Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1
Sumber Inframerah adalah sebuah benda yang mengeluarkan atau
mengemisikan sinar inframerah Setiap benda yang mengeluarkan panas bisa
menjadi sumber inframerah dengan intensitas tertentu. Pada sistem ini
digunakan sumber inframerah berbahan dasar nikrom atau nikelin. Inframerah ini
memiliki rentang panjang gelombang inframerah yang besar yaitu antara 0.7 –
20 µm. Kawat ini juga memiliki titik leleh yang tinggi berada di sekitar 1400 ◦C.
Spektrofotometri IR merupakan suatu metode yang mengamati interaksi molekul
dengan radiasi elektromagnetik yang berada pada daerah panjang gelombang 0,75
–1.000 µm atau pada bilangan gelombang 13.000–10 cm-1. Radiasi
elektromagnetik dikemukakan pertama kali oleh James Clark Maxwell, yang
menyatakan bahwa cahaya secara fisis merupakan gelombang elektromagnetik,
artinya mempunyai vektor listrik dan vektor magnetik yang keduanya saling tegak
lurus dengan arah rambatan (Khopkar, 1990).
1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini, antara lain:
1. Mengetahui tinjauan umum spektroskopi IR.
2. Mengetahui jenis-jenis vibrasi.
3. Mengetahui instrumentasi spektrofotometer IR.
4. Mengetahui cara menginterpretasi spektrum IR.
5. Mengetahui aplikasi penggunaan spektrofotometer IR.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Daerah Ir sedang (4000-400 cm-1) berkaitan dengan transisi energi vibrasi dari
molekul yang memberikan informasi mengenai gugus-gugus fungsi dalam
(1)
Spektrum yang dihasilkan biasanya relatif kompleks karena adanya
overtone kombinasi dan perbedaan serapan yang lemah. Overtone dihasilkan
akibat adanya eksitasi dari tingkat energi rendah ke tingkat energi yang lebih
tinggi,yang merupakan kelipatan dari frekuensi fundamental (v). Bila dua
frekuensi vibrasi (v1dan v2) dalam molekul bergabung menghasilkan vibrasi
frekuensi baru dalam molekul,dan bila frekuensi tersebut aktif IR,maka hal
tersebut disebut serapan kombinasi. Apabila vibrasi fundamental bergabung
dengan serapan overtone atau serapan kombinasi lainnya,maka vibrasi gabungan
ini disebut resonansi Fermi yang sering teramati dalam senyawa karbonil
(Khopkar, 1990).
4
Berdasarkan pembagian daerah panjang gelombang, sinar IR dibagi atas
tiga daerah, yaitu:
1. inframerah jarak dekat dengan panjang gelombang 0,75–1,5 µm
2. inframerah jarak menengah dengan panjang gelombang 1,50–10 µm
3. inframerah jarak jauh dengan panjang gelombang 10–100 µm
5
1 k
= √
2 πc μ
R R R R
C C
A B A B
2.2.2
Gambar 1. Jenis-jenis vibrasi regangan
6
Vibrasi Bengkokan (Bending)
Sistem tiga atom merupakan bagian dari sebuah molekul yang lebih besar,
sehingga dapat menimbulkan vibrasi bengkokan atau vibrasi deformasi yang
mempengaruhi osilasi atom atau molekul secara keseluruhan. Vibrasi bengkokan
ini terbagi menjadi empat jenis, yaitu:
a) vibrasi goyangan (Rocking), unit struktur bergerak mengayun asimetri tetapi
masih dalam bidang datar.
b) vibrasi guntingan (Scissoring), unit struktur bergerak mengayun simetri dan
masih dalam bidang datar.
c) vibrasi kibasan (Wagging), unit struktur bergerak mengibas keluar dari bidang
datar.
d) vibrasi pelintiran (Twisting), unit struktur berputar mengelilingi ikatan yang
menghubungkan dengan molekul induk dan berada di dalam bidang datar.
