You are on page 1of 11

ABSTRAK

Praktik Kerja Lapangan (PKL) dilakukan di P4S Cantigi Desa Cikandang Kecamatan Cikajang Kabupaten
Garut dengan tujuan untuk mengetahui penanganan hama dan penyakit yang menyerang pada tanaman
cabai paprika secara hidroponik dan mengetahui pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan
perkembangan tanaman itu sendiri. Pengambilan data dilakukan dengan cara pengamatan terhadap
tanaman paprika pada saat fase vegetatif dan generatif. Hasil pengamatan menunjukan hama yang
menyerang tanaman cabai paprika di P4S Cantigi adalah ulat (Spodoptera litura, Spodoptera exigua.,
Helicoverpa Sp.), kutu daun persik (Myzus persicae), kutu daun (trips capsici), Mite
(Polyphagotarsonemus latus dan T etranychus sp), lalat buah (Baclrocera dorsalis), lalat penggorok daun
(Lyriomiza sp.). Penyakit yang menyerang tanaman cabai paprika di P4S Cantigi adalah penyakit embun
tepung, antraknosa, layu fusarium, layu bakteri, blossomend rot, bercak daun cercospora. Hama yang
paling dominan yang menyerang tanaman cabai paprika di P4S Cantigi adalah hama thrips dan mite.
Sedangkan penyakit yang paling dominan adalah penyakit antraknosa. Pengendalian hama dan penyakit
pada tanaman cabai paprika di P4S cantigi yaitu menggunakan pengendalian hama penyakit secara
mekanik, kultur teknis, biologi dan kimia dengan menggunakan pestisida (akarisida, fungisida,
insektisida). Total pengaplikasian pestisida selama satu musim tanam (160 hari) yaitu sebanyak 23 kali
aplikasi dengan interval waktu pengaplikasian 7 hari sekali. Dalam pengaplikasian pestisida ada lima cara
tepat aplikasi secara bijaksana yang diterapkan di P4S Cantigi, diantaranya Tepat Jenis dan Mutu, Tepat
Waktu, Tepat Dosis, Tepat Cara dan Tepat sasaran.

Kata Kunci: Cabai Paprika, Hama dan Penyakit, Hidroponik, Pestisida.

Hama penyakit

3.5. Hama dan Penyakit Pada Tanaman Cabe Paprika 3.5.1. Jenis-jenis hama pada tanaman cabe paprika

1. Trips (Thrips parvispinus)

Trips adalah hama utama pada tanaman cabe paprika. Serangan teljadi sepanjang tahun dan serangan
terberat pada musim kemarau. Kerusakan tanaman akibat serangan-serangannya dapat mencapai 55%
(Prabaningrum 2005). Trips muda (nimfa) berwarna laming, sedangkan yang dewasa (imago) berwarna
coklat kehitaman, panjang tubuhnya sekitar 1 mm.

Nimfa dan imago menggaruk epidermis dan menghisap cairan daun, serangga aktif makan pada senja
dan malam hari.

Daur hidupnya di dataran tinggi (diatas 900 mdpl) sekitar 20 hari, sedangkan dataran rendah 9 hari.
Gejala serangan pada daun bagian bawah daun berwarna keperakan, kriput, mengeriting dan
melengkung ke atas. Pada buah timbul bercak-bercak

kecoklatan pada pangkal buah sehingga kualitas buah sangat menurun. Penyemprotan dengan
insektisida pengendalian trips pada tanaman cabe

paprika merupakan upaya terakhir. Insektisida yang di anjurkan adalah yang berbahan aktif spinosad
(tracer 120 EC) dan Abametin (Agn'mec 18 EC). Penggtmaan inscktisida hanya dilakukan jika populasi
hama tersebut telah mencapai ambang pengendalian.

2. Ulat Grayak (Spodoptera litura)

Ulat memiliki wama yang bervariasi tergantung pada jenis makanannya, pada ruas keempat tUbuhnya
terdapat bercak hitam menyerupai kalung; pada punggung SiSi samping terdapat garis kuning, ngengat
berukuran panjang i 22 mm. Mempunyai sayap depan yang berwarna coklat keperakan, seekor ngengat
dapat bertelur sebanyak 2000-3000 butir. Telur berwama putih, di letakan berkelompok dan ditutupi
bulu-bulu halus satu kelompok telur berisi 350 butir. Ulat aktif makan pada malam hari, daun yang
terserang berlubang-lubang, serangan berat mengakibatkan tanaman menjadi gundul.

