Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Pascapanen
Semua proses penanganan dan pengolahan yang terjadi pada suatu produk pertanian sejak produk tersebut
dipanen sampai dikonsumsi atau digunakan untuk tujuan akhir yang lain; spt. untuk benih, obat-obatan, bahan
baku industri non-pangan, dll.
Hama Pascapanen
Semua jenis hewan yang bepotensi menimbulkan kerugian ekonomi pada komoditas pertanian pada tahapan
pascapanen
SISTEM PASCAPANEN
Panen
Perontokan
Penanganan
Pengeringan
Penggilingan
Transportasi
Penyimpanan
Pengolahan
Peningkatan rendemen 1% dapat menambah pasokan beras nasional sebesar 0.5 juta ton
Penyimpanan:
Kegiatan menyimpan atau menjaga sesuatu secara aman di suatu tempat tertentu untuk kurun waktu tertentu
Sistem Penyimpanan
Penyimpanan Tradisional
a. Untuk keperluan jangka pendek
b. Untuk keperluan jangka panjang
Penyimpanan Modern
a. Sistem tumpuk/stapel
b. Sistem curah
Hama Primer
Serangga hama yang mampu menyerang dan berkembang biak pada komoditas simpanan yang masih utuh
(biasanya jenis komoditas dibatasi pada serealia dan kacang-kacangan)
1. Sitophilus spp. 3. Callosobruchus spp.
2. Rhyzopertha dominica 4. Sitotroga cerealella
Hama Primer
Sitophilus spp.
a. Sitophilus oryzae
b. Sitophilus zeamais
c. Sitophilus granarius
Callosobruchus spp.
a. Callosobrchus maculatus
b. Callosobruchus chinensis
c. Callosobruchus phaseoli
Hama Sekunder
Serangga hama yang hanya dapat hidup dan berkembangbiak pada komo-ditas simpanan yang telah rusak
akibat serangan hama primer, atau komo-ditas simpanan yang telah mengalami pengolahan lanjutan
Tribolium spp. Carpophilus dimidiatus
Alphitobius spp. Lophocateres pusillus
Palorus spp. Tenebroides mauritanicus
Latheticus oryzae Ahasverus advena
Lasioderma serricorne Liposcelis entomophilus
Stegobium paniceum Corcyra cephalonica
Cryptolestes spp. Ephestia spp.
Araecerus fasciculatus Plodia interpunctella
Trogoderma granarium Doloesa viridis
Necrobia rufipes
HAMA PRIMER
Siklus hidup 25-35 hari, keperidian 150 butir telur, dalam hidup imago betina 1-2 minggu (imago tidak makan)
Kondisi optimum: temperatur 32 oC dan RH 90%
Telur diletakkan di permukaan biji, satu telur per biji
Larva dan pupa hidup di dalam biji
HAMA SEKUNDER
Serangga hama yang hanya dapat hidup dan berkembangbiak pada komoditas simpanan yang telah rusak
akibat serangan hama primer, atau komoditas simpanan yang telah mengalami pengolahan lanjutan
Tribolium spp. Carpophilus dimidiatus
Alphitobius spp. Lophocateres pusillus
Palorus spp. Tenebroides mauritanicus
Latheticus oryzae Ahasverus advena
Lasioderma serricorne Liposcelis entomophilus
Stegobium paniceum Corcyra cephalonica
Cryptolestes spp. Ephestia spp.
Araecerus fasciculatus Plodia interpunctella
Trogoderma granarium Doloesa viridis
Necrobia rufipes
Tribolium confusum Jack du Val. (Coleoptera: Tenebrionidae) dan Tribolium castaneum (Herbst.)(Coleoptera:
Tenebrionidae)
Warna tubuh coklat kemerahan, panjang 2,5 -3,5 mm, antena capitate dengan bendolan tiga ruas (T.
castaneum) dan clavate (T. confusum).
Larva pipih memanjang, berwarna krem dengan panjang tubuh < 2,5 mm, kepala dan urogomphi berwarna
gelap.
