Professional Documents
Culture Documents
Praktikan dapat mengetahui cara melakukan sterilisasi ruangan dan menentukan sterilitas
ruangan.
Praktikan dapat mengetahui dan memahami cara terilisasi ruangan yang disterilkan
dengan menggunakan lampu UV, Laminary Air Flow (LAF) dan Enkas
Prinsip dari percobaan ini yaitu Pengujian sterilisasi ruangan berdasarkan ada tidaknya
pertumbuhan mikroba pada medium NA (Nutrient Agar) dan PDA (Potato Dextrosa Agar) dalam
cawan petri steril yang diletakkan dalam ruangan yang diuji dalam keadaan terbuka 1/3 bagian
cawan selama 15 menit lalu diinkubasikan selama 1 x 24 jam pada suhu 37ºC dalam inkubator
dan medium PDA selama 3x24 jam pada suhu 250C (suhu ruangan)
Sterilisasi adalah proses yang dirancang untuk menciptakan keadaan steril, secara
tradisional keadaan steril adalah kondisi mutlak yang tercipta sebagai akibat penghancuran dan
penghilangan semua mikroorganisme hidup. Konsep ini menyatakan bahwa steril adalah istilah
yang mempunyai konotatif relative, dan kemungkinan menciptakan kondisi mutlak bebas dari
mikroorganisme hanya dapat diduga atas dasar proyeksi kinetis angka kematian mikroba.
(Ansel, 1985)
Prinsip pengujian sterilitas adalah pertumbuhan mikroorganisme pada media tertentu yang
Istilah sterilisasi yang digunakan pada sediaan – sediaan farmasi berarti, penghancur
secara lengkap semua mikroba hidup dan spora – sporanya atau penghilang secara lengkap
Metode sterilisasi panas merupakan metode yang paling dapat dipercaya dan banyak
digunakan. Metode sterilisasi ini digunakan untuk bahan yang tahan panas. Metode sterilisasi
panas dengan penggunaan uap air disebut metode sterilisasi panas lembab atau steriisasi basah
yaitu pengodogan dalam air, uap mengalir dan uap dalam tekanan. Metode sterilisasi panas
tanpa kelembapan (tanpa penggunaan uap air) disebut juga sterilisasi panas kering atau
sterilisasi kering yaitu pemijaran, jilatan api (flaming) dan tanur uap panas ( Sylvia, 2008)
Lima metode umum yang digunakan untuk mensterilkan produk farmasi (Ansel, 1985) :
d. Sterilisasi gas
e. Sterilisasi dengan radiasi pengionan.
Metode yang digunakan untuk mendapatkan sterilitas pada sediaan farmasi sangat
ditentukan oleh sifat sediaan dan zat aktif yang dikandungnya. Walau demikian, apa pun cara
yang digunakan, produk yang dihasilkan harus memenuhi tes sterilitas sebagai bukti dari
Sterilisasi uap dilakukan didalam autoklaf dan menggunakan uap air dengan tekanan. Cara ini
diakui sebagai cara terpilih pada hamper semua keadaan dimana produk mampu diperlukan
seperti itu. Sebagian produk yang tidak tahan panas dan tidak dapat dipanaskan dengan aman
pada temperature yang dibutuhkan untuk sterilisasi panas kering (lebih kurang 170oC). Bila ada
kelembapan (Uap air), bakteri terkoagulasi dan dirusak pada temperature yang lebih rendah dari
pada bila tidak ada kelembapan. Kenyataannya, sel bakteri dengan kadar air besar umumnya
lebih mudah dibunuh. Spora-spora yang kadar airnya relative rendah lebih sukar dihancurkan.
