Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
Preseptor :
dr. M. Hidayat, Sp.M (K)
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Anatomi
Bola mata tidak sepenuhnya bulat; radius kurvatura kornea (8 mm) lebih
kecil dibandingkan dengan sclera (12 mm) sehingga membuat bentuk bola mata
sedikit lonjong. Kornea terletak di bagian tengah anterior bola mata. Kornea
mm. Bagian perifer kornea lebih tebal dibandingkan bagian sentral, dimana
bagian perifer mempunyai ketebalan 1 mm dan bagian sentral 0,5 mm. Limbus,
yang membatasi kornea dan sclera, berwarna keabuan dan jernih. Bagian kornea
yang terekspos dengan dunia luar dilindungi oleh precorneal tear film, yang terdiri
dari 3 lapisan: superficial oily layer yang diproduksi oleh kelenjar meibom;
middle aqueous layer yang diproduksi oleh kelenjar lakrimal utama dan aksesori;
dan deep mucin layer yang berasal dari sel goblet konjungtiva. Peranan precorneal
tear film ini sangat vital bagi fungsi normal kornea. Selain untuk lubrikasi
permukaan kornea dan konjungtiva, tear film juga menyediakan oksigen dan
1. Lapisan epitel: lapisan ini mempunyai lima atau enam lapis sel dan
tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan stroma.
3. Stroma: lapisan ini menyusun sekitar 90% ketebalan kornea. Bagian ini
tersusun atas jalinan lamella serat-serat kolagen dengan lebar sekitar 10-
kornea. Lamella ini berjalan sejajar dengan dengan permukaan kornea, dan
µm.
5. Lapisan endotel: hanya memiliki satu lapis sel yang berperan dalam
1.2 Definisi
oleh berkas cahaya saat menuju retina. Kornea memiliki banyak serat nyeri,
kebanyakan lesi kornea baik superfisial maupun dalam menimbulkan rasa nyeri
dan fotofobia.21 Erosi kornea adalah lepasnya lapisan permukaan epitel kornea.
Biasanya erosi kornea terjadi karena diawali dengan terjadinya abrasi kornea.18
1.3 Epidemiologi
merupakan keadaan paling sering pada pengguna lensa kontak. Erosi kornea
terjadi pada 12 -13% pada dua unit gawat darurat di United Kingdom. Unit gawat
terdapat 80% erosi kornea atau benda asing kornea maupun konjungtiva. Erosi
kornea dapat terjadi pada setiap usia, namun angka tertinggi didapatkan pada usia
produktif.4
kornea:8
Dry eyesi
oada oasien dengan Bell palsy, dan pasien neuropati lainnya yang
kornea, sering terjadi pada daerah yang sebelumnya terjadi abrasi kornea. Dapat
terjadi spontan, pada mata kering dan dapat juga disebabkan oleh trauma kimia
pada mata.16
kimia penyebab trauma mata adalah paparan asam dan basa (alkali).11,12 Trauma
volume, pH, durasi paparan, tingkat penetrasi bahan kimia, serta kecepatan
tatalaksana. Secara umum, trauma basa menimbulkan reaksi yang lebih berat
Patofisiologi terjadinya trauma asam dan basa pada mata adalah sebagai
berikut:
a. Trauma Asam
acid albumintes yang mencegah penetrasi asam lebih dalam. Hal ini
tidak progresif.11,12,13
pada asam hidrofluorik. Asam hidrofluorik bersifat menyerupai basa karena ion
fluoride-nya memiliki kemampuan yang cepat untuk melewati membran sel serta
berpenetrasi ke lapisan okuler yang lebih dalam hingga memasuki kamera okuli
anterior, meskipun telah terjadi koagulasi protein. Oleh karena itu, kerusakan yang
dihasilkan lebih invasif daripada senyawa asam lainnya, hampir sebanding dengan
b. Trauma Basa
Basa memiliki pH yang lebih tinggi dari nilai pH normal mata manusia.
