You are on page 1of 4

REVIEW JURNAL

Judul: “KAJIAN SUSUT BERAT DAN PENGEMBANGAN MODEL


LAJU RESPIRASI BUAH SAWO (Achras sapota L) DALAM
PENYIMPANAN HIPOBARIK”

Jurnal: Jurnal Teknologi Pertanian


Volume & Hal: Vol 6 no 2, halaman 101- 111
Tahun: 2005
Penulis: Staf Pengajar Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian,
Unibraw.
Reviewer: Adhi Novik Epriyansyah (240110160078)
Dhur Rohma (240110160075)
Faly Annada Zahira Majid (240110160086)
Rifki Kurniawan (24011016087)
Siti Rohmah (240110160068)

Review jurnal mengenai laju respirasi buah sawo pada penyimpanan


hipobarik ini dimulai dengan abstrak, dimana penulis menuturkan dalam abstraknya
ini berisi mengenai kajian susut berat dan pengembangan model laju respirasi buah
sawo (Achras SapotaL) dalam penyimpanan hipobarik memiliki tujuan untuk
mengembangkan model laju respirasi O2 dari Sapote Fruit (Achras sapota L.) yang
disimpan di bawah kondisi hypobaric yang telah ditentukan, diikuti oleh uji validasi
dan analisis sensitivitas dari model yang dikembangkan dalam kaitannya dengan
kualitas kerusakan seperti yang diungkapkan oleh hilangnya berat buah.
Pada bagian pendahuluan, penulis menuturkan mengenai, kondisi optimum
untuk pematangan buah sawo, fase klimakteriknya, penyimpanan hipobarik serta
persamaan-persamaan yang mendukung pembentukan model matematika untuk
perhitungan prediksi yang dapat disandingkan dengan hasil observasi. Seperti yang
dituturkan bahwa sawo memiliki tingkat kematangan optimum sebesar berkisar
antara 200 sampai 275 hari setelah pembentukan buah. Buah sawo membutuhkan
waktu sekitar 8 – 9 hari untuk bisa matang dalam kondisi udara tropis dan umur
simpannya hanya 3 – 4 hari pada suhu kamar dengan RH 85 – 90 %. Sesudah
matang optimal, sawo sangat mudah menjadi “overripe” dan segera memasuki
tahap senesensi. Sawo tergolong buah klimakterik. Awal respirasi klimakterik
dimulai pada fase pematangan, bersamaan dengan pertumbuhan buah mencapai
konstan. Selama proses tersebut, terjadi perubahan khususnya pola respirasi yang
mendadak meningkat mencapai klimaks. Selama periode praklimakterik laju
respirasi rendah, lalu periode klimakterik laju respirasi meningkat cepat sampai
maksimum dan pemasakan buah dimulai, sedangkan periode pasca klimakterik laju
respirasi menurun, proses pemasakan buah sudah terbentuk, proses biosintesis
praktis terhenti, proses dekomposisi menjadi efektif dan buah mulai rusak.

Salah satu alternatif untuk memperpanjang daya simpan buah sawo adalah
dengan penyimpanan hipobarik.Pematangan pada buah diperlambat dengan
penyimpanan hipobarik, karena penurunan tekanan parsial pada oksigen, dan untuk
beberapa buah-buahan juga terjadi penurunan etilen. Penyimpanan hipobarik
mempunyai 4 bagian penting, yaitu : refrigerasi, sistem tekanan hipobarik, ruang
simpan dan sistem kontrol. Keuntungan penyimpanan hipobarik adalah umur
simpan produk dapat lebih panjang, menurunkan O2 secara cepat, dapat menahan
dari pembusukan, secara otomatis dapat mengeliminasi serangga dan dapat
menyimpan produk yang berbeda secara bersamaan.
Untuk bahan yang digunakan pada penelitian pada jurnal tersebut adalah
buah sawo kultivar manila yang diperoleh dari daerah Kalisongo, Malang, serta
Garam KNO3, dan aquades. Sedangkan untuk alat yang digunakan adalah
Refrigerator, vacuum switch dan relay vakum, waterjet vacuum, termokontrol
dengan sensor termokopel, hygrometer, termometer bola basah dan bola kering,
vakummeter, thermometer, toples kaca serta O2 analyzer.
Metode yang digunakan pada penelitian kali ini adalah perancangan alat dan
pengujian. Metode yang digunakan yaitu perancangan alat dan pengujian.
Perancangan alat meliputi ruang pendingin dan ruang penyimpan alat kontrol dan
peralatan pendukungnya. Sedangkan pengujian hasil perancangan dengan
menggunakan komoditas buah sawo yang dilakukan dengan pengamatan jumlah
konsumsi oksigen dengan waktu yang ditentukan. Perlakuan penelitian pada
kondisi hipobarik dengan kombinasi 2 perlakuan suhu (10°C dan 20°C) dan 3
perlakuan tekanan (30, 50 dan 70 kPa) serta perlakuan kontrol dalam tanpa
hipobarik suhu 10 dan 20°C dan kontrol luar suhu 27°C tanpa hipobarik.
Pada hasil dan pembahasan, penulis mengungkapkan bahwa Pada
penyimpanan dengan suhu 10°C dan tekanan 30 kPa didapatkan nilai terendah pada
nilai laju respirasi awal (9,571 mg O2/kg-jam) dan susut bobot (3,57%). Lebih
lengkapnya dijelaskan bahwa Susut berat tertinggi pada perlakuan hipobarik
didapat pada tekanan 70 kPa sebesar 11,25% sedangkan terendah pada tekanan 30
kPa sebesar 3,57%. Susut berat pada perlakuan kontrol dalam suhu 10oC tanpa
hipobarik tertinggi sebesar 14,15%, sedangkan pada perlakuan kontrol luar suhu
27oC sebesar 16,86%. Susut berat pada perlakuan hipobarik pada suhu
penyimpanan 20oC tertinggi dengan tekanan 70 kPa sebesar 7,32% sedangkan
terendah terjadi pada tekanan 30 kPa sebesar 4,79%. Susut berat tertinggi pada
perlakuan kontrol suhu 20oC tanpa hipobarik sebesar 16,14%. Laju respirasi
hipobarik suhu 10oC dan 20oC tekanan 30, 50, dan 70 kPa menurun.
Setelah melalui beberapa pendekatan melalui persamaan model matematika
didapatkanlah model laju respirasi, model matematika inilah yang digunakan dalam
penelitian ini :

