You are on page 1of 5

Etiologi

Kuman penyebab utama OMA ialah bakteri piogenik, seperti Streptococcus


hemoliticus, Staphylococcus aureus, Pneumococcus.Selain itu, kadang-kadang ditemukan juga
Hemophylus influenza, Escherichia coli dan Pseudomonas aurugenosa(Soepardi,
2007).Sejauh ini Streptococcus pneumoniae merupakan organisme penyebab tersering pada
semua kelompok umur (Boies, 1997).Hemophlus influenza sering ditemukan pada anak yang
berusia di bawah 5 tahun, meskipun juga merupakan patogen pada orang dewasa (Soepardi,
2007).
Berikut ini adalah faktor risiko yang mempengaruhi otitis media (Donaldson, 2015):
 Prematuritas & Berat Lahir Rendah
 Usia muda
 Riwayat Keluarga
 Abnormalitas Kraniofasial
 Penyakit Neuromuskular
 Alergi
 Status sosioekonomi rendah
 Paparan tembakau & polutan
 Posisi tidur telentang
 Tidak mendapatkan ASI
Selain itu, juga terdapat beberapa faktor predisposisi dari terjadinya otitis media
akut.Apapun yang mengganggu fungsi normal dari tuba eustachius merupakan predisposisi
terjadinya infeksi telinga tengah. Hal-hal tersebut seperti (Dhingra, 2014):
 Serangan ISPA berulang
 Infeksi tonsil dan adenoid
 Rinitis dan sinusitis kronik
 Alergi
 Tumor nasofaring, mengorek hidung
 Palatoschisis

Patofisiologi
Telinga tengah biasanya steril, meskipun terdapat mikroba di nasofaring dan
faring.Secara fisiologik terdapat mekanisme pencegahan masuknya mikroba ke dalam telinga
tengah oleh silia mukosa tuba Eustachius, enzim dan antibodi.Otitis media akut terjadi karena
faktor pertahanan tubuh ini terganggu (Soepardi, 2007).Sebagai pelengkap mekanisme
pertahanan di permukaan, suatu anyaman kapiler subepitel yang penting menyediakan pula
faktor-faktor humoral, leukosit PMN dan sel fagosit lainnya (Boies, 1997).
Sumbatan tuba Eustachius merupakan faktor penyebab utama dari otitis media.Karena
fungsi tuba Eustachius terganggu, pencegahan invasi kuman ke dalam telinga tengah juga
terganggu, sehingga kuman masuk ke dalam telinga tengah dan terjadi peradangan (Soepardi,
2007).
Dikatakan juga bahwa pencetus terjadinya OMA ialah infeksi saluran napas atas.Pada
anak, makin sering anak terserang infeksi saluran napas, makin besar kemungkinan terjadinya
OMA.Pada bayi, terjadinya OMA dipermudah oleh karena tuba Eustachiusnya pendek, lebar
dan letaknya agak horizontal (Soepardi, 2007).
Terdapat beberapa rute infeksi sehingga terjadi otitis media akut, antara lain (Dhingra,
2014):
1. Melalui tuba eustachius.Merupakan rute paling sering. Infeksi berpindah melalui
lumen.
2. Melalui telinga luar. Trauma perforasi pada membran timpani akan membuka jalan
terjadinya infeksi telinga tengah
3. Peredaran darah. Merupakan rute yang sangat jarang
Seringkali infeksi awalnya disebabkan oleh virus, namun reaksi alergi dan kondisi
inflamasi lain yang melibatkan tuba eustachius turut berperan. Inflamasi pada nasofaring
meluas ke tepi medial dari tuba eustachius, menyebabkan stasis dan inflamasi.Hal tersebut
mengakibatkan penurunan tekanan di dalam telinga tengah.Keadaan stasis mendukung
terjadinya kolonisasi bakteri patogen di dalam ruang telinga tengah.Respon yang terjadi berupa
reaksi inflamasi akut seperti vasodilatasi, eksudat, invasi leukosit, fagositosis, dan reaksi
imunologis lokal di dalam telinga tengah (Donaldson, 2015).
Untuk menjadi patogen di daerah seperti telinga atau sinus, bakteri harus melekat pada
lapisan mukosa.Infeksi virus yang menyerang dan merusak permukaan mukosa traktus
respiratorius mengakibatkan bakteri dapat tumbuh patogen di daerah nasofaring, tuba
eustachius, dan ruang telinga tengah (Donaldson, 2015).