Tidak dapat menyerang biji-bijian utuh, tetapi menjadi hama penting pada beras di gudang DOLOG
Menyebabkan kontaminasi pada bahan simpanan dalam bentuk tubuh serangga mati, bekas ganti kulit,
kotoran, maupun sekresi dalam bentuk cairan yang dapat menyebabkan perubahan warna dan bau pada
bahan simpanan
Tribolium spp.
Siklus hidup 25 – 35 hari, kondisi optimum temperatur 33 oC dan RH 70%.
Keperidian 500 butir telur, betina dapat hidup selama 1 tahun
Komoditas yang diserang: bebijian yang digiling menjadi tepung, dedak, bungkil kacang tanah dan jagung,
beras, gaplek, biji kakao, biji pala, dan kopra (terutama yang berjamur). Juga ditemukan pada bahan asal
hewan seperti keju.
Siklus hidup 25-30 hari, kondisi optimum temperatur 30-35 oC dan RH 70-90%
Keperidian 300 butir telur dalam hidup betina selama 10 minggu. Imago dapat hidup selama 3 tahun.
Komoditas yang diserangnya: beras, biji pala, fuli, kopra, biji kakao.
Preferensi:
O. mercator pada bebijian berlemak
O. surinamensis pada bahan padat karbohidrat
Komoditas yang diserangnya: Tembakau kering, kopra, biji pala, biji kakao, fuli, material herbarium, makanan
ikan (pelet), kerupuk udang, makaroni, dll.
Fekunditas imago betina 200 – 300 butir telur. Stadium telur 5 hari, stadium larva 65 hari, dan stadium pupa 6
hari. Siklus hidup kira-kira 35 hari pada kondisi optimum, suhu 30 °C dan kelembaban antara 80 – 95%.
Komoditas yang diserang : berbagai jenis tepung dan biji-bijian serealia serta dedak halus yang menumpuk di
sudut-sudut tempat penggilingan padi atau di bawah-bahwah kandang ayam broiler.
Typhaea stercorea L.
(Coleoptera; Mycetophagidae)
Panjang tubuh 2,5-3 mm, warna coklat atau hitam, pada elitra terdapat bintik-bintik kuninga atau kemerahan,
antena capitate dengan bendolan 3 ruas, elitra tidak beralur tetapi dengan rambut-rambut yang tersusun
membujur.
Acarus siro L.
(Acarina: Acaridae
Panjang tubuh betina 0,5 mm dan jantan 0,4 mm, tubuh transparan dan ditumbuhi rambut yang jarang, tungkai
berwarna ungu muda. Imago mempunyai 4 pasang tungkai, sedang larva hanya 3 pasang.
Infestasi oleh tungau terjadi kalau kondisi tempat penyimpanan lembap. Keperidian 20 butir telur, siklus hidup
2 minggu.
Komoditas yang diserang bebijian serealia, pakan ternak, tembakau, dll.
Liposcelis entomophilus
(Psocoptera: Liposcelidae)
Psosid
Umum terdapat di gudang-gudang Bulog, tetapi jarang dijumpai di gudang-gudang pedagang perantara, dan
tidak ditemukan di gudang-gudang KUD atau petani (Hasil survey Hains dan Pranata 1982). Kehadiran
serangga ini dalam jumlah yang melimpah hampir selalu berasosiasi dengan stok yang sering mendapat
perlakuan pestisida. Hal ini diduga karena kematian predatornya yaitu tungau Famili Cheyletidae
(seperti Cheyletus malaccensis) yang sangat rentan terhadap pestisida yang digunakan saat ini. Kematian
serangga hama gudang yang lain akibat perlakuan pestisida juga menyebabkan mereka hidup tanpa pesaing.
Di USA, infestasi psosid umumnya terjadi pada komoditas yang kadar airnya tinggi dan terkontaminasi oleh
kapang (Mills et al. 1992).
Persentase Risiko Penyimpanan Gabah terhadap Beberapa Hama Gudang Penting di 27 Negara(besar-kecil).
