You are on page 1of 17

KOMPETENSI KHUSUS

Praktikan dapat mengetahui cara melakukan sterilisasi ruangan dan menentukan sterilitas

ruangan.

II. KOMPETENSI KHUSUS

Praktikan dapat mengetahui dan memahami cara terilisasi ruangan yang disterilkan

dengan menggunakan lampu UV, Laminary Air Flow (LAF) dan Enkas

III. PRINSIP KERJA

Prinsip dari percobaan ini yaitu Pengujian sterilisasi ruangan berdasarkan ada tidaknya

pertumbuhan mikroba pada medium NA (Nutrient Agar) dan PDA (Potato Dextrosa Agar) dalam

cawan petri steril yang diletakkan dalam ruangan yang diuji dalam keadaan terbuka 1/3 bagian

cawan selama 15 menit lalu diinkubasikan selama 1 x 24 jam pada suhu 37ºC dalam inkubator

dan medium PDA selama 3x24 jam pada suhu 250C (suhu ruangan)

IV. LANDASAN TEORI


Sterilisasi biasanya didefenisikan sebagai penghancur sempurna atau pembersih dari

segala bentuk kehidupan dari suatu bahan (DOM, 1987).

Sterilisasi adalah proses yang dirancang untuk menciptakan keadaan steril, secara

tradisional keadaan steril adalah kondisi mutlak yang tercipta sebagai akibat penghancuran dan

penghilangan semua mikroorganisme hidup. Konsep ini menyatakan bahwa steril adalah istilah

yang mempunyai konotatif relative, dan kemungkinan menciptakan kondisi mutlak bebas dari

mikroorganisme hanya dapat diduga atas dasar proyeksi kinetis angka kematian mikroba.

(Ansel, 1985)

Prinsip pengujian sterilitas adalah pertumbuhan mikroorganisme pada media tertentu yang

diinokulasi dan diinkubasi pada suhu tertentu (Djide, 2008).

Istilah sterilisasi yang digunakan pada sediaan – sediaan farmasi berarti, penghancur

secara lengkap semua mikroba hidup dan spora – sporanya atau penghilang secara lengkap

mikroba dari sediaan (Ansel, 1985)

Metode sterilisasi panas merupakan metode yang paling dapat dipercaya dan banyak

digunakan. Metode sterilisasi ini digunakan untuk bahan yang tahan panas. Metode sterilisasi

panas dengan penggunaan uap air disebut metode sterilisasi panas lembab atau steriisasi basah

yaitu pengodogan dalam air, uap mengalir dan uap dalam tekanan. Metode sterilisasi panas

tanpa kelembapan (tanpa penggunaan uap air) disebut juga sterilisasi panas kering atau

sterilisasi kering yaitu pemijaran, jilatan api (flaming) dan tanur uap panas ( Sylvia, 2008)

Lima metode umum yang digunakan untuk mensterilkan produk farmasi (Ansel, 1985) :

a. Sterilisasi Uap (Lembab panas)

b. Sterilisasi panas kering

c. Sterilisasi dengan penyaringan

d. Sterilisasi gas
e. Sterilisasi dengan radiasi pengionan.

Metode yang digunakan untuk mendapatkan sterilitas pada sediaan farmasi sangat

ditentukan oleh sifat sediaan dan zat aktif yang dikandungnya. Walau demikian, apa pun cara

yang digunakan, produk yang dihasilkan harus memenuhi tes sterilitas sebagai bukti dari

keaktifan cara, peralatan, dan petugas (Ansel, 1985).

a. Sterilisasi uap (Lembab Panas). (ansel, 1985 )

Sterilisasi uap dilakukan didalam autoklaf dan menggunakan uap air dengan tekanan. Cara ini

diakui sebagai cara terpilih pada hamper semua keadaan dimana produk mampu diperlukan

seperti itu. Sebagian produk yang tidak tahan panas dan tidak dapat dipanaskan dengan aman

pada temperature yang dibutuhkan untuk sterilisasi panas kering (lebih kurang 170oC). Bila ada

kelembapan (Uap air), bakteri terkoagulasi dan dirusak pada temperature yang lebih rendah dari

pada bila tidak ada kelembapan. Kenyataannya, sel bakteri dengan kadar air besar umumnya

lebih mudah dibunuh. Spora-spora yang kadar airnya relative rendah lebih sukar dihancurkan.

