You are on page 1of 51

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An ”A” DENGAN GANGGUAN SISTEM

PERNAFASAN PADA KASUS PNEUMONIA DI GILI NANGGU RUANG 111 RSUDP


NTB DARI TANGGAL 21 s/d 23 MEI 2018

DISUSUN OLEH :

APRISKA ANDANI AMALIA (024SYE16)

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT SEKOLAH


TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM PROGRAM STUDI
KEPERAWATAN JENJANG D.III

2018

1
ASUHAN KEPERAWATAN PADA An ”A” DENGAN GANGGUAN SISTEM
PERNAFASAN PADA KASUS PNEUMONIA DI GILI NANGGU RUANG 111
RSUDP NTB DARI TANGGAL 21 s/d 23 MEI 2018

Ruang : GILI NANGGU Nama Mahasiswa : APRISKA ANDANI


Hari/Tanggal : 21 MEI 2018 NIM/Kelompok : 4 (empat)
Inisial pasien : An ”A”

A. KONSEP TEORI
1. Definisi

Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru


(alveoli), terjadinya pneumonia pada balita sering kali kebersamaan proses infeksi
akut bronkus, bisa disebut bronkopneumoni (Misniadiarly, 2012).
Pneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang terjadi pada masa
kanak-kanak dan sering terjadi pada bayi, yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur
dan benda asing (Hidayat, 2012).
Pneumonia adalah suatu proses peradangan dimana terdapat konsolidasi
disebabkan pengisian rongga alveoli oleh eksudat (Somabtri, 2014).
Dari berbagai sumber tersebut dapat disimpulkan bahwa, pneumonia adalah
peradangan yang terjadi pada parenkim paru baik itu disebabkan oleh bakteri, virus,
jamur dan benda asing yang sering terjadi pada anak-anak ataupun balita.

2. Tanda Dan Gejala


Menurut Nursalam (2008), pneumonia dikelasifikasikan secara sederhana
berdasarkan tanda dan gejala yang ada:
a. Pneumonia berat ditandai dengan gejala seperti:
1. Adanya tanda bahaya umum seperti anak tidak bisa minum atau menetek dan
selalu memuntahkan semuanya,kejang-kejang atau anak tidak sadar
(letargis).
2. Terdapat tarikan dinding dada bagian bawah kedalam, suara whizing dan
ronchi.
3. Terdapat stridor atau suara bunyi nafas saat inspirasi.

2
4. Pernfasan cuping hidung.
5. Terdapat gejala sianosis atau kulit kebiru-biruan kekurangan oksigen.
6. Umur bayi kurang dari dua bulan yang disertai nafas cepat 60 x/menit.
b. Pneumonia sedang ditandai apabila terdapat gejala:
1. Nafas cepat (sesak nafas) yang dimaksud adalah:
1. Anak usia 2-12 bulan apabila frekuensi nafas 50x/menit atau lebih.
2. Anak 1-5 tahun frekuensi nafas 40x/menit atau lebih.
2. Ada tarikan dinding dada bagian bawah.
3. Ada gejala whizing.
4. Ada demam.
5. Kesadaran masih baik.
c. Bukan pneumonia, apabila tidak ada tanda-tanda pneumonia atau penyakit
sangat berat (Nursalam, 2011) tanda dan gejala bukan pneumonia:
1. Batuk dan filek biasa
2. Tidak ditemukan tarikan dinding dada bawah
3. Tidak ditemukan nafas cepat
4. Tidak ada sesak nafas

3. Etiologi dan Klasifikasi


Menurut Nursalam (2013), terdapat 3 klasifikasi pneumonia:
a. Berdasarkan klinis dan epidemiologi
1. Pneumonia kominitif
Terdapat pada virus influenza pada klien perokok, pathogen atipikal
pada lansia, gram negative pada klien dari rumah jompo, dengan adanya
PPOK (Penyakit Paru Obstruksi Kronis), penyakit penyerta paska terapi
antibiotika.
2. Pneunomia nosokomial
Tergantung pada 3 faktor yaitu: tingkat beratnya sakit, adanya resiko
untuk jenis pathogen tertentu dan masa menjelang timbul pneumonia.
3. Pneunomia aspirasi
Terjadi karena infeksi kuman, akibat aspirasi bahan kimia, akibat cairan
inert misalnya cairan makanan atau lambung, edema paru dan obstruksi
mekanik simple oleh bahan padat.
4. Pneunomia pada penderita imonokomporomiset

3
Terjadi karena akibat proses penyakit dan akibat trapi. Penyebab
infeksi berupa kuman pathogen atau mikroorganisme yang biasanya
nonvirilen, berupa bakteri, virus dan jamur.
b. Berdasarkan bakteri penyebabnya
Sebagian besar pneunomia disebabkan oleh bakteri, yang timbul secara
primer atau sekunder setelah infeksi virus. Penyebab terserang pneumonia
bakterialis adalah:
1. Streptococuspneumoniae yang menyebabkan pneunomia stertococus
2. Bakteri staphilococus aureus dan stertococus beta hemoliticus group
juga sering menyebabkan pneumomia. Pneumonia bakteri atau tipikal
dapat terjadi pada semua umur. Beberapa bakteri mempunyai tendensi
menyerang seseorang yang peka misalnya: clpsiela pada penderita
alkholik stphilacocus pada penderita paska inpeksi influenza dan
pneunomia atipikal yang disebabkan oleh mikroplasma,lezionela dan
chamadia.
c. Disebabkan oleh virus yaitu virus influenza
Disebabkan oleh mikroplasma, suatu pneunomia yang relatif sering
dijumpai,disebabkan oleh suatu mikroorganisme berdasarkan beberapa
aspeknya, berada diantara bakteri dan virus:
1. Individu yang mengidap acquired imonodefisiensi sindrom
(AIDS) sering mengalami pneumonia.
2. Individu yang terlalu lama berada di ruang yang terdapat aerosol dari air
yang tergenang,misalnya dari unit pendingin ruang yaitu AC atau alat
pelembab yang kotor bisa menyebabkan pneumonia legionela.
3. Individu yang mengalami aspirasi isi lambung karena muntah atau air
akibat tenggelam dapat mengidap pneumonia aspirasi. Bagi individu
tersebut, bahan yang teraspirasi itu sendiri yang menyebabkan
pneumonia, bukan microorganisme mencetuskan suatu reaksi
peradangan.
d. Disebabkan oleh jamur dan sering merupakan infeksi sekunder prediksi
terutama pada penderita dengan daya tahan tubuh yang lemah
(Imonocompromised):
Jadi etiologi pneumonia dapat disebabkan oleh:
1. Bermacam golonga microorganisme, yaitu disebabkan oleh:
1) Bakteri : setoptococus pneumonia, stephylococus aureus
4
2) Virus : influenza, parainfluenza,adenofirus
3) Jamur :kandidiasis,histoplasmosis, aspergiposis, cocidioidoimicocis,
criptococosis, pneumocytiscarini.
4) Aspirasi : makanan, cairan lambung.
5) Inhalasi : racun atau bahan kimia, rokok, debu dan gas
2. Virus antara lain :
1) Virus influenza
2) Virus parainfluenza
3) Adenovirus
4) Rhenovirus
5) Virus herpes simpleks
6) Mikroplasma (menyerang anak diatas usia belita)(Misnadiarly,2012).

4. Patofisiologi dan WOC


Bakteri, virus, jamur atau benda asing penyebab pneumonia terhisap lalu
masuk ke dalam alveoli, di dalam alveoli terjadi proses peradangan sehingga
mengakibatkan peningkatan suhu dan infeksi, karena terjadinya infeksi menyebabkan
kerja sel goblet menjadi meningkat dan memicu peningkatan jumlah sputum sehingga
terjadi akumulasi sputum di jalan nafas. Meningkatnya jumlah sputum di jalan nafas
mengakibatkan sputum tertelan ke lambung, sehingga terjadilah peningkatan ke
asaman di lambung karena sputum yang bersifat basa, sehingga mengakibatkan mual
dan muntah (Sumarti, 2014).
Eksudat dan serous masuk ke dalam alveoli, mengakibatkanpeningkatan
konsentrasi protein cairan alveoli yang mempengaruhi tekanan hidrostatik dan osmosis
meningkat dan mengakibatkan akumulasi cairan di alveoli dapat mengakibatkan
gangguan pertukaran gas, cairan di alveoli yang dapat menekan syaraf mengakibatkan
timbulnya nyeri pleuritik. Eritrosit dan leukosit yang mengisi alveoli mengakibatkan
konsolidasi di alveoli dan paru, compliantce paru menurun sehingga mengakibatkan
pola nafas tidak efektif(Nursalam,2011).

5
Pathway :

Jamur, virus, bakteri dan benda asing


Hiperter
Masuk ke alveoli mi

Proses peradangan Infeksi


Peningkatan
konsentrasi
protein cairan Eritrosit dan Leokosit Kerja sel Goblet meningkat
alveoli Mengisi alveoli

Produksi sputum meningkat


Tekanan hidrosatik Konsolidasi di alveoli
dan osmosis dan paru
meningktak Akumulasi sputum di jalan nafas
Fungsi paru
menurun Bersihan jalan nafas tidak
Akumulasi cairan di efektif
alveoli Pola nafas tidak
efektif