Sitotroga cerealella
Sitophilus oryzae
Sitophilus granarius
Trogoderma granarium
Corcyra cephalonica
Tribolium castaneum
Ephestia cautella
Oryzaephilus surinamensis
Plodia interpunctella
Persentase Risiko Penyimpanan Beras terhadap Beberapa Hama Gudang Penting di 38 Negara
Sitophilus oryzae
Rhyzopertha dominica
Oryzephilus surinamensis
Tribolium castaneum
Sitophilus zeamais
Ephestia cautella
Trogoderma granarium
Plodia interpunctella
Sitophilus granarius
Sitotroga cerealella
Informasi Biologi dan Ekologi Serangga Hama Gudang: Dasar pengembangan PHT di tempat penyimpanan
Masalah hama Masalah populasi
Fluktuasi populasi dipengaruhi oleh: faktor dalam (intrinsik) dan faktor lingkungan
(ekstrinsik) “Dinamika Populasi”
Faktor dalam
Keperidian (fekunditas)
Jangka waktu
Perkembangan (siklus hidup)
Kecepatan Berkembang biak
Nisbah kelamin
Kemampuan Berkembang biak
Pertumbuhan Populasi
Serangga hama gudang: opportunis
1. Pertumbuhan populasi cepat
2. Pemanfaatan sumber daya segera
3. Musnahnya koloni cepat Migrasi
(Ciri serangga berstrategi “r”)
Kadar Air
Optimum: 14-16%
1. Serangga hama gudang sering mengkonsumsi makanan yang lebih banyak daripada yang dibutuhkan
untuk memperoleh air
2. Menekan kadar air sampai < 12% dapat mengurangi serangan hama, tetapi jangan lebih rendah
daripada 8% karena biji akan pecah
Kesetimbangan
Kelembapan Relatif- Kadar Air
Pada temperatur tertentu, kesetimbangan antara RH dan kadar air dapat diplotkan pada kurva yang
disebut: “Moisture Sorption Isotherm”
Struktur Gudang
1. Akses serangga melalui dinding, pintu, atap, dan lantai
2. Kemudahan pembesihan sisa bahan simpan
. Kesesuaian struktur gudang untuk pelaksanaan fumigasi
Hal-hal yang dapat terjadi di penyimpanan bebijian dalam hubungannya dengan infestasi serangga
3. Dispersal (Pemencaran)
Terjadi jika kondisi lingkungan tidak mendukung untuk kelangsungan hidup dan perkembangbiakan
serangga
Stadium yang memencar: Imago> Coleoptera
Larva dan Imago>Lepidopter
Kompetisi
Intraspesifik: antar individu dalam spesies (efek kepadatan terhadap kelangsungan hidup populasi)
Interspesifik: antar spesies
5. Komunikasi kimia
Feromon: senyawa kimia yang dihasilkan oleh individu serangga dan dapat mempengaruhi individu
lain dari spesies yang sama
Hormon: senyawa kimia yang dihasilkan oleh individu serangga yang hanya dapat mempengaruhi
proses fisiologis di dalam tubuh individu serangga tersebut
Jenis-jenis feromon pada serangga hama gudang:
1. Feromon seksual
2. Feromon agregasi
3. Feromon alarm
4. Feromon dispersal
6. Diapause
Diapause terjadi kalau: k.a. dan RH rendah, temperatur ekstrim (tinggi atau rendah) atau kondisi
lingkungan lain tidak menguntungkan (terjadi pada Trogoderma granarium, kalau sumberdaya mulai
menipis
Substansi Toksik
Alamiah: diproduksi oleh serangga dan bebijian
Buatan: insektisida dan fumigan
Misal senyawa quinon yang dihasilkan oleh Tribolium spp. dan metabolit sekunder pada bebijian
Leguminosae seperti Tripsin inhibitor dan lectin
PEMERIKSAAN DAN PEMANTAUAN
Tujuan
1. Memeriksa kondisi bangunan tempat penyimpanan dan kemasan bahan simpan
2. Memantau tingkat populasi serangga hama gudang secara berkala untuk menentukan kapan tindakan
pengendalian harus dilakukan
Idealnya: tindakan pengendalian dilakukan kalau populasi serangga hama gudang sudah melewati ambang
batas yang membahayakan yang dinyatakan sebagai: ambang ekonomi
Ambang ekonomi dinyatakan dalam jumlah serangga per kg bahan simpan
Ambang ekonomi ditentukan oleh: potensi merusak, kondisi lingkungan, dan nilai ekonomi bahan simpan
Pemantauan populasi serangga hama dilakukan dengan penarikan contoh untuk menduga tingkat
populasi
Idealnya: pola penarikan contoh harus mengikuti pola penyebaran hama di dalam bahan
simpan. Masing-masing jenis hama mempunyai pola penyebaran yang berbeda.
