You are on page 1of 23

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN MENINGITIS

Disusun Oleh :

Hanifah (16016)
Hamrotun Nisak (16015)
Rica Triagustin (16000)
Imam Thobroni (16000)
Moh Ilham (16000)
Nikmah Ajrul Amilin (16000)
Moh Adi Fatta S (16024)

AKADEMI KEPERAWATAN
NAZHATUT THULLAB SAMPANG
2018/2019
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit infeksi masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama di


negara-negara berkembang termasuk Indonesia.Diantaranya adalah meningitis purulenta yang
juga merupakan penyakit infeksi yang perlu kita perhatikan.
Meningitis adalah infeksi cairan otak disertai radang yang mengenai piameter,
arakhnoid dan dalam derajat yang lebih ringan mengenai jaringan otak dan medula spinalis
yang superfisial.Sedangkan yang dimaksud meningitis purulenta adalah infeksi akut selaput
otak yang disebabkan oleh bakteri dan menimbulkan reaksi purulen pada cairan otak.
Penyakit ini lebih sering terdapat pada anak dibanding dengan orang dewasa. Untuk
itu, dalam kesempatan ini saya akan membuat makalah yang berjudul “ Meningitis”.

1.2 Tujuan

Penulisan makalah ini memiliki beberapa tujuan, antara lain:


1. Mengetahui konsep dari penyakit meningitis yang merupakan penyakit infeksi.
2. Mempelajari patofisiologi gambaran penyakit meningitis secara menyeluruh.
3. Mengetahui implikasi patofisiologi penyakit meningitis dalam bidang
keperawatan dan peranan keperawatan terhadap penyakit tersebut.

1.3 Manfaat
1.Dapat memahami konsep meningitis yang merupakan penyakit infeksi.
2.Dapat memahami patofisiologi gambaran penyakit meningitis secara menyeluruh.
3.Dapat menjalankan implikasi patofisiologi penyakit meningitis dalam bidang
keperawatan dan peranan keperawatan terhadap penyakit tersebut.
BAB II
KONSEP PENYAKIT

2.1 Definisi
Meningitis adalah radang pada meningen (membran yang mengelilingi otak dan
medula spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri atau organ-organ jamur.
Meningitis merupakan infeksi akut dari meninges, biasanya ditimbulkan oleh salah
satu dari mikroorganisme pneumokok, Meningokok, Stafilokok, Streptokok, Hemophilus
influenza dan bahan aseptis (virus).
Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan serebrospinal dan spinal
column yang menyebabkan proses infeksi pada sistem saraf pusat.
Jadi meningitis adalah suatu reksi keradangan yang mengenai satu atau semua apisan
selaput yang membungkus jaringan otak dan sumsum tulang belakang, yang menimbulkan
eksudasi berupa pus atau serosa.Disebabkan oleh bakteri spesifik atau nonspesifik atau virus.

2.2 Etiologi
Bakteri yang dapat menyebabkan serangan meningitis diantaranya :
 Streptococcus pneumoniae (pneumococcus)
Bakteri ini paling umum menyebabkan meningitis pada bayi ataupun anak-anak.Jenis
bakteri ini juga yang bisa menyebabkan infeksi pneumonia, telinga dan rongga hidung
(sinus).
 Neisseria meningitides (meningcoccus)
Bakteri ini merupakan penyebab kedua terbanyak setelah Streptococcus pneumoniae,
meningitis terjadi akibat adanya infeksi pada saluran nafas bagian atas yang kemudian
bakterinya masuk kedalam peredaran darah
Haemophilus influinzae
Tipe b (Hib) adalah jenis bakteri yang juga dapat menyebabkan meningitis. Jenis virus
ini sebagai penyebabnya infeksi pernafasan bagian atas, telinga bagian dalam dan
sinusitis.Pemberian vaksin (Hib vaccine) telah membuktikan terjadinya angka penurunan
pada kasus meningitis yang disebabkan oleh virus jenis ini.
 Listeria monocytogenes (listeria)
Ini merupakan salah satu jenis bakteri yang juga bisa menyebabkan meningitis.Bakteri
ini dapat ditemukan dibanyak tempat, dalam debu dan dalam makanan yang
terkontaminasi.Makanan ini biasanya yang berjenis keju, hot dog dan daging sandwich yang
mana bakteri ini berasal dari hewan lokal (peliharaan).
Bakteri lainnya juga dapat menyebabkan meningitis adalah Saphylococcus aureus dan
Mycobacterium tubercolosis.
2.3Epidemiologi
Meskipun meningitis adalah suatu penyakit yang harus dilaporkan di banyak negara,
insidens sebenarnya masih belum diketahui.Meningitis bakterial terjadi pada kira-kira 3 per
100.000 orang setiap tahunnya di negara-negara Barat. Studi populasi secara luas
memperlihatkan bahwa meningitis virus lebih sering terjadi, sekitar 10,9 per 100.000 orang,
dan lebih sering terjadi pada musim panas. Di Brasil, angka meningitis bakterial lebih tinggi,
yaitu 45,8 per 100,000 orang setiap tahun. Afrika Sub-Sahara sudah mengalami epidemik
meningitis meningokokus yang luas selama lebih dari satu abad, sehingga disebut “sabuk
meningitis”. Epidemik biasanya terjadi dalam musim kering (Desember sampai Juni), dan
gelombang epidemik bisa berlangsung dua atau tiga tahun, mereda selama musim
hujan.Angka serangan dari 100–800 kasus per 100.000 orang kurang terlayani oleh pelayanan
medis. Kasus-kasus ini sebagian besar disebabkan oleh
meningokokus. Epidemik terbesar yang pernah tercatat dalam sejarah melanda seluruh
wilayah ini pada 1996–1997, yang menyebabkan lebih dari 250.000 kasus dan 25.000
kematian.
Epidemik penyakit meningokokus terjadi di daerah-daerah di mana orang tinggal
bersama untuk pertama kalinya, seperti barak tentara selama mobilisasi, kampus perguruan
tinggi dan ziarah Haji tahunan.Walaupun pola siklus epidemik di Afrika tidak dipahami
dengan baik, beberapa faktor sudah dikaitkan dengan perkembangan epidemik di daerah
sabuk meningits. Faktor-faktor itu termasuk: kondisi medis (kerentanan kekebalan tubuh
penduduk), kondisi demografis (perjalanan dan perpindahan penduduk dalam jumlah besar),
kondisi sosial ekonomi (penduduk yang terlalu padat dan kondisi kehidupan yang miskin),
kondisi iklim (kekeringan dan badai debu), dan infeksi konkuren (infeksi pernafasan akut).
Ada perbedaan signifikan dalam distribusi lokal untuk kasus meningitis bakterial.
Contohnya, N. meningitides grup B dan C menyebabkan kebanyakan penyakit di Eropa,
sedangkan grup A ditemukan di Asia dan selalu menonjol di Afrika, di mana bakteri ini
menyebabkan kebanyakan epidemik besar di daerah sabuk meningitis, yaitu sekitar 80%
hingga 85% kasus meningitis meningokokus yang didokumentasikan

