Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Latar Belakang
tanaman pangan legum, setelah kedelai dan kacang hijau. Penggunaan kacang
hijau sangat beragam, dari olahan sederhana hingga produk olahan teknologi
industri. Produk terbesar hasil olahan kacang hijau di pasar berupa taoge
(kecambah), bubur, makanan bayi, industri minuman, kue, bahan campuran soun
dan tepung hunkue. Kacang hijau juga dimanfaatkan sebagai bahan makanan,
kacang hijau juga mempunyai manfaat sebagai tanaman penutup tanah dan pupuk
hijau. Kandungan gizi dalam 100 g kacang hijau meliputi karbohidrat 62,9 g,
protein 22,2 g, lemak 1,2 g juga mengandung Vitamin A 157 U, Vitamin B1 0,64
setelah kedelai dan kacang hijau. Luas panen kacang hijau di Indonesia pada
tahun 2001 mencapai 339.252 ha, dengan produksi 301.404 ton atau produktivitas
Spodoptera litura F., Riptortus linearis, Nezara viridula, Etiela zinchenella dan
organisme pengganggu tanaman (OPT) hingga 2,25 % dari total luas tanam atau
sangat besar, terutama pada tanaman sayuran yang sampai saat ini masih
hama, munculnya hama sekunder, terbunuhnya musuh alami hama dan hewan
botani), mikroba ataupun jamur entomopatogen dimana konsep ini sesuai dengan
Tujuan Praktikum
grayak ( Spodoptera litura L.) pada tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.)
secara terpadu.
Kegunaan Penulisan
Adapun kegunaan penulisan ini adalah sebagai salah satu syarat untuk
Universitas Sumatera Utara, Medan dan sebagai sumber informasi bagi pihak
yang membutuhkan.
3
TINJAUAN PUSTAKA
ketinggian kacang hijau mencapai 30-110 cm, sedangkan umurnya berkisar antara
50-120 hari tergantung pada lama penyinaran dan temperatur udara sekitar
terletak pada tandan ketiak yang tersusun atas 5 – 25 kuntum bunga, panjang
silinder, panjangnya mencapai 15 cm, sering lurus berbulu atau tanpa bulu dan
berwarna hitam atau coklat soga (towny brown) berisi sampai 20 butir biji yang
bundar. Biji berwarna hijau, memiliki warna yang kusam atau berkilap.
berikutnya berseling-seling serta beranak daun tiga, anak daunnya bundar telur
sampai berbentuk delta. Tangkai daunya cukup panjang dan lebih panjang dari
Kacang hijau berakar tunggang dan mempunyai akar lateral yang banyak
serta agak berbulu. Biasanya kacang hijau mempunyai akar dengan cabang-
Syarat Tumbuh
Iklim
Keadaan iklim yang ideal untuk tanaman kacang hijau adalah daerah yang
bersuhu 25°C-27°C dengan kelembaban udara 50%- 80% curah hujan antara 50
Jumlah curah hujan dapat mempengaruhi produksi kacang hijau. Tanaman ini
cocok ditanam pada musim kering (kemarau) yang rata-rata curah hujannya
rendah. Didaerah curah hujan tinggi, pertanaman kacang hijau mengalami banyak
(Jasmani, 2006).
pendek. Kacang hijau adalah tanaman musim hangat dan tumbuh dibawah suhu
(Sumarji, 2013).
