You are on page 1of 4

BAB IV

PEMBAHASAN

Dilaporkan sebuah kasus Ny.S umur 39 tahun masuk rumah sakit pada

tanggal 17 Agustus2018ke IGD RSUD Ulin Banjarmasin. Diagnosis ditegakkan

berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan penunjang. Pasien kemudian

diterapi berdasarkan penyakit yang mendasari. Pasien dirawat di ruang Tulip 2

ruang perawatan Jantung sejak tanggal 17Agustus 2018sampai dengan sekarang.

Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, Pasien mengeluhkan sesak

nafas. Pasien datang kerumah sakit dengan keluhan sesak dan nyeri dada sejak 15

hari SMRS. Pasien juga mengeluhkan kaki kanan bengkak. Pasien dahulu pernah

batuk dan sesak sejak smp. Pada malam hari keluhan akan semakin memberat.

Pasien juga pernah mimisan selama 3 hari dan tak kunjung sembuh. Pasien

mengeluhkan riwayat maag sudah lama dan pasien juga pernah mengeluhkan ada

pembengkakan di leher kiri setelah melahirkan anak pertama

Dari hasil pemeriksaan fisik diperoleh adanya TD 100/60, nadi 138x/m,

pernafasan 30x/menit dan suhu 37,3oC,terdapat murmu, edem di ekstremitas atas

dan bawah, serta batas jantung saat perkusi yang membesar.

Stenosis mitral merupakan suatu keadaan di mana terjadi gangguan aliran

darah dari atrium kiri melalui katup mitral oleh karena obstruksi pada katup

mitral. Kelainan struktur mitral ini menyebabkan gangguan pembukaan sehingga

timbul gangguan pengisian ventrikel kiri pada saat diastole.1,2,3

52
Gejala mitral stenosis dapat berupa nafas yang sulit, hemoptisis, dada

nyeri, palpitasi dan embolic dan gejala lainnya berupa kompresi saraf laringeal

rekuren kiri oleh atrium kiri sangat melebar, pembesaran kelenjar getah bening

trakeo bronkial, dan arteri pulmonalis membesar dapat menyebabkan suara serak

(Ortner sindrom). Kebanyakan penderita mitral stenosis bebas keluhan dan

biasanya keluhan utama berupa sesak napas dan dapat juga berupa fatigue. Pada

stenosis mitral yang bermakna dapat mengalami sesak pada aktifitas sehari-hari,

paroksismal nokturnal dispnea, ortopnea atau oedema paru.8,9,10

Aritmia atrial berupa fibrilasi atrium juga merupakan kejadian yang sering

terjadi pada stenosis mitral, yaitu 30-40%. Sering terjadi pada usia yang lebih

lanjut atau distensi atrium yang akan merubah sifat elektrofisiologi dari atrium

kiri, dan hal ini tidak berhubungan dengan derajat stenosis.8

Sesak nafas seperti di kasus merupakan penyebab dari komplikasi penyakit

mitral stenosis ini dapat berupa edema paru ataupun penyakit jantung kongestif

yang dikonfirmasi melalui pemeriksaan penunjang berupa gambaran foto thorax

cardiomegali.

Untuk lebih memastikan diagnosis, dilakukan pemeriksaan penunjang yaitu

dengan pemeriksaan laboratorium, EKG, Ekokardiografi dan fotoradiologi. Pada

pemeriksaan laboratorium didapatkan adanya penurunan kadar CKMB yang

meningkat yaitu 26 disertai juga dengan peningkatan SGOT 488 dan SGPT

334.Adanya peningkatan kadar ureum74 dan creatinin 1,92. Hasil ini

menggambarkan adanya gambaran gangguan pada organ jantung serta

komplikasinya.Selainitu pada pemeriksaan radiologi, foto thorax didapatkan

53
gambaran cardiomegali, pada EKG didapatkan Atrial Fibrilasi serta

Ekokardiografi dengan kesan Severe Mitral Stenosis.

Dari data – data tersebut dapat kita simpulkan bahwa diagnosis pasien

tersebut adalah Atrial Fibrilasi et causa Mitral Stenosis. Tatalaksana pada pasien

MS dengan manajemen pengobatan diarahkan berikut: (1) pencegahan demam

rematik berulang, (2) pencegahan dan pengobatan komplikasi MS, dan (3)

perkembangan pemantauan penyakit untuk memungkinkan intervensi pada titik

waktu yang optimal. Profilaksis untuk endokarditis infektif tidak lagi dianjurkan.

Anemia dan infeksi harus segera diobati dan agresif pada pasien dengan penyakit

jantung katup. Namun, kultur darah harus selalu dipertimbangkan sebelum

memulai terapi antibiotik pada pasien dengan penyakit katup karena penyajian

endokarditi ssering keliru untuk infeksi noncardiac.13,14

Dengan demikian maka pada kasus pasien diberikan Diuretik berupa

furosemide untuk mengurangi tekanan vena paru, termasuk sedasi, asumsi dari

posisi tegak, dan diuresis agresif., pasien juga diberikan Digoxin dimana glikosida

digitalis tidak mengubah hemodinamik dan biasanya tidak bermanfaat bagi pasien

dengan MS dan ritme sinus, tetapi obat ini dinilai dalam memperlambat

lajuventrikel pada pasien dengan AF dan dalam merawat pasien dengan sisi kanan

gagal jantung.9,10 Pasien juga diberikan diberikan clopidogrel yang bertujuan

untuk mencegah adanya pembentukan trombosit (emboli jantung). Untuk keadaan

profilaksis pasien diberikan antibiotik ceftriaxon untuk mencegah kembalinya

penyakit jantung rematik. Pasien diberikan spironolakton untuk menggantikan

furosemide dimana spironolakton adalah obat diuretik hemat kalium dimana

54
untuk penyakit Atrial fibrilasi amannya diberikan diuretik hemat kalium. Pada

hari ke 6 perawatan pasien merasakan nyeri lutut sendi sehingga pada saat itu

pasien diberikan obat ketorolac. Terakhir pasien diberikan obat warfarin atau

simarc untuk mencegah terjadinya penggumpalan darah.

Sampai saat ini keluhan pasien membaik setelah diberikan

tatalaksananamun pasien sampai saat ini masih dirawat di ruangan jantung tulip lt

2 sambil menunggu perbaikan sehingga diperbolehkan untuk pulang.

55

You might also like