Cairan menekan
syaraf Tertelan ke lambung

Akumulasi Sputun di lambung


Nyeri pleuritik

Gangguan Pertukaran Peningkatan asam lambung


Gas

Mual muntah

Nutrisi kurang dari


kebutuhan

MRS
Hospitalisasi Family center problem

Perpisahan,
Tindakan
Lingkungan Situasi Krisis
Invasif Kurangnya
baru
informasi

Nyeri dan a.Cemas


injuri b.Gangguan Kurangnya Cemas
fungsional pengetahuan

6
5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang menurut Betz dan Sowden (2013) dapat dilakukan antara
lain:
a. Kajian foto thorak diagnostic, digunakan untuk melihat adanya infeksi di paru
dan status pulmoner (untuk mengkaji perubahan pada paru-paru).
b. Nilai analisa gas darah, untuk mengevaluasi status kardiopulmoner sehubung
dengan oksigensi.
c. Hitung darah lengkap dengan hitung jenis untuk menetapkan adanya
anemia,infeksi dan proses inflamasi.
d. Pewarnaan gram (darah) untuk seleksi awal antimikroba.
e. Tes kulit untuk tuberkulin mengesampingkan kemungkinan TB jika anak tidak
berespon terhadap pengobatan.
f. Jumlah leukosit pada pneumonia bakterial.
g. Tes fungsi paru, digunakan untuk mengevaluasi fungsi paru, menetapkan luas
dan beratnya penyakit dan membantu mendiagnosis keadaan.
h. Spirometri statik, digunakan untuk mengkaji jumlah udara yang diinspirasi.
i. Kultur darah-spesimen darah untuk menetapkan agen penyebabnya seperti virus
dan bakteri.
j. Kultur cairan pleuraspesimen cairan dari rogga pleura untuk menetapkan agen
penyebab seperti bakteri dan virus.
k. Bronkoskopi, digunakan untuk melihat dan memanipulasi cabang-cabang utama
dari pohon trakeobronkhial: jaringan yang diambil untuk diuji diagnostik,secara
terapeutik digunakan untuk menetapkan dan mengangkat benda asing.
l. Biopsi paru selama torakotomi, jaringan paru dieksisi untuk melakukan kajian
diagnostik.
Sedangkan menurut Egram (2011), pemeriksaan menunjang meliputi:
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Leukosit, umumnya pneumonia bakteri didapatkan leukositesis dengan
predominan polimorfonuklear.Leukosit menunjukan prognosis yang buruk.
b. Cairan pleura, eksudat dengan sel polimorfonuklear 300-100.000/mm.
Protein diatas 2,5 g/dl dan glukosa relatif lebih rendah dari glukosa darah.
c. Titer antistreptolisin serum, pada infeksi streptokokus meningkat dan dapat
menyokong diagnosa.
d. Kadang ditemukan anemia ringan dan berat.

7
2. Pemeriksaan mikrobiologi
a. Spesimen: usap tenggorok, sekresi nasofaring, bilasan bronkus atau sputum
darah,aspirasi trakhea fungsi pleura, aspirasi paru.
b. Diagnosa definitif jika kuman ditemukan dari darah, cairan pleura atau
aspirasi paru.
3. Pemeriksaan imunologis
a. Sebagai upaya untuk mendiagnosis dengan cepat.
b. Mendeteksi baik antigen maupun antigen spesifik terhadap kuman penyebab
pneumonia.
c. Spesimen: darah atau urin.
4. Pemeriksaan radiologis, gambaran radiologis berbeda-beda untuk tiap
mikroorganisme penyebab pneumonia:
a. Pneumonia pneumonokokus: gambaran radiologinya bervariasi dari infiltrasi
ringan sampai bercak-bercak konsolidasi merata (bronkopneumonia) kedua
lapangan paru atau konsolidasi pada satu lobus (pneumonia lobaris). Bayi
dan anak-anak gambaran konsolidasi lobus jarang ditemukan.
b. Pneumonia streptokokus, gambaran radiologik menunjukan
bronkopneumonia difus atau infiltrate interstialis. Sering diderita efusi
pleura yang berat, kadang terdapat adenopatihilus.
a. Pneumonia stapilokokus, gambaran radiologinya tidak khas pada pemulaan
penyakit, infiltrat mula-mula berupa bercak-bercak kemudian memadat dan
mengenai keseluruhan lobus atau hemithoraks. Perpadatan hemithoraks
umumnya penekanan (65%), <20% mengenai kedua paru.

6. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan medis
Menurut Ngastiah, penatalaksanaan medis pada pneumonia adalah:
Pengobatan berdasarkan etiologi dan uji resitensi, akan tetapi, karena hal itu
perlu waktu dan klien perlu terapi secepatnya maka biasanya yang diberikan:
1) Penisilin 50000 u/kg bb/hari, ditambah dengan cluoromfenikol 50-70 mg/kg
bb/hari atau diberikan antibiotik yang mempunyai spektrum luas seperti
ampisilin. Pengobatan ini diteruskan sampai bebas demam 4-5 hari.
2) Pemberian oksigen dan cairan intravena, biasanya diperlukan campuran
glukosa 5% dan NaCl 0,9% dalam perbandingan 3 :1 ditambah larutan HCl
10%, 500 ml/ botol infus.
8
3) Karena sebagian klien jatuh kedalam metabolik akibat kurang makanan dan
hipoksia, maka dapat diberikan koreksi sesuai dengan hasil analisis gas
darah arteri.
4) Klien pneumonia ringan tidak usah dirawat di rumah sakit.
b. Penatalaksanaan keperawatan
a. Menjaga kelancaran
1) Pernafasan pada anak
Pernafasan pada anak dengan pneumonia berat dalam keadaan dispneu
dan sianosis karena adanya radang paru dan banyaknya lendir didalam
broncus/paru:
a) Agar anak dapat bernafas secara lancar, lendir tersebut harus
dikeluarkan dan untuk memenuhi kebutuhan 02 perlu dibantu dengan
mengeluarkan 02 21x/menit secara nasal.
b) Pada anak yang agak besar (sudah mengerti) berikan sikap setengah
duduk, longgarkan pakaian yang menyekat seperti ikat pinggang,
kaos yang agak sempit.
c) Ajarkan jika ia batuk lendirnya harus dikeluarkan dan katakan kalau
lendir tersebut tidak dikeluarkan maka sesak yang dialami tidak akan
segera sembuh (sediakan kertas tisu dan tempat penampungan).
d) Berikan kepada anak agar ia tidak selalu miring ke arah dada yang
sakit, boleh duduk atau miring ke bagian dada yang lain.
2) Pada bayi
a) Berikan dengan letak kepala ekstensi dengan memberikan ganjalan
dibawah bahu.
b) Bukalah pakaian yang ketat seperti gurita,atau celana yang ada
karetnya.
c) Hisaplah lendir dan berikan O2secara teratur sampai 21x/menit.
d) Penghisapan lendir harus sering, yaitu pada saat terlihat lendir
didalam mulut, pada waktu akan memberikan miuman, mengubah
sikap berbaring atau tindakan lain.
e) Perhatikan dengan cermat pemberian infus, perhatikan apakah infus
lancar.

9
b. Kebutuhan istirahat
Anak dengan pneumonia adalah klienlemah, suhu tubuhnyatinggi,sering
hipereksia, maka klien perlu cukup istirahat, semua kebutuhan pasien harus
dibantu di tempat tidur. Usahakan pemberian obat secara tepat. Pengambilan
bahan pemeriksaan atau pemberian suntikan jangan dilakukan saat klien
sedang tidur. Usahakan keadaan tenang dan nyaman agar klien dapat
istirahat sebaik-baiknya atau terlalu rapat karena dapat menyebabkan sesak
nafas.
c. Kebutuhan nutrisi dan cairan
Anak pneumonia hampir slalu mengalami masukan makanan yang kurang.
Suhu tubuh yang tinggi selama beberapa hari dan masuk cairan yang kurang
dapat menyebabakan dehidrasi dan kekurangan kalori dipasang infus dengan
cairan glukosa 5% NaCl 0,9% dalam perbandingan 3:1 ditambah HCl 10
meq/500ml/botol infus. Pada bayi yang masih minum ASIekslusif, bila tidak
terlalu sesak ia boleh menetek, selain memperoleh infus. Beritahukan ibunya
agar pada waktu bayi menetek puting susunya sering-sering dikeluarkan
untuk memberikan bayi bernafas.
d. Mengontrol suhu tubuh
Anak dengan pneumonia sewaktu-waktu dapat mengalami hiperpireksia.
Untuk ini maka suhu tubuh harus dikontrol tiap jam selain usahakan untuk
menurunkan suhu dengan memberikan kompres dingin dan obat-obatan.
Satu jam setelah dikompres dicek kembali apakah suhu tubuh sudah turun

7. Konsep Tumbuh Kembang Pada Anak


Menurut Markum (1999), konsep tumbuh kembang dibagi menjadi :
1. Jean Peaget
Fase sensorik motorik (0-2 tahun) peaget melihat bahwa pada mulanya seorang
anak mempunyai sifat yang sangat egosentrik dan sangat terpusat pada diri sendiri.
Segala usahanya berhubungan dengan dirinya sendiri yaitu untuk memuaskan
kebutuhan dengan kesenangan, oleh karena itu kebutuhan pada fase ini
kebanyakan bersifat fisik, maka yang berkembang dengan pesat adalah
kemampuan sensorik motorik. Anak belajar melakukan berbagai gerakan yang
makin terkoordinasi, terarah dan bertujuan

10
2. Robert Sears
Masa bayi berkisar umur 2 minggu sampai 2 tahun. Pada masa ini masih sibuk
dengan dirinya sendiri. Proses asosialisasi berkembang dengan lambat, bayi lebih
mementingkan kebutuhanya sendiri dan belajar berbagai cara untuk memenuhinya.
Bayi sebenarnya banyak menuntut dan menguasai lingkungan. Pada masa inilah
kepribadian dasar seorang dibangun.
3. Erik Erickson
Masa balita (1-3 tahun), pada masa ini anak sedang belajar untuk menegakkan
kemandiriannya, namun ia belum dapat berpikir secara diskriminatif. Olek karena
itu perlu mendapatkan bimbingan secara tegas. Meskipun lingkungan yang
mengharapkan anak untuk dapat mandiri, anakpun masih perlu dilindungi terhadap
pengelaman yang menimbulkan rasa ragu dan malu.
4. Sigmun Freud
Fase anak (1-3 tahun), pada masa ini anak mulai menunjukkan sifat keakuannya,
sikap yang sangat narasitik dan egoistic. Ia pun belajar mulai kenal dengan
tubuhnya sendiri dan mendapatkan kepuasan dari pengelaman autoerotiknya.
Sesuai dengan namanya “fase anal” salah satu tugas utamanya adalah latihan
kebersihan atau disebut “toilet training” perkembangan bahasa.