Basa bersifat lipofilik.11 Basa berdisosiasi menjadi ion hidroksil dan kation di
dalam. Basa dapat berpenetrasi secara cepat ke stroma, kamera okuli anterior,
empat fase:5
Gambaran klinis yang muncul segera setelah agen kimia berkontak dengan
permukaan okular dan terjadilah trauma kimia.14 Gambaran klinis trauma kimia
klasifikasi ini merupakan modifikasi dari klasifikasi Hughes yang didasarkan pada
Tabel 2.3. Derajat Trauma Kimia menurut Klasifikasi Ballen dan Roper- Hall13,4,15
Derajat Perubahan Kornea Perubahan Prognosis
(Grade) Konjungtiva- Penglihatan
Limbus
I Hanya kerusakan epitel Kemosis Baik
Tidak ada iskemia
II Kornea keruh namun Kemosis Baik
iris masih terlihat Kongesti
Iskemia <1/3
limbus
III Epitel hilang Iskemia 1/3 – 1/2 Meragukan
Kornea keruh limbus
Iris tidak terlihat Tidak ada nekrosis
/ terdapat nekrosis
ringan
IV Kornea opaq Iskemia dan Buruk
Iris dan pupil tidak nekrosis >1/2
terlihat limbus
Gambar 2.2 Klasifikasi Derajat Keparahan Trauma Kimia (a) derajat 1 (b)
derajat 2 (c) derajat 3 (d) derajat 4
dan seberapa banyak hilangnya epitel kornea.11 Klasifikasi Thoft adalah sebagai
berikut:12
Tujuh hari pertama setelah trauma kimia mata merupakan fase pemulihan akut.
Selama fase ini, jaringan membersihkan diri dari kontaminan serta membentuk
kembali lapisan pelindung superfisial epitel kornea. Hal ini juga memodulasi
reepitelisasi kornea, regenerasi serta perbaikan stroma. Mekanisme inflamasi yang
TIO.14
regenerasi segera epitel permukaan okular. Selama fase ini epitel kornea dan
fungsi permukaan dan stroma. Selama tahap ini, peradangan akut dapat berlanjut
menjadi peradangan kronis, perbaikan stroma, dan jaringan parut. Di tahap ini,
cenderung terjadi ulserasi kornea. Ulserasi stroma diakibatkan oleh aksi enzim
Migrasi epitel berlanjut selama ini. Pada trauma ringan dapat terjadi
epitelisasi sempurna, sedangkan paa trauma grade II defek epitel yang persisten
bergantung pada stem cell daerah limbus yang mengalami kerusakan. Pada kasus
yang lebih parah, reepitelisasi hanya terjadi sedikit atau bahkan tidak terjadi sama
sekali. Mata dengan grade IV biasanya akan tetap menunjukkan tanda iskemia
pada fase ini. Inflamasi permukaan kornea masih belum terjadi reepitelisasi.16
4. Fase perbaikan lambat dan gejala sisa (hari ke-21 hingga beberapa bulan)
prognosis visual yang baik (Grade I dan II) atau prognosis visual yang buruk
meliputi:
a. Anamnesis
Pasien yang mengalami erosi kornea akan mengeluh terasa terganjal di mata, mata
terasa perih, dan kabur penglihatan. Pasien juga dapat merasa sensitif terhadap
Pasien yang datang dengan keluhan terpapar bahan kimia atau tampak
pada matanya tampilan terkena trauma kimia, pasien tersebut harus segera diberi
irigasi mata. Anamnesis lengkap dan pemeriksaan fisik dapat ditunda setelah
irigasi selesai.,12,16 Jika pasien yang dibawa ke fasilitas kesehatan dalam keadaan
yang tidak sadar atau kurang sadar sehingga sulit dianamnesis, dokter dapat
(aloanamnesis).16 Dokter juga dapat menanyakan apakah mata yang terkena telah
1. Jenis dan bentuk bahan kimia (asam atau basa), jika diketahui oleh pasien
kejadian yang terjadi dari saat cedera sampai hingga sampai di tempat
pengobatan.
sebelumnya beresiko terjadi ruptur kornea atau sklera, bahkan dengan trauma
kecil.
pertanyaan ini juga membantu dokter menilai tingkat keparahan cedera serta
selanjutnya.
b. Pemeriksaan Fisik
Bila tersedia, dapat dilakukan tes dengan kertas lakmus (Tes Schirmer)
untuk mengetahui secara pasti zat kimia penyebab. Uji kertas lakmus akan
menunjukkan hasil:6
1. Bila kertas lakmus terwarnai merah, maka zat penyebab bersifat asam
2. Bila kertas lakmus terwarnai biru, maka zat penyebab bersifat basa.
Dengan menggunakan penlight dan lup, dapat ditemukan kelainan berikut ini:6
dilakukan jika pasien tidak dapat membaca huruf terbesar pada Snellen
keberadaan dan luasnya setiap cacat atau abrasi epitel kornea. Kedalaman
Defect).