R R R R
R R R R
C C
C C
A B A B
A B A B
7
2.2.3 Menghitung Derajat Bebas Vibrasi
Banyaknya derajat bebas dalam suatu molekul sama dengan jumlah derajat
bebas dari masing-masing atom. Setiap atom mempunyai tiga derajat bebas dari
masing-masing atom. Setiap atom mempunyai tiga derajat bebas menurut sumbu
x, y dan z yang diperlukan untuk menentukan posisi relatif terhadap atom lain
dalam molekul. Dengan demikian sebuah molekul dengan N atom akan
mempunyai derajat bebas 3N.Pada molekul nonlinier, tiga dari derajat bebas
adalah untuk rotasi dan tiga lagi untuk translasi, sisanya 3N-6 derajat bebas yang
merupakan derajat bebas vibrasi. Derajat bebas vibrasi ini menunjukkan
banyaknya sinyal vibrasi yang mungkin terjadi.Jadi banyaknya sinyal vibrasi
untuk molekul nonlinier adalah 3N-6 dimana N adalah banyaknya atom dalam
molekul (Khopkar, 1990).
Menurut Khopkar (1990), molekul linier mempunyai 3N-5 derajat bebas
vibrasi karena hanya dua derajat bebas yang diperlukan untuk rotasi dan tiga
derajat bebas untuk translasi. Jadi banyaknya sinyal vibrasi untuk molekul linier
adalah 3N-5.Vibrasi tersebut diatas biasanya disebut vibrasi pokok. Vibrasi pokok
tidak melibatkan adanya perubahan dalam pusat gravitasi dari molekul. Sebagai
contoh molekul air (H2O) mempunyai tiga vibrasi pokok karena molekul H2O
adalah nonlinier. Banyaknya molekul dalam H2O adalah 3 sehingga banyaknya
kemungkinan sinyal vibrasi menjadi 3N-6=9-6=3. Ketiga vibrasi pokok dari
molekul H2O terlihat seperti pada gambar berikut:
Assymmetric
Symmetric Stretch Symmetric Bend
Stretch
8
macam spektrofotometer infra merah, yaitu dengan berkas tunggal (single beam)
dan berkas ganda (double beam)(Kristianingrum, 2000).
Secara singkat:
Keterangan:
SR = Sumber radiasi
SK = Sampel kopartemen
M = Monokromator
D = Detektor
A = Amplifier/penguat
VD= Visual display (rekorder)
a. Sumber radiasi
Radiasi IR dihasilkan dari pemanasan suatu sumber radiasi dengan listrik
sampai suhu antara 1500-2000 K. Sumber radiasi yang biasa digunakan berupa
9
Nernst Glower, Globar dan kawat Nikhrom.Filamen Nernst dibuat dari campuran
oksida zirkom (Zr) dan Yitrium (Y), yaitu ZrO2 dan Y2O3, atau campuran oksida
thorium (Th) dan serium (Ce). Nernst Glower berupa silinder dengan diameter 1-2
mm dan panjang 20 mm. Pada ujung silinder dilapisi platina untuk melewatkan
arus listrik. Nernst Glower mempunyai radiasi maksimun pada panjang
gelombang 1,4 m atau bilangan gelombang 7100 cm-1 (Kristianingrum, 2000).
Globar merupakan sebatang silikon karbida(SiC) biasanya dengan
diameter5 mm dan panjang 50 mm. Radiasi maksimum Globar pada panjang
merupakan campuran nikel (Ni) dan khrom (Cr). Kawat nikhrom ini berbentuk
spiral dan mempunyai intensitas radiasi lebih rendah dari Nernst Glower dan
Globar tetapi umurnya lebih panjang (Kristianingrum, 2000).