Adanya uap air yang panas dalam sel mikroba menimbulkan kerusakan pada temperature yang
relative rendah. Kematian oleh pemanasan kering timbul karena sel mikroba mengalami dehidrasi
diikuti dengan pembakaran pelan – pelan dari proses oksidasoi. Karena tidak mungkin
mendapatkan uap air dengan temperature diatas 100oC pada kondisi atmosfer, maka tekanan
digunakan untuk mencapai temperature yang lebih tinggi. Tekanan uap air yang lazim,
temperature yang dapat dicapai dengan tekanan tersebut, dan penetapan waktu yang dibutuhkan
untuk sterilisasi sesudah system mencapai temperature yang ditentukan, adalah sebagai berikut
Dapat dilihat, makin besar tekanan yang dipergunakan makin tinggi temperature yang dicapai
Panas kering, zat-zat yang tahan peruraian pada temperature diatas kira-kira 140oC (284oF) bisa
dibuat sterl dengan cara pemanasan kering. Pemaparan selama 2 jam pada temperature 180oC
atau 45 menit dalam 260oC biasa dapat diharapkan membunuh spora dan bentuk vegetative dari
semua mikroorganisme (lachman, 1994). Sterilisasi panas kering umumnya digunakan senyawa-
senyawa yang tidak efektif disterilkan dengan uap air panas. Senyawa-senyawa tersebut meliputi
minyak lemak, gliserin, berbagai produk minyak tanah seperti petrolatum cair (minyak mineral),
paraffin, dan berbagai serbuk yang stabil oleh pemanasan seperti ZnO. (Ansel, )
Sterilisasi dengan penyaringan tergantung pada penghilngan mikroba secara fisik dengan
absorbs pada media penyaring atau dengan mekanisme penyaringan, digunakan untuk sterilsasi
Dikembangkannya filter berefisiensi tinggi untuk menyaring udara yang berisikan partikel (High
Efficiency Particulate Air Filter, atau HEPA) telah memungkinkan dialirkannya udara bersih
(bebas debu) ke dalam ruang tertutup. Tipe filtrasi udara semacam ini bersama dengan sistem
aliran udara laminar (Laminar Air Flow) kini banyak digunakan untuk menyediakan udara yang
bebas dari debu dan bakteri. Filter udara digunakan dalam ruang transfer mikrobiologis untuk
mencegah timbulnya kontaminasi pada area-area isolasi untuk mencegah penyebaran infeksi,
dan di dalam ruangan-ruangan yang digunakan untuk merakit peralatan elektronik miniatur
karena kontaminasi oleh partikel-partikel bahkan sekecil apapun bakteri dapat merusak daya
d. Sterilisasi Gas
Beberapa senyawa yang tdiak tahan panas dan uap dapat disterilkan dengan memaparkan
gas etilen oksida atau propilen oksida bila dibandingkan dengan cara-cara lain(Ansel,1985).
Sterilisasi gas berjalan lambat waktu sterilisasi tergantung pada keberadaan kontaminasi
kelembaban, temperatur dan konsentrasi etilen oksida. Konsentrasi minimum etilen oksida dalam
450 mg/L, 271 Psi, konsentrasi ini 85°C dan 50% kelembaban relativ dibutuhkan 4-5 jam
pemaparan. Di bawah kondisi sama 1000 mg/L membutuhkan sterilisasi 2-3 jam. Dalam partikel
6 jam pemaparan etilen oksida digunakan untuk menyiapkan tepi yang aman dan
memperbolehkan waktu untuk penetrasi gas ke dalam bahan sterilisasi. Sisa gas dihilangkan
dengan terminal vakum dilanjutkan oleh pembersihan udara yang difiltrasi. Cara ini digunakan
untuk mensterilkan obat serbuk seperti penisilin, juga telah digunakan untuk sterilisasi benang,
plastik tube. Penggunaan etilen oksida untuk sterilisasi akhir peralatan parenteral tertentu seperti
kertas karf dan lapisan tipis polietilen. Semprot aerosol etilen oksida telah digunakan untuk
Tekhnik-tekhnik yang disediakan untuk sterilisasi beberapa jenis sediaan farmasi dengan
sinar gama dan sinar – sinar katoda, tetapi menggunakan tekhnik-tekhnik ini terbatas karena
memerlukan peralatan yang sangat khusus dan pengaruh radiasi pada produk dan wadah.
Ruang steril merupakan suatu keadaan ruang yang bebas dari semua bentuk kehidupan
mikroba yang patogen maupun yang non-patogen termasuk sporanya. Ruang steril sangat
penting dalam bidang kesehatan. Seperti pada ruang steril antara lain ruang bedah, ruang
pascaoperasi termasuk dalam bidang industri farmasi, yang terkhusus pada sediaan steril
(Hadioetomo, 1990).