Adanya uap air yang panas dalam sel mikroba menimbulkan kerusakan pada temperature yang

relative rendah. Kematian oleh pemanasan kering timbul karena sel mikroba mengalami dehidrasi

diikuti dengan pembakaran pelan – pelan dari proses oksidasoi. Karena tidak mungkin

mendapatkan uap air dengan temperature diatas 100oC pada kondisi atmosfer, maka tekanan

digunakan untuk mencapai temperature yang lebih tinggi. Tekanan uap air yang lazim,

temperature yang dapat dicapai dengan tekanan tersebut, dan penetapan waktu yang dibutuhkan

untuk sterilisasi sesudah system mencapai temperature yang ditentukan, adalah sebagai berikut

Tekanan 10 pound (115,5oC), untuk 30 menit

Tekanan 15 pound (121,5oC), untuk 20 menit

Tekanan 20 pound (126,5oC), untuk 15 menit.

Dapat dilihat, makin besar tekanan yang dipergunakan makin tinggi temperature yang dicapai

dan makin pendek waktu yang dibutuhkan untuk sterilisasi.


b. Panas kering

Panas kering, zat-zat yang tahan peruraian pada temperature diatas kira-kira 140oC (284oF) bisa

dibuat sterl dengan cara pemanasan kering. Pemaparan selama 2 jam pada temperature 180oC

atau 45 menit dalam 260oC biasa dapat diharapkan membunuh spora dan bentuk vegetative dari

semua mikroorganisme (lachman, 1994). Sterilisasi panas kering umumnya digunakan senyawa-

senyawa yang tidak efektif disterilkan dengan uap air panas. Senyawa-senyawa tersebut meliputi

minyak lemak, gliserin, berbagai produk minyak tanah seperti petrolatum cair (minyak mineral),

paraffin, dan berbagai serbuk yang stabil oleh pemanasan seperti ZnO. (Ansel, )

c. Sterilisasi dengan penyaringan

Sterilisasi dengan penyaringan tergantung pada penghilngan mikroba secara fisik dengan

absorbs pada media penyaring atau dengan mekanisme penyaringan, digunakan untuk sterilsasi

larutan yang tdiak tahan panas (Ansel, 1985).

Dikembangkannya filter berefisiensi tinggi untuk menyaring udara yang berisikan partikel (High

Efficiency Particulate Air Filter, atau HEPA) telah memungkinkan dialirkannya udara bersih

(bebas debu) ke dalam ruang tertutup. Tipe filtrasi udara semacam ini bersama dengan sistem

aliran udara laminar (Laminar Air Flow) kini banyak digunakan untuk menyediakan udara yang

bebas dari debu dan bakteri. Filter udara digunakan dalam ruang transfer mikrobiologis untuk

mencegah timbulnya kontaminasi pada area-area isolasi untuk mencegah penyebaran infeksi,

dan di dalam ruangan-ruangan yang digunakan untuk merakit peralatan elektronik miniatur

karena kontaminasi oleh partikel-partikel bahkan sekecil apapun bakteri dapat merusak daya

guna komponen peralatan tersebut (Pelzcar, 1988).

d. Sterilisasi Gas

Beberapa senyawa yang tdiak tahan panas dan uap dapat disterilkan dengan memaparkan

gas etilen oksida atau propilen oksida bila dibandingkan dengan cara-cara lain(Ansel,1985).

Sterilisasi gas berjalan lambat waktu sterilisasi tergantung pada keberadaan kontaminasi

kelembaban, temperatur dan konsentrasi etilen oksida. Konsentrasi minimum etilen oksida dalam
450 mg/L, 271 Psi, konsentrasi ini 85°C dan 50% kelembaban relativ dibutuhkan 4-5 jam

pemaparan. Di bawah kondisi sama 1000 mg/L membutuhkan sterilisasi 2-3 jam. Dalam partikel

6 jam pemaparan etilen oksida digunakan untuk menyiapkan tepi yang aman dan

memperbolehkan waktu untuk penetrasi gas ke dalam bahan sterilisasi. Sisa gas dihilangkan

dengan terminal vakum dilanjutkan oleh pembersihan udara yang difiltrasi. Cara ini digunakan

untuk mensterilkan obat serbuk seperti penisilin, juga telah digunakan untuk sterilisasi benang,

plastik tube. Penggunaan etilen oksida untuk sterilisasi akhir peralatan parenteral tertentu seperti

kertas karf dan lapisan tipis polietilen. Semprot aerosol etilen oksida telah digunakan untuk

mensterilkan daerah sempit dimana dilakukan teknik aseptis (Parrot, 1974)

e. Sterilisasi dengan radiasi pengionan (Ansel, 1985)

Tekhnik-tekhnik yang disediakan untuk sterilisasi beberapa jenis sediaan farmasi dengan

sinar gama dan sinar – sinar katoda, tetapi menggunakan tekhnik-tekhnik ini terbatas karena

memerlukan peralatan yang sangat khusus dan pengaruh radiasi pada produk dan wadah.

