You are on page 1of 6

HAMIL DENGAN HEPATITIS B

FEBRINA KABAN 22:23 ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN

Hepatitis B adalah suatu penyakit hati yang disebabkan oleh "Virus Hepatitis B", suatu anggota
famili Hepadnavirus yang dapat menyebabkan peradangan hati akut atau menahun yang pada
sebagian kecil kasus dapat berlanjut menjadi sirosis hati atau kanker hati.

Mula-mula dikenal sebagai "serum hepatitis" dan telah menjadi epidemi pada sebagian Asia dan
Afrika. Hepatitis B telah menjadi endemik di Tiongkok dan berbagai negara Asia. Penyebab
Hepatitis ternyata tak semata-mata virus. Keracunan obat, dan paparan berbagai macam zat kimia
seperti karbon tetraklorida, chlorpromazine, chloroform, arsen, fosfor, dan zat-zat lain yang
digunakan sebagai obat dalam industri modern, bisa juga menyebabkan Hepatitis. Zat-zat kimia
ini mungkin saja tertelan, terhirup atau diserap melalui kulit penderita. Menetralkan suatu racun
yang beredar di dalam darah adalah pekerjaan hati. Jika banyak sekali zat kimia beracun yang
masuk ke dalam tubuh, hati bisa saja rusak sehingga tidak dapat lagi menetralkan racun-racun
lain.

Diagnosis
Virus hepatitis B (HBV) adalah virus DNA rantai ganda yang merupakan penyebab hepatitis akut
pada kehamilan yang paling sering. Masa inkubasi dari waktu terpapar sampai muncul gejala
adalah 6 minggu sampai 6 bulan. Di Amerika Serikat sebagian besar infeksi terjadi akibat
hubungan seksual. Penyakit ini dapat terjadi dalam bentuk akut, subklinis dan kronik. Hepatiti B
akut mempuyai gejala klinis yang hampir sama dengan hepatitis A akut. HBV ditemukan pada
darah, cairan semen, air liur, air susu ibu, dan cairan amnion. Penyakit ini menular melalui
hubungan seksual, penggunaan obat jarum suntik yang terkontaminasi, akupuntur, tato dan
transfusi darah. Sekitar setengah infeksi HBV akut adalah simptomatik pada orang dewasa dimana
1% kasus menjadi gagal hati akut dan mati. Seseorang dengan infeksi akut memperlihatkan
gambaran kehilangan nafsu makan, mual, muntah, panas, sakit perut dan ikterus.

Karateristik serologi hepatitis B adalah kompleks tapi telah diketahui dengan baik. Antigen
permukaan virus (HBsAg) dapat dideteksi dengan cepat setelah terjadi infeksi, meninggi dalam
serum pada permulaan penyakit, dan tidak terdeteksi pada kebanyakan kasus selama beberapa
minggu setelah masa penyembuhan. Jika HBsAg tetap ada setelah 6 bulan, dipertimbangkan
bahwapenderitamenjadichroniccarrierdariantigen.
Segera setelah antigen permukaan terdeteksi, antibodi terhadap inti protein virus terbentuk
(HBcAb) dan umumnya antibodi ini tetap ada untuk seumur hidup. Antibodi terhadap antigen
permukaan (HBsAb) tidak terdeteksi setelah beberapa minggu sesudah resolusi HBsAg. Antigen
E (HBeAg) muncul dalam serum segera setelah HBsAg dan, setelah kira-kira 2 minggu
menghilang, diikuti dengan munculnya antibodi terhadap antigen E (HBeAb). Antibodi ini
berhubungan erat dengan aktivitas polimerase DNA dalam inti virus dan menandakan tingginya
resiko terinfeksi. Munculnya HbeAb maternal berhubungan dengan kira-kira 90% resiko transmisi
perinatal.

Dibandingkan virus AIDS (HIV), virus Hepatitis B (HBV) seratus kali lebih ganas (infectious), dan
sepuluh kali lebih banyak (sering) menularkan. Hepatitis B kronis merupakan penyakit
nekroinflamasi kronis hati yang disebabkan oleh infeksi virus Hepatitis B persisten. Hepatitis B
kronis ditandai dengan HBsAg positif (> 6 bulan) di dalam serum, tingginya kadar HBV DNA dan
berlangsungnya proses nekroinflamasi kronis hati. Carrier HBsAg inaktif diartikan sebagai infeksi
HBV persisten hati tanpa nekroinflamasi. Sedangkan Hepatitis B kronis eksaserbasi adalah
keadaan klinis yang ditandai dengan peningkatan intermiten ALT>10 kali batas atas nilai normal
(BANN).