Model laju persamaan matematika diatas dilakukan untuk mengetahui laju


respirasi pada sawo secara prediksi. Dilakukan analisa regresi untuk mengetahui
seberapa akurat model matematika yang dirumuskan dengan hasil observasi yang
dilakukan. Hasil regresi menunjukan angka 0,95 yakni sangat dekan dengan 1,
maka dari itu model matematika tersebut dapat menjelaskan perubahan tekanan dan
suhu pada penyimpanan hipobarik. Namun Model laju respirasi buah sawo ini
hanya berlaku pada suhu ruang penyimpanan 10°C - 20°C dan tekanan 30 kPa – 70
kPa.

Hal-hal yang dapat disimpulkan dari hasil observasi penelitian pada jurnal
ini bahwa penurunan berat dapat ditekan lebih rendah dibandingkan kontrol luar
dan kontrol dalam. Penyebab utama kerusakan buah dan sayuran selama
penyimpanan adalah kehilangan air. Jumlah air yang hilang tergantung dari suhu
dan kelembaban relatif udara ruang penyimpanan. Semakin tinggi suhu dan
semakin rendah kelembaban relatif udara makin besar penyusutan beratnya.
Semakin rendah tekanan hipobarik dan suhu penyimpanan maka persentase susut
berat semakin kecil. Pemberian larutan garam KNO3 jenuh untuk mengecilkan
perbedaan tekanan uap antara sawo dan ruang penyimpanan agar transpirasi sawo
rendah. Penyimpanan pada konsentrasi O2 rendah akan menurunkan laju respirasi
dan transpirasi, menghambat reaksi enzimatis, menekan laju pertumbuhan
mikroorganisme, memperlambat kemunduran mutu produk sehingga umur
simpannya semakin lama dan kesegaran buah dapat dipertahankan, dan untuk buah
klimakterik akan terjadi penundaan kenaikan klimakterik. Sedangkan untuk
peningkatan suhu itu sendiri akan meningkatkan laju respirasi karena respirasi
merupakan kegiatan metabolisme yang melibatkan sejumlah reaksi enzimatis dan
sangat dipengaruhi oleh suhu. Pada tiap perlakuan, respirasi cenderung menurun
hingga akhir perlakuan. Hal ini diduga karena buah sawo belum mencapai puncak
klimakterik karena belum terjadi pematangan. Peningkatan klimakterik dalam
respirasi mencerminkan peningkatan aktivitas metabolik yang berlangsung pada
transisi dari fase pertumbuhan buah sampai fase senesensi. Saat itu bertepatan
dengan peningkatan laju produksi etilen dan perubahan yang berkaitan dengan
pematangan seperti perubahan warna, cita rasa, dan tekstur.
Pada bagian kesimpulan ini penulis cukup baik dalam menjelaskan
perbandingan pengaruh tekanan suhu pada proses hipobarik dalam penyimpanan
sawo ini, namun penulis kurang lengkap dalam menyimpulkan hasil dari perbedaan
perhitungan melalui prediksi dengan menggunakan model matematika dengan hasil
observasi yang didapat.
Kelebihan jurnal penelitian ini teori dan model analisis yang digunakan
tepat serta bahasa yang digunakan oleh penulis mudah dipahami maksud dan
tujuannya oleh pembaca. Adapun kekurangannya masih ada beberapa penjelasan
yang kurang mendetail dan perumusan model matematika yang cukup sulit
dipahami, serta info grafik yang terlalu padat sehingga kesulitan untuk dibaca.

You might also like