rahang atas.
Posisi cusp mesiobukal molar satu rahang atas beroklusi dengan groove bukal
molar satu permanen rahang bawah dan cusp mesiolingual molar satu permanen
rahang atas beroklusi dengan fossa oklusal molar satu permanen rahang bawah
ketika rahang dalam posisi istirahat dan gigi dalam keadaan oklusi sentrik.
Maloklusi Klas I menggambarkan hubungan skeletal yang normal dan fungsi
otot yang normal. Walaupun maloklusi Klas I Angle memiliki hubungan molar
yang normal tetapi garis oklusinya kurang tepat dikarenakan malposisi gigi, rotasi
gigi, proklinasi, gigitan terbuka anterior, crowding, spacing dan lain sebagainya.2

Gambar 1.
Maloklusi klas I Angel3
2. Maloklusi klas II
Cusp mesiobukal molar satu permanen rahang atas beroklusi lebih ke mesial dari
groove mesiobukal molar satu permanen rahang bawah atau sebaliknya groove
bukal molar satu permanen rahang bawah beroklusi lebih ke distal terhadap cusp
mesiobukal molar satu permanen rahang atas.
Banyak juga yang menyebutkan maloklusi ini ketika molar satu permanen
rahang bawah posisinya lebih ke posterior daripada molar satu permanen rahang
atas.4

Gambar 2. Maloklusi klas II Angel3


Angle membagi maloklusi Klas II menjadi dua divisi berdasarkan sudut
labiolingual gigi insisivus rahang atas.
Pembagiannya yaitu sebagai berikut:
a. Klas II divisi 1
Hubungan molar Klas II tetapi gigi insisivus rahang atas labioversi. Maloklusi
ini memiliki karakteristik proklinasi insisivus rahang atas yang proklinasi
sehingga memperbesar overjet.
Pada maloklusi ini juga menunjukkan adanya aktivitas otot yang
abnormal. Bibir atas biasanya hipotonik, pendek dan inkompeten dan bibir
bawah berkontak dengan bagian palatal gigi rahang atas merupakan salah satu
gambaran Klas II divisi 1 yang disebut sebagai “lip trap”.2,5

Gambar 3. Maloklusi klas II divisi 1 Angel6

b. Klas II divisi 2
Maloklusi Klas II divisi 2 memiliki hubungan molar Klas II dengan
karakteristik maloklusi ini adalah adanya inklinasi lingual atau linguoversi
gigi insisivus sentralis rahang atas dan insisivus lateral rahang atas yang lebih
ke labial ataupun mesial. Pasien akan menunjukkan overbite anterior yang
berlebih (deep overbite). Bibir biasanya kompeten dengan garis bibir biasanya
lebih tinggi daripada normal (high lip line), bibir bawah menutupi insisivus
atas lebih dari setengah insisivus atas.5
Gambar 4. Maloklusi klas II divisi 2 Angel6

3. Maloklusi klas III


Cusp mesiobukal molar satu permanen rahang atas beroklusi lebih ke distal
terhadap groove mesiobukal molar satu permanen rahang bawah atau sebaliknya
groove bukal molar satu permanen rahang bawah beroklusi lebih ke mesial
terhadap cusp mesiobukal molar satu permanen rahang atas.
Selain itu, jika molar satu permanen rahang bawah memiliki posisi lebih ke
anterior daripada molar satu permanen rahang atas juga disebut sebagai maloklusi
Klas III. Maloklusi ini dapat disebabkan adanya maksila yang kecil dan sempit
sedangkan mandibula dalam batas normal.5

Gambar 4. Maloklusi
klas III Angel3
Maloklusi Klas III dapat diklasifikasikan dalam true Class III dan pseudo Class
III.