8. Konsep Hospitalisasi Pada Anak


Hospitalisasi adalah suatu keadaan sakit dan harus dirawat di rumah sakit,
yang terjadi pada anak maupun keluarganya (Wong, 2000).
1. Stress karena adanya perubahan status kesehatan dan kebiasaan sehari-hari.
2. Anak mempunyai keterbatasan terhadap mekanisme koping untuk memecahkan
kejadian-kejadian stress.
Respon pada anak usia pra-sekolah dalam menghadapi stressor utama dalam
hospitalisasi, reaksi anak pada kondisi stress, sangat dipengaruhi oleh usia,
perkembangannya, pengdelaman sakit yang lalu, perpisahan, hospitalisasi, adanya
support system, koping yang digunakan dan keseriusan penyakitnya. Bagaimana
anak bereaksi terhadap hospitalisasi dan metode koping yang digunakan saat sakit
adalah sangat dipengaruhi oleh stressor yang ada selama fase perkembangannya.
Stressor utama selama hospitalisasi adalah perpisahan, kehilangan control,
terutama pada tubuh, dan nyeri serta reaksi perilaku anak.
a. Respon kecemasan karena perpindahan pada anak yang dirawat tergantung
pada tingkat usia perkembangan anak
11
Pada masa ini anak sudah melibatkan diri pada kebiasaan atau aktivitasnya dan
bermain. Pada waktu terjadi perbatasan kebiasaan rutin ini, akan menjadi
regresi bahkan gangguan dari kebiasaan tersebut, respon perilaku yang
ditunjukkan dapat langsung atau spontan.
b. Respon kehilangan kendali pada anak yang dirawat menurut usia tumbuh
kembang (Toddler 1-3 tahun)
Merupakan masa dimana anak mencari otonomi yang ditampakan dengan
tingkah laku antara lain: keterampilan motorik, permainan hubungan
interpersonal aktivitas motoriknya akan cemas jika harus dan akibat tangan
kakinya.
c. Respon nyeri pada anak tergantung pada tahap tumbuh kembang anak.
Karakteristik respon nyeri berupa Todler (1-3 tahun)
- Meringis
- Mengatupkan mulut
- Membuka mata lebar-lebar
- Marah atau bertingkah laku agresif seperti menggigit, menendang,
memukul dan berusaha untuk lari.
d. Mekanisme koping anak pada hospitalisasi Todler (1-3 tahun)
Memberikan toddler bersama obyek yang member rasa aman bagi mereka
seperti selimut, boneka beruang atau obyek khusus lain amatlah penting selama
tindakan presedur. Seringkali foto ibu digunakan anak-anak sebagai pelindung
saat mengelami tindakan. Anak menjadi lebih tenang dan mau bekerjasama
dengan perawat jika memegang atau memeluk foto ibunya.

9. Faktor Resiko Penyebab Terjadinya Pneumonia


Banyak factor resiko yang menyebabkan terjadinya pneumoni pada balita(Depkes
2004),diantaranya :
a. Factor resiko yang terjadi pada balita
Salah satu factor yang berpengaruh pada timbilnya pneumoni dan berat
ringannnya penyakit adalah daya tahan tubuh balita.daya tahan tubuh tersebut
dapat dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya:
1. Keadaan gizi adalah factor yang sangat penting bagi timbulnya
pneumi.tingkat pertumbuhan fisik dan kemampuan imunologik seseorang
sangat dipengaruhi adanya persediaan gizi dalam tubuh dan kekurangan

12
zat gizi akan meningkatkan kerentanan dan beratnya infeksi suatu
penyakit seperti pneumonia (Dailure,2000).
2. Status imunisasi
Kekebalan dapat dibawasi secara bawaan, keadaan ini dapat dijumpai
pada balita umur 5-9 bulan, dengan adanya kekebalan ini balita terhindar
dari penyakit. Dikarenakan kekebalan bawaan hanya bersifat sementara,
maka diperlukan imunisasi untuk tetap mempertahankan kekebalan yang
ada padabalita (Depkes RI, 2004). Salah satu strategi pencegahan untuk
mengurangi kesakitan dan kematian akibat peneumoni adalah dengan
pemberian imunisasi. Melalui imunisasi diharapkan dapat menurunkan
angka kesakitan dan kematian penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi.
3. Pemberian ASI (Air Susu Ibu)
Asi yang diberikan pada bayi hingga usia 4 bulan selainsebagai bhan
makanan bayi juga berfungsi sebagai pelindung dari penyakit dan infeksi,
karena dapat mencegah pneumonia oleh bakteri dan virus. Riwayat
pemberian ASI yang buruk menjadi salah satu factor risiko yang dapat
meningkatkan kejadian pneumonia pada balita (Dailure, 2000).
4. Umur anak
Umur merupakan factor risiko yang berhubungan dengan kejadian
pneumonia. Risiko untuk terkena pneumonia lebih besar pada anak umur
dibawah 2 tahun dibandingkan yang lebih tua, hal ini dikarenakan status
kerentanan anak dibawah 2 tahun belum sempurna dan lumen saluran
napas yang masih sempit (Daulaire,2000).
b. Factor lingkungan
Lingkungan khususnya perumhan sangat berpengaruh pada
peningkatan resiko terjadinya pneumonia. Perumahan yang padat dan sempit,
kotoran dan tidak mempunyai sarana air bersih menyebabkan balita sering
berhubungan dengan berbagai kuman penyakit menukar dan terinfeksi oleh
berbagi kuman yang berasal dari tempat kotor tersebut(depkes RI,2004),yang
berpengaruh diantaranya:
1. Ventilasi
Ventilasi berguna untuk penyediaan udara kedalam
danpengeluaran udara kotor dari tempat yang tertutup.termasuk ventilasi
adalah jendela dan penghawaan dengan persyaratan minimal 10% dari
13
luas lantai.kurangnya ventilasi akan menyebabkan naikknya kelembaban
udara.keklembaban yang tinggi merupakan media untuk berkembangya
bakteri terutama baktero pantogen(semedi,2001).
2. Volusi udara
Pencemaran udara yang terjadidi dalm rumah umumnya
disebabkan oleh volusi di dalam dapur.asap dari bahan bakar kayi
merupakan factor resiko terhadap kejadian pneumoni pada balita.volusi
uadar di dalam rumah juga dapat disebabkan oleh asap rokok,kompor
gas,alat pemanas ruangan,dan juga akibat pembakaran yang tidak
sempurna dari sepeda motor(lubis.1989)
10. Pencegahan penyakit peneumonia
Untuk mencegah pneumonia perlu p1artisipasi aktif dari masyarakat atau
keluarga terutama ibu rumah tangga, karena pneumonia sangat dipengerahui oleh
kebersihan di dalam dan di luar rumah. Pencegahan pneumonia bertujuan untuk
menghindari terjadinya penyakit pneumonia pada balita. Berikut adalah upaya untuk
mencegah terjadinya penyakit pneumonia :
1. Perawatan selama masa kehamilan
Untuk mencegah risiko bayi dengan berat badan lahir rendah, perlu gizi
ibu selama kehamilan dengan mengkonsumsi zat-zat bergizi yang cukup bagi
kesehatan ibu dan pertumbuhan janin dalam kandungan serta pencegahan
terhadap hal-hal yang memungkinkan terkenanya infeksi selama kehamilan.
2. Perbaikan gizi balita
Untuk mencegah risiko pneumonia pada balita yang disebabkan karena
malnutrisi, sebaiknya dilakukan dengan pemberian ASI pada bayi neonatal
sampai umur 2 tahun. Karena ASI terjamin kebersihannya, tidak
terkontaminasi serta mengandung factor-faktor antibody sehingga dapat
memberikan perlindungan dan ketahanan terhadap infeksi virus dan bakteri.
Oleh karena itu, balita yang mendapat ASI secara ekslusif lebih tahan infeksi
dibandingkan balita yang tidak mendapatkannya.
3. Memberikan imunisasi lengkap pada anak
Untuk mencegah pneumonia dapat dilakukan dengan pemberian
imunisasi yang memadai, yaitu imunisasi anak campak pada anak umur 9
bulan, imunisasi DPT(Difteri, Pertusis, Tetanus) sebanyak 3 kali yaitu pada
umur 2 bulan, 3 bulan dan 4 bulan.

14
4. Memberikan anak sedini mungkin apabila terserang batuk
Balita yang menderita batuk harus segera diberi pengobatan yang
sesuai untuk mencegah terjadinya penyakit batuk pilek biasa menjadi batuk
yang disertai dengan napas cepat/sesak napas.
5. Mengurangi polusi di dalam dan diluar rumah
Untuk mencegah pneumonia disarankan agar kadar debu dan asap
diturunkan dengan cara mengganti bahan bakar kayu dan tidak membawa
balita ke dapur serta membuat lubang ventilasi yang cukup. Selain itu asap
rokok, lingkungan tidak bersih, cuaca panas, cuaca dingin, perubahan cuaca
dan masuk angin sebagai factor yang member kecendrungan untuk terkena
penyakit pneumonia.
6. Menjauhkan balita dari penderita batuk
Balita sangat rentan terserang penyakit terutama penyakit pada saluran
pernapasan. Karena itu jauhkanlah balita dari orang yang terserang penyakit
batuk. Udara napas seperti batuk dan bersin-bersin dapat menularkan
peneumonia pada orang lain. Karena bentuk penyakit ini menyebar dengan
droplet, infeksi akan menyebar dengan mudah. Perbaikan rumah akan
menyebabkan berkurangnya penyakit saluran napas yang berat. Semua anak
yang sehat sesekali akan menderita salesma (radang selaput lender pada
hidung), tetapi sebagian besar mereka menjadi pneumonia karena malnutrisi

