Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
Hanifah (16016)
Hamrotun Nisak (16015)
Rica Triagustin (16000)
Imam Thobroni (16000)
Moh Ilham (16000)
Nikmah Ajrul Amilin (16000)
Moh Adi Fatta S (16024)
AKADEMI KEPERAWATAN
NAZHATUT THULLAB SAMPANG
2018/2019
BAB 1
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
1.Dapat memahami konsep meningitis yang merupakan penyakit infeksi.
2.Dapat memahami patofisiologi gambaran penyakit meningitis secara menyeluruh.
3.Dapat menjalankan implikasi patofisiologi penyakit meningitis dalam bidang
keperawatan dan peranan keperawatan terhadap penyakit tersebut.
BAB II
KONSEP PENYAKIT
2.1 Definisi
Meningitis adalah radang pada meningen (membran yang mengelilingi otak dan
medula spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri atau organ-organ jamur.
Meningitis merupakan infeksi akut dari meninges, biasanya ditimbulkan oleh salah
satu dari mikroorganisme pneumokok, Meningokok, Stafilokok, Streptokok, Hemophilus
influenza dan bahan aseptis (virus).
Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan serebrospinal dan spinal
column yang menyebabkan proses infeksi pada sistem saraf pusat.
Jadi meningitis adalah suatu reksi keradangan yang mengenai satu atau semua apisan
selaput yang membungkus jaringan otak dan sumsum tulang belakang, yang menimbulkan
eksudasi berupa pus atau serosa.Disebabkan oleh bakteri spesifik atau nonspesifik atau virus.
2.2 Etiologi
Bakteri yang dapat menyebabkan serangan meningitis diantaranya :
Streptococcus pneumoniae (pneumococcus)
Bakteri ini paling umum menyebabkan meningitis pada bayi ataupun anak-anak.Jenis
bakteri ini juga yang bisa menyebabkan infeksi pneumonia, telinga dan rongga hidung
(sinus).
Neisseria meningitides (meningcoccus)
Bakteri ini merupakan penyebab kedua terbanyak setelah Streptococcus pneumoniae,
meningitis terjadi akibat adanya infeksi pada saluran nafas bagian atas yang kemudian
bakterinya masuk kedalam peredaran darah
Haemophilus influinzae
Tipe b (Hib) adalah jenis bakteri yang juga dapat menyebabkan meningitis. Jenis virus
ini sebagai penyebabnya infeksi pernafasan bagian atas, telinga bagian dalam dan
sinusitis.Pemberian vaksin (Hib vaccine) telah membuktikan terjadinya angka penurunan
pada kasus meningitis yang disebabkan oleh virus jenis ini.
Listeria monocytogenes (listeria)
Ini merupakan salah satu jenis bakteri yang juga bisa menyebabkan meningitis.Bakteri
ini dapat ditemukan dibanyak tempat, dalam debu dan dalam makanan yang
terkontaminasi.Makanan ini biasanya yang berjenis keju, hot dog dan daging sandwich yang
mana bakteri ini berasal dari hewan lokal (peliharaan).
Bakteri lainnya juga dapat menyebabkan meningitis adalah Saphylococcus aureus dan
Mycobacterium tubercolosis.
2.3Epidemiologi
Meskipun meningitis adalah suatu penyakit yang harus dilaporkan di banyak negara,
insidens sebenarnya masih belum diketahui.Meningitis bakterial terjadi pada kira-kira 3 per
100.000 orang setiap tahunnya di negara-negara Barat. Studi populasi secara luas
memperlihatkan bahwa meningitis virus lebih sering terjadi, sekitar 10,9 per 100.000 orang,
dan lebih sering terjadi pada musim panas. Di Brasil, angka meningitis bakterial lebih tinggi,
yaitu 45,8 per 100,000 orang setiap tahun. Afrika Sub-Sahara sudah mengalami epidemik
meningitis meningokokus yang luas selama lebih dari satu abad, sehingga disebut “sabuk
meningitis”. Epidemik biasanya terjadi dalam musim kering (Desember sampai Juni), dan
gelombang epidemik bisa berlangsung dua atau tiga tahun, mereda selama musim
hujan.Angka serangan dari 100–800 kasus per 100.000 orang kurang terlayani oleh pelayanan
medis. Kasus-kasus ini sebagian besar disebabkan oleh
meningokokus. Epidemik terbesar yang pernah tercatat dalam sejarah melanda seluruh
wilayah ini pada 1996–1997, yang menyebabkan lebih dari 250.000 kasus dan 25.000
kematian.