c. Pemeriksaan Penunjang
Untuk mendeteksi erosi dan abrasi kornea, dapat dilakukan tes fluoresensi
mengaplikasikan anestesi topical (propacaine 0,5%) langsung pada mata atau pada
strip fluoresensi. Kelopak mata bawah pasien di Tarik ke bawah dan strip
seluruh kornea akibat dari kedipan mata pasien, dan dan mewarnai tiap membrane
basement dari epitel. Dalam cahaya normal, bagian yang alami abrasi dan erosi
1.8 Tatalaksana
Kornea memiliki kemampuan untuk sembuh sendiri, jadi tatalaksan berguna untuk
meminimalisir agar komplikasi tidak terjadi. Jika erosi nya kecil, maka pasien
Epitel yang terkelupas atau terlipat sebaiknya dilepas atau dikupas. Untuk
tertutup bila dibebat tekan selama 24 jam. Erosi yang kecil biasanya akan
1.9 Prognosis
sembuh sendiri. Proses reepitelisasi dapat terjadi dalam 48 jam hingga beberapa
hari. Jika erosi kornea hanya mengenai lapisan epitelnya saja, maka ini dapat
sembuh sendiri tanpa meninggalkan jaringan parut. Akan tetapi, jika erosi kornea
mencapai lapisan membran descement maka ini akan meninggalkan jaringan parut
saat sembuh. Apabila erosi kornea tidak smbuh dengan tepat, maka erosi kornea
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Nama : Ny. Y
Umur : 32 tahun
Anamnesa (Autoanamnesa)
Keluhan Utama :
Mata kanan pasien ter tetes Kalpanax cair (asam salisilat) 1hari sebelum masuk
Rumah Sakit
Mata kanan pasien ter tetes Kalpanax cair (asam salisilat) 1 hari sebelum
karena merasa mata kering, namun pasien meneteskan Kalpanax cair (asam
salilsilat) pada mata kanan pasien, mata kemudian langsung terasa perih dan
Hipertensi (-)
DM (-)
Pemeriksaan Umum :
Kepala : Normosefal
Dada
Status Oftalmikus
Status Oftalmikus OD OS
Visus tanpa koreksi 20/30 F 20/20
Visus dengan koreksi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Refleks fundus + +
Silia/supersilia Madarosis (-) Madarosis (-)
Trikiasis (-) Trikiasis (-)
Palpebra superior Edema (-) Edema (-)
Massa (-) Massa (-)
Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Palpebra inferior Edema (-) Edema (-)
Massa (-) Massa (-)
Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Margo palpebra Dalam batas normal Dalam batas normal
Aparat lakrimalis Dalam batas normal Dalam batas normal
Konjungtiva tarsalis Hiperemis (+) Hiperemis (-)
Kemosis (-) Kemosis (-)
Papil (-) Papil (-)
Folikel (-) Folikel (-)
Konjungtiva fornics Hiperemis (+) Hiperemis (-)
Kemosis (-) Kemosis (-)
Papil (-) Papil (-)
Folikel (-) Folikel (-)
Konjungtiva bulbi Hiperemis(+) Hiperemis (-)
Injeksi Konjungtiva (+)
Injeksi siliar (+)
Sklera Putih putih
Kornea Erosi kedalaman epitel 2x3 Bening
mm
Kamera Okuli Cukup dalam Cukup dalam
Anterior
Iris Coklat Coklat
Rugae (+) Rugae (+)
Pupil Bulat Bulat
Rf +/+ Rf +/+
Diameter 3 mm Diameter 3 mm
Lensa Bening Bening
Korpus vitreus Jernih Jernih
Fundus:
- Media Bening Bening
- Papil optik Bulat, batas tegas , c/d 0,3 Bulat, batas tegas , c/d 0,3
- Retina Perdarahan (-), eksudat(-) Perdarahan (-), eksudat(-)
- Arteri/vena Arteri: Vena 2:3 Arteri: Vena 2:3
- Makula Refleks fovea (+) Refleks fovea (+)
Tekanan bulbus okuli Dalam batas normal Dalam batas normal (palpasi )
(palpasi )
Posisi Bola mata Ortho Ortho
Gerakan bulbus okuli Bebas Bebas
Posisi bulbus okuli Ortho Ortho
Gambar
Pemeriksaan lab :
Diagnosis Kerja :
Diagnosis banding :
Anjuran terapi :
Medikamentosa
Anjuran edukasi :
Menjaga higiene
Prognosa :
Bonam
Penatalaksanaan :
- LFX 0,5% ED
- Vitamin C 1 x 1
- Paracetamol 3 x 500mg
- Eye patching OD
DAFTAR PUSTAKA