b. Wadah sampel
Wadah sampel sell tergantung dari jenis sampel. Untuk sampel berbentuk
gas digunakan sel gas dengan lebar sel atau panjang berkas radiasi 40 mm. Hal ini
dimungkinkan untuk menaikkan sensitivitas karena adanya cermin yang dapat
memantulkan berkas radiasi berulang kali melalui sampel.Wadah sampel untuk
sampel berbentuk cairan umumnya mempunyai berkas radiasi kurang dari 1 mm,
biasanya dibuat dari lapisan tipis (film) diantara dua keping senyawa yang
tranparan terhadap radiasi IR. Senyawa yang biasa digunakan adalah natrium
klorida (NaCl), kalsium fluorida (CaF2), dan kalsium iodida (CaI2).Wadah sampel
untuk padatan mempunyai panjang berka radiasi kurang dari 1 mm. Sampel
berbentuk padatan ini dapat dibuat pelet, pasta atau lapis tipis (Kristianingrum,
2000).
c. Monokromator
Berkas radiasi dari sumber terbagi dua, sebagian melewati sampel dan
sebagian lagi melewati blangko (reference). Setelah dua berkas tersebut
bergabung kembali kemudian dilewatkan ke dalam monokromator. Pada
pemilihan panjang gelombang IR dapat digunakan filter, prisma atau grafting.
Untuk tujuan analisis kuantitatif biasa digunakan filter sebagai contoh filter
10
dengan panjang gelombang 9,0 m untuk penentuan asetaldehida.Prisma yang
terbuat dari kuarsa digunakan untuk daerah IR dekat (0,8-3 m). Prisma yang
paling umum digunakan adalah terbuat dari kristal natrium klorida dengan daerah
frekuensi 2000-670 cm-1 (5-15m). Contoh prisma lainnya kristal kalium bromida
dan cesium bromida (Kristianingrum, 2000).
Sebagian kristal tersebut dapat menyerap air, sehingga kristal ini harus
benar-benar dijaga agar tidak kontak dengan air karena dapat meleleh atau
menjadi buram/keruh. Selain itu air adalah senyawa yang dapat mengabsorpsi
infra merah dengan kuat. Beberapa merek spektrofotometer IR menggunakan
prisma atau lensa dari kristal natrium klorida atau kalium bromida. Oleh karena
itu monokromator harus dilindungi dari kelembaban udara dan disekitarnya harus
selalu diberi bahan penyerap air misalnya silika gel.Umumnya grafting
memberikan hasil yang lebih baik daripada prisma. Biasanya grafting dibuat dari
gelas atau plastik yang dilapisi dengan aluminium (Kristianingrum, 2000).
d. Detektor
Terdapat dua macam detektor yaitu thermocouple dan bolometer. Detektor
yang paling banyak digunakan adalah thermocouple. Thermocouple
merupakanalat yang mempunyai impedansi rendah dan seringkali dihubungkan
dengan preamplifier dengan impedans tinggi. Detektor thermocouple terdiri atas
dua kawat halus terbuat dari logam seperti platina (Pt) dan perak (Ag) atau
antimon (Sb) dan bismuth (Bi). Energi radiasi IR akan menyebabkan terjadinya
pemanasan pada salah satu kawat dan panasnya ini sebanding dengan perbedaan
gaya gerak listrik (emf) yang dihasilkan dari kedua kawat. Bolometer merupakan
semacam termometer resistans terbuat dari kawat platina atau nikel. Dalam hal ini
akibat pemanasan akan terjadi perubahan tahanan pada bolometer sehingga signal
tidak seimbang. Signal yang tidak seimbang ini kemudian diperkuat sehingga
dapat dicatat atau direkam. Saat ini bolometer jarang digunakan dalam
spektrofotometer infra merah (Kristianingrum, 2000).