.
2.4 Patogenesis/Patofisiologi
Efek peradangan akan menyebabkan peningkatan cairan cerebro spinalis yang dapat
menyebabkan obstruksi dan selanjutnya terjadi hidrosefalus dan peningkatan tekanan intra
kranial. Efek patologi dan peradangan tersebut adalah : Hiperemi pada meningen. Edema dan
eksudasi yang menyebabkan peningkatan tekanan intra kranial.
Organisme masuk melalui sel darah merah pada blood brain barrier.Masuknya dapat
melalui trauma penetrasi, prosedur pembedahan, atau pecahnya abses serebral atau kelainan
sistem saraf pusat.Otorrhea atau rhinorrea akibat fraktur dasar tengkorak dapat menimbulkan
meningitis, dimana dapat terjadi hubungan antara GSF dan dunia luar.
Masuknya mikroorganisme ke susunan saraf pusat melalui ruang sub arachnoid dan
menimbulkan respon peradangan pada via, arachnoid, CSF dan ventrikel.
Dari reaksi radang muncul eksudat dan perkembangan infeksi pada ventrikel, edema
dan skar jaringan sekeliling ventrikel menyebabkan obstruksi pada CSF dan menimbulkan
hidrosefalus.
Meningitis bakteri, netrofil, monosit, limfosit, dan yang lainnya merupakan sel respon
radang.Eksudat terdiri dari bakteri fibrin dan lekosit yang di bentuk diruang
subarachnoid.Penumpukan pada CSF disekitar otak dan medula spinalis.Terjadi vasodilatasi
yang cepat dari pembuluh darah dapat menimbulkan ruptur atau trombosis dinding pembuluh
darah dan jaringan otak dapat menjadi infarct.
Meningitis virus sebagai akibat dari penyakit virus seperti meales, mump, herpes
simplek dan herpes zoster. Pembentukan eksudat pada umumnya tidak terjadi dan tidak ada
mikroorganisme pada kultur CSF.
2.5 Manifestasi Klinis (Tanda Dan Gejala)
Kasus meningitis harus ditangani secepatnya karena dianggap sebagai kondisi medis
darurat.Meningitis bisa menyebabkan septikema dan ini bisa berujung pada kematian.
Gejala Meningitis Bakterialis Pada Remaja dan Orang Dewasa
Jika Anda dicurigai mengidap meningitis bakterialis, Anda harus segera menghubungi
rumah sakit terdekat atau segera menuju ke rumah sakit secepatnya. Ada tanda-tanda awal
yang mungkin Anda lihat sebelum gejala-gejala yang lain muncul. Meningitis bakterialis
memiliki gejala yang muncul secara tiba-tiba dan bisa memburuk dengan cepat.
Jika terjadi demam tinggi disertai dengan pertanda awal di bawah ini, harap segera
menghubungi dokter atau langsung menunju rumah sakit terdekat.Sekali lagi, ini merupakan
kondisi medis darurat. Tanda-tanda awalnya adalah:
1. Nyeri pada otot dan persendian, misalnya pada tangan dan kaki
2. Tangan dan kaki akan kedinginan atau bahkan menggigil
3. Kulit pucat atau muncul bintik-bintik merah yang tersebar
4. Bibir terlihat biru
Gejala awal dari meningitis bakterialis sangat umum dan mirip dengan penyakit lain,
di antaranya demam, sakit kepala parah, badan merasa tidak enak, mual, muntah-muntah.
Demam berarti suhu tubuh mencapai 38° Celcius atau lebih, hal ini bisa terjadi pada
orang dewasa dan anak-anak. Tanda demam lainnya adalah wajah akan terasa panas saat
disentuh dan kulit akan terlihat memerah.
Saat meningitis bakterialis bertambah parah, kondisi ini bisa menyebabkan beberapa hal
seperti berikut ini :
1. Bernapas cepat
2. Bingung
3. Mengantuk
4. Leher kaku, meski hal ini jarang terjadi pada anak kecil
Ruam merah terang yang tidak memudar atau berubah warna saat gelas ditekan di atas
ruam itu. Tapi gejala ini tidak selalu ada pada setiap orang
Sensitif terhadap cahaya (fotofobia), hal ini jarang terjadi pada anak kecil
 Kejang-kejang
 Perlu diingat bahwa tanda dan gejala di penderita meningitis bisa berbeda-
beda.Sebagian besar hanya mengalami sebagian gejala-gejala di atas.
 Gejala Meningitis Bakterialis Pada Anak Kecil dan Bayi
Anak kecil dan bayi memiliki gejala-gejala meningitis bakterialis berbeda.Ada
kemungkinan terjadi pembengkakan pada bagian ubun-ubun pada sebagian bayi yang
mengidap meningitis. Gejala-gejala yang mungkin terjadi di antaranya:
1. Terus menerus menangis tanpa alas an
2. Mudah marah dan tidak mau digendong
3. Kehilangan selera makan
4. Muntah-muntah
5. Pucat dan muncul bintik-bintik merah
6. Sangat mengantuk dan tidak ingin bangun
7. Lunglai dan tidak responsif. Pergerakan yang kaku dan patah-patah
8. Tatapan kosong
 Gejala Meningitis Virus
Gejala-gejala flu ringan akan muncul pada kebanyakan orang yang mengidap
meningitis virus seperti demam, sakit kepala, dan badan merasa tidak sehat.Meningitis virus
biasanya tidak berlanjut menjadi septikemia atau infeksi darah, berbeda halnya dengan
meningitis bakterialis yang berpotensi terjadi komplikasi. Tapi pada kasus yang lebih parah,
gejala-gejala meningitis virus dapat berupa :
1. Diare
2. Mual dan muntah-muntah
3. Leher kaku
4. Nyeri otot atau persendian
5. Mata menjadi sensitif terhadap cahaya (fotofobia)
2.6 Klasifikasi
1) Asepsis
Meningitis asepsis mengacu pada salah satu meningitis virus atau menyebabkan iritasi
meningen yang disebabkan oleh abses otak, ensefalitis, limfoma, leukimia, atau darah di
ruang subarakhnoid.
Spesifikasi :