15
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian meupakan langkah pertama dari proses keperawatan dengan
mengumpulkan data-data yang akurat dari klien sehingga akan diketahui permasalahan
yang ada. Untuk melakukan langkah pertama ini dibutuhkan pengetahuan dan
kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang perawat diantaranya pengetahuan
tentang kebutuhan atau bio-psiko-sosial dan spiritual, bagi manusia yang memandang
manusia dari segi aspek biologis,pikologis, sosial dan tinjauan dari aspek spiritual juga
pengetahuan akan kebutuhan pengembangan manusia (tumbuh kembang dari
kebutuhan dasarnya) pengetahuan darikonsep sehat dan sakit,pengetahuan tentang
patofosiologi dan penyakit yang dialami,pengetahuan tentang sistem keluarga dan
kultur budaya serta nilai keyakinan yang dialami klien ( Hidayat, 2011).
1. Data demografi
a. Identitas klien : nama,umur (lebih sering terkena pada bayi dan balita karena
sistem pertahan tubuh masih belum stabil), penyakit pneumonia dapat terjadi
pada semua jenis kelamin, suku/bangsa, agama,alamat (lebih berisiko terkena
pada lingkungan yang kumuh, kotor atau dengan rumah yang peroses
pencahayaan dan ventilasi kurang karena dengan kondisi ini mempercepat
pertumbuhan bakteri atau virus penyebab pneumonia).
b. Identitas penanggung jawab: nama orangtua,umur,jenis kelamin,pendidikan
(karena tingkat pendidikan mempengaruhi tingkat pemahaman penanggung
jawab tentang kondisi penyakit klien dan cara mengatasi penyakit
klien),agama,pekerjaan, alamat, data ini sangat diperlukan karena
penanggung jawab adalah orang yang bisa perawat hubungi saat akan
dilakukan suatu tindakan.
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Biasanya keluhan utama yang sering timbul pada pneumonia adalah yang
ditandai keluhan menggigil,demam lebih dari 400C sesak, batuk, bunyi
nafas menggi, whizing, ronchi, pernafasan cuping hidung, letergis, kejang-
kejang (Nursalam, 2011).
b. Riwayat penyakit saat ini
Pada awalnya keluhan batuk tidak produktif, tapi selanjutnya akan
berkembang menjadi batuk produktif dengan mukus kekuning

16
kuningan,ke hijau hijauan,peningkatan prekuensi nafas lebih dari 40
x/menit, sesak, demam lebih dari 380C dan sesak(Muttaqin, 2012).
c. Riwayat penyakit dahulu
Biasanya pneumonia sering timbul setelah infeksi saluran nafas atas
infeksi pada hidung dan tenggorokan),resiko tinggi timbul pada
klien dengan riwayat alkohol,infeksi pernafasandan klien dengan
immunosupresi (kelemahan dalam sistem imun) (Nursalam, 2011).
d. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya apakah didalam keluarga ada yang menderita penyakit
batuk pilek atau influenza karena batuk pilek dan influenza adalah
penyebab awal dari pneumonia (Nursalam, 2011).
e. Riwayat kehamilan dan persalinan
1. Antenal
Pada saat ibu hamil,pernah mengalami kelainan atau penyakit
apa yang pernah diderita ibu dan apakah pernah memeriksakan
kehamilannya serta riwayat penggunaan alkohol untuk
mengetahui resiko terkena pneumonia.
2. Natal
Apakah selama persalinan mengalami gangguan dan melahirkan
dimana secara normal atau kelainan adanya asfiksia.
3. Post natal
Bagaimana keadaan bayi baru lahir,sehat atau tidak,penilaian
apgar skor normal (7-10).
f. Riwayat imunisasi
Anak yang tidak dapat imunisasi BCG beresiko tinggi untuk
mendapat penyakit infeksi saluran pernafasan seperti pneunomia
karena sistem pertahanan tubuh yang tidak cukup kuat melawan
infeksi sekunder.

17
Table 2.3.1 Dosis dan cara pemberian imunisasi
NO Vaksin Dosis Cara Jumlah Interval Waktu
pemberian pemberian pemberian
1 BCG 0,05 cc Ic 1x 0-11 bulan

2 DPT Hb combo 0,5 cc Im 3x 4 minggu 2-11 bulan

3 Hepatitis B 0,5 cc Im 3x 4 minggu 0-11 bulan

4 Polio 2 tetes Oral 4x 4 minggu 0-11 bulan

5 Campak 0,5 cc Sc 1x 9-11 bulan

6 TT 0,5 cc Im

(sumber:Depkes, 2010).
g. Riwayat alergi
Biasanya riwayat alergi terhadap makanan ataupun obat-obatan.
3. Riwayat bio, psiko, sosial, spiritual (Virginia Handerson):
a. Pernafasan
Pada anak dengan pneunomia ditemukan nafas tersengal-sengal yang dalam dan
cepat diikut henti nafas yang ditandai dengan denyut jantung yang cepat dan
tampak lemah dan pernafasan yang semakin lemah, anak tanpak sianosis
respirasi lebih dari 40-50x/ menit.
b. Eliminasi
Biasanya pada kasus pneunomia yang perlu dikaji pada eliminasi adalah
frekuensi jumlah dan konsistensi BAB dan BAK.
c. Nutrisi
Biasanya pada anak dengan pneumonia terjadi penurunan nafsu makan
sehingga anak diberikan cairan prenteral untuk mencukupi kebutuhan elektrolit
cairan, kalori juga mengoreksi dehidrasi, asitosis metabolik dan hipoglekemi.
d. Kebutuhan istirahat tidur
Pada anak dengan pneumonia biasanya ditemukan gangguan istirahat tidur
karena adanya sesak dan demam.
e. Kebutuhan keseimbangan tubuh
Biasanya anak dengan pneumonia keseimbangan tubuh/pergerakannya agak
lambat karena terganggu oleh sesaknya.

18
f. Kebutuhan personal hygine
Biasanya personal hygineakan dibantu oleh orang tua dan perawat.
g. Kebutuhan berkomunikasi
Biasanya anak dengan pneumonia akan menangis jika BAB atau BAK,begitu
juga bila anak merasa sesak maka anak akan menangis.
h. Kebutuhan rasa aman dan nyaman
Biasanya anak dengan pneumonia menunjukan rasa tidak aman dan nyaman
dengan menangis seperti jika merasakan perubahan pada tubuhnya anak akan
menunjukan dengan cara menangis dan merasa aman bila bersama ibunya.
i. Kebutuhan berpakaian
Biasanya anak dengan pneumonia berpakaian akan dibantu oleh perawat
ataupun keluarganya.
j. Pengaturan suhu tubuh
Anak dengan pneumonia basanya akan mengalami hipertermi (> 380 C) dengan
suhu tubuh normal 36,5-37,50 C.
k. Kebutuhan spiritual
Biasanya pada anak kebutuhan spiritualnya masih tergantung pada orang tuanya
seperti orang tuanya mengajarkan berdoa keda anaknya.
l. Kebutuhan bermain dan rekreasi
Pada anak dengan pneunomia tidak mampu beraktifitas seperti biasanya apabila
dalam keadaan lemah kesadarannya menurun apalagi respon terhadap
ransangan serta tonus ototpun menurun.
m. Kebutuhan belajar
Biasanya pada anak dengan pneunomia kurang mampu mengetahui hal-hal
yang berhubungan dengan sekitarnya.
4. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum biasanya meliputi ringan,sedang dan berat.
b. Kesadaran
Pada bayi dengan pneunomia menunjukan tingkat kesadaran yang menurun dan
biasa sampai koma.
c. Tanda-tanda vital
1) Pada anak HR (lebih dari110 x/menit), suhu (lebih dari 380C) dan RR (lebih
dari 50 x/menit).
2) Antropometri
Rumusan cara mencari berat badan normal:
19
a) Perkiraan berat badan dengan kilogram
(1) Lahir : 3,25 kg
(2) 3-12 bulan : 1/2x(usia dalam bulan +9) kg
(3) 1-6 tahun : 2x(usia anak dalam tahun)+8 kg
b) Perkiraan tinggi badan dalam sentimeter
(1) Lahir : 50 cm
(2) Umur 1 tahun : 75 cm
(3) 2-12 tahun : 6 x (usia anak)+77cm
c) Periksa Lingkar Lengan atas dalam sentimeter
(1) Lahir : 11 cm
(2) 1-3 tahun : 16 cm
(3) 1 tahun : bertambah 5 cm/tahun
d) Periksa lingkar lengan atas dalam sentimeter
(1) Lahir : 11 cm
(2) 1 tahun : 16 cm
e) Pemeriksaan dengan pengukuran Indeks Masa Tubuh (IMT):
IMT = Berat badan (BB) Kg
(Tinggi badan (TB) m)2
Keterangan:
< 16 : Malnutrisi
16-19 : BB kurang
20-25 : Normal
26-30 : BB lebih
31-40 : Kegemukan sedang menuju berat
>40 : Kegemukan yang tidak wajar

20
d. Pemeriksaan head to toe:
Tabel 2.3.2 Pemeriksaan fisik head to toe
Head to Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi
toe
Kepala Bentuk kepala Teraba - -
bulat atau benjolan
lonjong, tidak
kebersihan
rambut, warna
rambut hitam
atau pirang, tidak
ada lesi
Mata Tampak simetris - - -
kiri-kanan,
konjungtiva
anemis, seklera
ikterik, area
gelap di kelopak
mata.
Hidung Adanya - - -
pernafasan
cuping hidung
Wajah Tampak sianosis - - -
Mulut Warna - - -
pucat,kemerahan,
sianosis, pecah-
pecah tidak, gusi
berdarah atau
tidak, lidah
bersih atau tidak.
Telinga Ada secret tidak Ada nyeri - -
tekan
tidak
Leher Tidak tampak - - -

21
pemebsaran
kelenjar tiroid
Dada Ada tarikan - - Biasanya
dinding dada bunyi
tidak whzing
atau ronchi
pada
pneumonia.
Tidak ada
bising aorta
dan mur-
mur, suara
jantung S1
“Lup”, S2
“Dup”
Abdomen Tampak Ada nyeri Ada tidak Peristaltic
kembung tidak, tekan bunyi 3-5 x/menit
ada lesi tidak tidak nyaring
khas
kembung
Ekstremitas Replek bisep (+), Akral - -
trisep (+), teraba
kekuatan otot (1- hangat
5) atau
panas.
Genetalia Bersih tidak, ada - - -
lesi.
Integument Tampak sianosis, - - -
turgor kulit
menurun normal
(2-5 detik)

22
5.Pemeriksaan penunjang
a. Foto rotgen dada (chest x-ray)
Teridentifikasi penyebaran misalnya lobus bronchia, dapat juga
menimbulkan muliple abses empisema (staphilococus),penyebaran atau lokasi
infiltrat (bakterial),atau penyebaran ekstensif infiltrat, pada pnemonia
myckroplasma, gambaran chest x-raymungkin bersih.
b. Pulse oxymetri
Abnomalitas mungkin timbul tergantung luasnya kerusakan paru.
c. Kultur sptum dan darah atau gramstain
Mendapatkan dengan needle biopsi, transtracheal aspiration, fiberotic
bronchoscopy atau biopsi paru terbuka atau untuk mengeluarkan organisme
penyebab,atau didapatkan lebih dari satu jenis kuman,seperti staphylococus
aureus, hemolitye streptococus dan haemophilus influenza
d. Hitung darah lengkap atau Coplete Blood Count (CBC)
Leukositosis biasanya timbul, biarpun nilai sel darah putih rendah pada infeksi
virus, LED (Untuk laju endap darah biasanya ditemukan meningkat).
e. Tes serologik
Membantu membedakan diagnosis pada organisme secara spesifik.
f. Pemeriksaan fungsi paru
Volume mungkin menurun (kongesti dan kolaps alveolar), tekanan saluran
udara meningkat, complience menurun dan akhirnya terjadi hipoksia.
g. Elektrolit
Biasanya pada kasus pneumonia sodium dan klorida mungkin rendah.
h. Bilirubin
Biasanya pada kasus pneumonia bilirubin meningkat.