Jika serangan ulat grayak sudah mencapai ambang pengendalian yaitu kerusakan sudah 500 baru di
gunakan insektisida yang dianjurkan yaitu amamektin (proclaim 5 EG) atau spinosad (tracer 120 EC).

3. Tungau

Ada dua jenis tungau yang menyerang, yaitu tungau kuning (Poliphagotarsonemus latus) dan tungau
merah (Tetranychus Sp.) tungau kunijhng betina berukuran i 0,25 m, sedangkan tungau merah betina :i:
0,45 m. Nimfa dan imago menusuk dan menghisap cairan daun, tungau aktif sepanj ang hari.

Gejala serangan : bagian bawah daun berwarna tembaga, tapi daun mengeriting, kaku dan melengkung
kebawah. Tanaman inang : cabai, tomat, teh, karet, dll.

Jika intensitas serangan tungau sudah mencapai ambang pengendalian, yaitu kerusakan tanaman
sebesar 15% maka tanaman cabe paprika harus disemprot dengan akarisida yang efektif seperti profargit
(Omite 570 EC) dan dikopol (kelthane 200 EC).

4. Hama Kutu Daun Persik (Myzus persicae)


Hama Kutu daun persik disebut pula kutu daun tembakau, kutu daun muda maupun yang dewasa
menyerang daun-daun muda dengan cara menusuk dan menghisap cairan daun. Ukuran tubuh sekitar 1-
2 mm, serangga aktif sepanj ang hari, daur hidup kutu daun sekitar 10-20 hari.

Gejala serangan daun keriput terpelintir dan berwama kekuningan, pertumbuhan tanaman terhambat
atau kerdil, daun menj adi layu dan akhimya mati. Disamping itu kutu daun merupakan vector penyakit
virus PLRV (Potato Leafroll Virus) dan PVY (Potato Virus Y). Tanaman inang : cabe paprika, kentang,
tembakau, semangka, tomat, dll.

Jika intensitas serangan kutu daun persik sudah mencapai ambang pengendalian, maka pertanaman
disemprot dengan insektisida Iipronil (Regent 50 EC) atau Alfametrin (F astac 15 EC) atau Hehsakonazol
(Anvil 50 SC).

5. Lalat Penggorok Daun (Liriomyza)

Serangga dewasa berupa lalat berukuran sekitar 2 mm, larva (belattmg) menggorok jaringan daun, lalat
menghisap cairan daun, daur hidupnya sekitar 1728 hari.

Gejala serangan : timbul bercak-bercak putih dan alur kotoran pada daun,

Tanaman inang : cabai, tomat, kacang panjang, tembakau,dll.

3.5.2. Penyakit Pada Tanaman Cabe Paprika

1. Penyakit Tepung

Penyakit tepung disebabkain oleh jamur Oidiopsis capsicz', gejala serangan ditandai dengan adanya
lapisan tepung berwama putih terutama pada bawah daun, daun yang terserang pucat dan cepat rontok.
Meselium jamur berkembang di dalam j aringan daun, bersekat, bercabang-cabang dengan garis tengah.
Jika serangan penyakit tepung telah mencapai rata-rata 5% dari luas daun, maka pertanaman cabe
paprika disemprot dengan fungisida fenarimol (rubigan 120 EC) atau Heksakonazol (Anvil 50 SC).

2. Penyakit Layu F usarium

Penyakit layu fusarium disebabkan oleh cendawan F usarz’um Sp. Gejala serangan ditandai dengan
layunya tanaman yang dimulai dari bagian bawah. Anak tulang daun menguning dan apabila infeksi terus
berkembang dalam dua sampai tiga hari, setelah infeksi tanaman akan menj adi layu. Wama jaringan
akar dan batang menjadi coklat. Tempat luka tertutup hifa yang berwama putih seperti kapas,
penyebaran penyakit ini melalui angin dan air. Penyakit ini jarang teljadi pada lahan yang pengairannya
baik. Inang lain penyakit tersebut adalah kacang panjang, kentang, kubis, cabai, tomat, dll.

Jika dijumpai tanaman cabe paprika yang diserang penyakit layu pusarium segera dilakukan eradikasi
relatif dengan mencabut tanaman yang sakit dan memusnahkannya. Fungisida yang efektif dan
dianjurkan adalah Benomil (Benlate) atau Klorolalonjl (Daconil 75 WP). Larutan mngisida dengan
konsentrasi yang dianjurkan di siramkan ke perakaran cabe paprika dengan dosis 100 ml/polybag.

