You are on page 1of 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Angka Kematian bayi di Indonesia masih tinggi dibandingkan dengan

negara berkembang lainnya. Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah

kematian bayi dalam usia 28 hari pertama kehidupan per 1000 kelahiran hidup.

Angka ini merupakan salah satu indikator derajat kesehatan bangsa. Tingginya

angka Kematian bayi ini dapat menjadi petunjuk bahwa pelayanan maternal dan

noenatal kurang baik, untuk itu dibutuhkan upaya untuk menurunkan angka

kematian bayi tersebut (Saragih, 2011)

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization

(WHO) pada tahun 2012 Menjelaskan bahwa Angka Kematian Bayi (AKB) di

Indonesia masih tinggi di bandingkan dengan negara ASEAN lainnya. Angka

Kematian Bayi (AKB) menurut World Health Organization (WHO) ialah sebesar

35 per 1.000 kelahiran hidup untuk tahun 2012. (WHO, 2012). Data yang didapat

dari lembaga Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012,

angka kematian bayi di Indonesia mencapai 32 bayi per 1.000 kelahiran hidup

(SDKI, 2012)

Target yang direncanakan oleh Millenium Development Goals (MDGs) pada

tahun 2015, ingin menurunkan angka kematian bayi (AKB) menjadi 23 per 1.000

1
2

kelahiran hidup. Tetapi diprediksikan tidak dapat tercapai tanpa usaha dan upaya

yang besar (Gizikia depkes, 2013).

AKI di Kota Cirebon tahun 2011 memiliki angka yaitu 126,53 / 100.000

kelahiran hidup, dibandingkan kota lainnya kota indramayu yaitu 79,3 / 100.000

kelahiran hidup, angka kematian bayi 20/ 1000 sedikit diatas angka Nasional

angka kematian ibu mencapai 226 / 100.000 kelahiran hidup, angka kematian bayi

24 / 1000, jadi dari data diatas AKI dikota Cirebon lebih tinggi dari kota

Indramayu (suara pembaharuan, 2011).

Angka Kejadian Hiperbilirubin pada bayi di RST Ciremai Cirebon pada

tahun 2016 sebanyak 32 dari 388 bayi (0,082%), pada tahun 2015 sebanyak 29

bayi dari 364 bayi (7,96%), sedangkan target penurunan angka kejadian

hiperbilirubin di RST Ciremai Cirebon pada tahun 2016 adalah 5 per 100

kelahiran bayi hidup (Perinatologi RS Ciremai, 2016)

Secara umum penyebab utama kematian neonatal pada minggu pertama

adalah gangguan pernafasan (35,9 %), prematuritas dan berat badan lahir rendah

(BBLR) 32,45%, sepsis (12%), hipotermi (6,3%), kelainan darah/hiperbilirubin

(5,6%), post matur (2,8%) dan kelainan kongenital (Sulani, 2009)

Kelainan darah/hiperbilirubin memiliki presentase yang kecil (5,6%)

sebagai penyebab kematian neonatal, namun mempunyai komplikasi yang dapat

mengakibatkan kecacatan. Hiperbilirubin adalah akumulasi bilirubin dalam darah

yang berlebihan, ditandai dengan adanta jaundice atau ikhterus, perubahan warna

kekuningan pada kulit, sklera dan kuku (Hockenberry & Wilson, 2009)

Bilirubin merupakan produk utama pemecahan sel darah merah oleh sistem

retikuloendotelial. Peningkatan kadar bilirubin merupakan salah satu masalah


3

tersering pada bayi baru lahir dan pada umumnya merupakan suatu keadaan

transisi normal atau fisiologis yang lazim terjadi pada 60-70% bayi aterm dan

pada hampir semua bayi preterm. Pada kebanyakan kasus, kadar bilirubin yang

menyebabkan ikterus tidak berbahaya dan tidak memerlukan pengobatan, namun

demikian pada beberapa kasus hiperbilirubinemia tersebut dapat berhubungan

dengan beberapa penyakit, seperti : penyakit hemolitik, kelainan metabolik dan

endokrin, kelainan hati, infeksi (Satrio Wibowo, 2010)

Berdasarkan hasil penelitian Novi, dkk (2009) diperoleh bahwa kejadian

Hiperbillirubin pada bayi baru lahir di RST Dustira Tingkat II Cimahi pada tahun

2009 masih relatif tinggi (34,8%) dengan sebagian besar usia kehamilan kurang

bulan (77,2%), dan jenis persalinan normal (70,7%). (Novi, dkk 2009)