Manifestasi Klinis
Gejala klinik OMA bergantung pada stadium penyakit serta umur pasien.Pada anak
yang sudah dapat berbicara keluhan utama adalah rasa nyeri di dalam telinga, keluhan di
samping suhu tubuh yang tinggi.Biasanya terdapat riwayat batuk pilek sebelumnya.
Pada anak yang lebih besar atau pada orang dewasa, selain rasa nyeri terdapat pula
gangguan pendengaran berupa rasa penuh di telinga atau rasa kurang dengar. Pada bayi dan
anak kecil gejala khas OMA ialah suhu tubuh tinggi dapat sampai 39,5 oC (pada stadium
supurasi), anak gelisah dan sukar tidur, tiba-tiba anak menjerit waktu tidur, diare, kejang-
kejang dan kadang-kadang anak memegang telinganya yang sakit. Bila terjadi ruptur membran
timpani, maka sekret mengalir ke liang telinga, suhu tubuh menurun dan anak tertidur tenang
(Soepardi, 2007)
Perubahan mukosa telinga tengah sebagai akibat infeksi dapat dibagi atas 4 stadium:
(1) stadium kataralis, (2) stadium supurasi / bombans, (3) stadium perforasi, (4) stadium
resolusi. Keadaan ini berdasarkan pada gambaran membran timpani yang diamati melalui
meatus akustikus eksternus (MAE) (Harmadji, Soepriyadi, & Wisnubroto, 2005).
1. Stadium Kataralis
Tanda adanya stadium ini adalah adanya retraksi membran timpani akibat terjadinya
tekanan negatif di dalam telinga tengah, akibat absorpsi udara.Kadang-kadang membran
timpani tampak normal atau berwarna keruh pucat dan berlanjut hingga tampak pembuluh
darah yang melebar di membran timpani atau seluruh membran timpani tampak hiperemis serta
edem.Sekret yang terbentuk mungkin masih bersifat eksudat yang serosa sehingga stadium ini
sukar dibedakan dengan otitis media serosa yang disebabkan oleh virus atau alergi (Soepardi,
2007).

Gambar 2.1. Membran timpani stadium kataralis


2. Stadium Supurasi/ Bombans
Edema yang hebat pada telinga tengah dan hancurnya epitel superficial, serta
terbentuknya eksudat yang purulen di kavum timpani, menyebabkan membran timpani
menonjol / bombans (bulging) ke arah telinga luar.Pada keadaan ini pasien tampak sangat sakit,
nadi dan suhu meningkat, serta rasa nyeri di telinga bertambah hebat.
Apabila tekanan nanah di kavum timpani tidak berkurang, maka terjadi iskemia, akibat
tekanan pada kapiler-kapiler, serta timbul tromboflebitis pada vena-vena kecil dan nekrosis
mukosa dan submukosa.Nekrosis ini pada membran timpani terlihat sebagai daerah yang lebih
lembek dan berwarna kekuningan. Di tempat ini akan terjadi ruptur.
Bila tidak dilakukan insisi membran timpani (miringotomi) pada stadium ini, maka
kemungkinan besar membran timpani akan ruptur dan nanah keluar ke MAE. Dengan
melakukan miringotomi, luka insisi akan menutup kembali, sedangkan apabila terjadi ruptur,
maka lubang tempat ruptur (perforasi) tidak mudah menutup kembali (Soepardi, 2007).

Gambar 2.2. Membran timpani stadium supuratif/ bombans


3. Stadium Perforasi
Karena beberapa sebab seperti terlambatnya pemberian antibiotik atau virulensi kuman
yang tinggi, maka dapat terjadi ruptur membran timpani dan nanah keluar mengalir dari telinga
tengah ke MAE.Anak yang tadinya gelisah sekarang menjadi tenang, suhu badan turun dan
anak dapat tertidur nyenyak. Keadaan ini disebut dengan otitis media akut stadium
perforasi(Soepardi, 2007).
Gambar 2.3. Membran timpani stadium perforasi

4. Stadium Resolusi
Bila membran timpani tetap utuh, maka keadaan membran timpani perlahan-lahan akan
normal kembali. Bila sudah terjadi perforasi, maka sekret akan berkurang dan akhirnya kering.
Bila daya tahan tubuh baik atau virulensi kuman rendah, maka resolusi dapat terjadi walaupun
tanpa pengobatan.OMA berubah menjadi OMSK bila perforasi menetap dengan sekret yang
keluar terus menerus atau hilang timbul.OMA dapat menimbulkan gejala sisa (sequele) berupa
otitis media serosa bila sekret menetap di kavum timpani tanpa terjadinya perforasi(Soepardi,
2007).

Daftar pustaka
Donaldson JD. Acute Otitis Media. Medscape reference. 2015

Boies, Adams, Higler. Boies Buku Ajar Penyakit THT Edisi 6. EGC. 1997

Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga
Hidung Tenggorok Kepala & Leher Edisi 6. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2007

Dhingra PL, Dhingra S, Dhingra D. Disease of Ear Nose and Throat & Head and Neck Surgery
6th ed. Haryana: Elsevier. 2014

Harmadji, S., Soepriyadi, & Wisnubroto. (2005). Pedoman Diagnosis dan Terapi Bag/. In R.
d. Soetomo, Pedoman Diagnosis dan Terapi Bag/SMF Ilmu Penyakit Telinga, Hidung,
dan Tenggorokan Edisi ke-3 (pp. 10-13). Surabaya: FK UNAIR

You might also like