You are on page 1of 2

Sintesis Insulin

Insulin dibentuk dalam reticulum endoplasma kasar sel B. Insulin kemudian dipindahkan ke
apparatus golgi, tempat ia mengalami pengemasan dalam granula berlapis membrane. Granula
ini bergerak ke membrane plasma melalui suatu proses yang melibatkan mikrotubulus, dan isi
granula dikeluarkan melalui eksitosis. Insulin kemudian melintasi lamina basalis sel B serta
kapiler di dekatnya dan endotel kapiler yang berpori untuk mencapai aliran darah.
Seperti hormone polipeptida dan protein serupa lain yang masuk ke dalam reticulum
endoplasma, insulin disintesis sebagai suatu bagian dari praprohormon yang berukuran besar.
Pada manusia, gen untuk insulin terletak di lengan pendek kromosom 11. Praproinsulin
memiliki peptide sinyal asam amino 23 yang dikeluarkan sewaktu molekul ini molekul ini
memasuki reticulum endoplasma. Molekul sisanya kemudian berlipat, lalu terbentuk ikatan
disulfide sehingga akhirnya terbentuk proinsulin. Segmen peptide yang menghubungkanrantai
A dan B, connecting peptide (peptide C), mempermudah melipatnya molekul dan kemudian
terlepas dari granula sebelum sekresi. Peptide C dapat diukur dengan radioimmunoassay, dan
kadarnya digunakan untuk menilai indeks fungsi sel B pada pasien yang mendapat insulin
eksogen.

3.3 Memahami dan Menjelaskan Manifestasi klinis Diabetes Mellitus


Berbagai keluhan dapat ditemukan pada penyandang diabetes. Kecurigaan adanya DM
perlu dipikirkan apabila terdapat keluhan klasik DM seperti di bawah ini :
A. Keluhan klasik DM berupa : poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat
badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya
B. Keluhan lain dapat berupa : lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, dan
disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulvae pada wanita

Menurut Newsroom (2009) seseorang dapat dikatakan menderita Diabetes Melitus


apabila menderita dua dari tiga gejala yaitu :
A. Keluhan TRIAS: Banyak minum, Banyak kencing dan Penurunan berat badan.
B. Kadar glukosa darah pada waktu puasa lebih dari 120 mg/dl.
C. Kadar glukosa darah dua jam sesudah makan lebih dari 200 mg/dl.

Keluhan yang sering terjadi pada penderita Diabetes Mellitus adalah :


Poliuria, Polidipsia, Polifagia, Berat Badan enurun, Lemah, Kesemutan, Gatal, Visus
menurun, Bisul/luka, Keputihan (Waspadji, 1996).

Pencegahan primer dilakukan dengan tindakan penyuluhan dan pengelolaan yang ditujukan
untuk kelompok masyarakat dengan resiko tinggi dan intoleransi glukosa. Materi
penyuluhan meliputi :
A. Program Penyuluhan BB
1) Diet sehat
2) Komposisi diet sehat mengandung sedikit lemak jenuh dan tinggi serat
3) Jumlah asupan kalori ditujukan untuk mencapai berat badan ideal
4) Karbohidrat kompleks dipilih dan diberikan secara bertahap sehingga tidak
menimbulkan puncak (peak) glukosa darah yang tinggi setelah makan
B. Latihan Jasmani
Dikerjakan sedikitnya selama 15 menit/minggu dengan latihan aerobic sedang
(mencapai 50-70% denyut jantung maksimal) atau 90 menit/minggu dengan latihan
aerobic berat (mencapai >70% denyut jantung maksimal). Latihan dibagi 3-4 kali
aktivitas/minggu
C. Menghentikan Kebiasaan Merokok
D. Pada kelompok resiko tinggi diperlukan intervensi farmakologis

1. Pencegahan Sekunder
Adalah upaya mencegah atau menghambat timbulnya penyulit pada pasien yang telah
terdiagnosis DM. Tindakan pencegahan sekunder dilakukan dengan pengendalian kadar
gula sesuai dengan target terapi serta pengendalian factor resiko penyulit yang lain dengan
pemberian pengobatan optimal. Melakukan deteksi dini adanya penyulit merupakan bagian
pencegahan sekunder.

2. Pencegahan Tersier
Ditujukan pada kelompok penyandang diabetes yang telah mengalami penyulit dalam
upaya mencegah terjadinya kecacatan lebih lanjut serta meningkatkan kualitas hidup.
Upaya rehabilitasi dilakukan sedini mungkin untuk mencapai kualitas hidup optimal.
Pencegahan tersier memerlukan pelayanan kesehata komprehensif dan terintegrasi antar
disiplin terkait, Terutama di rumah sakit rujukan.Usaha ini meliputi :
A. Mencegah timbulnya komplikasi
B. Mencegah progresi dari pada komplikasi itu supaya tidak menjadi kegagalan organ
C. Mencegah kecacatan tubuh
Epidemiologi rp
Prevalensi RD pada pasien dengan DM tipe 1 dilaporkan sebesar antara 0-3%. Prevalensi
pasien DM tipe 2 yang baru terdiagnosis didapatkan angka sebesar 6,73,2%.2 Penelitian
oleh Sya’baniyah dkk5 di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo(RSCM) menunjukkan RD
merupakan komplikasi DMpada organ mata terbanyak kedua (24.5%) setelah katarak (47.7%)

Tjokroprawiro, Askandar. 2003. Diabetes Mellitus - Klasifikasi, Diagnosis dan Dasar-dasar


Terapi. Jakarta : PT Garamedia Pustaka Utama
Retinopati Diabetik: Tinjauan Kasus Diagnosis dan Tatalaksana Muhammad Yusran

You might also like