 Disebabkan oleh virus seperti campak, mumps, herpes simpleks, dan herpes zooster.
 Tidak terbentuk eksudat dan pada pemeriksaan cairan serebrospinal (CSS) tidak
ditemukan adanya organisme.
 Inflamasi terjadi pada korteks serebri, white matter, dan lapisan menigens.

2) Sepsis
Meningitis bakterial merupakan salah satu penyakit infeksi yang menyerang susunan
saraf pusat, mempunyai resiko tinggi dalam menimbulkan kematian, dan kecacatan.
Diagnosis yang cepat dan tepat merupakan tujuan dari penanganan meningitis bakteri
(Pradana, 2009).
Meningitis sepsis menunjukkan meningitis yang disebabkan oleh organisme bakteri seperti
meningokokus, stafilokokus atau basilus influenza.
3) Tuberculosa
Etiologi dari meningitis tuberkulosa adalah Mycobacterium tuberculosis (Pradana, 2009)
Untuk meningitis tuberkulosa sendiri masih banyak ditemukan di Indonesia karena
morbiditas tuberkulosis masih tinggi. Meningitis tuberkulosa bukanlah karena terinfeksinya
selaput otak langsung oleh penyebaran hematogen, melainkan biasanya sekunder melalui
pembentukan tuberkel pada permukaan otak, sumsung tulang belakang atau vertebra yang
kemudian pecah kedalam rongga arakhnoid (Pradana, 2009).
2.7 Pemeriksaan Penunjang
1) Lumbal Pungsi
Lumbal pungsi adalah upaya pengeluaran cairan serebrospinal dengan memasukan
jarum ke dalam ruang subarakhnoid diantara tulang belakang daerah lumbal ketiga dan
keempat atau antara lumbal keempat dan kelima hingga mencapai ruang subarachnoid
dibawah medulla spoinalis di bagian causa. Test ini dilakukan untuk pemeriksaan cairan
serebrospinalis. Pemeriksaan cairanserebrospinal sangat membantu dalam mendiagnosa
penyakit-penyakit neurologi.Selain itu juga untuk evaluasi pengobatan dan perjalanan
penyakit
Hasil pemeriksaan lumbal pungsi :

 Jumlah leukosit meningkat


 Kadar glukosa darah menurun
 Protein meningkat
 Tekanan cairan meningkat
 Asam laktat meningkat
 Glukosa serum meningkat

2) EEG (Electroencephalography)

 Mengidentifikasi penyakit didasarkan pada gelombang otak dan mungkin


memperlihatkan daerah lesi yang spesifik.