a. True Class III


Maloklusi Klas III skeletal yang berasal dari genetik dapat terjadi akibat
beberapa hal berikut:
1. Ukuran mandibula yang berlebih.
2. Maksila yang lebih kecil dari ukuran normal.
3. Kombinasi penyebab-penyebab di atas.
Insisivus rahang bawah memiliki inklinasi lebih ke lingual. Pasien dengan
maloklusi ini dapat menunjukkan overjet normal, relasi insisivus edge to edge
ataupun crossbite anterior.2
b. Pseudo Class III
Maloklusi ini dihasilkan dari pergerakan ke depan mandibula ketika penutupan
rahang sehingga disebut juga maloklusi Klas III ‘postural’ atau ‘habitual’.
Mandibula pada maloklusi ini bergerak pada anterior fossa glenoid akibat
kontak prematur dari gigi. Maloklusi ini merupakan maloklusi Klas III tetapi
dengan relasi skeletal Klas I dan bukan merupakan maloklusi Klas III
sesungguhnya. Kelainan gigitan silang anterior yang ada merupakan kelainan
dental.2,5,6

Pada tahun 1915, Dewey memodifikasi klasifikasi Angle. Dewey memodifikasi


Klas I klasifikasi Angle ke dalam 5 tipe dan Klas III klasifikasi Angle kedalam 3 tipe.
Modifikasinya adalah sebagai berikut:
a. Modifikasi Klas I oleh Dewey
Tipe 1: Maloklusi Klas I dengan gigi anterior rahang atas berjejal (crowded).
Tipe 2: Klas I dengan insisivus maksila yang protrusi (labioversi).
Tipe 3: Maloklusi Klas I dengan crossbite anterior.
Tipe 4: Relasi molar Klas I dengan crossbite posterior.
Tipe 5: Molar permanen mengalami drifting mesial akibat ekstraksi dini molar
dua desidui atau premolar dua.
b. Modifikasi Klas III oleh Dewey
Tipe 1: Ketika rahang atas dan bawah dilihat secara terpisah menunjukkan
susunan yang normal, tetapi ketika rahang dioklusikan, pasien menunjukkan
adanya gigitan edge to edge pada insisivus.
Tipe 2: Insisivus rahang bawah berjejal dan menunjukkan relasi lingual terhadap
insisivus rahang atas.
Tipe 3: Insisivus rahang atas berjejal dan menunjukkan crossbite dengan anterior
rahang bawah. 2,6,7

Pada 1933, Lischer melakukan modifikasi terhadap klasifikasi Angle dengan


mengganti nama Klas I, II dan III Angle dengan neutro-oklusi, disto-oklusi dan
mesio-oklusi. Selain itu, Lischer juga mengklasifikasikan maloklusi gigi individual. 2,6
1. Neutro-oklusi : istilah sinonim maloklusi Klas I Angle
2. Disto-oklusi : istilah sinonim maloklusi Klas II Angle
3. Mesio-oklusi : istilah sinonim maloklusi Klas III Angle

Sumber :
1. Rostina T. Oklusi, Maloklusi, Etiologi Maloklusi.Penuntun Kuliah Ortodonti
I,Medan:Bagian Ortodonti Fakultas Kedokteran Gigi USU;1997
2. Bhalajhi SI. Orthodontics the art and science. 4th ed. New Delhi: Arya
(MEDI); 2009
3. Proffit WR, Fields HW, Sarver DM. Contemporary Orthodontics. 5th ed.
Canada: Mosby Elsevier; 2013
4. Alatrach AB, Saleh FK, Osman E. The prevalence of malocclusion and
orthodontic treatment need in a Syrian children. European Scientific Journal;
2014
5. Rahardjo P. Ortodonti Dasar. Surabaya: Airlangga University Press; 2009
6. Singh G. Textbook of Orthodontics. 2nd ed. India: Jaypee; 2007. Bishara SE.
Textbook of Orthodontics. United States of America: WB Saunders; 2001
(tolong nanti di sesuaikaan ya rujukannya) maap telat >-<

You might also like