Ruang steril merupakan suatu keadaan ruang yang bebas dari semua bentuk kehidupan

mikroba yang patogen maupun yang non-patogen termasuk sporanya. Ruang steril sangat

penting dalam bidang kesehatan. Seperti pada ruang steril antara lain ruang bedah, ruang

pascaoperasi termasuk dalam bidang industri farmasi, yang terkhusus pada sediaan steril

contohnya injeksi. Ruang-ruang tersebut dibutuhkan pengujian sterilisasi yang baku

(Hadioetomo, 1990).
V. METODE KERJA
1. Pembuatan medium

a. Medium NA

Ditimbang NA sebanyak 5,75 gram, masukkan kedalam Erlenmeyer, tambahkan aquadest

sedikit demi sedikit hingga 250 ml, aduk hingga homogen, diberi etiket, bungkus dengan kertas

putih, Kemudian panaskan dan sterilkan di autoklafl selama 15-20 menit hingga bunyi, lalu

simpan dalam kulkas.

b. Medium PDA

Ditimbang PDA sebanyak 9,75 gram, masukkan kedalam Erlenmeyer, tambahkan

aquadest sedikit demi sedikit hingga 250 ml, aduk hingga homogen, diberi etiket, bungkus dengan

kertas putih, Kemudian panaskan dan sterilkan diautoklafl selama 15-20 menit hingga bunyi, lalu

simpan dalam kulkas.

1. Uji Sterilitas Ruangan

Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan, dipanaskan medium NA dan PDA

yang telah dibuat sampai mencair, kemudian dipipet medium NA dan PDA sebanyak 10 ml pada

masing-masing 2 cawan petri, dinginkan dan biarkan memadat. Semprotkan LAF, lampu UV dan

enkas dengan larutan alkohol 70%, dibiarkan sekama 15 menit, setelah itu dimasukkan cawan

petri dengan dibuka 1/3 bagian yang telah berisi medium NA dan medium PDA pada masing-

masing ruangan, diamkan selama 15 menit. Lalu ditutup kembali cawan petri dan diinkubasi 1 x
24 jam untuk bakteri 3 x 24 jam untuk jamur. Diamati dan dihitung jumlah koloni, serta masukkan

kedalam tabel pengamatan.


VI. HASIL PENGAMATAN

A. Foto Pengamatan

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI

FAKULTA FARMASI

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

Medium NA pada LAF

Koloni bakteri

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERITAS MUSLIM INDONESIA


Medium NA padaLABORATORIUM
UV MIKROBIOLOGI
FAKULTAS FARMASI

UNIVERITAS MUSLIM INDONESIA

Koloni

Bakteri Medium NA pada Enkas

Koloni Bakteri
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

Medium PDA pada UV

Koloni Jamur
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

Medium PDA pada Enkas

Koloni Jamur
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA


Medium PDA pada LAF

Koloni Jamur

B. Tabel Pengamatan

Jumlah koloni

Kelompok Uv Enkas Laf

NA PDA NA PDA NA PDA

I 20 10 24 14 24 4

II 14 18 31 40 32 8

III 39 15 33 7 23 3
IV 21 11 58 40 2 0

V 9 4 22 6 17 3

Jumlah 103 50 168 107 98 18

Rata-Rata 20,6 10 33,6 21,4 19,6 3,6

VII. PEMBAHASAN

Sterilisasi adalah proses yang dirancang untuk menciptakan keadaan steril, secara

tradisional keadaan steril adalah kondisi mutlak yang tercipta sebagai akibat penghancuran dan
penghilangan semua mikroorganisme hidup. Konsep ini menyatakan bahwa steril adalah istilah

yang mempunyai konotatif relative. .