3) CT Scan

 Untuk melihat adanya kontusio, hematoma, hidrosefalus, edema otak.

4) MRI (Magnetic Resonance Imaging)

 Menunjukkan daerah yang mengalami infark, hemoragik, dan malformasi arteriovena.


salah satu bentuk pemeriksaan radiologi yang menggunakan prinsip magnetisasi. MRI
menciptakan gambar yang dapat menunjukkan perbedaan sangat jelas dan lebih
sensitive untuk menilai anatomi jaringan lunak dalam tubuh, terutama otak

5) Angiografi serebral

 Membantu menentukan perdarahan, obstruksi arteri atau adanya Titik oklusi/ ruptur.
sebuah teknik sinar-x di mana zatwarna disuntikkan ke dalam arteri yang mengarah ke
otak
2.8 Komplikasi
Penyakit meningokokus adalah kondisi dimana meningitis dan infeksi darah terjadi
bersamaan. Dari seluruh kasus meningitis, diperkirakan 25% orang dengan penyakit
meningokokus akan mengalami komplikasi. Meningitis bakterialis bisa memberi tekanan
yang berat pada tubuh dan otak.Tingkat keparahan komplikasi bisa bersifat sementara atau
permanen, serta berbeda-beda pada berbagai orang.
Risiko komplikasi makin tinggi jika infeksi meningitis makin parah.Komplikasi ini
lebih sering terjadi pada kasus meningitis bakterialis daripada kasus meningitis virus. Berikut
ini adalah beberapa komplikasi yang bisa terjadi:
1. Masalah ingatan atau konsentrasi
2. Kehilangan pendengaran, bisa parsial atau total

3. Kesulitan belajar, bisa sementara atau permanen

4. Masalah dengan koordinasi dan keseimbangan

5. Masalah dalam berbicara

6. Penglihatan hilang, bisa sebagian atau total


7. Epilepsi
Mengalami Kehilangan Pendengaran
Komplikasi paling umum dari meningitis adalah kehilangan pendengaran. Tes
pendengaran biasanya akan diberikan untuk memeriksa pendengaran orang yang baru pulih
dari penyakit ini. Tes seharusnya dilakukan sebelum Anda dikeluarkan dari rumah sakit atau
dalam waktu empat minggu setelah Anda merasa cukup sehat untuk melakukan
tes.Pembahasan yang lebih lanjut tentang hasil tes bisa dibicarakan dengan dokter spesialis
anak.
Kemunculan Gangren pada Meningitis
Toksin atau racun akan dihasilkan oleh bakteri yang masuk ke dalam darah akan
membunuh jaringan sehat. Jaringan yang rusak parah akan mati dan menjadi gangren.
Operasi pengangkatan jaringan gangren ini disebut sebagai debridemen.Untuk beberapa
kasus yang parah, mungkin perlu mengamputasi satu bagian tubuh.Contohnya mengamputasi
jari tangan, jari kaki, atau lengan.
Efek Psikologis yang Ditimbulkan
Terutama pada anak-anak, mengidap meningitis bisa menjadi pengalaman yang
traumatis.Banyak pola pikir dan juga perilaku yang bisa berubah. Efek psikologis yang
mungkin terjadi adalah:
1. Mengompol
2. Tidur terganggu
3. Suasana hati labil
4. Mimpi buruk

5. Haus perhatian dan ingin selalu dekat dengan orang tersayang – misalnya, anak-anak
merasa cemas saat tidak bersama orang tuanya.