Epidemik penyakit meningokokus terjadi di daerah-daerah di mana orang tinggal
bersama untuk pertama kalinya, seperti barak tentara selama mobilisasi, kampus perguruan
tinggi dan ziarah Haji tahunan.Walaupun pola siklus epidemik di Afrika tidak dipahami
dengan baik, beberapa faktor sudah dikaitkan dengan perkembangan epidemik di daerah
sabuk meningits. Faktor-faktor itu termasuk: kondisi medis (kerentanan kekebalan tubuh
penduduk), kondisi demografis (perjalanan dan perpindahan penduduk dalam jumlah besar),
kondisi sosial ekonomi (penduduk yang terlalu padat dan kondisi kehidupan yang miskin),
kondisi iklim (kekeringan dan badai debu), dan infeksi konkuren (infeksi pernafasan akut).
Ada perbedaan signifikan dalam distribusi lokal untuk kasus meningitis bakterial.
Contohnya, N. meningitides grup B dan C menyebabkan kebanyakan penyakit di Eropa,
sedangkan grup A ditemukan di Asia dan selalu menonjol di Afrika, di mana bakteri ini
menyebabkan kebanyakan epidemik besar di daerah sabuk meningitis, yaitu sekitar 80%
hingga 85% kasus meningitis meningokokus yang didokumentasikan
.
2.4 Patogenesis/Patofisiologi
Efek peradangan akan menyebabkan peningkatan cairan cerebro spinalis yang dapat
menyebabkan obstruksi dan selanjutnya terjadi hidrosefalus dan peningkatan tekanan intra
kranial. Efek patologi dan peradangan tersebut adalah : Hiperemi pada meningen. Edema dan
eksudasi yang menyebabkan peningkatan tekanan intra kranial.
Organisme masuk melalui sel darah merah pada blood brain barrier.Masuknya dapat
melalui trauma penetrasi, prosedur pembedahan, atau pecahnya abses serebral atau kelainan
sistem saraf pusat.Otorrhea atau rhinorrea akibat fraktur dasar tengkorak dapat menimbulkan
meningitis, dimana dapat terjadi hubungan antara GSF dan dunia luar.
Masuknya mikroorganisme ke susunan saraf pusat melalui ruang sub arachnoid dan
menimbulkan respon peradangan pada via, arachnoid, CSF dan ventrikel.
Dari reaksi radang muncul eksudat dan perkembangan infeksi pada ventrikel, edema
dan skar jaringan sekeliling ventrikel menyebabkan obstruksi pada CSF dan menimbulkan
hidrosefalus.
Meningitis bakteri, netrofil, monosit, limfosit, dan yang lainnya merupakan sel respon
radang.Eksudat terdiri dari bakteri fibrin dan lekosit yang di bentuk diruang
subarachnoid.Penumpukan pada CSF disekitar otak dan medula spinalis.Terjadi vasodilatasi
yang cepat dari pembuluh darah dapat menimbulkan ruptur atau trombosis dinding pembuluh
darah dan jaringan otak dapat menjadi infarct.
Meningitis virus sebagai akibat dari penyakit virus seperti meales, mump, herpes
simplek dan herpes zoster. Pembentukan eksudat pada umumnya tidak terjadi dan tidak ada
mikroorganisme pada kultur CSF.
2.5 Manifestasi Klinis (Tanda Dan Gejala)
Kasus meningitis harus ditangani secepatnya karena dianggap sebagai kondisi medis
darurat.Meningitis bisa menyebabkan septikema dan ini bisa berujung pada kematian.