Ruang steril adalah keadaan ruang yang bebas dari semua bentuk kehidupan mikroba
yang patogen maupun non-patogen termasuk sporanya. Sterilitas ruangan sangat penting
dalam dunia kesehatan. Ruang yang steril menjamin kontaminasi yang minimal terhadap
mikroorganisme.
Uji sterilitas ruangan adalah salah satu percobaan dimana dilakukan uji mikroba dalam

suatu ruangan apakah memenuhi syarat atau tidak. Dari hasil uji yang dilakukan maka suatu

ruangan dapat dikelompokkan dalam kelas – kelas tertentu sesuai dengan tingkat kontaminasi

dari ruangan tersebut.

Dalam percobaan ini dilakukan uji sterilisasi ruangan yang meliputi sterilisasi dengan
sinar UV, Laminary Air Flow (LAF) dan Enkas.
Proses pensterilan ruang dilakukan dengan penyemprotan terlebih dahulu pada enkas,
UV dan LAF menggunakan alkohol 70%.
Penggunaan alkohol 70% pada lampu UV, Enkas dan LAF karena agar dapat mematikan

mikroorganisme.

Setelah masing-masing disemprot dengan alkohol 70% kemudian didiamkan selama 15


menit. Ini dimaksudkan dengan tujuan untuk membunuh semua mikroba yang ada pada tempat
itu, karena pada umumnya mikroba akan mati atau berpindah dari tempat yang di uji
sterilitasnya kedalam enkas, lampu UV ataupun LAF dan media sterilitasator lainnya setelah
kurang lebih 15 menit.
Penggunaan medium Nutrien Agar (NA) dan Potato Dextrose Agar (PDA) karena pada
medium-medium ini merupakan medium umum dimana semua bakteri dapat tumbuh. Medium
NA digunakan untuk pertumbuhan bakteri sedangkan Medium PDA digunakan untuk
pertumbuhan jamur.
Kemudian di inkubasi selama 1 x 24 jam pada bakteri di inkubator dan 3 x 24 jam
pada jamur di enkas, hal ini dilakukan karena perkembangbiakan bakteri lebih cepat dari pada
kamir dan pada kondisi terbuka bakteri dan kapang optimal dapat hidup dan berkembang.
Dari hasil pengamatan, diperoleh hasil sterilisasi untuk pertumbuhan jumlah bakteri
rata-rata pada medium NA, yaitu lampu UV 20 koloni, LAF 19 koloni, dan enkas 33 koloni.
Sedangkan untuk medium PDA jumlah jamur pada Enkas 13 koloni, lampu UV terdapat 9
koloni, dan LAF 3 koloni. Hal ini membuktikan bahwa mekanisme kerja dari ruang steril yang
efektif adalah lampu UV.

VIII. KESIMPULAN
Dari hasil percobaan, diperoleh jumlah koloni bakteri dari semua kelompok pada lampu

UV untuk medium NA 103 koloni dan untuk PDA 50 koloni ,LAF untuk medium NA 98 koloni,

PDA 18 koloni, dan enkas untuk medium NA sebanyak 168 koloni dan untuk PDA sebanyak 107

koloni. Jadi, dapat disimpulkan ruangan yang paling banyak terkontaminasi yaitu pada Enkas.

Dan paling sedikit terkontaminasi yaitu pada ruangan LAF.

IX. DAFTAR PUSTAKA

Ansel, Howard C., (1985), “Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi”, UI Press, Jakarta.

Ditjen POM.,1979., “Farmakope Indonesia”., Edisi III., Depkes RI, Jakarta.

Djide, Natsir, dkk, 2008. ”Mikrobiologi Farmasi Terapan”. Fak. MIPA-UH : Makassar.

Eugene L. Parrott. 1974, Pharmaceutical Technolog, Minneapolis : Burgess Publishing Company.


Garrity, George, M. 2004. Taxonomic Outline Of The Prokaryotes Bergey’s Manual Of Systemic
Bacteriology Second Edition. New York..

Hadioetomo, S. R., (1990), “Mikrobiologi Dasar dan Praktek”, PT. Gramedia, Jakarta.

Lachman, L., et all., (1994), “Teori dan Praktek Farmasi Industri III”, Edisi Ketiga, Penerbit UI, Jakarta.

Pelczar, M.J., Chan, E.C.S., (1988), “Dasar-Dasar Mikrobiologi ”, UI-Press, Jakarta

Pratiwi, Sylvia T. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada : Yogyakarta.

You might also like