Diagnosis infeksi Hepatitis B kronis didasarkan pada pemeriksaan serologi, petanda virologi,
biokimiawi dan histologi. Secara serologi, pemeriksaan yang dianjurkan untuk diagnosis dan
evaluasi infeksi Hepatitis B kronis adalah : HBsAg, HBeAg, anti HBe dan HBV DNA (4,5).
Pemeriksaan virologi, dilakukan untuk mengukur jumlah HBV DNA serum sangat penting karena
dapat menggambarkan tingkat replikasi virus. Pemeriksaan biokimiawi yang penting untuk
menentukan keputusan terapi adalah kadar ALT. Peningkatan kadar ALT menggambarkan
adanya aktifitas kroinflamasi. Oleh karena itu pemeriksaan ini dipertimbangkan sebagai prediksi
gambaran histologi. Pasien dengan kadar ALT yang menunjukkan proses nekroinflamasi yang
lebih berat dibandingkan pada ALT yang normal. Pasien dengan kadar ALT normal memiliki
respon serologi yang kurang baik pada terapi antiviral. Oleh sebab itu pasien dengan kadar ALT
normal dipertimbangkan untuk tidak diterapi, kecuali bila hasil pemeriksaan histologi menunjukkan
proses nekroinflamasi aktif. Sedangkan tujuan pemeriksaan histologi adalah untuk menilai tingkat
kerusakan hati, menyisihkan diagnosis penyakit hati lain. Pada umumnya, gejala penyakit
Hepatitis B ringan. Gejala tersebut dapat berupa selera makan hilang, rasa tidak enak di perut,
mual sampai muntah, demam ringan, kadang-kadang disertai nyeri sendi dan bengkak pada perut
kanan atas. Setelah satu minggu akan timbul gejala utama seperti bagian putih pada mata tampak
kuning, kulit seluruh tubuh tampak kuning. Ada 3 kemungkinan tanggapan kekebalan yang
diberikan oleh tubuh terhadap virus Hepatitis B pasca periode akut. Kemungkinan pertama, jika
tanggapan kekebalan tubuh adekuat maka akan terjadi pembersihan virus, pasien sembuh.
Kedua, jika tanggapan kekebalan tubuh lemah maka pasien tersebut akan menjadi carrier inaktif.
Ketiga, jika tanggapan tubuh bersifat intermediate (antara dua hal di atas) maka penyakit terus
berkembang menjadi hepatitis B kronis.

Penularan
Hepatitis B merupakan bentuk Hepatitis yang lebih serius dibandingkan dengan jenis hepatitis
lainnya. Penderita Hepatitis B bisa terjadi pada setiap orang dari semua golongan umur. Ada
beberapa hal yang dapat menyebabkan virus Hepatitis B ini menular. Secara vertikal, cara
penularan vertikal terjadi dari Ibu yang mengidap virus Hepatitis B kepada bayi yang dilahirkan
yaitu pada saat persalinan atau segera setelah persalinan. Secara horisontal, dapat terjadi akibat
penggunaan alat suntik yang tercemar, tindik telinga, tusuk jarum, transfusi darah, penggunaan
pisau cukur dan sikat gigi secara bersama-sama serta hubungan seksual dengan penderita.
Sebagai antisipasi, biasanya terhadap darah-darah yang diterima dari pendonor akan di tes
terlebih dulu apakah darah yang diterima terkena reaktif Hepatitis, Sipilis terlebih-lebih HIV/AIDS.
Sesungguhnya, tidak semua yang positif Hepatitis B perlu ditakuti. Dari hasil pemeriksaan darah,
dapat terungkap apakah ada riwayat pernah kena dan sekarang sudah kebal, atau bahkan
virusnya sudah tidak ada. Bagi pasangan yang hendak menikah, tidak ada salahnya untuk
memeriksakan pasangannya untuk mencegah terjadinya penularan penyakit ini.

BagaimanaPerawatannya
Hepatitis yang disebabkan oleh infeksi virus menyebabkan sel-sel hati mengalami kerusakan
sehingga tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Pada umumnya, sel-sel hati dapat tumbuh
kembali dengan sisa sedikit kerusakan, tetapi penyembuhannya memerlukan waktu berbulan-
bulandengandietdanistirahatyangbaik.
Hepatitis B akut umumnya sembuh, hanya 10% menjadi Hepatitis B kronik (menahun) dan dapat
berlanjut menjadi sirosis hati atau kanker hati. Saat ini ada beberapa perawatan yang dapat
dilakukan untuk Hepatitis B kronis yang dapat meningkatkan kesempatan bagi seorang penderita
penyakit ini. Perawatannya tersedia dalam bentuk antiviral seperti lamivudine dan adefovir dan
modulatorsistemkebalsepertiInterferonAlfa.