23
2. Diagnosa Keperawatan
1. Analisa data
Data yang dikumpulkan harus dianalisa untuk menentukan masalah pasien
adapun analisa data dapat pada pneumonia sebagai berikut:
Table 2.3.3 Analisa data
NO SYMPTOM ETIOLOGI PROBLEM
1 Ds : biasanya ibu klien Jamur, virus, Bersihan
mengatakan anaknya batuk protozoa, benda jalan nafas
di sertai dahak asing tidak efektif
Do :
1. Terdapat sputum
2. Terdapat stridor atau Masuk ke alveoli
nafas bunyi saat
inspirasi
3. Ronchi, wheezing Proses peradangan
4. RR meningkat (lebih
dari 40 x/menit)
Infeksi

Kerja sel goblet


meningkat

Akumulasi sputum
di jalan nafas
2 Ds : biasanya ibu klien Peningkatan Pola nafas
mengatakan anaknya sesak. konsentrasi cairan tidak efektif.
Do : alveoli
a. Terdapat tarikan dinding
dada
b. Frekuensi nafas lebih Tekanan hirostatik
dari 40x/menit meningkat, tekanan
c. Sianosis osmosis meningkat
d. Terdapat whizing
24
e. Terdapat sputum

Difusi

Akumulasi cairan
alveoli
3 Ds :biasanya ibu klien Jamur, virus, Hipertermi
mengatakan anaknya protozoa, benda
demam. asing
Do :
a. Suhu tubuh lebih dari
380C Masuk ke alveoli
b. Badan kemerahan
c. Anak rewel
d. Akral hangat Proses pradangan
e. Kulit memerah
f. Ibu gelisah
4 Ds : biasanya ibu klien Jamur,virus,protozo, Gangguan
mengatakan anaknya tidak benda asing nutrisis
ada nafsu makan. kurang dari
Do : kebutuhan
a. Nafsu makan menurun Masuk ke alveoli
b. BB menurun
c. Anak lemas
Proses pradangan

Infeksi

Produksi sputum
meningkat

25
Tertelan ke lambung

Peningkatan asam
lambung

Mual,muntah
(anoreksia)
5 Ds : biasanya ibu klien, Pneumonia Kurang
mengatakan tidak pengetahuan
mengetahui tentang orang tua
penyakit anaknya. Masuk rumah sakit
Do :
a. Ibu klien tidak
mengetahui tanda gejala Stressor hospitalisasi
penyakit anaknya
b. Ibu klien tidak
mengetahui penyakit
anaknya Kurang informasi
c. Ibu klien tidak
mengetahui penyakit
yang di derita anaknya
berbahaya.
6 DS: biasanya ibu klien Hospitalisasi Kecemasan
mengatakan merasa cemas
dengan kondisi anaknya Perpisahan
saat ini.
DO:
a. Tampak ibu gelisah, Lingkungan baru
anak rewel
b. Ibu tanpak bingung
Tindakan invasif

26
Situasi krisis

Cemas

2. Rumusan Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang jelas mengenai status kesehatan
atau masalah aktual atau resiko dalam rangka mengidentifikasikan dan
membentuk intervensi keperawatan untuk mengurangi,menghilangkan atau
mencegah,masalah kesehatan klien yang ada pada tanggung jawab
(Tarwoto&Wartonah, 2011).
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi sputum
dijalan nafas ditandai dengan biasanya ibu klien mengatakan anaknya batuk
disertai dahak,terdapat sputum,terdapat stridor atau bunyi napas saat
inspirasi, RR lebih dari 40 x/menit.
b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi cairan di alveoli
ditandai dengan biasanya ibu klien mengatakan anaknya sesak, terdapat
tarikan dinding dada, frekuensi nafas lebih dari 40-60x/menit,terdapat
pernafasan cuping hidung, sianosisi.
c. Hipertermi berhubungan dengan proses peradangan ditandai dengan
biasanya ibu klien mengatakan anaknya demam,suhu tubuh lebih dari 380C
akral hangat, kulit tanpak memerah.
d. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan anoreksia (mual,muntah)
ditandai dengan ibu klien mengatakan anaknya tidak ada nafsu makan,
nafsumakan menurun, berat badan menurun.
e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi ditandai dengan
ibu klien biasanya mengatakan tidak mengetahui tentang penyakit
anaknya,ibu klien tidak mengetahui tanda dan gejala penyakit anaknya.
f. Kecemasan berhubungan dengan biasanya ibu klien mengatakan merasa
cemas dengan kondisi anaknya saat ini, ditandai dengan biasanya tampak
wajah ibu gelisah, anak rewel, tanpak bingung.

27
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan merupakan suatu proses penyusunan berbagai
intervensi keperawatan yang dibutuhkan untuk mencegah,menurunkan atau
mengurangi masalah-masalah klien. Perencanaan ini merupakan langkah ke
tiga dalam membuat suatu proses keperawatan. Dalam menentukan tahap
perencanaan bagi perawat diperlukan berbagai pengetahuan tentang kekuatan
dan kelemahan klien, nilai dan kepercayaan klien, batasan praktik keperawatan,
peran dari tenaga kesehatan lainnya, kemampuan dalam menyelesaikan
masalah, mengambil keputusan, menulis tujuan serta memilih dan membuat
strategi keperawatan yang aman dalam memenuhi tujuan, menulis instruksi
keperawatan serta kemampuan dalam melaksanakan kerja sama dengan
kesehatan lain.
Pada tahap perencanaan untuk menentukan kriteria hasil berdasarkan
“SMART”:
S : Spesifik (tujuan harus spesifik dan tidak menimbulkan arti
ganda).
M : Measurable (tujuan keperawatan harus: dapat diukur,
khususnya tentang prilaku klien: dapat dilihat, didengar,
diraba, dirasakan dan dibau).
A : Achievable (tujuan harus dapat dicapai).
R : Reasonable (tujuan harus dapat dipertanggungjawabkan
secara ilmiah).
T: : Time (tujuan keperawatan).

Tabel 2.3.4 Intervensi keperawatan


No Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional
Dx hasil keperawatan
1 Setelah dilakukan 1. Observasi tanda- 1. Untuk mengetahui
tindakan keperawatan tanda vital kesetabilan RR klien
selama …x24 jam 2. Kaji 2. Infeksi ditandai dengan
diharapkan jalan nafas karakteristik secret tebal dan kekuningan
klien menjadi efektif secret 3. Menentukan adekuatnya
dengan kriteria hasil: 3. Auskultasi pertukaran gas dan luasnya
a. Jalan nafas bersih bunyi nafas obstruksi akibat secret

28
b. Batuk hilang 4. Anjarkan pada 4. Memudahkan keluarnya
c. RR dalam rentan klien tentang secret
normal dan tehnik
a. Bayi baru lahir relaksasi nafas 5. Meningkatkan
35 x/menit dalam pengembangan diafragma
b. 1-11 bulan 30 x/ 5. Berikan posisi 6. Nebulizer membantu
menit untuk menghangatkan dan
c. 2 tahun 25 x/ pernafasan yang mengencerkan secret,
menit optimal pisioterafi dada membantu
d. 4-12 tahun 19- 6. Kolaborasi secret untuk keluar.
23 x/menit dalam
e. 14-18 tahun 16- pemberian
18 x/menit nebulizer dan
psioterafi dada
dengan tim
medis.
2 Setelah dilakukan 1. Observasi 1. Kesadaran menurun
tindakan keperawatan tingkat menunjukkan tanda hipoksia
selama ..x24 jam kesadaran 2. Menetukan adekuatnya
diharapkan pertukaran 2. Observasi warna sirkulasi
gas klien normal kulit 3. Penting untuk pertukaran
dengan kriteria hasi : 3. Monitor abgs gas ke jaringan defekasi
a. Bunyi nafas bersih 4. Kurangi jumlah hb yang ada dan
b. Tidak sianosis aktivitas adanya infeksi
c. Dispneu pada saat 5. Kolaborasi 4. Mempercepat penyembuhan
aktivitas dan dengan tim 5. Untuk pertukaran gas dan
istirahat tidak ada medis dalam mengurai kerja pernafasan,
d. Bga batas normal pemberian kebutuhan akan oksigen.
pco2 : 35-45 mmhg, oksigen sesuai
po2 : 80-100 mmhg kebutuhan
3 Setelah dilakuakn 1. Observasi suhu 1. Indikasi jika ada demam
tindakan keperawatan tubuh setiap 4 2. Pakaian yang tipis akan
selama …x24 jam jam mempercepat penguapan
diharapkan suhu tubuh 2. Lepaskan 3. Memfasilitasi kehilangan

29
dalam batas normal pakaian yang lewat konfeksi
(36-37,5 0C) dengan berlebihan 4. Memfasilitasi kehilangan
kriteria hasil : 3. Tingkatkan lewat konduksi
a. Kulit hangat dan sirkulasi 5. Mengurangi demam
lembab runganan
b. Membran mukosa 4. Berikan
lembab kompres air
hangat
5. Kolaborasi
dengan tim
medis lainnya
dalam
pemberian
antipiretik
sesuai
kebutuhan.
4 Setelah dilakan 1. Observasi BB 1. Untuk mengetahui
tindakan keperawatan setiap hari perkembangan keadaan
selama ..x24 jam 2. Identifikasi klien
diharapkan kebutuhan faktor pencetus 2. Untuk mengetahui penyebab
nutri terpenuhu dengan mual muntah mual muntah
kriteria hasil : 3. Berikan 3. Meningkatkan intake nutrisi
a. Klien mendapatkan makanan dengan 4. Untuk meningkatkan nafsu
nutrisi yang adekuat porsi sedikit tapi makan
sesuai dengan sering 5. Untuk meningkatkan nafsu
kebutuhan 4. Anjurkan pemberian makan
b. Menunjukakan BB keluarga untuk 6. Menurunkan efek mual
tetap oral hygiene muntah.
sebelum makan
5. Berikan
lingkungan yang
aman dan tenang
dalam waktu
pembrian makan