Berdasarkan Hasil Penelitian (Darishini, 2012) Di Rsup H.Adam Malik

Pada Tahun 2011 Menunjukkan Terdapat 43 Orang Bayi Baru Lahir Yang

Menderita Hiperbilirubinemia. Dari Jumlah Ini, Karakteristik Demografi

Tertinggi: Laki-Laki 51,2%, Berat Badan Lahir Rendah 48,8%, Usia Gestasi

Prematur 69,8% Dan Cara Partus Pada Ibu Spontan 62,8% (Darishini, 2012)

Berdasarkan data diatas kejadian hiperbilirubin di RST Ciremai Cirebon

terjadi Kenaikan secara bertahap dari tahun kehatahun, belum mencapai target

yang diharapkan, saya tertarik untuk mengambil judul Faktor-Faktor Yang

Berhubungan Dengan Kejadian Hiperbilirubin Pada Bayi Di RST Ciremai

Cirebon Tahun 2016.


4

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas penulis mengetahui bahwa masih belum

tercapainya target penurunan angka kejadian hiperbilirubin di RST Ciremai

Cirebon dengan angka kejadian hiperbilirubin pada tahun 2016 sebanyak 32 dari

388 bayi (0,082%) kelahiran bayi sedangkan target penuruan angka kejadian

hiperbilirubin pada tahun 2015 adalah 5 per 100 kelahiran hidup, maka yang

menjadi rumusan masalah adalah Faktor-Faktor apa saja yang berhubungan

dengan kejadian hiperbilirubin pada bayi di RST Ciremai Cirebon pada tahun

2016.

C. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana Gambaran karakteristik antara faktor-faktor yang berhubungan

dengan kejadian hiperbilirubin pada bayi di RST Ciremai Cirebon Tahun

2016?

2. Apakah ada hubungan antara faktor-faktor yang berhubungan dengan

kejadian hiperbilirubin pada bayi di RST Ciremai Cirebon Tahun 2016?

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian

hiperbilirubin pada bayi di RST Ciremai Cirebon Tahun 2016.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui adanya hubungan masa gestasi dengan kejadian

hiperbilirubin pada bayi RST Ciremai Cirebon.

b. Untuk mengetahui adanya hubungan berat badan lahir dengan kejadian

hiperbilirubin pada bayi di RST Ciremai Cirebon.


5

c. Untuk mengetahui adanya hubungan jenis persalinan dengan kejadian

hiperbilirubin pada bayi RST Ciremai Cirebon.

d. Untuk mengetahui adanya hubungan golongan darah ibu dengan kejadian

hiperbilirubin pada bayi RST Ciremai Cirebon.

e. Untuk mengetahui adanya hubungan jenis kelamin bayi dengan kejadian

hiperbilirubin pada bayi RST Ciremai Cirebon.

E. Manfaat Penelitian

1. Institusi pelayanan kesehatan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi rumah

sakit, petugas kesehatan yang bertugas di RST Ciremai Cirebon serta dapat

bermanfaat untuk mengetahui faktor yang paling berhubungan dengan

kejadian hiperbilirubin, sehingga dapat lebih fokus pada pencegahan yang

disebabkan oleh faktor tersebut dn dapat meningkatkan mutu pelayanan

kesehatan khususnya yang terkait dengan pelayanan kesehatanpada bayi

sehingga mengurangi angka kematian bayi karena hiperbilirubin.

2. Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi terbaru, serta

wacana informasi mengenai Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian

hiperbilirubin pada bayidi RST Ciremai Cirebon tahun 2016.

3. Bagi Peneliti

Dengan adanya penelitian ini peneliti dapat menambah pengetahuan

terbaru, mengkaji lebih dalam mengenai faktor-faktor yang diteliti dan

melatih kemampuan berfikir yang kritis dalam menganalisa.


6

F. Ruang Lingkup

Penelitian ini dilakukan pada bayi dengan hiperbilirubin di RST Ciremai

Cirebon, dimana data diambil secara sekunder dari rekam medic RS Ciremai

Cirebon yang terdiri dari variabel dependen dan independen. Variabel dependen

yaitu : Hiperbilirubin dan variabel independennya yaitu masa gestas, berat badan

lahir, jenis kelamin, jenis persalinan, dan golongan darah, dengan populasi

sebanyak 32 bayi hiperbilirubin yang diambil pada tahunan rekam medik 2016 di

RST Ciremai Cirebon Pada tanggal 13 Maret sampai dengan 22 April 2017.

Metode penilitian yang digunakan adalah analisis univariat untuk mengetahui

gambaran karakteristik kejadian hiperbilirubin pada bayi di RST Ciremai Cirebon

Tahun 2016 dan analisis bivariate untuk mengetahui hubungan antara faktor-

faktor yang berhubungan dengan kejadian hiperbilirubin pada bayi di RST

Ciremai Cirebon Tahun 2016.

You might also like