(tergenang) tidak baik bagi pertumbuhan tanaman. Apabila air irigasi tidak
tersedia, maka curah hujan 100 – 200 mm /bulan dinilai cukup bagi pertumbuhan
Tanah
berlempung atau tanah lempung yang banyak mengandung bahan organik, seperti
tanah podsolik merah kuning (pmk) dan latosol. Kacang hijau dapat tumbuh pada
ketinggian < 2000 m dpl, dan tumbuh subur pada tanah liat atau liat berpasir yang
500 m dpl. Curah hujan yang rendah cukup di toleransi tanaman ini apalagi pada
tanah yang diairi seperti padi. Tanah yang ideal adalah tanah ber pH5,8 dengan
kandungan fosfor, kalium, kalsium, magnesium, dan belerang yang cukup agar
Tanaman kacang hijau merupakan tanaman satu musim dan dapat tumbuh
di segala macam jenis tanah yang mempunyai drainase baik, akan tetapi kacang
hijau 4 dapat tumbuh lebih baik pada tanah lempung sampai yang mempunyai
bahan organik tinggi. Biasanya jenis tanah yang bagi jagung, padi, kedelai, juga
baik bagi pertumbuhan kacang hijau. Keasaman tanah (pi I) tanah yang ideal bagi
pertumbuhan tanaman kacang hijau adalah sedikit asam (5,8-6,5) pada tanah yang
sangat asam baik karena akan menghambat penyediaan makanan bagi tanaman
(Sumarji, 2013).
6
Biologi Hama
(Halimah, 2010).
Telur berbentuk hampir bulat dengan bagian datar melekat pada daun
seperti beludru yang berasal dari bulu-bulu tubuh bagian ujung ngengat betina.
Larva S. litura F. yang baru keluar memiliki panjang tubuh 2 mm. Ciri
khas larva S. litura F. adalah terdapat 2 buah bintik hitam berbentuk bulan sabit
pada tiap ruas abdomen terutama ruas ke-4 dan ke-10 yang dibatasi oleh garis-
garis lateral dan dorsal berwarna kuning yang membujur sepanjang badan.
Sebelum telur menetas, larva yang baru keluar dari telur tidak segera
dari enam instar dan berlangsung selama 13-17 hari dengan rata-rata 14 hari
(Tobing, 2014).
bentuknya meruncing ke ujung dan tumpul pada bagian kepala. Pada bagian
ventral, abdomen segmen terakhir pupa jantan, dijumpai dua titik yang agak
7
berjauhan. Titik yang ada di sebelah atas adalah calon alat kelamin jantan sedang
titik yang di bawahnya adalah calon anus. Pupa betina mempunyai dua titik yang
Sayap ngengat bagian depan berwarna coklat atau keperakan, dan sayap
belakang berwarna keputihan dengan bercak hitam. Ngengat aktif pada malam
hari dan serangga betina bila meletakkan telur dalam bentuk paket dan satu paket
bisa mencapai 200-300 butir. Seekor betina bisa meletakkan telur mencapai 800-
1000 butir. Dan lama masa hidup imago 5-9 hari. Lama siklus dari hama ini
epidermis bagian atas/transparan dan tinggal tulang-tulang daun saja. Larva instar
lanjut merusak tulang daun dan kadang-kadang menyerang buah. Biasanya larva
8
serangan berat dapat menyebabkan tanaman gundul karena daun dan buah habis
(Supriadi, 2011).
Kerusakan daun yang diakibatkan larva yang masih kecil merusak daun
umumnya terjadi pada musim kemarau. Larva instar lanjut merusak tulang daun
dan buah. Pada serangan berat menyebabkan gundulnya tanaman (Arobi, 2014)
Ngengat meletakkan telur dalam satu paket pada permukaan daun bagian
bawah sejak tanaman baru menghasilkan 4 – 5 daun. Saat keluar dari telur, ulat
hidup bergerombol disekitar paket sampai dengan instar ke-3, dan fase ini ulat
memakan daun dengan gejala transparan. Pada instar ke-4 ulat menyebar ke
Pengendalian
perhatian yang cukup besar. Hal ini antara lain disebabkan oleh kesadaran
hama, resurgensi hama, munculnya hama kedua, terbunuhnya jasad bukan sasaran
bahan aktif insektisida. Insektisida nabati relatif mudah terurai di alam sehingga
tidak mencemari lingkungan dan aman bagi manusia dan ternak, karena residunya
mudah hilang. Bahan aktif insektisida nabati mampu meracuni hama hingga 2- 3
grayak. Virus memiliki sifat yang menguntungkan antara lain: 1. memiliki inang
spesifik dalam genus/famili yang sama, sehingga aman terhadap organisme bukan
(Embriani, 2010).