Setelah radiasi IR melewati monokromator kemudian berkas radiasi ini
dipantulkan oleh cermin-cermin dan akhirnya ditangkap oleh detektor. Detektor
11
pada spektrofotometer IR merupakan alat yang bisa mengukur atau mendeteksi
energi radiasi akibat pengaruh panas. Detektor yang digunakan
yaituphototube.Pengukuran radiasi infra merah lebih sulit karena intensitas radiasi
rendah dan energi foton infra merah juga rendah. Akibatnya signal dari detektor
infra merah kecil sehingga dalam pengukurannya harus diperbesar
(Kristianingrum, 2000).
e. Amplifier
Amplifier yang digunakan hanya untuk memperkuat arus bolak-balik
(penguat sinyal).
f. Rekorder
Signal yang dihasilkan dari detektor kemudian direkam sebagai spektrum
IR yang berbentuk puncak-puncak absorpsi. Spektrum IR ini menunjukkan
hubungan antara absorpsidan frekuensi atau bilangan gelombang atau panjang
gelombang. Sebagai absis adalah frekuensi (cm-1) atau panjang gelombang (m)
atau bilangan gelombang (cm-1) dan sebagai ordinat adalah transmitans (%) atau
absorbans (Kristianingrum, 2000).
Dalam perkembangannya spektrofotometer IR telah banyak
dikembangankan dengan berbagai jenis yang berbeda-beda. Berikut jenis-jenis
Spektrofotometer IR:
a) Near Infrared Spectroscopy (NIRS)
Teknologi infra merah dekat (near infrared, NIR) dikembangkan sebagai
salah satu metode yang non destruktif, dapat menganalisis dengan kecepatan
tinggi, tidak menimbulkan polusi, penggunaan preparat contoh yang sederhana
dan tidak memerlukan bahan kimia. NIR Spektroskopi menggunakan gelombang
elektromagnetik dengan panjang gelombang 780 nm-2500 nm atau jumlah
gelombang per cm 12.800 cm-1 hingga 4000 cm-1. Penyerapan radiasi gelombang
inframerah oleh molekul penyusun bahan menyebabkan ikatan tunggalnya
bergetar (vibrasi). Getaran ini menyebabkan pita penyerapan naik sesuai
kombinasi gugus fungsi kimianya. Spektra NIR dapat menjadi kompleks karena
seringkali pita spektra yang dihasilkan memunculkan puncak yang tumpang tindih
sehingga penentuan pita spektra tungalnya menjadi sulit. Untuk mengatasi hal ini
12
dapat dilakukan penghalusan atau penyaringan data spektra. Spektra NIR
membaca senyawa organik maupun an-organik kimia yang memiliki pola serapan
yang khas dan berbeda satu dengan lainnya pada setiap panjang gelombang infra
merah yang diberikan. Prinsip teori NIR spektroskopi adalah teori absorpsi atau
penyerapan dan adanya an-harmoni dari pergerakan ikatan kimia yang
menyebabkan vibrasi molekul dengan energi transisi penyerapan elektronik yang
rendah, penguatan (overtones), dan kombinasi pita (melalui stretching dan
deformation) (Karlinasari, 2012).
Salah satu pengaplikasian dari sinar infra merah dapat diterapkan sebagai
metode dalam pengukuran komposisi kimia beberapa proven jarak pagar, karena
metode Spektroskopi NIR (Near Infra Red) merupakan metode yang cepat untuk
mengukur spektrum sampel dan dalam metode ini tidak terdapat limbah kimia,
sehingga sangat pas dalam mengembangkan metode pengukuran komposisi kimia
beberapa proven jarak pagar menggunakan kalibrasi PSL. Pengujian dapat
dilakukan dengan menggunakan tiga provenan jarak pagar yaitu IP-3A, IP-3M,
dan IP-3P masing-masing 85 sampel (Lengkey dkk., 2013).
Dalam pengalikasian ini Instrumen NIR yang digunakan adalah NIRFlex
Solids Petri N-500. Cara penggunaan sinar infra merah yaitu, tepung jarak pagar
disinari inframerah dekat (NIR) dengan rentang panjang gelombang 1000–
4000/cm dengan interval 4/cm atau 1000 - 2500 nm dengan interval 1 nm.