Berdasarkan contoh yang ditarik dapat dilakukan pendugaan populasi saat itu dan dengan data dari
banyak waktu pendugaan dapat dibuat suatu korelasi sehingga dapat dibuat suatu ramalan tingkat
populasi di waktu yang akan datang berdasarkan:
1. Tingkat populasi pada saat itu
2. Kondisi fisik lingkungan
3. Kesesuaian bahan simpan terhadap hama tertentu
4. Tingkat populasi musuh alami
Pneumatic sampler untuk bahan simpan sistem curah. Bahan simpan disedot dari bawah dan terkumpul pada
penampung sampel.
Pelican sampler (A) dan Ellis cup (B), keduanya digunakan dengan cara memotong arah aliran bahan simpan
yang sedang bergerak/dicurahkan sehingga diperoleh contoh.
Pengukuran kadar karbondioksida; jumlah CO2 yang diproduksi serangga yang berespirasi berkorelasi
dengan populasi serangga di dalamnya.
Uji ninhidrin; contoh biji dihancurkan di dalam kertas saring yang diberi perlakuan ninhidrin. Asam amino dari
cairan serangga akan bereaksi dengan ninhidrin menghasilkan bercak-bercak berwarna ungu.
ELISA (enzyme-linked immunosorbent assay); yaitu dengan memanfaatkan antibodi yang khusus diproduksi
untuk mendeteksi myosin, protein otot serangga (jenis protein ini tidak terdapat pada biji-bijian). Tingkat
kepekatan myosin-antibodi dapat digunakan untuk menduga ban yaknya serangga pada contoh biji.
Deteksi hidden infestation dari serangga hidup sangat penting untuk penentuan langkah pengendalian,
namun deteksi serangga mati pun mempunyai arti penting untuk penerimaan pasar
Pemasangan perangkap
Jenis perangkap yang akan digunakan disesuaikan dengan jenis serangga hama yang menjadi
masalah di tempt tersebut (penyebaran di dalam bahan dan perilaku memencar dari suatu tempat ke
tempat lain di dalam gudang)
Ketinggian penempatan perangkap berumpan pada suatu sisi stapel: (a) posisi normal, di atas lapisan ke-6, (b)
posisi alternatif, di atas lapisan ke-5 atau ke-7
(a) posisi yang benar dalam penempatan perangkap berumpan, dimasukkan ke dalam sela antar karung, dan
(b) posisi yang salah, diletakkan di atas permukaan karung
1. Cara-cara pengendalian hama di lapangan dapat diterapkan di gudang dengan beberapa penyesuaian
2. Aplikasi pestisida bukan cara terampuh dalam pengendalian hama
3. Pendekatan yang perlu dilakukan: Pengendalian Hama Terpadu (PHT)
PHT adalah pendekatan pengendalian hama yang menggunakan “cost-benefit analysis” dalam pengambilan
keputusan
Dalam PHT, pengendalin dikatakan ”cost effective” kalau “cost of control is less than the reduction in market
value due to pests”
Preventif
Mencegah datangnya hama lebih mudah daripada membasmi atau mengeliminasi serangga yang sudah
masuk
1. Membuat konstruksi kedap serangga: bangunan dari beton atau logam lebih baik daripada kayu
2. Sanitasi gudang: ceceran bahan simpanan di lantai harus dibersihkan sebelum dilakukan penyimpanan
selanjutnya, celah-celah atau retakan pada lantai, dinding, dsb. harus ditutup (sealed)
3. Tidak menyimpan alat pertanian, seperti alat pemanenan di ruang penyimpanan karena biji-biji yang tertinggal
dapat menjadi sumber infestasi
4. Jangan memakai karung bekas yang belum di”disinfestasi” untuk menyimpan
5. Menggunakan wadah yang tidak mudah dimasuki oleh serangga
6. Jangan menyimpan wadah bekas di ruang penyimpanan
7. Menggunakan protektan untuk melindungi bahan simpanan (khusus untuk penyimpanan benih) seperti abu
sekam dan serbuk tanaman yang diketahui mengandung insektisida
8. Menyimpan bahan dalam bentuk yang lebih resisten, misal yang masih dilengkapi dengan polong, terutama
kacang tanah
Cara Fisik/Mekanik
1. Manipulasi lingkungan fisik untuk menekan pertumbuhan populasi hama
2. Faktor fisik yang dimanipulasi adalah: temperatur, kelembapan relatif, kadar air, tempat penyimpanan (silo,
elevator, karung, wadah lain), memberi tekanan pada bahan simpan (kompresi), dan iradiasi
3. Prinsip utama pelaksanaan penyimpanan: jagalah bahan simpanan tetap dingin dan kering
Penggunaan Temperatur Rendah
1. Pengaruh temperatur rendah: penurunan laju perkembangan, aktivitas makan, dan keperidian; dan penurunan
survival
2. Untuk sebagian besar hama gudang, pada temperatur di bawah 20 oC perkembangan akan terhenti, kecuali
pada S. granarius yang dapat bertahan sampai 15 oC.