3 . Penyakit Layu Bakteri

Penyakit layu bakteri disebabkan oleh bakteri Ralstonia solanacearum, infeksi terjadi melalui inti sel dan
laju infeksi akan lebih cepat bila ada luka mekanis. Gejala awal serangan penyakit ini ditandai dengan
pucuk tanaman menjadi layu kemudian gejala layu akan menyebar ke bagian bawah tanaman.

Gejala serangan penyakit layu bakteri pada buah dimulai dengan perubahan warna kuning, selanjutnya
buah menjadi busuk. Selain cabe paprika yang lain penyakit layu bakteri adalah cabai, kentang, tomat,
kacang panjang dan mentimun.

Pengendalian layu bakteri pada tanaman cabe paprika dapat dilakukan sebagai berikut :

a) Perlakuan air siraman

Untuk mencegah serangan layu bakteri, kedalam air siraman di tambahkan kaporit sebanyak 1 ppm ( lgr
kaporit/1.000 liter air).

b) Penggunaan musuh alami

Musuh alami yang potensial untuk mengendalikan penyakit layu bakteri adalah bakteri antaganis
Fluorescens. Larutan bakteri P. fluorescens dengan Pseudomonas konsentrasi 2 m1/1iter. Sebanyak 50
mllpolybag di siramkan ke media tanam mulai satu minggu setelah tanam diulangi tiap minggu.

c) Eradikasi Selektif

Jika ditemui tanaman cabe paprika yang terserang penyakit layu bakteri di lakukan eradikasi selektif,
yaitu dengan cara dicabut dan memusnahkan tanaman sakit tersebut.

d) Penggunaan Bakterisida Bakterisida yang paling efektif untuk mengendalikan penyakit layu bakteri
adalah Bactocine L. Dengan konsentrasi formulasi 1 ml/L. Bakterisida tersebut secara bergantian di
semprotkan pada tanaman atau di siramkan kedalam media tanam 50 ml/polybag dengan frekuensi tiap
minggu sekali.

4. Penyakit Bercak Daun Cercospora


Penyakit bercak daun cerkospora atau sering pula disebut penyakit mata katak atau totol disebabkan
oleh cendawan Cercospora. Gejala serangannya adalah terdapat bercak-bercak kecil berbentuk bulat
pada daun. Bercak-bercak ini akan meluas sampai garis tengahnya mencapai 0,5 cm. Pusat bercak
berwarna pucat sampai putih, tepinya berwama kecoklatan. Pada serangan berat daun-daun akan gugur,
selain menyerang daun bercak juga sering ditemukan pada batang dan tangkai buah. Serangan pada
tangkai buah dapat meluas ke bagian buah dan akan mengakibatkan buah gugur. Pada musim kemarau
pada lahan yang drainasenya kurang baik, penyakit ini dapat berkembang dengan cepat. Penyakit ini
dapat pula menyerang bibit cabe paprika di persemaian. Tanaman inangnya cukup banyak, antara lain
adalah cabai, tomat, kacang panjang, mentimun, dll.

Jika serangan penyakit bercak daun cercospora telah mencapai 5% luas daun, maka tananman cabe
paprika disemprot dengan fungisida. Fungisida di anjurkan untuk cendawan golongan Oomycetes adalah
fungisida kontak klorotalonil (Daconil 70 WP) dengan interval 4-7 hari dan fungisida sistemik Metalaxyl
(Ridomil Goid MZ) atau Difenakonazol (score 250 EC) dengan interval 7-10 hari. Penggunaan fungisida
kontak dan sistemik dilakukan secara bergiliran untuk menghindari timbulnya resistensi cendawan
tersebut terhadap fungisida, pola pergiliran adalah 3-4 kali aplikasi fungisida kontak dan satu kali aplikasi
fungisida sistemik, kemudian di ulang kembali dengan pola yang sama.

5. Mozaik

Gejala serangan penyakit mosaic ditandai dengan pertumbuhan tanaman terhambat (kerdil), ukuran
daun relatif lebih kecil, pada sepanjang ulam daun terdapat jaringan yang menguning atau hijau gelap,
tulang daun menonjol dan berkelok-kelok dengan pinggiran daun yang bergelombang. Virus masuk
kedalam jaringan tanaman melalui luka yang disebabkan oleh gigitan serangga atau melalui
parsinggungan dengan tanaman yang terserang,‘ kecuali virus TMV (Tobacco Mosaik Virus) ditulakan
melalui biji, bukan oleh serangga vektor, selanjutnya virus memperbanyak diri pada jaringan tanaman
dan menyebar ke seluruh j aringan tanaman secara sistcmik. Selain cabe paprika, tanaman inang pcnyakit
mosaic lainnya adalah cabai, tomat, kentang, mentimun dan tembakau.