Gejala Meningitis Bakterialis Pada Remaja dan Orang Dewasa
Jika Anda dicurigai mengidap meningitis bakterialis, Anda harus segera menghubungi
rumah sakit terdekat atau segera menuju ke rumah sakit secepatnya. Ada tanda-tanda awal
yang mungkin Anda lihat sebelum gejala-gejala yang lain muncul. Meningitis bakterialis
memiliki gejala yang muncul secara tiba-tiba dan bisa memburuk dengan cepat.
Jika terjadi demam tinggi disertai dengan pertanda awal di bawah ini, harap segera
menghubungi dokter atau langsung menunju rumah sakit terdekat.Sekali lagi, ini merupakan
kondisi medis darurat. Tanda-tanda awalnya adalah:
1. Nyeri pada otot dan persendian, misalnya pada tangan dan kaki
2. Tangan dan kaki akan kedinginan atau bahkan menggigil
3. Kulit pucat atau muncul bintik-bintik merah yang tersebar
4. Bibir terlihat biru
Gejala awal dari meningitis bakterialis sangat umum dan mirip dengan penyakit lain,
di antaranya demam, sakit kepala parah, badan merasa tidak enak, mual, muntah-muntah.
Demam berarti suhu tubuh mencapai 38° Celcius atau lebih, hal ini bisa terjadi pada
orang dewasa dan anak-anak. Tanda demam lainnya adalah wajah akan terasa panas saat
disentuh dan kulit akan terlihat memerah.
Saat meningitis bakterialis bertambah parah, kondisi ini bisa menyebabkan beberapa hal
seperti berikut ini :
1. Bernapas cepat
2. Bingung
3. Mengantuk
4. Leher kaku, meski hal ini jarang terjadi pada anak kecil
Ruam merah terang yang tidak memudar atau berubah warna saat gelas ditekan di atas
ruam itu. Tapi gejala ini tidak selalu ada pada setiap orang
Sensitif terhadap cahaya (fotofobia), hal ini jarang terjadi pada anak kecil
Kejang-kejang
Perlu diingat bahwa tanda dan gejala di penderita meningitis bisa berbeda-
beda.Sebagian besar hanya mengalami sebagian gejala-gejala di atas.
Gejala Meningitis Bakterialis Pada Anak Kecil dan Bayi
Anak kecil dan bayi memiliki gejala-gejala meningitis bakterialis berbeda.Ada
kemungkinan terjadi pembengkakan pada bagian ubun-ubun pada sebagian bayi yang
mengidap meningitis. Gejala-gejala yang mungkin terjadi di antaranya:
1. Terus menerus menangis tanpa alas an
2. Mudah marah dan tidak mau digendong
3. Kehilangan selera makan
4. Muntah-muntah
5. Pucat dan muncul bintik-bintik merah
6. Sangat mengantuk dan tidak ingin bangun
7. Lunglai dan tidak responsif. Pergerakan yang kaku dan patah-patah
8. Tatapan kosong
Gejala Meningitis Virus
Gejala-gejala flu ringan akan muncul pada kebanyakan orang yang mengidap
meningitis virus seperti demam, sakit kepala, dan badan merasa tidak sehat.Meningitis virus
biasanya tidak berlanjut menjadi septikemia atau infeksi darah, berbeda halnya dengan
meningitis bakterialis yang berpotensi terjadi komplikasi. Tapi pada kasus yang lebih parah,
gejala-gejala meningitis virus dapat berupa :
1. Diare
2. Mual dan muntah-muntah
3. Leher kaku
4. Nyeri otot atau persendian
5. Mata menjadi sensitif terhadap cahaya (fotofobia)
2.6 Klasifikasi
1) Asepsis
Meningitis asepsis mengacu pada salah satu meningitis virus atau menyebabkan iritasi
meningen yang disebabkan oleh abses otak, ensefalitis, limfoma, leukimia, atau darah di
ruang subarakhnoid.
Spesifikasi :
Disebabkan oleh virus seperti campak, mumps, herpes simpleks, dan herpes zooster.
Tidak terbentuk eksudat dan pada pemeriksaan cairan serebrospinal (CSS) tidak
ditemukan adanya organisme.