10
Biologi Predator
Semut api mampu bertelur 240 s/d 700 butir per hari dalam bentuk
akhirnya mati. Telur-telur ini akan didistribusikan keseluruh sarang dalam koloni
oleh semut pekerja dengan menempelkan setiap telur ke dinding sarang. Dengan
Semut api merujuk kepada semut yang bewarna merah dan mampu
mengigit makhluk hidup lain. Tubuh semut api terdiri atas tiga bagian, yaitu
kepala, mesosoma (dada), dan metasoma (perut). Morfologi semut api cukup jelas
pinggang sempit (pedunkel) di antara mesosoma (bagian rongga dada dan daerah
perut) dan metasoma (perut yang kurang abdominal segmen dalam petiole).
Petiole yang dapat dibentuk oleh satu atau dua node (hanya yang kedua, atau yang
kedua dan ketiga abdominal segmen ini bisa terwujud) (Taib, 2013).
terhadap hewan dan manusia. Manfaat segi positif tidak dapat secara langsung
ekonomi kurang bermanfaat langsung bagi manusia, namun bila dilihat secara
ekologi dapat bermanfaat untuk hewan lain dan tumbuhan, karena dalam rantai
11
makanan memiliki peran yang sangat penting. Semut dapat dimanfatkan menjadi
Semut Api yang kecil dengan warna coklat kemerahan dan hijau ini
terkenal dengan gigitannya yang amat menyakitkan. Gigitan yang terasa pedas
menyengat dan gatal. Meskipun semut Api berukuran relatif kecil, namun mampu
membuat lawannya kesakitan. Hal ini karena gigitannya mengandung racun yang
terhadap aktivitas pencarian makan. Semut ini mencari makan saat suhu udara
23- 30ºC, pada saat suhu udara diatas 30ºC aktivitas pencarian makan berkurang.
yaitu antara pukul 09.00 - 10.30 dan 15.00 - 18.00 merupakan waktu yang paling
banyak digunakan semut Api untuk mencari makan, selebihnya waktu digunakan
Pelestarian Predator
Semut api merupakan salah satu jenis musuh alami. Semut ini memiliki
cara hidup yang khas yaitu merajut daun-daun pada pohon untuk membuat sarang.
Semut api menyukai udara yang segar sehingga tidak mungkin ditemukan di
dalam rumah. Hal itu pula yang menyebabkan mengapa mereka tidak membuat
sarang di dalam tanah melainkan pada pohon. Selain perilakunya yang khas dalam
membuat sarang, tubuh semut api lebih besar dan perilakunya lebih agresif
Semut ini efektif pada beberapa ulat diperkebunan kelapa sawit terutama
ulat dengan kematian 83 %. Selain itu, semut Api juga mampu membentuk sarang
sendiri dari beberapa benda tidak tembus cahaya guna mendapatkan intensitas
cahaya yang tepat, dijalin dengan menggunakan bahan benang sutera yang
dikeluarkan dari larva, dicampur feromon dari mulut semut Api dewasa dan
artinya satu koloni mendiami banyak sarang dalam satu tempat atau dalam tempat
dapat menampung ratusan sampai ribuan semut pekerja. Penyebaran koloni semut
Api dari suatu kebun kakao ke kebun kakao lain dapat dilakukan dengan cara
memindahkan sarang semut ini dari kebun yang mempunyai banyak populasi
Semut Api menjadi musuh alami pada sekitar 16 spesies hama. Semut Api
dikenal sebagai predator yang agresif dan aktif memburu mangsa. Mangsa semut
dilapangan menunjukkan bahwa semut ini juga sering ditemui berkumpul dalam
Semut ini memangsa hama baik yang merusak secara langsung maupun yang
menunjukkan bahwa semut api dapat memangsa berbagai hama misalnya kepik
hijau, ulat pemakan daun, ulat pemakan buah dan kutu-kutuan pada coklat,
mete,jeruk. Bahkan semut api mengusir tikus. (Mele dan Cuc, 2004).