Spektrum yang diperoleh dari hasil pengukuran reflektansi NIR kemudian
ditransformasikan menjadi spektrum absorban. Selanjutnya, dilakukan pra
perlakuan data untuk dianalisis lebih lanjut menggunakan PLS. Data dianalisa
dengan menggunakan bantuan Microsoft excel dan software terkait, serta alat NIR
Flex N-500 merk BUCHI, yaitu NIRWare Management Console dan NIRCal 5.2.
NIRWare Management Console. Hasil penelitian menunjukkan spektroskopi NIR
dapat menduga kadar air, lemak, dan asam lemak bebas (Lengkey dkk., 2013).
b) Spektrofotometer FTIR
Spektrofotometer fourier transform infra red (FTIR) merupakan
spektrofotometer inframerah generasi ketiga. Spektrofotometer FTIR telah banyak
digunakan dalam menentukanstruktur suatu senyawa kimia, baik senyawa yang
13
berasal dari alam maupun senyawa yang disintesis secara kimiawi. Teknik ini
adalah teknik pengukuran yang dimana mengumpulkan spektrum berdasarkan
pengukuran koherensi sumber radiasi, dengan menggunakan domain waktu atau
domain ruang dari pengukuran radiasi elektromagnetik atau jenis radiasi
lainnya.Sinyal sampeldikumpulkan dan didigitalkan interferogram menggunakan
interferometer, melakukan fungsi FT, dan menampilkan spektrumnya. Hal ini bisa
diterapkan untuk berbagai jenis spektroskopi termasuk spektroskopi optik,
spektroskopi inframerah (FTIR, FT-NIRS), nuclir magnetic resonance (NMR)
dan magnetic resonance spectroscopic imaging (MRSI), dan spektrometri massa
(Shaikh dan Agrawal, 2014).
Spektrofotometer FTIR terdiri dari cermin bergerak, cermin tetap, pemisah
balok, sumber radiasi IR dan detektor. Interferometer Michelson digunakan untuk
analisis radiasi IR setelah melewati sampel. Sumber radiasi IR diparalelkan oleh
cermin dan seberkas sinar yang dihasilkan dibagi menjadi dua oleh beamsplitter.
Setengah sinarmelewati cermin (tetap) dan setengahnya lagi dibiaskan ke cermin
bergerak. Cermin bergerak dilengkapi dengan mekanisme yang memungkinkan
cermin ini digerakkan dengan jarak yang sangat pendek (biasanya beberapa
milimeter) dari pemisah balok. Setelah sinardipantulkan olehkedua cermin, kedua
sinar direkombinasi pada beams plitter. Salah satu sinar memiliki panjang yang
tetap karena jalan yang dilaulinyasehinggasinarlainnya terus berubah seiring
bergeraknya cermin. Sinyal yang keluar dari interferometer adalah hasil dari dua
sinar yangsatu sama lain disebut interferogram. Semua sinyal diperkuat dengan
amplifier dan dikonversi menjadi sinyal digital dengan konverter analog ke
digital. Detektor secara bersamaan mengukur semua frekuensi yang melewati sel
dan rute informasi ke komputer. Informasi ini diterjemahkan oleh transformasi
Fourier dan spektrum dekode yang diarahkan ke pembaca. Waktu dari penyisipan
sampel sampai pencatatan plot sekitar 2 menit (Shaikh dan Agrawal, 2014).
14
Gambar 12. Spektrofotometer FTIR
Analisa kualitatif spektrofotometer FTIR yaitu mengidentifikasi suatu
senyawa yaitu dengan diketahuinya spektrum. Spektrum diketahui sebagai
transmitans versus bilangan gelombang. Gugus fungsional memiliki karakter
sendiri berdasarkan vibrasinya dimana absorpsinya berada pada kisaran frekuensi
tertentu pada spektrum. Terdapat beberapa gugus fungsi yang terabsorbsi pada
kisaran yang sama dan mungkin saja terdapat gugus fungsi yang memiliki
karakteristik puncak absorpsi yang sama, terutama pada 1500-650 cm-1, disebut
sebagai wilayah sidik jari (fingerprint). Sedangkan analisa kuantitatif
spektrofotometer FTIR dengan bansi mengetahui absorbansi (A) yang linear
terhadadap konsentrasi. Pada hukum Lambert-Beer, absorbansi diukur
berdasarkan konsentrasi dan jarak yang dilalui oleh sampel (Shaikh dan Agrawal,
2014).