Selain itu, ada juga pengobatan tradisional yang dapat dilakukan. Tumbuhan obat atau herbal
yang dapat digunakan untuk mencegah dan membantu pengobatan Hepatitis diantaranya
mempunyai efek sebagai hepatoprotektor, yaitu melindungi hati dari pengaruh zat toksik yang
dapat merusak sel hati, juga bersifat anti radang, kolagogum dan khloretik, yaitu meningkatkan
produksi empedu oleh hati. Beberapa jenis tumbuhan obat yang dapat digunakan untuk
pengobatan Hepatitis, antara lain yaitu temulawak (Curcuma xanthorrhiza), kunyit (Curcuma
longa), sambiloto (Andrographis paniculata), meniran (Phyllanthus urinaria), daun serut/mirten,
jamur kayu/lingzhi (Ganoderma lucidum), akar alang-alang (Imperata cyllindrica), rumput mutiara
(Hedyotis corymbosa), pegagan (Centella asiatica), buah kacapiring (Gardenia augusta), buah
mengkudu (Morinda citrifolia), jombang (Taraxacum officinale).

Infeksihepatitispadaibuhamil
Merupakan masalah yang serius. Infeksi hepatitis B ditularkan melalui cara horizontal yaitu melalui
parenteral dengan terpapar darah, semen, sekresi vagina, saliva dan vertikal ibu ke janin.
Penularan secara vertikal dapat melalui beberapa cara yaitu melaui plasenta, kontaminasi darah
selama melahirkan, transmisi fekal-oral pada masa puerperium atau permulaan partus, transmisi
melaluilaktasi (Akbar,1996; Reinus,1999; Cunningham,2001).

PengaruhHepatitisBTerhadapJanin/Neonatus
3,5 % Risiko keseluruhan dari infeksi neonatal kira-kira 75% jika ibu terinfeksi pada trimester ketiga
atau masa nifas ; dan risiko ini jauh lebih rendah (5-10%) jika ibu terinfeksi pada awal kehamilan.
Sebagian besar infeksi pada bayi baru lahir kemungkinan terjadi saat persalinan dan kelahiran
ataumelaluikontakibubayi,daripadasecaratransplasental.

Walaupun sebagian besar bayi-bayi menunjukkan tanda infeksi ikterus ringan, mereka cenderung
menjadi carrier. Status carrier ini dipertimbangkan akan menjadi sirosis hepatis dan karsinoma
hepatoseluler. Infeksi kronik terjadi kira-kira 90% pada bayi yang terinfeksi, 60% pada anak < 5
tahun dan 2%-6% pada dewasa. Diantaranya, seseorang dengan infeksi kronik HBV, risiko
kematian dari sirosis dan karsinoma hepatoselular adalah 15% - 25%. Infeksi HBV bukan
merupakan agen teratogenik. Bagaimanapun, terdapat insidens berat lahir rendah yang lebih
tinggi diantara bayi-bayi dengan ibu yang menderita infeksi akut selama hamil. Pada satu
penelitian hepatitis akut maternal (tipe B atau non-B) tidak mempengaruhi insidens dari malformasi
kongenital, lahir mati, abortus, atau malnutrisi intrauterin. Tetapi, hepatitis akut menyebabkan
peningkataninsidensprematuritas. Antepartum
Infeksi hepatitis B kadang tidak disadari karena hanya menimbulkan demam ringan. Hanya 30%
penderita yang mengalami kuning, mual, muntah, dan nyeri perut kanan atas. Oleh karena itu,
diagnosis ditegakkan dengan mengandalkan pemeriksaan darah yang spesifik untuk hepatitis B
(HbsAg, anti-HBs) dan fungsi hati yaitu enzim SGOT dan SGPT. Infeksi hepatitis B tidak
menyebabkan kematian atau kecacatan pada janin. Namun infeksi saat kehamilan kerap berkaitan
dengan berat lahir rendah dan lahir prematur. Penularan ke bayi lebih besar terjadi jika ibu
terinfeksi pada trimester ke tiga, yaitu 10% pada trimester pertama dan 60-90% pada trimester
ketiga.

