Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
1.1. Definisi
1
dari ketahanan pangan (Gambar 1). Ketersediaan, akses, dan
pemanfatan pangan merupakan tiga aspek yang harus dipenuhi secara
utuh. Salah satu aspek tersebut tidak dipenuhi maka suatu negara
belum dapat dikatakan mempunyai ketahanan pangan yang baik.
Indikator untuk masing-masing aspek ditampilkan pada Tabel 1.
Availability
Nutritional
Stability Accessibility
status
Utility
2
• Accessibility: kemudahan semua rumah tangga dan individu dengan
sumberdaya yang dimilikinya untuk memperoleh pangan yang cukup
untuk kebutuhan gizinya yang dapat diperoleh dari produksi pangannya
sendiri, pembelian ataupun melalui bantuan pangan. Akses rumah
tangga dan individu terdiri dari akses ekonomi, fisik dan sosial. Akses
ekonomi tergantung pada pendapatan, kesempatan kerja dan harga.
Akses fisik menyangkut tingkat isolasi daerah (sarana dan prasarana
distribusi), sedangkan akses sosial menyangkut tentang preferensi
pangan.
• Utility: yaitu penggunaan pangan untuk kebutuhan hidup sehat yang
meliputi kebutuhan energi dan gizi, air dan kesehatan lingkungan.
Efektifitas dari penyerapan pangan tergantung pada pengetahuan
rumahtangga/individu, sanitasi dan ketersediaan air, fasilitas dan
layanan kesehatan, serta penyuluhan gizi, dan pemeliharaan balita.
• Stability merupakan dimensi waktu dari ketahanan pangan yang terbagi
dalam kerawanan pangan kronis (chronic food insecurity) dan
kerawanan pangan sementara (transitory food insecurity). Kerawanan
pangan kronis adalah ketidak mampuan untuk memperoleh kebutuhan
pangan setiap saat, sedangkan kerawanan pangan sementara adalah
kerawanan pangan yang terjadi secara sementara yang diakibatkan
karena masalah kekeringan banjir, bencana, maupun konflik sosial.
• Nutritional status adalah outcome ketahanan pangan yang merupakan
cerminan dari kualitas hidup seseorang. Umumnya status gizi ini diukur
dengan angka harapan hidup, tingkat gizi balita, dan kematian bayi.
Buah adalah produk yang fancy, diperlukan dan harus ada meskipun
hanya dalam jumlah sedikit. Buah merupakan sumber nutrisi yang
penting bagi tubuh. Rendahnya konsumsi buah meningkatkan resiko
kekurangan mikro nutrisi.
3
Buah-buahan adalah sumber kalori, vitamin, mineral dan serat.
Vitamin A penting untuk kesehatan mata dan meningkatkan daya tahan
tubuh terhadap infeksi. Vitamin B berperan dalam metabolisme
makanan untuk menghasilkan energi. Vitamin C dan E berperan
sebagai antioksidan yang melindungi konsumen terhadap penyakit
kanker. Vitamin C juga dapat meningkatkan serapan Ca dan besi.
Vitamin K mendukung fungsi otot dan syaraf. Asam folat mengurangi
resiko cacat otak bayi lahir dan menjaga kesehatan jantung. Serat
pada buah (dietary fibre) membantu menghilangkan senyawa
berbahaya melalui usus dan menjaga tingkat kolesterol darah. Buah
juga dipercaya mengandung senyawa “phytochemicals” yang berperan
sebagai perlindungan terhadap serangan virus, bakteri, dan fungi.
4
Gambar 2. Tingkat konsumsi pangan di Indonesia, Malaysia dan
Jepang (FAO, 2005)
Konsumsi
Kebutuhan
No. Negara perkapita Populasi
(ribu ton)
(kg/tahun)
1. Jepang 158 127.500.000 20.145
2. Malaysia 138 23.965.000 3.307
3. Indonesia 35,52 215.000.000 7.636
Sumber : PKBT, 2008.
5
Permintaan buah nasional sebagian besar dipenuhi dari produksi dalam
negeri, dan sebagian lagi harus diimpor. Pisang merupakan buah
dengan produksi nasional tertinggi, diikuti jeruk, mangga, dan nenas
sebagai 4 komoditas produksi tertinggi nasional (Tabel 2).
Sumber : Deptan (2009), data 2008 adalah data BPS (2009); diolah.
3.1. Justifikasi
6
2. Semakin terbatasnya sumber air. Air merupakan sumberdaya yang
utama dalam proses produksi pertanian. Semakin berkurangnya
ketersediaan air untuk pertanian menyebabkan upaya pertanian
menjadi tidak opimal, baik untuk pemanfaatan lahan maupun untuk
pertumbuhan dan produksi tanaman.
3.2. Strategi
a. Pemilihan Komoditas
7
• Penanganan minimal. Sistem produksi pekarangan merupakan
pekerjaan sampingan, sehingga hanya sedikit waktu yang
dicurahkan untuk pemeliharaan komoditas yang dikembangkan.
8
Efisiensi usaha dalam berkelompok dapat diperoleh dalam pembelian
saprodi, peminjaman alat dan mesin pertanian (alsintan), dan
pengolahan hasil. Saprodi dengan jumlah minimal perlu diberikan
kepada tanaman buah. Pembuatan kompos secara berkelompok dapat
juga dilakukan untuk penambahan hara organic. Saat panen raya, hasil
panen dapat diolah menjadi produk olahan skala rumah tangga, untuk
kemudian dipasarkan secara bersama yang dikoordinir oleh kelompok
tani (Dianawati dkk., 2009).
Peran pemerintah
9
Peran pemasar
10
SUMBER BACAAN
Nuhfil Hanani AR. 2009. Ketahanan Pangan Dan Pertanian Kota. http://lecture.
brawijaya.ac.id/nuhfil/category/journal/pertanian-kota-ketahanan-pangan-
nuhfil-journal.
11