30
6. Jadwal
pengobatan
pernafasan
setidaknya 1 jam
sebelum makan.
5 Setelah dilakukan 1. Observasi 1. Mengetahui kemampuan
tindakan keperawatan kemampuan keluarga dalam menerima
selama …x 24 jam keluarga untuk informasi
diharapkan keluarga mempelajari 2. Untuk mengetahui
dapat mengetahui informasi penanganan yang akan di
tentang penyakit khusus ajarkan
anaknya dengan 2. Identifikasi 3. Mengurangi ansietas dan
kriteria hasil : keperluan menambang pengetahuan
a. Keluarga dapat informasi yang keluarga
mengetahui tanda di butuhkan 4. Memastikan bahwa keluarga
dan gejala dari 3. Berikan memahami informasi yang
penyakit yang di informasi di sampaikan dan
derita oleh anaknya tentang penyakit penangannya
b. Menyatakan yang di alami
pemahaman kondisi, klien kepada
proses penyakit, dan keluarganya
pengobatannya 4. Pastikan
c. Keluarga tampak keakuratan
tenang umpan balik
dalam
penyampaian
informasi
6 Setelah dilakukan 1. Observasi 1.Mengetahui tingkat
tindakan keperawatan tingkat kecemasan klien
selama …x 24 jam kecemasan anak 2. Untuk mengurangi tingkat
diharapkan: 2. Fasilitasi rasa kecemasan klien.
a. kecemasan teratasi aman dengan
cara ibu ikut 3. Memberikan rasa aman
berperan dalam

31
merawat
anaknya
3. Dorong ibu 4. Megurangi tingkat
untuk terus kecemasan keluarga.
mensuport
anaknya denan 5. Mengurai kecemasan.
cara ibu terus
berada di dekan
anaknya.
4. Jelaskan dengan
sederhana
tentang tindakan
yang akan di
lakukan tujuan,
manfat.
5. Berikan
reinforcement
untuk prilaku
yang positif

32
ASUHAN KEPERAWATAN PADA An ”A” DENGAN GANGGUAN SISTEM
PERNAFASAN PADA KASUS PNEUMONIA DI GILI NANGGU RUANG 111
RSUDP NTB DARI TANGGAL 21 s/d 23 MEI 2018

1. IDENTITAS
A. ANAK
a. Nama : An “A”
b. Anak yang ke :2
c. Tanggal lahir/umur : 30-03-2017
d. Jenis kelamin : Laki-laki
e. Agama : islam
B. Orang tua
1. Ayah
a. Nama ayah : Tn “R”
b. Umur : 42 Tahun
c. Pekerjaan : wiraswasta
d. Pendidikan : SMA
e. Agama alamat : Jln Mulawarman Sekarbela
2. Ibu
a. Nama : Ny “S”
b. Umur : 38 Tahun
c. Pekerjaan : IRT
d. Pendidikan : SMA
e. Agama : Islam
f. alama t : Jln Mulawarman Sekarbela
2. GENOGRAM
3. RIWAYAT PENYAKIT
A. Riwayat Penyakit Sekarang
Keluhan utama : sesak nafas
Riwayat keluhan : pasien rujukan dari dr. Indri SPA pada tanggal 20 mei
2018 pada pukul 15: 00 ke IGD, setelah ditangani di
IGD, pasien di pindah ke ruang gili nanggu untuk
perawatan selanjutnya, dengan keluhan sesak nafas
sejak 1 hari, bintik-bintik merah sejak 4 hari awalnya di

33
punggung lama-kelamaan menyebar keseluruh tubuh,
rewel,batuk berdahak dan mata merah.
Keluhan Saat Pengkajian : Ibu pasien mengatakan anaknya sesak nafas sejak 1
hari, batu berdahak, bintik-bintik merah diseluruh
tubuh, mual-muntah, nafsu makan menurun,sering
terbangun pada malam hari, rewel dan gelisah,
makan/minum selalu dimuntahkan, kurang minat pada
makanan dan anak lemas
B. Riwayat Kesehatan Anak
1. Prenatal Care
a. Keluhan selama hamil yang dirasakan oleh ibu :
Ibu pasien mengatakan pada saat hamil pernah mengelami mual-mual, anemia,
tidak enak badan dan sakit kepala setiap beraktifitas.
b. Imunisasi TT :
Ya
c. Obat yang pernah dikonsumsi :
Ibu pasien mengatakan pernah mengkonsumsi obat penambah darah
2. Natal
a. Jenis persalinan :
Secara normal
b. Penolong persalinan :
Ibu mengatakan persalinannya dibantu oleh bidan puskesmas sekarbela
c. Komplikasi yang dialami oleh ibu pada saat melahirkan dan setelah melahirkan :
Ibu pasien mengatakan pada saat persalinan tidak memiliki komplikasi
3. Post Natal
a. Kondisi bayi : keadaan bayi lahir dengan kondisi sehat
b. BB lahir : 2,5 Kg
C. Riwayat Penyakit Keluarga :
Ibu pasien mengatakan tidak ada keluarganya yang mengalami penyakit pneumonia
dan ibu pasien mengatakan saudara kandung pasien sakit campak dan pasien tertular
oleh saudara kandungnya.

34
4. RIWAYAT IMUNISASI
IMUNISASI UMUR TGL REAKSI TEMPAT
DIBERIKAN IMUNISASI
HB O 1 Bulan 02-04-2018 Demam ringan Posyandu
BCG 2 Bulan 07-05-2018 Muncul bintik Posyandu
merah diarea
suntikan
PENTAVALEN 1 2 Bulan 07-05-2018 Deman dan Posyandu
adanya rasa sakit
pada daerah
suntik
PENTAVALEN 2 3 Bulan 12-06-2018 Deman dan Posyandu
adanya rasa sakit
pada daerah
suntik
PENTAVALEN 3 4 Bulan 23-07-2018 Deman dan Posyandu
adanya rasa sakit
pada daerah
suntik
POLIO 1 2 Bulan 07-05-2018 Tidak ada reaksi Posyandu
POLIO 2 4 Bulan 23-07-2018 Posyandu
POLIO 3 5 Bulan 30-08-2018 Posyandu
CAMPAK 9 Bulan 2-12-2018 Demam Posyandu
HIB ULANGAN 5 Bulan 30-08-2018 Demam tinggi Posyandu
CAMPAK
ULANGAN

5. TUMBUH KEMBANG
1. Pertumbuhan fisik
a. PB/TB : 65 cm
b. BB : 8,2 gram/kg
c. LK : 43,5 cm
d. LLA :16 cm
2. Perkembangan anak
Sesuai dengan umur : dari gerakanhalus, kasarnya, bicara dan bahasanya tidak
mengelami gangguan perkembangan

35
6. PENGKAJIAN POLA KESEHATAN
A. Pola persepsi dan penanganan kesehatan
Ibu pasien mengatakan tidak tau mengenai penyakit anaknya, tapi ibu mengatakan
sering membawa anaknya ke posyandu untuk imunisasi dan pemeriksaan lainnya, ibu
juga sering membawa anaknya kepuskesmas untuk mempriksa kesehatan,ibu pasien
juga mengatakan jika anaknya sudah mulai reweldan menangis terus ibu langsung
membawanya ke pelayanan kesehatan terdekat
B. Nutrisi-Metabolik
1. Anak-anak
Sebelum sakit:
Ibu pasien mengatakan sebelumsakit anaknya makan 3x sehari dengan 1 porsi
dan mengkonsumsi nasi, sayur-sayuran,buah, ikan laut dll.
Saat sakit:
Ibu pasien mengatakan saat sakit anaknya tidak nafsu makan, makan
dimuntahkan, merasakan mualmuntah, dan diberi makan/minumporsi sedikit selalu
dimuntahkan,kurang minat pada makanan.
C. Eliminasi
Sebelum sakit:
Ibu pasien mengatakan bisa mmberi tahu jika ingnBAB/BAK dan pasien
dibantunoleh orang-orang terdekatnya yangb sedang bersamanya.pasien kadang BAB
dan BAK saat memakai pampers.pasien BAB 3xsehari dan BAK 5x sehari dengan
warna kuning engan bau khas dan konsistensi BAB lembek
Saat sakit:
Ibu pasien mengatakan BAB dan BAK seperti biasa tidak adaperubahan,tapi
ibu pasien mengatakan pernah sekali mencret karena tidak ada amakanan yang masuk
dan yg masuk hanya cairan infus saja
D. Aktifitas dan latihan
Sebelum sakit:
ibu pasien mengatakan anaknya sudah bisa berjalan dan berlari,pasien senang
dengan mainan robot dan motor-motoran,ketika pasien bermain pasien bernapas
dengan normaltidak lemah dan tidak ada nyeri dada

saat sakit:

ibu pasien mengatakan anaknya kurang keinginan untuk brmain hanya


digendong dan tidur saja karena penyakit yang diala
36
E. Istirahat tidur
Sebelum sakit:
Ibu pasien mengatakan tidak ada kebiassaan yang biasa dilakukan
pasiensebelum tidur dan sesudah tidur.anakbisa tidur jika ditemani ibunya.ibu pasien
mengatakan pasien bisa tidur malam pukul 20:00-09:00.dann tifdur siang pasieenpada
pukul 11:00-13:00
Saat sakit:
Ibu pasienmengatakan jam tidur anaknya berubah anak bias tidur malam pada
pukul 22:00 dan sering terbangun tengah mlm
F. Kongnitif persepsi
Sebelum sakit:
Ibu Pasien mengatakan tidak ada masalah pada panca indera pasien.kalau
pasien merasa ada yang sakit pasien akan bilang sakit dan menangis.pasien mamapu
mengingat kejadian-kejadian yang pernah pasien alami.
Saat sakit:
Ibu pasien mengatakan tidak ada gangguan pada panca indera pasiemn.kalau
ada nyeri pasien memberi tau ibunya.pasien mampu mengingat kejadian-kejadian yang
pernah dialami
G. Persepsi diri-konsep diri
Sebelum sakit:
Ibu pasien mengatakan sosial ekonominya terpenuhi dan berkecukupan,tidak
pernah ada masalah yang besar pada keluarganya selalu bergaul dan akrab dengan
keluarganya amaupun orang lain,ibu mengatakan keadaan fisik anakbaik tidak
rewel,anak jarang terkena penyakit.ibu pasien mengatakan tidak tau bagian tubuh mana
yang pasien sukai
Saat sakit:
Ibu pasien mengatakan sosialekonominya masih bisa terpenuhi dan
berkecukupan,ibu mengatakan fisikanak lemah dan rewel
H. Pola hubungan peran
Sebelum akit:
Ibu pasien mengatakan didalam keluarganya apunya peran masing-masing
didalam mengurus anak,jika anggota keluarganya sakit mereka merasa kurang saling
menjaga dan saling memperhatikan.ibu pasien juga mengatakan keluarga besarnya
sangat menyayangi pasien
Saat sakit:
37
Ibu pasien mengatakan tidak ada perubahan hubungan peran baik saat sakit
maupun sehat
I. Pola reproduksi dan kesehatan
Anak berjenis kelamin laki-laki berusia 14 bulan belum mengerti apa-apa
J. Pola toleransi terhadap stress-koping
Ibu pasien mengatakan pasien trauma ketikaorang yang memakai baju putih-putih
mendekatnya
K. Pola keyakinan dan nilai
Ibu pasien mengatakan beragama islam dan status ekonomi baik
7. PENGAWASAN KESEHATAN
Bila sehat di awasi tidak/ya dipuskesmas,dokter dll
Bila sakit minta pertolongan pada:dokter dan perawat
Kunjungan ke posyandu:tiap bulan sekali
Pengawasan anak:selalu di awasi orang tua
8. PENYAKIT YANG PERNAH DIDERITA
No Jenis Akut/kronis/ Umur saat sakit lamanya pertolongan
menular/tidak
1. Demam Tidak 4 bulan 3 hari perawat
menular
2. Batuk Tidak 5 bulan 4 hari Puskesmas
pilek,demam menular
3. Campak+pne Menular 1 tahun 2 bulan 4 hari Rumah sakit
umoni

9. KESEHATAN LINGKUNGAN
Ibu pasien mengatakan tempat tinggalnya padat, halaman rumah tidak terlalu luas, tidak
ada pepohonan di area rumah, didalam lingkungan rumah pasien sering terpapar dengan
asap rokok dan asap darai dapur.

38
10. PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan umum : lemah
B. Kesadaran : Composmetis
C. Tanda-tanda vital
Tekanan darah :-
Nadi : 100 x/menit
Pernafasan : 26 x/menit
Suhu : 36oC
D. Kepala
Bentuk kepala bulat, penyebaran rambut merata, rambut lurus, tidak rontok, kulit
kepala bersih, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan.
E. Mata
Mata simetris, tidak cowong, pergerakan bola mata normal, pupil isokor,
konjungtiva anemis, seklera tidak ikterik, bulu mata tumbuh merata, anak mampu
melihat benda dari jarak 6 meter.
F. Hidung
Adanya secret, hidung tampak kotor, adanya pernafasan cuping hidung, adanya
suara nafas tambahan
G. Telinga
Tidak ada cairan pada telinga, pendengaran normal, tidak ada alat bantu dengar dan
tidak ada kelainan
H. Mulut
Mulut tampak bersih, adanya penumpukan sputum pada tenggorokan, gigi tampak
putih, gigi tidak berlubang, pertumbuhan gigi belum merata, membran mukosa
pucat, kurang minat pada makanan.
I. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening dan kelenjar tiroid, tidak kaku kuduk,
pergerakan leher normal.
J. Thorax
Bentuk dada simetris,retraksi dinding dada, suara napas stridor, tidak ada nyeri
tekan pada dada
K. Jantung
Suara jantung lub.dub (S1tunggal), tidak ada pembesaran pada jantung dan limfa,
pusat normal
L. Ekstremitas
39
Tidak ada kelainan pada bentuk ekstremitas, ekstremitas kanan atas terpasang
infus, dan adanya oedema pada area lokasi infus, kuku bersih, tidak sianosis, CRT
< 2 detik
M. Genetalia dan anus
Tampak bersih, tidak ada luka pada area kemaluan dan anus.
N. Anus
O. Neurologi
1. Nervus I-XII
2. Tanda-tanda perasangan selaput otak
P. Antropometri
1. BB : 8,2 gr
2. TB : 65 cm
3. Lingkar Kepala: 43,5 cm
4. Lingkar Dada : -
5. Lingkar lengan: 16 cm
6. Status antropometri:
a. BB/U : 8,1 -3 sampai dgn <-2 SD (kurang)
b. PB/U-TB/U : 73,1-3 sampai dgn <-2 SD (pendek)
c. BB/PB : 6,2 -3 sampai dgn <-2 SD (kurus)
d. IMT/U :13,2jadi IMT menurut status (kurus) gizi -3 SD sampai
dgn <-2 SD

40
11. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Nama pasien: An “A” Tgl Pemeriksaan: 20-05-2018
Tanggal Lahir: 30-03-2017 No. RM: 604892
Alamat: Jln Mulawarman
JENIS HASIL SATUAN NILAI NORMAL
PEMERIKSAAN
HEMATOLOGI
Hemaglobin 9,4 g/dl 10,5-13,5
Lekosit 15980 /uL 6000-18000
Eritrosit 5,19 juta/uL 3,60-5,20
Trombosit 402000 /uL 150000-400000
Hematokrit 31 % 26-50
MCV 59,5 fL 86,0-110,0
MCH 18,1 Pg 26,0-38,0
MCHC 30,4 g/dL 31,0-37,0
RDW-SD 42,1 fL 37,0-54,0
RDW-CV 20,0 % 11,0-16,0
PDW 10,8 fL 9,0-17,0
MPV 9,1 fL 9.0-13,0
P-LCR 19,4 % 13,0-43,0
PCT 0,36 % 0,17-0,35
Hitung Jenis
Basofil 0,6 % 0,0-1,0
Eosinofil 0,0 % 0,0-6,0
Neutrofil 59,8 % 37,0-72,0
limfosit 33,2 % 20,0-50,0
Monosit 6,4 % 0,0-14,0
Basofil# 0,10 10ˆ3/ul 0,00-0,10
Eosinofil# 0,00 10ˆ3/ul 0,00-0,40
Neutrofil# 9,54 10ˆ3/ul 1,50-7,00
Limfosit# 5,31 10ˆ3/ul 1,00-3,70
Monosit # 1,03 10ˆ3/ul 0,00-0,70
LED 12,0 mm 0,0-15,0

41
12. TERAPI SAAT INI
1. Cefriaxon 1 x 750
2. Ranitidin 2 x 20
3. PCT Infus 125 mg/4 jam
4. Ventolin 3 x 2,5 ml
Menghitung dosis obat :
Rumus : dosis yang diminta x pelarut
Dosis tersedia
1. Cefriaxon 1 gram =1000 mg
750 x 4
1000
= 3 cc
2. PCT Infus 125 mg /4 Jam
125 x 60
4 x (60)
= 7500
240
= 31,25 = 31 tpm
3. Ranitidin 2 x 20 mg
20 x 1
25
= 0,8 strip

42
13. ANALISA DATA
TGL/JAM DATA FOKUS ETIOLOGI PROBLEM
21 Mei 2018 Ds : Jamur, virus, Bersihan jalan nafas
tidak efektif
- Ibu pasien mengatakan protozoa
pasien batuk berdahak
Do : Masuk ke alveoli
- Adanya secret di
tenggorokan Proses peradangan
- RR : 30 x/menit
- Terdengar stridor Infeksi

Kerja sel goblet


meningkat

Akumulasi,sputum
dijalan nafas
22 Mei 2018 Ds : Peningkatan Pola nafas tidak
efektif
- ibu pasien mengatakan konsentrasi cairan
anaknya sesak alveoli
Do :
- terdapat tarikan dinding Tekanan hirostatik
dada meningkat, tekanan
- terdapat sputum osmotik meningkat
- terdengar stridor
- RR : 25 x/Menit Difusi
- Pernafasan cuping
hidung Akumulasi cairan
alveoli
23 Mei 2018 Ds : Hospitalisasi kecemasan
- Ibu pasien mengatakan
merasa cemas dengan Perpisahan
kondisi anaknya saat ini
Do : Lingkungan baru
- Tampak ibu gelisah dan
cemas Tindakan invasif
43
- Ibu tampak
kebingungan Situasi krisis

Cemas
23 Mei 2018 Ds : Jamur,virus,protozo, Ketidak seimbangan
nutrisi kurang dari
- Ibu pasien mengatakan benda asing kebutuhan
makan dan minum
selalu dimuntahkan
- Ibu pasien mengatakan Masuk ke alveoli
pasien kurang minat
pada makanan
- Ibu pasien mengatakan Proses pradangan
anaknya mual-muntah
- Ibu pasien mengatakan
nafsu makan anaknya Infeksi
menurun
Do :
- Tampak mual dan Produksi sputum
muntah meningkat
- Membran mukosa pucat
- Nafsu makan menurun
- Anak lemas Tertelan ke
lambung

Peningkatan asam
lambung

Mual,muntah
(anoreksia)

44
14. DIAGNOSA KEPERAWATAN
No TANGGAL MUNCUL DIAGNOSA KEPERAWATAN
1 21 Mei 2018 Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
akumulasi sputum dijalan nafas ditandai dengan batuk
disertai dahak, terdapat sputum, stridor
2 22 Mei 2018 Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi
cairan di alveoli ditandai dengan sesak,terdapat tarikan
dinding, RR 25x/Menit, pernafasan cuping hidung
3 23 Mei 2018 Kecemasan berhubungan dengan biasanya ibu klien
mengatakan merasa cemas dengan kondisi anaknya saat
ini, ditandai dengan biasanya tampak wajah ibu gelisah
anak rewel, tampak bingung
4 23 Mei 2018 Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuhberhubungan
anoreksia (mual muntah) ditandai dengan ibu klien
mengatakan anaknya tidak nafsu makan, nafsu makan
menurun dan kurang minat pada makanan