6. Mengembangkan rasa takut pada rumah sakit dan dokter

7. Merasa tidak punya harapan dan murung

8. Mudah marah atau agresif


9. Marah secara tiba-tiba
Jika mengalami komplikasi psikologis atau mencemaskan soal perilaku anak Anda,
konsultasikan dengan dokter. Selama proses pemulihan, efek ini akan berkembang pada Anda
atau anak Anda seiring waktu. Bagi beberapa orang, mungkin perlu terapi tambahan untuk
mengatasinya.
Layanan kesehatan mental atau perawatan seperti konseling atau terapi wicara,
mungkin akan disarankan dokter Anda atau mereka akan memberi rujukan pada psikolog
anak-anak.
Kebutuhan untuk Perawatan Intensif
Komplikasi juga bisa terjadi jika Anda dirawat secara intensif selama beberapa
minggu.Setelah meninggalkan perawatan intesif, beberapa masalah yang biasanya terjadi
adalah memiliki suara yang pelan, badan lemah, letih dan merasa depresi.
2.9 Pencegahan
Meningitis adalah hasil dari infeksi yang menjalar.Bakteri atau virus yang menyebabkan
meningitis bisa tersebar melalui batuk, bersin, ciuman, atau berbagi peralatan. Beberapa
langkah awal untuk mencegah terjangkit meningitis adalah:
1. Mencuci tangan
2. Berlatih hidup higienis
3. Pola hidup sehat
4. Menutup mulut saat bersin atau batuk
5. Jika sedang hamil, berhati-hati dalam memilih makanan
Banyak kasus meningitis virus dan bakteri bisa dicegah dengan berbagai macam
vaksin.Bicarakan dengan dokter jika Anda tidak yakin apakah vaksinasi Anda yang terbaru
atau tidak. Vaksin yang sudah tersedia antara lain:
1. Vaksin MMR (campak, gondongan dan campak Jerman): Dapat diberikan pada
umur 12 bulan, vaksin ulangan umur 5-7 tahun
2. Vaksin pneumokokus (PCV): Usia di bawah 1 tahun diberikan setiap dua bulan
sekali, di atas dua tahun cukup diberikan sekali
3. Vaksinasi DTaP/IPV/Hib: Perlindungan pada bakteri Hib, difteri, batuk, tetanus
dan virus polio
Vaksin meningitis belum termasuk jadwal imunisasi anak tetapi dapat didapatkan di
Indonesia. Konsultasikanlah dengan dokter Anda jika menginginkan vaksin tersebut.
Penerapan Vaksin Meningitis Untuk Perjalanan
Bakteri Neisseria meningitidis (meningokokus) jarang ditemukan di
Indonesia.Sehingga banyak orang Indonesia yang tidak memiliki kekebalan terhadap bakteri
tersebut.Vaksinasi sangat dianjurkan bagi orang Indonesia yang bepergian ke wilayah
berisiko tinggi.Daerah yang berisiko tinggi atau daerah asal bakteri ini adalah Arab Saudi dan
sebagian Negara-negara di Afrika.Calon peserta Umroh diwajibkan untuk menerima vaksin
meningitis sebelum berangkat untuk mencegah terkena meningitis.
Mengunjungi tempat dengan risiko tinggi terjangkit meningitis
Sangat disarankan untuk melakukan vaksinasi terhadap meningitis grup A, C, Y dan
W135, jika bepergian ke daerah berisiko tinggi. Terutama jika Anda membuat rencana seperti
di bawah ini:
1. Tinggal dengan warga setempat di area padat untuk mengikuti ibadah Haji atau
Umroh di Arab Saudi
2. Melakukan aktivitas berlebih di area Haji di Arab Saudi, menjadi pekerja musiman
atau sebagai TKI
3. Tinggal lebih lama dari sebulan sebagai wisatawan beransel
Pemberian Vaksinasi
Untuk bayi yang berusia antara dua bulan hingga dua tahun, dosis awal vaksin harus
diikuti dengan dosis kedua tiga bulan berikutnya.Vaksin meningitis tidak cocok untuk bayi
yang berusia kurang dari dua bulan.
Saat mereka pertama kali vaksinasi untuk anak di bawah lima tahun, vaksin memberi
perlindungan selama dua hingga tiga tahun. Satu dosis vaksin akan memberi perlindungan
sekitar lima tahun bagi orang dewasa dan anak-anak berusia di atas lima tahun.
Untuk melindungi Anda dari meningitis grup A, C, Y, dan W135 dibutuhkan
vaksinasi meningokokus ACYW135.Vaksinasi harus diberikan dua hingga empat minggu
sebelum Anda bepergian sekitar.
Efek Samping dari vaksinasi
Satu dari sepuluh orang yang disuntik vaksin ACWY akan mendapatkan rasa sakit
dan ruam di sekitar luka suntikan. Biasanya efek samping ini akan bertahan selama satu
sampai dua hari. Reaksi yang gawat jarang sekali terjadi, tapi demam ringan bisa
muncul.Kondisi ini lebih sering dijumpai pada anak-anak daripada orang dewasa.

2.10 Penatalaksanaan
1) Penanganan farmakologi

 Meningitis bakterial, umur <2 :="" bulan="" o:p="">

Cephalosporin Generasi ke 3, atau Kombinasi Ampicilin 150-200 mg (400 mg)/KgBB/hari IV