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penggunaan temperatur rendah untuk pengendalian hama:
Temperatur
Spesies
Fase perkembangan
Aklimatisasi
Kelembapan relatif
Menentukan lama waktu yang dibutuhkan untuk membunuh semua individu serangga
Perbedaan kerentanan beberapa spesies terhadap perlakuan temperatur rendah
Paling rentan
T. castaneum
T. confusum
O. mercator
Paling toleran
T. granarium
E. elutella
E. kuehniella
P. interpunctella
Penggunaan Temperatur Tinggi
Faktor-faktor yang berpengaruh:
1. Temperatur
2. Lama perlakuan
3. Spesies
4. Fase perkembangan
5. Aklimatisasi
6. Kelembapan relatif
Temperatur tinggi yang efektif untuk membunuh serangga di dalam tempat penyimpanan adalah antara 50 –
60 oC selama 24 jam
Irradiasi
Diizinkan untuk 40 jenis bahan pangan di lebih dari 30 negara
Dua jenis radiasi ionisasi yang dapat diterapkan:
1. Gamma rays irradiation
2. Electronic beam irradiation
Irradiasi sinar gamma umumnya dilakukan dengan menggunakan Co 60 sebagai sumber radiasi dan dapat
menembus 20 – 60 cm ke dalam benda padat
Electronic beam adalah penggunaan accelerator electron dengan tenaga listrik untuk mempercepat gerakan
elektron sampai pada kecepatan yang menyebabkan terjadinya ionisasi di dalam sel serannga. Cara ini hanya
menembus kedalaman 1 lapisan biji pada titik aplikasi
Fasilitas komersial pertama penggunaan irradiasi untuk pengendalian hama gudang dibangun di Pelabuhan
Odessa, Ukraine, yang menggunakan dosis radiasi 0,2 kGy dengan kecepatan perlakuan 200 ton per jam.
Kelemahan penggunaan cara irradiasi:
1. Dapat menurunkan kadar vitamin A, C, E, B1 (thiamine), dan K
2. Dosis irradiasi yang dibutuhkan untuk membunuh serangga juga dapat mematikan biji sehingga tidak cocok
untuk “malting barley” dan penyimpanan benih
R. dominica dapat menembus kemasan juga namun jarang ditemukan pada bahan simpanan dalam kemasan
Tanpa adanya lubang kecil tidak dapat menembus kemasan yang umum digunakan
T. castaneum
T. confusum
C. ferrugineus
C. pusillus
O. mercator
O. surinamensis
Bahan pengemas berbeda daya tahannya terhadap serangan serangga, urut-urutan dari yang termudah
ditembus oleh serangga:
1. Cellophane
2. Polyethylene
3. Paper polyvinyl chloride
4. Aluminum foil
5. Polyester
6. Polypropylene
7. Polycarbonate
Penggunaan Pestisida
Pestisida:
Insektisida: Serangga
Rodentisida: Tikus
Fungisida: Jamur/Cendawan
Bakterisida: Bakteri
Nematisida: Nematoda
Akarisida: Tungau
Herbisida:Gulma
Bahan kimia tidak beracun yang peraturan penggunaan dan perizinannya disatukan dengan pestisida
Insektisida
Berdasarkan cara kerjanya, insektisida digolongkan sebagai:
Racun fisik
• Contoh: minyak mineral
Racun protoplasmik
• Contoh: logam, asam
Racun perintang metabolik
• Racun nafas (contoh: HCN, CO, rotenon)
• Racun perintang oksidasi (contoh: minyak wijen, piperonil butoksida)
• Racun perintang metabolik (contoh: natrium fluorasetat)
Racun syaraf
• Anti kolin esterase (contoh: fosfat organik)
• Racun syaraf (DDT, BHC)
Penamaan insektisida:
Contoh suatu insektisida organik sintetik dari golongan karbamat mempunyai:
• Nama umum = nama bahan aktif: karbofuran
• Nama dagang = nama formulasi: FURADAN 3G
FORMULASI
adalah pencampuran bahan aktif (bahan racun murni) insektisida atau pestisida lain dengan bahan campuran
atau bahan pembawa.