V. METODE KERJA
1. Pembuatan medium
a. Medium NA
sedikit demi sedikit hingga 250 ml, aduk hingga homogen, diberi etiket, bungkus dengan kertas
putih, Kemudian panaskan dan sterilkan di autoklafl selama 15-20 menit hingga bunyi, lalu
b. Medium PDA
aquadest sedikit demi sedikit hingga 250 ml, aduk hingga homogen, diberi etiket, bungkus dengan
kertas putih, Kemudian panaskan dan sterilkan diautoklafl selama 15-20 menit hingga bunyi, lalu
Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan, dipanaskan medium NA dan PDA
yang telah dibuat sampai mencair, kemudian dipipet medium NA dan PDA sebanyak 10 ml pada
masing-masing 2 cawan petri, dinginkan dan biarkan memadat. Semprotkan LAF, lampu UV dan
enkas dengan larutan alkohol 70%, dibiarkan sekama 15 menit, setelah itu dimasukkan cawan
petri dengan dibuka 1/3 bagian yang telah berisi medium NA dan medium PDA pada masing-
masing ruangan, diamkan selama 15 menit. Lalu ditutup kembali cawan petri dan diinkubasi 1 x
24 jam untuk bakteri 3 x 24 jam untuk jamur. Diamati dan dihitung jumlah koloni, serta masukkan
A. Foto Pengamatan
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
FAKULTA FARMASI
Koloni bakteri
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
FAKULTAS FARMASI
Koloni
Koloni Bakteri
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
FAKULTAS FARMASI
Koloni Jamur
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
FAKULTAS FARMASI
Koloni Jamur
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
FAKULTAS FARMASI
Koloni Jamur
B. Tabel Pengamatan
Jumlah koloni
I 20 10 24 14 24 4
II 14 18 31 40 32 8
III 39 15 33 7 23 3
IV 21 11 58 40 2 0
V 9 4 22 6 17 3
VII. PEMBAHASAN
Sterilisasi adalah proses yang dirancang untuk menciptakan keadaan steril, secara
tradisional keadaan steril adalah kondisi mutlak yang tercipta sebagai akibat penghancuran dan
penghilangan semua mikroorganisme hidup. Konsep ini menyatakan bahwa steril adalah istilah
Ruang steril adalah keadaan ruang yang bebas dari semua bentuk kehidupan mikroba
yang patogen maupun non-patogen termasuk sporanya. Sterilitas ruangan sangat penting
dalam dunia kesehatan. Ruang yang steril menjamin kontaminasi yang minimal terhadap
mikroorganisme.
Uji sterilitas ruangan adalah salah satu percobaan dimana dilakukan uji mikroba dalam
suatu ruangan apakah memenuhi syarat atau tidak. Dari hasil uji yang dilakukan maka suatu
ruangan dapat dikelompokkan dalam kelas – kelas tertentu sesuai dengan tingkat kontaminasi
Dalam percobaan ini dilakukan uji sterilisasi ruangan yang meliputi sterilisasi dengan
sinar UV, Laminary Air Flow (LAF) dan Enkas.
Proses pensterilan ruang dilakukan dengan penyemprotan terlebih dahulu pada enkas,
UV dan LAF menggunakan alkohol 70%.
Penggunaan alkohol 70% pada lampu UV, Enkas dan LAF karena agar dapat mematikan
mikroorganisme.
VIII. KESIMPULAN
Dari hasil percobaan, diperoleh jumlah koloni bakteri dari semua kelompok pada lampu
UV untuk medium NA 103 koloni dan untuk PDA 50 koloni ,LAF untuk medium NA 98 koloni,
PDA 18 koloni, dan enkas untuk medium NA sebanyak 168 koloni dan untuk PDA sebanyak 107
koloni. Jadi, dapat disimpulkan ruangan yang paling banyak terkontaminasi yaitu pada Enkas.
Ansel, Howard C., (1985), “Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi”, UI Press, Jakarta.
Djide, Natsir, dkk, 2008. ”Mikrobiologi Farmasi Terapan”. Fak. MIPA-UH : Makassar.
Hadioetomo, S. R., (1990), “Mikrobiologi Dasar dan Praktek”, PT. Gramedia, Jakarta.
Lachman, L., et all., (1994), “Teori dan Praktek Farmasi Industri III”, Edisi Ketiga, Penerbit UI, Jakarta.
Pratiwi, Sylvia T. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada : Yogyakarta.