dibagi dalam 4-6 kali dosis sehari danChloramphenicol 50 mg/KgBB/hari IV dibagi dalam 4
dosis
1. Meningitis bakterial, umur >2 bulan:
Kombinasi Ampicilin 150-200 mg (400 mg)/KgBB/hari IV dibagi dalam 4-6 kali
dosis sehari danChloramphenicol 50 mg/KgBB/hari IV dibagi dalam 4 dosis, atau
Sefalosporin Generasi ke 3
Dexamethasone dosis awal 0,5 mg/KgBB IV dilanjutkan dengan dosis rumatan 0,5
mg/KgBB IV dibagi dalam 3 dosis, selama 3 hari. Diberikan 30 menit sebelum
pemberian antibiotika
2. Antimikroba Agen Agen ini digunakan untuk mengobati atau mencegah infeksi
yang disebabkan oleh patogen paling mungkin dicurigai atau diidentifikasi seperti
Ceftriaxone (Rocephin), Sefotaksim (Claforan)
3. AntivirusAgen
Agen ini mengganggu replikasi virus, mereka melemahkan atau meniadakan
aktivitas virus. Seperti Acyclovir (Zovirax), Gansiklovir (Cytovene)
4. Antijamur Agen ini digunakan dalam pengelolaan penyakit menular yang
disebabkan oleh jamur. Nama obat : Flukonazol (Diflucan), Flusitosin (Ancobon)
5. Antitubercular Agen untuk Meningitis tuberkulosaAgen ini digunakan dalam
pengelolaan penyakit mikobakteri dalam kombinasi dengan agen antitubercular
lainnya. Nama obat : Isoniazid , Rifampicin
6. Kortikosteroid
Penggunaan steroid telah terbukti meningkatkan hasil keseluruhan dari pasien
dengan beberapa jenis meningitis bakteri, seperti H influenzae, tuberkulosis, dan
meningitis pneumokokus. Jika steroid diberikan, mereka harus diberikan sebelum
atau selama pemberian terapi antimikroba. Nama obat : Deksametason
7. DiuretikAgen
Agen ini digunakan untuk mengurangi tekanan intrakranial dan mengobati edema
otak. Nama Obat : manitol
8. Menghentikan kejang:
Diazepam 0,2-0,5 mg/KgBB/dosis IV atau 0,4-0,6 mg/KgBB/dosis REKTAL
SUPPOSITORIA, kemudian dilanjutkan dengan:
Phenytoin 5 mg/KgBB/hari IV/PO dibagi dalam 3 dosis atau
Phenobarbital 5-7 mg/Kg/hari IM/PO dibagi dalam 3 dosis
9. Antipiretika: Paracetamol 10 mg/KgBB/dosis PO atau Ibuprofen 5-10
mg/KgBB/dosis PO diberikan 3-4 kali sehari
2) Penanganan non-farmakologi
1. Konsumsi cairan sebanyak mungkin
2. Istirahat secara total
3. Diet makanan
4. Mandi air hangat
2.11 Prognosis
Penderita meningitis dapat sembuh, baik sembuh dengan cacat motorik atau mental atau
meninggal tergantung :
1. umur penderita.
2. Jenis kuman penyebab
3. Berat ringan infeksi
4. Lama sakit sebelum mendapat pengobatan
5. Kepekaan kuman terhadap antibiotic yang diberikan
6. Adanya dan penanganan penyakit
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN MENINGITIS

3.1 Pengkajian Meningitis

 · Identitas :

Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, alamat, tanggal masuk rumah sakit, nomor
registrasi, tanggal pengkajian dan diagnose medis.

 · Keluhan utama :

Panas badan meningkat, kejang dan kesadara menurun.

 · Riwayat penyakit sekarangm :

Anak rewel, gelisah, muntah-muntah, panas badan meningkat.

 · Riwayat penyakit dahulu :

klien sebelumnya menderita batuk, pilek, herpes

 · Riwayat kesehatan keluarga :

Keluarga pernah menderita penyakit yang disebabkan oleh virus contoh; Herpes dan lain-lain.

 · Imunisasi :

kapan terakhirkali diberi imunisasi.

 · pemeriksaan fisik (ROS)

- B1 (Breating)
Perubahan pernapasan karena peningkatan tekanan intracranial
- B2 (Blood)
Adanya kompresi pada pusat vasokonstriktor menyebabkan terjadinya iskemik pada daerah
tersebut, hal ini yang menyebabkan terangsangnya vasomotor sehingga tekanan darah
meningkat
- B3 (Brain)
Kesadaran menurun disebabkan oleh gangguan metabolism dan difusi serebral yang
berkaitan dengan kegagalan neural akibat proses peradangan otak.
- B4 (Blader)
Biasanya pada pasien ensefalitis kebiasaan mitce normal frekuensi normal.
- B5 (Bowel)
Penderita akan merasa mual dan muntah karena peningkatan tekanan intracranial yang
menstimulus hipotalamus anterior dan nervus vagus sehingga peningkatan sekresi asam
lambung (F. Sri Susilanigsih, 1994).
3.2 Analisa Data
No Data Fokus Masalah Etiologi
1 DS: Resiko penyebaran hematogen
- Klien mengatakan sudah 3 hari infeksi
tidak bisa bangun dari tempat
tidur
- Klien mengeluh nyeri kepala dan
lemas
-
DO:
Pemeriksaan lumbal fungsi :
hasil kultur + Neisseria
meningitidis grup B
2 DS: Hipertermia Penyakit
Klien mengatakan merasa demam (meningitis)
disertai menggigil
DO:
Suhu: 390C
3 DS: Nyeri akut Agens cidera
Klien mengeluh nyeri kepala dan biologis
lemas (infeksi)
DO:
- Kaku kuduk (+)
- Kernig’g sign (+)
- Pemeriksaan lumbal fungsi : hasil
kultur + Neisseria meningitidis
grup B
- Klien mendapatkan terapi
panadol 500mg
- Klien diberikan Cefotaxime 2 x 1
gram bd.
- Klien diberikan Dexamethasone
0,15 mg/kg setiap 6 jam

4 DS: Mual Biofisik


Klien mengatakan merasa mual (meningitis)
dan muntah
DO:
- Kaku kuduk (+)
- Kernig’g sign (+)
- Pemeriksaan lumbal fungsi : hasil
kultur + Neisseria meningitidis
grup B
- Klien mendapatkan terapi
panadol 500mg
- Klien diberikan Cefotaxime 2 x 1
gram bd.
- Klien diberikan Dexamethasone
0,15 mg/kg setiap 6 jam