Pengendalian penyakit mosaic pada tanaman cabe paprika dapat dilakukan sebagai bcrikut :

a) Infeksi virus mosaic olch vektomya (kutu daun ) dari luar rumah kasa dapat dicegah dengan membuat
persemaian benih cabe paprika di dalam rumah beratap plastik yang dindingnya terbuat dari kasa.
b) Menjaga kebcrsihann tangan pekcrja dan peralatan yang digunakan untuk pemeliharaan tanaman
dapat mencegah penyebaran pcnyakit ini.

c) Pada saat melakukan pewiwilan, tangan pekerja dilumuri terlebih dahulu dengan larutan susu skim
atau desinfektan.

d) Dilakukan eradikasi selektif jika ada tanaman yang menunjukan gejala terserang penyakit mosaic, yaitu
dengan cara mencabut dan memusnahkan tanaman tersebut dengan cara dibakar.

3.6. Penggunaan Pestisida Berdasarkan Konsepsi PHT

Konsep PHT berusaha untuk mendorong dan memadukan beberapa faktor pengendalian untuk menekan
populasi OPT sehingga memperkecil kerusakan tanaman dan menyelamatkan hasil panen. Secara prinsip
konsepsi PHT berbeda dengan konsep pengendalian OPT konvensional yang sangat tergantung pada
penggunaan pestisida. Apabila memang benar-benar sangat diperlukan, pestisida yang selektif dan aman
dapat digunakan ketika populasi OPT sudah mencapai ambang pengendaliannya dan sepanjang tidak
mengganggu faktor pengendalian lain atau interaksinya. Dengan kata lain dalam konsep PHT pestisida
masih diperlukan tetapi sangat selektif.

3.6.1. Tepat Sasaran

Pestisida yang digunakan harus pada jenis OPT yang menyerang pada tanaman tersebut, misalnya :

a) F ungisida : digunakan untuk mengendalikan penyakit yang di sebabkan oleh jamur.

b) Nematisida : digunakan untuk mengendalikan nematoda.

c) Rodentisida : digunakan untuk mengendalikan tikus

d) Herbisida digunakan untuk mengendalikan gulma dan tanaman pengganggu lain.

e) Bakterisida : digunakan untuk mengendalikan bakteri.

3.6.2. Tepat Mutu


Pestisida yang digunakan hams bermutu bahan aktifnya. Oleh karena itu, dipilih pestisida yang terdaftar
yang diijinkan oleh komisi pestisida Pestisida yang tidak terdaftar, sudah kadaluarsa, rusak atau diduga
palsu tidak boleh digunakan karena eflkasinya diragukan dan bahkan dapat mengganggu pertumbuhan
tanaman.

3.6.3. Tepat Jenis Pestisida

Pestisida yang digunakan harus diketahui efektif terhadap hama dan penyakit sasaran tetapi tidak
mengganggu perkembangan dan peranan organisme berguna. Informasi ini dapat di peroleh dari buku
panduan penggunaan pestisida yang dikeluarkan oleh komisi pestisida atau berdasarkan penelitian
terbaru.

3.6.4. Tepat Waktu Penggunaan

Keberhasilan penyemprotan pestisida pada tanaman cabe paprika di dalam rumah kasa sangat
dipengaruhi oleh suhu dan kelembaban udara. Pada pagi hari

karena udara banyak mengandung uap air, maka kelembaban udara di rumah kasa masih tinggi (>80%).
Jika pada kondisi tersebut dilakukan penyemprotan pestisida, maka konsentrasi formulasi pestisida
tersebut akan menurun. Selain itu, banyaknya uap air di udara akan di hambat laju butiran semprot
untuk mencapai sasaran.

Pada siang hari, suhu di rumah kasa cukup tinggi (>30°C) sehingga teljadi pergerakan udara dari
permukaan tanah ke atas (turbulensi). Jika pada kondisi tersebut dilakukan penyemprotan pestisida,
maka butiran semprot sebagian akan

terbawa ke atas, sehingga tidak semua mengenai tanaman. Selain itu, pada siang hari teljadi penguapan
yang sangat cepat yang menyebabkan residu pestisida tanaman relative pendek. Oleh karena itu, waktu
yang tepat untuk melakukan penyemprotan adalah pada sore hari (kurang lebih pukul 17.00) ketika suhu
udara <30°C dan kelembaban udara berkisar antara 50-800%