Yangharusdilakukanolehibuhamil
a. Mendapat kombinasi antibodi pasif (immunoglobulin) dan imunisasi aktif vaksin hepatitis B. b.
Tidakminumalkohol
c. Menghindari obat-obatan yang hepatotoksis seperti asetaminofen yang dapat memperburuk
kerusakan hati
d. Tidak mendonor darah, bagian tubuh dan jaringan. Tidak menggunakan alat pribadi yang dapat
terpapar darah dengan orang lain
e. Menginformasikan pada dokter anak, dokter Kebidanan dan bidan bahwa mereka carrier
hepatitis B, Memastikan bahwa bayi mereka mendapat vaksin hepatitis B waktu lahir, umur 1
bulan, dan 6 bulan.
f. Kontrol sedikitnya setahun sekali ke dokter
g. Mendiskusikan risiko penularan dengan pasangan mereka dan mendiskusikan pentingnya
konseling dan pemeriksaan

Persalinan
Walaupun persalinan secara seksio sesarea sudah dianjurkan dalam arti untuk penurunan
transmisi HBV dari ibu ke anak, jenis persalinan ini tidak berarti secara bermakna dapat
menghentikan transmisi HBV. Tetapi seksio sesarea sangat disarankan oleh Centers for Disease
Control (CDC) dan American College of Obstetricians and Ginyecologists (ACOG).

Bayi baru lahir


Bayi yang lahir dari ibu yang terinfeksi (termasuk carrier HBsAg kronik) harus di terapi dengan
kombinasi dari antibodi pasif (immunoglobulin) dan aktif imunisasi dengan vaksin hepatitis B.

Apakah boleh menyusui


Dengan imunoprofilaksis hepatitis yang sesuai, menyusui tidak memperlihatkan risiko tambahan
untuk penularan dari carrier virus hepatitis B Asalkan bayi sudah mendapatkan HBIG dan vaksin
hepatitis B selama 12 jam pertama kelahiran, maka ibu dapat menyusui tanpa khawatir si kecil
tertular. Awasi juga keadaan puting ibu, agar tidak terluka atau lecet. Setiap ibu selesai menyusui,
puting susu dibersihkan dengan air hangat tanpa sabun. Sabun dapat membuat kulit kering dan
mudah luka.

Prevalensi
HbsAg pada wanita hamil di perkotaan pada bangsa kulit putih non hispanik sebesar 0,60%, kulit
hitam non hispanik 0,97 %, hispanik 0,14 % dan bangsa Asia 5,79 %. Insiden batu empedu selama
kehamilan meningkat. Pada suatu penelitian di Italia dengan pemeriksaan ultrasound didapatkan
lebih dari 40 % wanita hamil mengidap batu empedu. Hal ini dihubungkan dengan hasil lithogenik
peningkatan saturasi kolesterol dan penurunan asam deoksiribonukleik pada kandung empedu
selama periode tingginya konsentrasi estrogen dan pengurangan fungsi pengosongan kandung
empedu selama kehamilan. Setiap tahun di Amerika Serikat diperkirakan 250.000 orang, terinfeksi
virus Hepatitis B, tiga puluh lima ribu diantaranya anak-anak, sekitar 5.000 orang meninggal
karenanya. Diseluruh dunia, 350 juta orang terinfeksi kronis, menyebabkan 1 sampai 2 juta
kematian tiap tahunnya. Penularan perinatal dari ibu pengidap HBs Ag kepada anaknya
merupakan jalur transmisi penting untuk terjadinya kronisitas infeksi. Pada tinjauan kasus ini kami
akan membahas penanganan seorang penderita Hepatitis B Akut dengan kehamilannya.

Siapa yang harus menjalani pemeriksaan


1. Semua wanita hamil saat ANC pertama kali harus di cek HBsAg.
2. Setiap wanita yg akan melahirkan yang tidak menjalani pmeriksaan HBsAg saat kunjungan
ANC-nya.
3. Lebih dari 90% dari perempuan ditemukan HBsAg positif pada rutin pemutaran film akan
4. Semua rentan kontak (termasuk semua anggota keluarga) dengan panel hepatitis B (HBsAg,
antiHBc, antiHBs).
5. Skrining dan vaksinasi yang rawan kontak harus dilakukan

Rekomendari untuk perempuan


Advisory Committee on Immunization Practice, mereka merekonmendasikan semua perempuan
hamil diperiksa HbsAg pada masa kehamilan awal. Setiap bayi yang lahir dari ibu dengan HbsAg
positif atau ibu yang HbsAg-nya tidak diketahui, harus mendapat vaksin hepatitis B dan HBIG
(hepatitis B Immunoglobulin). Booster vaksin hepatitis B kemudian diberikan dua kali yaitu saat
bayi berusia 1 bulan dan usia 3-6 bulan. Setelah vaksin diberikan lengkap, maka pada usia 9-18
bulan, sebaiknya dilakukan pemeriksaan HbsAg dan anti-HBs. Bila pemeriksaan anti-HBs
dilakukan sebelum usia 9 bulan, bisa jadi anti-HBS positif akibat pemberian HBIG dan bukan
antibodi yang dihasilkan oleh si bayi.

Cunningham, at All, Obstetri William 21th , EGC, Jakarta, 2005


Berbagai sumber

You might also like