Selain itu Api juga dapat memangsa larva PBK yang akan berpupa, Api
dapat mengganggu imago PBK untuk meletakkan telurnya sehingga semut ini
(Yustiani, 2014).
Entomopatogen
mempunyai sel vegetatif berbentuk batang dengan ukuran panjang 3-5 μm dan
lebar 1,0- 1,2 μm serta memiliki flagella. Spora Bt berbentuk oval, letaknya
mengandung asam dipikolinik dan terbentuk dengan cepat pada suhu 35°-37°C.
(parasporal body) bersamaan dengan pembentukan spora, yaitu pada waktu sel
mengandung toksin yang terbentuk di dalam sel 2-3 jam setelah akhir fase
eksponesial dan baru keluar dari sel pada waktu sel mengalami autolisis setelah
tinggi terhadap faktor kimia dan fisika, seperti suhu ekstrim, alkohol, dan
dan mereka mempunyai derajat dormansi unparalel pada bentuk kehidupan yang
lain. Spora tersebut membawa siklus perkembangan dimana sel vegetatif dapat
membentuk spora dan spora kemudian dapat tumbuh berkecambah menjadi sel
Mekanisme Kerja
sasaran, namun daya kerjanya cukup kuat untuk menekan kerugian ekonomi
akibat serangan serangga hama. Untuk menjaga agar lingkungan tetap bersih dan
berbentuk batang, aerobik dan membentuk spora. Banyak strain dari bakteri ini
mempunyai serangga inang yang spesifik, tidak berbahaya bagi musuh alami dan
badan inklusi parasporal sewaktu bersporulasi. Dalam badan inklusi parasporal ini
δ-endotoksin yang berupa protoksin ini dalam saluran pencernaan insekta yang
menjadi toksin aktif. Selain itu, protease mengubah daya ikat reseptor dalam
bersifat toksik terhadap vertebrata serta tanaman dan tidak mengganggu predator
tinggi. Kematian larva sudah mulai terjadi satu hari setelah aplikasi
aplikasi, dimana hampir seluruh larva yang diuji mengalami kematian. Semua
isolat yang diuji memiliki nilai mortalitas antara 60-100% pada pengamatan tujuh
Bahan aktif yang mempunyai aktivitas larvisidal ini adalah δ-endotoksin yaitu
14 dan struktur-struktur sel termasuk spora dan dinding sel pada B. sphaericus
(Bahagiawati, 2012).
Pestisida Nabati
hidup. Yang akan diuraikan disini adalah biopestisida yang terbuat dari tanaman
Biopestisida sekarang mulai banyak diminati oleh petani karena harga pestisida
kimia sangat mahal. Selain itu penyemprotan pestisida kimia yang tidak bijaksana
lingkungan(Wiryawan, 2004).
(Riyanto, 2009).
19
METODE PERCOBAAN
Tempat dan Waktu Percobaan
Adapun percobaan ini dilakukan pada bulan Oktober 2016 sampai dengan
± 25 meter dpl.
Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah tanah sebagai
media tanam yang digunakan, polibag sebagai wadah tanaman untuk tumbuh,
benih kacang hijau sebagai sumber bahan tanam, air untuk disiram ke tanaman,
ulat grayak sebagai hama yang digunakan, bakteri Bacillus thuringiensis sebagai
Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah cangkul yang
tiap tanaman agar hama yang diaplikasikan tidak keluar, hand sprayer sebagai
pestisida nabati dari ampasnya, bak kecambah untuk wadah perkecambahan benih
Prosedur Percobaan
- Di rendam benih dalam air, yang tenggelam digunakan sebagai bahan tanam,
menggunakan cangkul
- Diisi polibag dengan tanah, kemudian diletakkan pada areal lahan percobaan
- Dipindahkan bibit kacang hijau yang siap tanam ke polibag yang ada di lahan
sungkup
- Dimasukkan hama ulat grayak ke dalam tiap sungkup tanaman kacang hijau
prayer
Pengamatan Parameter
Musuh Alami 0% 10% 20% 20% 40% 40% 50% 60% 70% 70% 38%
Pestisida Nabati 0% 0% 10% 10% 10% 30% 30% 40% 50% 50% 23%
Pembahasan
mortalitas hama yang tertinggi yaitu pada perlakuan musuh alami sebanyak 38%
dikarena semut api merupakan merupakan predator bagi kebanyakan hama ulat
berkelompok .Hal ini sesuai dengan literatur Riyanto (2007) yang menyatakan
bahwa, peran semut di alam dapat memberikan pengaruh positif dan negatif
terhadap hewan dan manusia. Manfaat segi positif tidak dapat secara langsung
mortalitas hama yang terendah yaitu pada perlakuan kontrol sebanyak 18%
dikarenakan pada perlakuan kontrol tidak ada diterapkannya PHT sehingga hama
yang ada didalam sedikit yang mati. Hal ini sesuai dengan literatur Termizi (2010)
yang menyatakan bahwa, yang menyatakan bahwa PHT merupakan suatu cara
pendekatan atau cara berpikir tentang pengendalian OPT yang didasarkan pada
serangan paling tinggi yaitu pada perlakuan kontrol sebanyak 39% dikarenakan
hama yang ada didalam tidak ada diberikan tindakan pengendalian sehingga hama
yang ada lebih leluasa memakan daun kacang hijau yang ada. Hal ini sesuai
dengan literatur Sinaga (2015) yang menyatakan bahwa, belum tercapainya target
serangan paling rendah yaitu pada perlakuan predator sebanyak 24% dikarenakan
hama yang diberi predator akan dimangsa oleh predator sehingga intensitas
serangan hama akan berkurang hal ini sesuai dengan literatur Riyanto (2007) yang
menyatakan bahwa, peran semut di alam dapat memberikan pengaruh positif dan
negatif terhadap hewan dan manusia. Manfaat segi positif tidak dapat secara
penyerbukan.
efektif adalah pengendalian dengan musuh alami karena musuh alami dapat
langsung memakan hama yang berada pada tanaman, seperti musuh alami yang
digunakan pada praktikum ini yaitu semut api. Semut api dapat memakan hama
menggunakan semut api pun cukup tinggi hal ini sesuai dengan literatur Riyanto
(2007) yang menyatakan bahwa, peran semut di alam dapat memberikan pengaruh
positif dan negatif terhadap hewan dan manusia. Manfaat segi positif tidak dapat
penyerbukan.
25
KESIMPULAN
1. Rata - rata persentase mortalitas hama yang tertinggi yaitu pada perlakuan
2. Rata - rata persentase mortalitas hama yang terendah yaitu pada perlakuan
5. Perlakuan yang paling efektif adalah pada perlakuan musuh alami dengan
DAFTAR PUSTAKA
Bai, N. S, Sasidharan, T.O., Remadevi, O.K., Dharmarajan, P., Pandian, S.K., and
Balaji, K. 2015. Morphology and RAPD Analysis of Certain Potentially
Entomopathogenic Isolates of Metarhizium anisopliae Metsch.
(Deuteromycotina: Hypocreales). J. Microbiol Biotech. 5(1) : 34-40.
Mele, P. dan N. Cuc. 2004. Semut Sahabat Petani. World Agroforestry Centre
(ICRAF).
Riyanto. 2007. Kepadatan, Pola Distribusi dan Peranan Semut pada Tanaman di
Sekitar Lingkungan Tempat Tinggal. Universitas Sriwijaya, Palembang.
27
Supriadi, D. 2011. Pemanfaatan Kulit Ubi Kayu Dan Daun Tomat Sebagai
Insektisida Nabati Dalam Mengendalikan Ulat Grayak Spodoptera litura L.
(Lepidoptera: Noctuidae) Pada Tanaman Sawi. Universitas Sumatera Utara,
Medan.
Yulia, E. 2013. Pertumbuhan Dan Hasil Kacang Hijau (Vigna radiata L.) Pada
Beberapa Konsentrasi Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit. Fakultas Pertanian
Universitas Tamansiswa, Padang.