Formulasi dibuat oleh pabrik formulasi
Tujuan formulasi:
1. Memudahkan penanganan dalam menentukan konsentrasi/jumlah bahan aktif insektisida yang diperlukan
dalam bentuk formulasi yang sesuai, sehingga pestisida tersebut dapat digunakan lebih efektif
2. Memudahkan penggunaan/aplikasi insektisida, termasuk penanganan dalam penyiapan cairan semprot,
penyesuaian dengan alat aplikasi yang sesuai.
3. Memudahkan penyimpanan (mengawetkan bahan aktif agar tahan lama disimpan, tidak mudah rusak oleh
pengaruh cuaca)
4. Memudahkan dalam transportasi
5. Memperbaiki keamanan terhadap lingkungan
Aplikasi Pestisida
Penyemprotan
a. Permukaan: dinding, lantai, langit-langit, dsb.
b. Ruangan: dengan sasaran serangga terbang
Pencampuran
Mencampur insektisida dengan bahan simpan seed treatment
Fumigasi
Memasukkan gas beracun ke dalam tempat penyimpanan
Pengumpanan
Pengendalian tikus dengan umpan bercun
Penyemprotan
Hal penting yang harus diperhatikan adalah insektisida yang digunakan harus mempunyai residu yang rendah
pada bahan simpanan
Fumigasi
Proses pembunuhan serangga hama dengan mengekspos mereka pada gas beracun di dalam suatu ruang
tertutup yang kedap gas
Ruang fumigasi:
Kedap gas
Ruang fumigasi:
1. Logam
2. Beton
3. Tembok batu bata
4. Lumpur kering
5. Lembaran plastik
Fumigan
Bahan kimia beracun, yang pada temperatur kamar dan tekanan udara normal, berada dalam fase gas yang
dapat digunakan untuk membunuh serangga dan hama lain (tungau dan tikus)
Fumigan bekerja dalam fase gas, berdifusi sebagai molekul-molekul terpisah sehingga dapat melakukan
penetrasi ke dalam bahan yang difumigasi
Fosfin (PH3)
Batas Minimum Lamanya Fumigasi dengan Fosfin
Temperatur (oC) Periode fumigasi terhitung setelah pemberian fumigan (hari)
< 12 Jangan gunakan fosfin
12 – 20 6 – 7
21 – 25 5 – 6
26 – 30 4 – 5
> 30 4
Sejak dipasarkan di USA pertama kali tahun 1961, sulfuryl fluoride sudah digunakan untuk memfumigasi
bangunan termasuk rumah tinggal, museum, bangunan bersejarah, koleksi buku di perpustakaan, arsip-arsip
pemerintah, bahan-bahan di laboratorium penelitian, dan fasilitas penyimpanan bahan pangan.
Organisme sasaran:
Serangga rumah tangga, termasuk rayap kayu kering, rayap tanah, kumbang penggerek kayu, serangga
perusak tekstil dan karpet serta bahan-bahan di museum (clothes moths dan carpet beetles), kecoa, kutu
busuk, siput, caplak, dan tikus yang menginfestasi bangunan, industri furniture, bahan bangunan, dan
kendaraan.
