You are on page 1of 2

Pajak Penghasilan Pasal 26 dikenakan kepada wajib pajak luar negeri (WPLN), dalam PPh Pasal 26 ini

tarif pemotongan atas pembayaran kepada WPLN adalah 20% dengan memperhatikan ada tidaknya
tax treaty. Nilai Tax treaty bermacam ada yang 10%,5%,0%.

Pasal 26
ayat (1) d

Ada Tax Tidak ada


Treaty tax Treaty

1a) Jika pemberian jasa oleh WPLN kurang dari time test (Uji waktu): Tidak ada BUT,maka Indonesia
tidak berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang diterima oleh WPLN.
b)Jika pemberian jasa oleh WPLN melebihi time test. Ada BUT maka Indonesia berhak mengenakan
oajak atas penghasilan yang diterima oleh WPLN bersangkutan
2a) Jika pemberian jasa oleh WPLN kurang dari time test: Tidak ada BUY,Maka Indonesia
mengenakan oajak basis bruto tarif tunggal 20%
b) Jika pemberian jasa oleh WPLN melebihi time test: ada BUT maka Indonesia mengenakan pajak:
Basis neto tarif pasal 17 UU PPh.
 Tarif dan Pengenaan PPh Pasal 26
1) Dikenakan sebesar 20% dari jumlah bruto dan bersifat final atas penghasilan WPLN seperti Bunga
dividen,royalti,sewa,imbalan sehubungan penggunaan harta (PMK No 257/PMK.03.2008)
2) Dikenakan sebesar 20% dari perkiraan penghasilan neto dan bersifat final atas penghasilan WPLN
Seperti Penghasilan dari penjualan harta di Indonesia (20%x25%xharga jual) dan premi asuransi yang
dibayarkan ke luar negeri
Metode Gross UP

Penggunaan Metode Gross UP Pajak penghasilan PPh Pasal 21 dan PPh pasal 26 yang
ditanggung oleh pemberi penghailan/pemberi kerja. Sebagaimana dimaksud ditanggung oleh
pemberi penghasilan dengan perlakuan perpajakan.

> Dalam hal PPh Pasal 21 ditanggung oleh pemberi penghasilan atau pemberi kerja sesuai
dengan ketentuan perpajakan diperlakukan seperti kenikmatan/natura.
> Pajak Penghasilan yang terutang atas penghasilan sebagaimana dimaksud dalam pasal 26
ayat 1 kecuali dividen yang ditanggung oleh pemberi penghasilan dapat dibebankan sebagai
biaya sepanjang pajak tersebut ditambhkan gross –up pada penghasilan yang dipakai
pemotongan pajak PPh pasal 26

Analisis Ekalisasi Objek Pajak PPh Pasal 26 pada SPT Tahunan PPh Badan dengan SPT Masa PPh
Pasal 26
Pengenaan kurang bayar atas pemotongan PPh Pasal 26 yang ditemukan oleh pemeriksa(fiskus) yang
menyebabkan terbitnya SKP Kurang Bayar dari hasil pemeriksaan terbut karena
1) Ditemukannya biaya-biaya yang menjadi objek PPh Pasal 26 yang belum dilakukan pemotongan
oleh WP pemberi kerja
2) Jumlah PPh Pasal 26 yang disetorkan ke Kas Negara tidak cocok/lebih rendah dari jumlah yang
dipotong oleh WP
3) Jumlah PPh Pasal 26 yang dibukukan di buku besar tidak cocok dengan SPT PPh Masa PPh Pasal
26.

You might also like