5 DS: Resiko Peningkatan


- Klien mengatakan sudah 3 hari ketidakefektifan TIK
tidak bisa bangun dari tempat perfusi jaringan
cerebral
tidur
- Klien mengeluh nyeri kepala dan
lemas
- Klien mengatakan merasa mual
dan muntah
- Klien mengatakan merasa
demam disertai menggigil
DO:
- Suhu: 390C
- Kaku kuduk (+)
- Kernig’g sign (+)
- Pemeriksaan lumbal fungsi : hasil
kultur + Neisseria meningitidis
grup B
- Klien mendapatkan terapi
panadol 500mg
- Klien diberikan Cefotaxime 2 x 1
gram bd.
- Klien diberikan Dexamethasone
0,15 mg/kg setiap 6 jam

6 DS: Hambatan mobilitas Nyeri dan


Klien mengatakan sudah 3 hari fisik gangguan
tidak bisa bangun dari tempat neuromuscular
tidur
DO:
- Suhu: 390C
- Kaku kuduk (+)
- Kernig’g sign (+)
- Pemeriksaan lumbal fungsi : hasil
kultur + Neisseria meningitidis
grup B
- Klien mendapatkan terapi
panadol 500mg
- Klien diberikan Cefotaxime 2 x 1
gram bd.
- Klien diberikan Dexamethasone
0,15 mg/kg setiap 6 jam

7 DS: Resiko dekubitus Penurunan


Klien mengatakan sudah 3 hari mobilitas
tidak bisa bangun dari tempat
tidur
DO:
- Suhu: 390C
- Kaku kuduk (+)
- Kernig’g sign (+)
- Pemeriksaan lumbal fungsi : hasil
kultur + Neisseria meningitidis
grup B
- Klien mendapatkan terapi
panadol 500mg
- Klien diberikan Cefotaxime 2 x 1
gram bd.
- Klien diberikan Dexamethasone
0,15 mg/kg setiap 6 jam

3.3 Diagnosa Keperawatan


1 -Resiko infeksi berhubungan dengan hematogen
2 -Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan peningkatan TIK
3 - Hipertermia berhubungan dengan penyakit
4 - Nyeri akut berhubungan dengan agens cidera biologis (infeksi)
5 Mual berhubungan dengan biofisik (meningitis)
-

6 Hambatan mobilitas ditempat tidur berhubungan dengan nyeri dan gangguan neuromuscular
-

7 Resiko dubitus berhubungan dengan penurunan mobilitas


-
3.4 Intervensi
Tanggal Diagnosa Tujuan dan Kriteria Tindakan
Keperawatan Hasil
Kamis, Infeksi Setelah dilakukan 1. 1.Mengidentifikasi
01-09- tindakan 2 X 24 jam, faktor resiko infeksi
2016 tidak terjadi penyebaran 2. 2.Mengidentifikasi
Pukul infeksi. Dengan kriteria tanda dan gejala
09.00 hasil: infeksi
- 1.Suhu tubuh pasien 3. 3.Memonitor status
normal (36,70C – 37,70C) perubahan kesehatan
- 2.TTV klien normal: 4. 4.Melakukan
Suhu ((36,70C-37,70C) vaksinisasi yang
RR : 16-20 kali/menit direkomendasikan
5. 5.Kolaborasi dengan
Nadi: 60 – 100 kali/menit
TD: 120/80 dokter pemberian
(normal) antibiotik
- Hasil pemeriksaan
lumbal fungsi klien (-)

Kamis, Resiko ketidak Setelah dilakukan 1. 1.Monitor status


01-09- efektifan tindakan keperawatan neurologi setiap 2
2016 perfusi selama 1 X 24 jam, jam: tingkat
pukul jaringan diharapkan : kesadaran, pupil,
09.00 cerebral 1. 1 Nilai TIK normal reflex, kemampuan
berhubungan 1. 2 Tanda vital normal motoric, nyeri kepala,
peningkatan 2. 3 Tidak terjadi defisit kaku kuduk.
TIK neurologi 2. 2.Pertahankan tirah
baring dengan posisi
kepala datar
3. 3.Pantau tanda tanda
vital sesuai indika
setelah tindakan
lumbal
4. 4.Pantau GCS klien
5. Beri tindakan yang
menimbulkan rasa
nyaman.
6. 5.Kolaborasi dengan
dokter pemberian
dexamethason dan
terapi O2.
Kamis, Hipertermia Setelah dilakukan 1. 1.Monitor tanda-
01-09- berhubungan tindakan 1 X 24 jam, tanda vital
2016 dengan suhu tubuh klien normal.2. 2.Melakukan control
Pukul penyakit Dengan criteria hasil : infeksi
09.15 - 1 Suhu ((36,70C – 3. 3.Melakukan
37,70C) pengecekan suhu
- RR : 16-20 kali/menit secara berskala
- 4. 4.Memandikan
Nadi: 60 – 100 kali/ment
- TD: 120/80 pasien dengan air

(normal) hangat.