Modofied Atmosphere
Modifikasi komposisi gas di dalam udara untuk memberikan efek buruk bagi serangga hama
Pelaksanaan:
Langkah 1: Susun stapel di atas lantai yang sudah dilapisi plastik kedap gas
Langkah 2: Tutup stapel dengan lembaran plastik kedap gas
Langkah 3: Rekatkan plastik penutup dengan plastik alas menggunakan sandsnakes
Langkah 4: Masukkan selang untuk pompa vakum
Langkah 5: Hampakan udara di dalam ruang fumigasi
Langkah 6: Masukkan gas CO2 ke dalam ruang fumigasi
Serangga mati setelah perlakuan selama 10-15 hari
Langkah 7: Pertahankan gas CO2 konsentrasi tinggi (minimal 80%) di dalam ruang fumigasi selama minimal
10 hari
SEED TREATMENT
(PERLAKUAN BENIH/PERAWATAN BENIH)
Mengapa diperlukan?
1. Benih sering membawa patogen pada kulit biji atau di dalam endosperm
2. Tanah juga sering mengandung patogen yang dapat menyerang benih atau kecambah
3. Di tempat penyimpanan benih juga terdapat serangga hama
Seed Treatment
1. Aplikasi atau pelapisan fungisida, insektisida, atau keduanya pada permukaan benih
2. Pemaparan benih terhadap suhu tinggi atau energi sinar matahari
Tujuan Seed Treatment
1. Mencegah penyebaran patogen penyakit tanaman
2. Melindungi benih dari serangan busuk biji dan busuk kecambah
3. Memperbaiki perkecambahan
4. Melindungi benih terhadap serangan hama di tempat penyimpanan
5. Melindungi benih dari serangan serangga tanah
6. Melindungi kecambah terhadap serangan serangga hama
Lalat Buah
Spesies lalat buah yang tergolong dalam komplek spesies B. dorsalis adalah:
1. B. (B.) dorsalis (Hendel) Apel, jambu biji, mangga, Guam, Hawaii, Bhutan,
peach, pear, pisang, belimbing, China, India, Myanmar,
cabai, jeruk, papaya, plum, Thailand, Indonesia
srikaya, tomat, jambu air
B. dorsalis (Hendel)
Telur diletakkan di dalam buah (persis di bawah kulit buah dengan kedalaman sekitar 1-4 mm) secara
berkelompok dalam jumlah 2-15 butir per kelompok. Telur berwarna putih, berbentuk lonjong, dan panjangnya
sekitar 0,3 mm.
Larva berbentuk belatung atau tempayak yang berwarna putih krem. Panjang tubuh larva instar terakhir
sekitar 7 mm.
Pupa berwarna kuning kecoklatan, berbentuk oval dengan panjang sekitar 5 mm. Pupa dapat ditemukan di
dalam tanah di dekat buah jatuh dengan kedalaman antara 8-16 cm.
Imago berbentuk lalat yang ukuran tubuhnya kira-kira sama dengan lalat rumah. Panjang tubuh rata-rata 0,7
mm dan rentang sayap antara 13-15 mm. Toraks berwarna jingga, merah kecoklatan, coklat, atau hitam dan
terdapat dua garis membujur. Sayap transparan. Pada abdomen terdapat dua garis melintang dan satu garis
membujur sehingga seolah-olah membentuk huruf T. Pada lalat betina ujung abdomen lebih runcing dan
dilengkapi dengan alat peletak telur atau ovipositor.
Buah terserang menunjukkan gejala bekas-bekas tusukan ovipositor lalat buah yang berupa titik hitam yang
tidak jelas. Akibat gerekan larva di dalam buah, maka bagian dalam buah hancur dan dapat terinfeksi oleh
patogen sekunder seperti bakteri dan cendawan. Akibatnya bagian dalam buah membusuk dan buah dapat
gugur. Serangan yang terjadi pada buah yang belum matang akan mengakibatkan buah matang prematur dan
tidak memenuhi standar mutu.
Pedoman karantina dengan perlakuan panas pada VHT pada mangga yang diekspor ke Jepang
Negara Target
Prosedur Perlakuan
Kultivar Lalat Buah