Tujuan rekayasa microbiome adalah memanipulasi komunitas microbime yang akan
mengoptimalkan fungsi tanaman. Dalam produksi tanaman, fungsi microbiome adalah
mengurangi resistensi terhadap penyakit, meningkatkan penyerapan nutrisi, meningkatkan toleransi terhadap cekaman abiotic, dan meningkatkan hasil panen. Berbagai metode rekayasa microbiome telah dilakukan, salah satunya dengan memanfaatkan interaksi microbiome pada tanaman yang telah berevolusi secara alami. Data terhadap interaksi microbiome sangat bervariasi baik antar spesies maupun kultivar, maupun interaksi antar individu microbioma dengan lingkungan. Setiap tanaman yang dikolonisasi oleh mikrorganisme dalam hal ini bakteri, jamur, arkhae biasa disebut dengan microbime tanaman/fitomicrobiome. Mikroorganisme merupakan komponen kunci tanaman yang tidak dapat dipisahkah dari inang mereka sehingga disebut metaorganisme/holobion. Biomassa dan komposisi microbiome sangat dipengarahui oleh interaksi antara tanaman dan lingkungan (Ryan et al., 2009). Kepadatan, keragaman, dan aktivitas microbiome pada daerah endosphere dan phyllosphere lebih rendah dibanding rhizosfer. Interaksi tanaman-microbiome bersifat kompleks, bergantung pada jenis/kultivar tanaman, jenis tanah, dan kondisi lingkungan yang merupakan faktor biotik atau abiotik. Tanah yang berbeda memiliki arti lingkungan yang berbeda (nutrisi, logam beracun, serangan patogen dll) sehingga memicu respon fisiologis ketergantungan tanaman. Mikroorganisme rhizosfer mampu mempengaruhi eksudat akar tanaman, sebagai contoh, ketika Pseudomonas antimicrobioal-resisten mampu memblok produksi senyawa antimicrobial yang dikeluarkan oleh tanaman. Hal ini menjadi menarik untuk melakukan rekayasa microbiome rhizosfer sehingga dapat mengoptimalkan potensi microbiome yang menguntungkan.