- 2 Klien tidak merasa 5. 5.Kolaborasi


pemberian obat
menggigil lagi
antipiretik
6. Kolaborasi
pemberian nutrisi
total perenteral
Kamis, Nyeri akut Setelah dilakukan 1. 1 Melakukan
01-09- berhubungan tindakan selama 1 X 24 manajemen nyeri
2016 dengan agens jam, nyeri dapat teratasi 2. 2.Hindari pasien dari
Pukul cidera biologis dengan kriteria hasil : suara-suara bising
09.20 (infeksi) - 1.Skala nyeri 0 3. 3.Atur posisi pasien
- 2.Klien tidak mengeluh senyaman mungkin
sakit kepala lagi 4. Memberikan terapi
- 3. Klien tidak merasa relaksasi

lemas lagi 5. 5.Kolaborasi


pemberian obat
analgesik
Kamis, Mual Setelah dilakukan 1. 1.Monitor asupan dan
01-09- berhubungan tindakan selama 1 X 24 haluaran cairan
2016 dengan jam, mual dapat teratasai. pasien
pukul biofisik Dengan kriteria hasil: 2. 2.Melakukan
10.00 (meningitis) - 1.Nafsu dapat manajemen mual dan
mengontrol mual dan muntah
muntah 3. 3.Monitor
- 2.Nafsu makan klien kesimbangan nutrisi
meningkat pasien
- 3.Terjadi keseimbangan4. 4.Kolaborasi
elektrolit dan asam basa pemberian terapi
intravena
Kamis, Hambatan Setelah dilakukan 1. 1.Kaji tingkat
01-09- mobilitas tindakan keperawatab kemampuan ROM
2016 ditempat tidur selama 4 X 24 jam, klien aktif pasien
pukul berhubungan dapat melakukan 2. 2.Melakukan latihan
19.00 dengan nyeri mobiliasasi. Dengan peregangan
dan gangguan kriteria hasil: 3. 3.Melakukan terapi
neuromuscular1. 1.TTV klien normal : pergerakan sendi
Nadi klien normal (60- 4. 4.Melakukan
100 kali/menit) pengaturan posisi
TD: 120/80 pasien (miring kanan
2. 2. Skala nyeri 0 dan miring kiri)
3. 3.Klien dapat melakukan5. 5 Kolaborasikan pada
ambulasi fisioterapi dalam
4. 4.Klien dapat melakukan terapi
menggerakn sendi-sendi ROM
tubuhnya
5. 5. Fisik pasien kembali
bugsar
Jumat, Resiko dubitus Setelah diberikan asuhan1. 1.Pantau tanda-tanda
01-09-
2016 berhubungan keperawatan selama vital klien
pukul
dengan 2x24 jam resiko 2. 2.Anjurkan klien
18.00
penurunan dekubitus dapat diatasi miring kanan dan
mobilitas dengan criteria hasil : miring kiri
1. 1.Klien dapat 3. 3.Berikan posisi
menggerakan tubuhnya. nyaman klien
2. 2.Klien tidak lemas 4. 4.Bersikan tubuh
3. 3. Klien bisa bangun dari pasien secara teratur
tempat tidur 5. 5.Kolaborasikan
dengan ahli
fisioterapi
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Meningitis adalah suatu reksi keradangan yang mengenai satu atau semua apisan
selaput yang membungkus jaringan otak dan sumsum tulang belakang, yang menimbulkan
eksudasi berupa pus atau serosa.Disebabkan oleh bakteri spesifik atau nonspesifik atau virus.
Kasus meningitis harus ditangani secepatnya karena dianggap sebagai kondisi medis
darurat.Meningitis bisa menyebabkan septikema dan ini bisa berujung pada kematian.Gejala
yang biasanya di tampakkan oleh penderita Meningitis adalah sakit kepala, demam, sakit
otot-otot, dan lain-lain.
untuk mencegah agar tidak terjangkit penyakit meningitis yaitu dengan mencuci
tangan, berlatih hidup higienis, pola hidup sehat, menutup mulut saat bersin atau batuk, jika
sedang hamil berhati-hatilah dalam memilih makanan.
Banyak kasus meningitis virus dan bakteri bisa dicegah dengan berbagai macam
vaksin.Bicarakan dengan dokter jika Anda tidak yakin apakah vaksinasi Anda yang terbaru
atau tidak.

4.2 Saran
Dengan terselesaikannya makalah ini diharapkan mahasiswa Program Studi DIII
Keperawatan Universitas Bondowoso dapat memahami konsep patofisiologis Meningitis
dengan baik serta hubungannya dengan ilmu keperawatan yang tengah ditekuni. Hal tersebut
ditujukan agar mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan Universitas Bondowoso dapat
memiliki kompetensi yang tinggi dalam perawatan terhadap Meningitis. Serta mampu untuk
menjalankan peranan keperawatan baik untuk sasaran perorangan ataupun komunitas.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2007. Apa Itu Meningitis. URL :http://www.bluefame.com/lofiversion/index-
php/t47283.html (Diakses pada tanggal 20 Januari 2015, 14.05 WIB)
Japardi, Iskandar. 2002. Meningitis Meningococcus. USU digital library URL :
http://library.usu.ac.id/download/fk/bedah-iskandar%20japardi23.pdf (Diakses pada tanggal,
20 Januari 2015, 14.10 WIB)
Quagliarello, Vincent J., Scheld W. 1997. Treatment of Bacterial Meningitis. The New
England Journal of Medicine. 336 : 708-16 URL :
http://content.nejm.org/cgi/reprint/336/10/708.pdf (Diakses pada tanggal 20 Januari 2015,
14.15 WIB

You might also like