Penggunaan pestisida berdasarkan konsepsi PHT harus dilakukan berdasarkan hasil pemantauan atau
pengamatan rutin. Yaitu jika populasi OPT atau kerusakan yang ditimbulkannya telah mencapai ambang
pengendalian. Hal ini disebabkan keberadaan OPT pada tingkat populasi tertentu secara ekonomi belum
tentu merugikan.
3.6.5. Tepat Dosis atau Konsentrasi

Daya racun pestisida terhadap jasad sasaran ditentukan oleh dosis atau konsentrasi formulasi pestisida
yang digunakan. Dosis atau konsentrasi formulasi pestisida yang lebih rendah atau lebih tinggi dari yang
di anjurkan akan memacu timbulnya generasi OPT yang akan kebal terhadap pestisida yang digunakan.
Dengan demikian penggunaan pestisida harus mengikuti dosis atau konsentrasi formulasi yang di
rekomendasikan pada label kemasannya.

3.6.6. Tepat Cara Penggunaan

Cara aplikasi pestisida yang umum digunakan pada tanaman cabe paprika adalah dengan cara
disemprotkan. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penyemprotan pestisida, yaitu
pencampuran pestisida, pembuatan larutan semprot, pemilihan nozel (spuyer), tekanan alat semprot
dan keamanan petugas penyemprotan.

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan

a) Kegiatan budidaya cabe paprika secara hidroponik di Tottal Cantigi Farm

Garut meliputi persiapan umum, persemaian, pemeliharaan, panen, pasca

panen.

b) Hama yang menyerang adalah hama Trips, Ulat Gerayak (Spodoptera Litura), Tungau Kuning
(Poliphagotarsonemus latus), Tungau Merah (T etranychus SP.), Kutu Daun Persik (Mizus percisae), Lalat
Penggorok Daun (Liriomyza SP).
C) Hama Trips (Thips capsii) tersebut sering menyerang tanaman cabe paprika di Tottal Cantigi Farm pada
musirn kemarau, sehingga butuh pencegahan yang baik sebelum menanam cabe paprika.

d) Penyakit pada tanaman cabe paprika adalah penyakit tepung, penyakit layu bakteri dan penyakit
bercak daun cercospora.

e) Penggunaaan pestisida harus tepat sasaran, tepat mutu, tepat jenis pestisida, tepat waktu
penggunaan, tepat dosis atau konsentrasi dan tepat cara penggunaan supaya mendapat hasil yang
memuaskan.

4.2. Saran

a) Perlu adanya pengamatan yang lebih intensif di lapangan sehingga dapat menekan perkembangan
hama dan penyakit agar tidak menyebabkan kerugian yang besar.

b) Memberikan perlakuan pupuk organik clan pestisida nabati unmk mengurangi kerusakan lingkungan
akibat penggunaan pupuk dan pestisida kimia.

c) Perlu adanya peeningkatan sumber daya manusia dan tenaga kerja ahli dalam bidang pertanian untuk
mengatasi berbagai masalah dalam budidaya tanaman di P4S Tottal Cantigi Farm Garut.

DAFT AR PUSTAKA

Affandi, Emilda D. 2009. Mangosteen Thrips : Collection, Indentification and Control. J F with and
Ornamental Plant Research. 17 (2) 219-233.

Amjnudien, Y, 2003, Macan Media Penggunaan Berbagai Pada Budidaya


Paprika (Capsicum anum var. Grossum) secara hidroponik, Skn'psi. Jumsan Pertanian IPB Bogor.

Cahyono, Bambang. 2003. Cabai Paprika. T eknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Penerbit Kanisius,
Yogyakarta.

Gubawan O. Setiani 2005. Uji efektifitas biopestisida sebagai pengendalian biologi terhadap penyakit
antranoksa (C. Gloeoporioides) pada cabat’ merah. J .hort 15(4):297-302.

Haljadi, I. 1989. Dasar-dasar Hortikultura. Departemen Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut
Pertanian Bogor IPB, Bogor.506 hal.

Hatjono, I. 1996. Budidaya Paprika, Cabai Manis Bernilai Kamersial. Aneka, Solo.

Hartus, T. 2002. Berkebun Hidroponik Secara Murah. Penebar Swadaya, Jakarta,

Hocmuth, GJ 1992. Fertilizer management for drip-irrigated vegetables in Florida. Hort Tecnology 2:27-
32.

Krisantini, SA Azis, dan Yudiwanti. 1993. Mempelajari Beberapa pupuk dan media untuk budidaya
hidroponik sederhana pada tanaman hortikultura. Laporan Penelitian. F akultas Pertanian Bogor. [PB.32
hal.

You might also like