45
15. RENCANA KEPERAWATAN
TA DIAGNOSA TUJUAN/KRITERIA RENCANA RASIONAL
NG KEP HASIL TINDAKAN
GA
L
Bersihan jalan Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi tanda- 1. Untuk
nafas tidak keperawatan selama 3x24 tanda vital mengetahu
efektif jam diharapkan jalan nafas 2. Berikan posisi i keadaan
berhubungan klien menjadi efektif dengan untuk pernafasan umum
dengan kriteria hasil: yang optimal pasien
akumulasi a. Jalan nafas bersih 3. Kolaborasi dalam 2. Memberik
sputum dijalan b. Tidak ada suara nafas bemberian an rasa
nafas ditandai tambahan nebulizer nyaman
dengan batuk c. Dahak berkurang 4. Kolaborasi dalam saat
disertai dahak, d. RR dalam batas normal pemberian obat bernafas
terdapat sputum, 30-40x/menit antibiotik 3. Membantu
stridor e. Adanya laporan bahwa menghang
klien tidak batuk atkan dan
berdahak mengencer
kan
secret/daha
k
4. Untuk
mengurang
i
perkemban
gan bakteri
disaluran
pernafasan
Pola nafas tidak Setelah dilakukan tindakan 1. Posisikan pasien 1. Untuk
efektif keperawatan 3 x24 jam semi powler memudahk
berhubungan diharapkan pola nafas untuk an pasien
dengan kembali efektif dengan mmemaksimalka mempertah
akumulasi kriteria hasil: n ventilasi ankan
cairan di alveoli a. RR normal 18- 2. Kaji frekuensi jalan napas
ditandai dengan 24x/menit pernafasan 2. Mengetahu
sesak,terdapat b. Tidak ada retraksi 3. Perhatikan i frekuensi
tarikan dinding, dinding dada pergerakan dada pernafasan
RR 25x/Menit, c. Irama nafas teratur dan penggunaan pasien
pernafasan d. Tidak ada Pernafasan alat-alat bantu 3. Untuk
cuping hidung cuping hidung 4. Kolaborasi mengetahu
e. Adanya laporan pemberian terapi i
bahwa klien tidak sesak oksigen sesuai pergerakan
advis dokter dada
5. Kolaborasi dalam 4. Membantu
pemberian obat pasien
antibiotik bernafas
secara
normal
5. Untukmen
gurangi
perkemban
gan bakteri

46
disaluran
pernafasan
Nutrisi kurang Setelah dilakan tindakan 1. observasi BB 1. Untuk
dari kebutuhan keperawatan selama ..x24 setiap hari mengetahu
tubuhberhubung jam diharapkan kebutuhan 2. Identifikasi faktor i
an anoreksia nutri terpenuhu dengan pencetus mual perkemban
(mual muntah) kriteria hasil : muntah gan
ditandai dengan a. Klien mendapatkan 3. Berikan makanan keadaan
ibu klien nutrisi yang adekuat dengan porsi klien
mengatakan sesuai dengan kebutuhan sedikit tapi sering 2. Untuk
anaknya tidak b. Nafsu makan meningkat 4. Anjurkan mengetahu
nafsu makan, c. Tidak tampak lemas keluarga untuk i penyebab
nafsu makan d. Tampak menghabiskan oral hygiene mual
menurun dan nasi yangdiberikan rumah sebelum makan muntah
kurang minat sakit 5. Berikan 3. Meningkat
pada makanan e. Tidak ada mual muntah lingkungan yang kan intake
f. Adanya laporan bahwa aman dan tenang nutrisi
nafsu makan meningkat dalam waktu 4. Untuk
pembrian makan meningkat
6. Jadwal kan nafsu
pengobatan makan
pernafasan 5. Untuk
setidaknya 1 jam meningkat
sebelum makan. kan nafsu
pemberian
makan
6. Menurunk
an efek
mual
muntah.
Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi tingkat 1.Mengetahui
keperawatan selama 3x 24 kecemasan anak tingkat
jam diharapkan: 2. Fasilitasi rasa kecemasan
a. kecemasan teratasi aman dengan cara klien
ibu ikut berperan 2.Untuk
dalam merawat mengurang
anaknya i tingkat
3. Dorong ibu untuk kecemasan
terus mensuport klien.
anaknya denan 3.Memberika
cara ibu terus n rasa
berada di dekan aman
anaknya. 4.Megurangi
4. Jelaskan dengan tingkat
sederhana tentang kecemasan
tindakan yang keluarga
akan di lakukan 5.Mengurai
tujuan, manfat. kecemasan.
5. Berikan
reinforcement
untuk prilaku
yang positif

47
16. TINDAKAN KEPERAWATAN

NO TANGGAL NO TINDAKAN KEPERAWATAN RESPON HASIL


DX
21/05/2018 1 1. menghitung n, rr dan s 1. ttv:
2. mengajarkan ibu posisi semi fowler nadi :120x/m
untuk diterapkan keanaknya R : 25x/m
3. memberikan nebulizer s: 37,0 oc
4. memberikan obat antibiotikcefriaxon 2. ibu mampu
1x 70 mg melalui iv memberikan posisi
semi powler pada
anaknya
3. pasien tampak
mudah bernafas
dan dahak
berkurang
4. pasien tampak
tenang dan tidak
ada timbulnya
alergi

2 1. mengkaji kembali frekuensi 1. RR : 23x/m


pernafasan 2. Keluarga pasien
2. melakukan kolaborasi pemberian mengatakan sudah
oksigen tidak sesak lagi
3. memperhatikan pergerakan dada dan 3. Tampak tidak
penggunaan otot bantu menggunakan otot
bantu, tidak ada
pernafasan cuping
hidung, tidak ada
retraksi dinding
dada
22/05/2018 3 1. Mengobservasi tingkat kecemasan 1. Pasien tampak
anak menangis dan
2. Memfasilitasi rasa aman dengan cara mengamuk
bapak membantu dalam merawatnya 2. Pasien tampak
3. Mendorong bapak untuk terus sedikit merasa
mensuport anaknya dengan cara ibu senangdiberi
terus berada didekat anaknya. perhatian oleh
4. Menjelaskan tindakan yang diberikan orang tuanya
seperti pemberian nebulizer dan 3. Pasien tampak
antibiotik bahagia karena
bapak pasien
selalu
mendampingi
pasien
4. Bapak pasien
tampak cemas dan
terus bertanya-
tanya tentang apa
yang ingin
diberikan untuk
anaknya
22/05/2018 1 1. Menghitung N, RR dan suhu 1. Nadi :110x/m
2. Menanyakan kembali pada keluarga R : 20x/m
48
apakah masih merasakan sesak dan S: 36,0 oc
adanya dahak 2. Keluarga klien
3. Mengajarkan kembali keluarga pasien mengatakan sudah
untuk memposisikan anak semi fowler tidak sesak lagi
jika merasakan sesak dan tidak ada
dahak, tidak ada
suara nafas
tambahan
3. Keluarga klien
mengerti dn akan
melakukan
4 1. Mengidentifikasi faktor terjadinya 1. Keluarga klien
mual-muntah mengatakan
2. Menganjurkan keluarga untuk oral anaknya tidak
hygiene sebelum makan mau makan,
3. Memberikan makanan dengan porsi selalu
sedikit tapi sering dimuntahkan
2. Keluarga pasien
mengatakan
setiap mau makan
anaknya disuruh
berkumur
3. Keluarga klien
mengerti dan
berusaha
membujuk anak
makan
23/05/2018 4 1. Melihat keadaan umum anak 1. Anak tidak tampak
2. Memberikan makanan dengan porsi lemas lagi
sedikit tapi sering 2. Keluarga pasien
3. Mengidentifikasi kembali faktor mengatakan nafsu
terjadinya mual-muntah makan sudah
4. Menganjurkan banyak minum air meningkat ,
putih anaknya mau
makan nasi dari
rumah sakit
3. Keluarga klien
mengatakan
anaknya sudah
tidak muntah lagi
ketika makan
4. Keluarga klien
mengatakan selalu
memberikan
airputih yang
banyak kepada
anaknya

49
17. EVALUASI KEPERAWATAN
NO TANGGAL DX KEP EVALUASI(SOAP) TTD
1 22/05/2018 bersihan jalan nafas S: Keluarga klien mengatakan sudah
tidak efektif tidak sesak lagi dan tidak ada dahak
berhubungan dengan O: 1. RR: 20x/m
akumulasi sputum 2. Tidak ada suara nafas
tambahan
3. Tidakada dahak
4. Jalan nafas bersih
A: masalah teratasi
P: intervensi dihentikan
2 21/05/2018 pola nafas tidak efektif S: keluarga klien mengatakan sudah
berhubungan dengan tidak sesak lagi
akumulasi cairan di O: 1. RR : 20x/m
alveoli 2. Tidak ada retraksi dinding
dada
3. Irama nafas teratur
4. Tidak ada Pernafasan cuping
hidung
3 22/05/2018 kecemasan berhubungan S: keluarga klien mengatakan tidak
dengan biasanya ibu klie cemas, gelisah dan kebingungan
mengatakan merasa O:
cemas dengan kondisi 1. Ibu tidak tampak
anaknya gelisah/kebingungan
2. Tidak tampak cemas
3. Kecemasan ibu tidak terjadi
lagi
4 23/05/2018 nuitrisi kurang dari S: keluarga pasien mengatakan nafsu
kebutuhan tubuh makan meningkat, anaknya mau
berhubungan anoreksia makan nasi dari rumah sakit
O: 1. anak tidak tampaklemas
2. tidak muntah dan mual
3. nafsu makan meningkat
4. tampak menghabiskan nasi
yang diberikan rumah sakit
5. klien mendapatkan nutrisi
sesuai dengan kebutuhan
A: masalah teratasi
P:intervensi dihentikan

50
DAFTAR PUSTAKA

NANDAN, NIC & NOC, 2010,Pengantar Proses Keperawatan,


EGC,Jakarta.Muttaqin, Arif. 2014. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Pernspasan. Jakarta : Salemba Medika

Nursalam, 2008, Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak (Untuk Perawat dan
Bidan),Jakarta:Salemba Medika

51

You might also like