You are on page 1of 4

MERESUME MATERI KELOMPOK 3 TENTANG MANAJEMEN ASN

Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai ASN yang
profesional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari
praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Pada pasal 51 undang undang no 5 tahun 2014 tentang aparatur sipil negara dijelaskan
tentang manajemen ASN yang diselenggarakan berdasarkan Sistem Merit. Sedangkan, pada
pasal 52 dijelaskan bahwa manajemen ASN itu meliputi Manajemen PNS dan Manajemen
PPPK.
Dalam menetapkan pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian pejabat dapat
dilakukan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian dan Pejabat yang Berwenang. Seperti halnya
pada pasal 53 dimana dijelaskan bahwa sebagai pejabat pembina kepegawaian, Presiden
selaku pemegang kekuasaan tertinggi pembinaan ASN dapat mendelegasikan
kewenangannya dalam rangka menetapkan pengangkatan sampai pemberhentian pejabat
selain pejabat pimpinan tinggi utama dan madya, dan pejabat fungsional keahlian utama
kepada:
a. menteri di kementerian;
b. pimpinan lembaga di lembaga pemerintah nonkementerian;
c. sekretaris jenderal di sekretariat lembaga negara dan lembaga nonstruktural;
d. gubernur di provinsi; dan
e. bupati/walikota di kabupaten/kota.
Selanjutnya, pada pasal 54 dijelaskan bahwa dalam rangka pembinaan Manajemen
ASN, Presiden dapat mendelegasikan kewenangannya kepada Pejabat yang Berwenang di
kementerian, sekretaris jenderal/sekretariat lembaga negara, sekretariat lembaga
nonstruktural, sekretaris daerah provinsi dan kabupaten/kota. Dalam menjalankan fungsi
manajemen ASN, maka pejabat yang berwenang harus berkonsultasi dan memberikan
rekomendasi usulan kepada Pejabat Pembina Kepegawaian di instansi masing-masing,
dimana yang diusulkannya yaitu mengenai pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian
Pejabat Administrasi dan Pejabat Fungsional serta menjalankan fungsi Manajemen ASN di
Instansi Pemerintah berdasarkan Sistem Merit.
Pada pasal 55 disebutkan bahwa manajemen PNS itu terdiri dari:
a. Penyusunan dan penetapan kebutuhan.
b. Pengadaan.
c. Pangkat dan jabatan
d. Pengembangan karier.
e. Pola karier.
f. Promosi.
g. Mutasi.
h. Penilaian kinerja.
i. Penggajian dan tunjangan.
j. Penghargaan.
k. Disiplin.
l. Pemberhentian.
m. Jaminan pensiun dan jaminan hari tua.
n. Perlindungan

 Selanjutnya, pada pasal 93 manajemen PPPK itu meliputi:


a. Penetapan kebutuhan
b. Pengadaan
c. Penilaian kinerja
d. Penggajian dan tunjangan
e. Pengembangan kompetensi
f. Pemberian penghargaan
g. Disiplin
h. Pemutusan hubungan perjanjian kerja
i. Perlindungan

Adapun pertanyaan yang diajukan pada kelompok lain yakni:


1. Kementrian siapa yang dimaksudkan? Bahwa terkait dengan pembinaan ASN dalam
materi manajemen ASN yang saudara sebutkan tadi!
Jawaban:
Menurut saya, kementrian yang dimaksudkan yakni jelas tercantum dalam pasal 1 ayat 18
undang undang no 5 tahun 2014 tentang aparatur sipil negara yg menyatakan:
“Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
pendayagunaan aparatur negara.”
2. Apakah di undang-undang ASN memberikan ruang bagi bawahan untuk mengkritisi
kebijakan atasan?
Jawaban:
Menurut saya, tidak ada aturan khusus dalam UU ASN yang memberikan ruang bagi
ASN untuk mengkritik kebijakan yang ditetapkan oleh pimpinannya.
Yang diatur dalam UU ASN terkait kebijakan antara lain:
1) ASN sebagai profesi berlandaskan pada prinsip nilai dasar. Nilai dasar tersebut salah
satunya adalah memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program
pemerintah.
2) Pegawai ASN melaksanakan kebijakan yang ditetapkan oleh pimpinan Instansi
Pemerintah.
3) Salah satu fungsi Pegawai ASN adalah pelaksana kebijakan publik. Pegawai ASN
bertugas melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina
Kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
4) Pegawai ASN wajib melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah
yang berwenang.
Namun pada dasarnya, setiap orang berhak untuk berserikat dan berkumpul,
mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-
undang sebagaimana termaktub dalam Pasal 28 Undang-Undang Dasar 1945 (“UUD
1945”). Jadi, setidaknya ini dapat dijadikan landasan hak bagi setiap orang (termasuk
ASN) yang ingin berpendapat atau mengkritik kebijakan pimpinannya.
Dilihat dari peraturan perundang-undangan lainnya, setiap PNS itu justru wajib
melaporkan dengan segera kepada atasannya apabila mengetahui ada hal yang dapat
membahayakan atau merugikan negara atau pemerintah terutama di bidang keamanan,
keuangan, dan materiil, apabila pelanggaran berdampak negatif pada unit kerja. Jika
tidak, PNS tersebut dapat dijatuhi hukuman disiplin. Apabila pelanggaran tersebut
berdampak negatif pada instansi yang bersangkutan, maka PNS yang melakukan
pelanggaran dapat dikenakan hukuman disiplin sedang, dan disiplin berat jika berdampak
negatif pada pemerintahan dan/atau negara.
Aturan di atas sekiranya juga bisa dijadikan dasar bagi PNS yang termasuk ASN
ini untuk mengkritik kebijakan pimpinannya yang mungkin membahayakan atau
merugikan negara atau pemerintah terutama di bidang keamanan, keuangan, dan materiil.
Meski di UU ASN pada dasarnya tidak eksplisit memberikan peluang bagi ASN
yang mengkritik atasannya. Namun, dilihat dari segi profesionalisme, tentu ASN boleh
mengkritik kebijakan pimpinannya. Hal ini semata demi perbaikan atas kebijakan yang
diambil pimpinannya.

You might also like