Inflamasi terjadi pada korteks serebri, white matter, dan lapisan menigens.
2) Sepsis
Meningitis bakterial merupakan salah satu penyakit infeksi yang menyerang susunan
saraf pusat, mempunyai resiko tinggi dalam menimbulkan kematian, dan kecacatan.
Diagnosis yang cepat dan tepat merupakan tujuan dari penanganan meningitis bakteri
(Pradana, 2009).
Meningitis sepsis menunjukkan meningitis yang disebabkan oleh organisme bakteri seperti
meningokokus, stafilokokus atau basilus influenza.
3) Tuberculosa
Etiologi dari meningitis tuberkulosa adalah Mycobacterium tuberculosis (Pradana, 2009)
Untuk meningitis tuberkulosa sendiri masih banyak ditemukan di Indonesia karena
morbiditas tuberkulosis masih tinggi. Meningitis tuberkulosa bukanlah karena terinfeksinya
selaput otak langsung oleh penyebaran hematogen, melainkan biasanya sekunder melalui
pembentukan tuberkel pada permukaan otak, sumsung tulang belakang atau vertebra yang
kemudian pecah kedalam rongga arakhnoid (Pradana, 2009).
2.7 Pemeriksaan Penunjang
1) Lumbal Pungsi
Lumbal pungsi adalah upaya pengeluaran cairan serebrospinal dengan memasukan
jarum ke dalam ruang subarakhnoid diantara tulang belakang daerah lumbal ketiga dan
keempat atau antara lumbal keempat dan kelima hingga mencapai ruang subarachnoid
dibawah medulla spoinalis di bagian causa. Test ini dilakukan untuk pemeriksaan cairan
serebrospinalis. Pemeriksaan cairanserebrospinal sangat membantu dalam mendiagnosa
penyakit-penyakit neurologi.Selain itu juga untuk evaluasi pengobatan dan perjalanan
penyakit
Hasil pemeriksaan lumbal pungsi :
2) EEG (Electroencephalography)
3) CT Scan
5) Angiografi serebral
Membantu menentukan perdarahan, obstruksi arteri atau adanya Titik oklusi/ ruptur.
sebuah teknik sinar-x di mana zatwarna disuntikkan ke dalam arteri yang mengarah ke
otak
2.8 Komplikasi
Penyakit meningokokus adalah kondisi dimana meningitis dan infeksi darah terjadi
bersamaan. Dari seluruh kasus meningitis, diperkirakan 25% orang dengan penyakit
meningokokus akan mengalami komplikasi. Meningitis bakterialis bisa memberi tekanan
yang berat pada tubuh dan otak.Tingkat keparahan komplikasi bisa bersifat sementara atau
permanen, serta berbeda-beda pada berbagai orang.
Risiko komplikasi makin tinggi jika infeksi meningitis makin parah.Komplikasi ini
lebih sering terjadi pada kasus meningitis bakterialis daripada kasus meningitis virus. Berikut
ini adalah beberapa komplikasi yang bisa terjadi:
1. Masalah ingatan atau konsentrasi
2. Kehilangan pendengaran, bisa parsial atau total
5. Haus perhatian dan ingin selalu dekat dengan orang tersayang – misalnya, anak-anak
merasa cemas saat tidak bersama orang tuanya.
2.10 Penatalaksanaan
1) Penanganan farmakologi
· Identitas :
Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, alamat, tanggal masuk rumah sakit, nomor
registrasi, tanggal pengkajian dan diagnose medis.
· Keluhan utama :
Keluarga pernah menderita penyakit yang disebabkan oleh virus contoh; Herpes dan lain-lain.
· Imunisasi :
- B1 (Breating)
Perubahan pernapasan karena peningkatan tekanan intracranial
- B2 (Blood)
Adanya kompresi pada pusat vasokonstriktor menyebabkan terjadinya iskemik pada daerah
tersebut, hal ini yang menyebabkan terangsangnya vasomotor sehingga tekanan darah
meningkat
- B3 (Brain)
Kesadaran menurun disebabkan oleh gangguan metabolism dan difusi serebral yang
berkaitan dengan kegagalan neural akibat proses peradangan otak.
- B4 (Blader)
Biasanya pada pasien ensefalitis kebiasaan mitce normal frekuensi normal.
- B5 (Bowel)
Penderita akan merasa mual dan muntah karena peningkatan tekanan intracranial yang
menstimulus hipotalamus anterior dan nervus vagus sehingga peningkatan sekresi asam
lambung (F. Sri Susilanigsih, 1994).
3.2 Analisa Data
No Data Fokus Masalah Etiologi
1 DS: Resiko penyebaran hematogen
- Klien mengatakan sudah 3 hari infeksi
tidak bisa bangun dari tempat
tidur
- Klien mengeluh nyeri kepala dan
lemas
-
DO:
Pemeriksaan lumbal fungsi :
hasil kultur + Neisseria
meningitidis grup B
2 DS: Hipertermia Penyakit
Klien mengatakan merasa demam (meningitis)
disertai menggigil
DO:
Suhu: 390C
3 DS: Nyeri akut Agens cidera
Klien mengeluh nyeri kepala dan biologis
lemas (infeksi)
DO:
- Kaku kuduk (+)
- Kernig’g sign (+)
- Pemeriksaan lumbal fungsi : hasil
kultur + Neisseria meningitidis
grup B
- Klien mendapatkan terapi
panadol 500mg
- Klien diberikan Cefotaxime 2 x 1
gram bd.
- Klien diberikan Dexamethasone
0,15 mg/kg setiap 6 jam
6 Hambatan mobilitas ditempat tidur berhubungan dengan nyeri dan gangguan neuromuscular
-
(normal) hangat.
4.1 Kesimpulan
Meningitis adalah suatu reksi keradangan yang mengenai satu atau semua apisan
selaput yang membungkus jaringan otak dan sumsum tulang belakang, yang menimbulkan
eksudasi berupa pus atau serosa.Disebabkan oleh bakteri spesifik atau nonspesifik atau virus.
Kasus meningitis harus ditangani secepatnya karena dianggap sebagai kondisi medis
darurat.Meningitis bisa menyebabkan septikema dan ini bisa berujung pada kematian.Gejala
yang biasanya di tampakkan oleh penderita Meningitis adalah sakit kepala, demam, sakit
otot-otot, dan lain-lain.
untuk mencegah agar tidak terjangkit penyakit meningitis yaitu dengan mencuci
tangan, berlatih hidup higienis, pola hidup sehat, menutup mulut saat bersin atau batuk, jika
sedang hamil berhati-hatilah dalam memilih makanan.
Banyak kasus meningitis virus dan bakteri bisa dicegah dengan berbagai macam
vaksin.Bicarakan dengan dokter jika Anda tidak yakin apakah vaksinasi Anda yang terbaru
atau tidak.
4.2 Saran
Dengan terselesaikannya makalah ini diharapkan mahasiswa Program Studi DIII
Keperawatan Universitas Bondowoso dapat memahami konsep patofisiologis Meningitis
dengan baik serta hubungannya dengan ilmu keperawatan yang tengah ditekuni. Hal tersebut
ditujukan agar mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan Universitas Bondowoso dapat
memiliki kompetensi yang tinggi dalam perawatan terhadap Meningitis. Serta mampu untuk
menjalankan peranan keperawatan baik untuk sasaran perorangan ataupun komunitas.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2007. Apa Itu Meningitis. URL :http://www.bluefame.com/lofiversion/index-
php/t47283.html (Diakses pada tanggal 20 Januari 2015, 14.05 WIB)
Japardi, Iskandar. 2002. Meningitis Meningococcus. USU digital library URL :
http://library.usu.ac.id/download/fk/bedah-iskandar%20japardi23.pdf (Diakses pada tanggal,
20 Januari 2015, 14.10 WIB)
Quagliarello, Vincent J., Scheld W. 1997. Treatment of Bacterial Meningitis. The New
England Journal of Medicine. 336 : 708-16 URL :
http://content.nejm.org/cgi/reprint/336/10/708.pdf (Diakses pada tanggal 20 Januari 2015,
14.15 WIB