A=ϵcl (2)
Menurut Shaikh dan Agrawal (2014), dimana A adalah absorbansi, ε
adalah molar absorptivitas, c adalah konsentrasi dan l adalah panjang atau
ketebalan sampel. Intensitas puncak pada spektrum FTIR adalah jumlah substansi
untuk ε danc yang ideal.
Penggunaan spektrofotometer FTIR juga dilakukan oleh siswati (2014)
dalam jurnalnya yang membahas mengenai penggunaan spektrofotometer FTIR
yang digunakan dalam karekterisasi dengan menggunakan agen cross-linker
seperti Ethylene Glycol Diglycidyl Ether (EGDE) untuk mengetahui kestabilan
15
kitosan sebagai salah satu contoh absorben yang dapat digunakan untuk
mengurangi limbah yang bersifat karsinogenik seperti Methyl orange . Methyl
orange merupakan salah satu contoh zat warna azo anionik yang paling banyak
digunakan dalam industri percetakan, tekstil, fotografi, dan sebagai indikator
warna. Adapun pada proses pewarnaan tekstil dihasilkan sekitar 24% zat warna
dan 67% garam yang digunakan pada pewarnaan yang kemudian masuk
kelingkungan perairan sebagai limbah (Siswati, dkk., 2014).
Alkenil
C-H (ulur) 3010-3095 Sedang
C=C (ulur) 1600-1680 Sedang-lemah
R-CH=CH2 985-1000 Tajam
C-H (tekuk keluar bidang) 905-920 Tajam
R2C=CH2 880-900 Tajam
Cis-RCH=CHR 675-730 Tajam
Trans-RCH-CHR 960-975 Tajam
Alkunil
=C-H 3300 Tajam
C=C 2100-2250 Lemah-tajam
Aromatik
C=C 1475 dan 1600 Sedang-lemah
Ar-H (ulur) 3030 Tajam
17
Substitusi aromatik
(C-H tekuk keluar bidang)
Mono 690-710 Sangat tajam
730-770 Sangat tajam
Orto 735-770 Tajam
Meta 680-725 Tajam
Para 750-810 dan Sangat tajam
790-8840 Sangat tajam
Alkohol, Fenol, Asam Karboksilat
O-H (alkohol, fenol) 3590-3650 Sedang
O-H (alkohol, fenol, ikatan 3300-3600 Sedang
hidrogen) 2400-3400 Sedang
O-H (asam karboksilat, ikatan
hidrogen
Aldehida, Keton, Ester,
danAsamKarboksilat
C=O (ulur) 1600-1820 Tajam
Aldehida 1690-1740 Tajam
Ketonn 1650-1730 Tajam
Ester 1735-1750 Tajam
Asam karboksilat 1735-1750 Tajam
Amida 1710-1780 Tajam
Anhidrida 1760 dan 1810 Tajam
Menurut Sitorus (2009), berikut ini akan diberikan contoh spektrum dari
berbagai golongan senyawa organik serta interpretasinya:
a. Senyawa karbonil
Salah satu puncak absopsi dalam spektrum IR yang paling terbedakan ialah
puncak yang disebabkan oleh vibrasi uluran karbonil. Puncak absorpsi ini
merupakan puncak yang kuat yang dijumpai dalam daerah 1640-1840 cm-1.Gugus
18
karbonil merupakan bagiandari sejumlah gugus fungsional. Posisi eksak dari
absorpsi karbonil, posisi pita-pita absorpsi lain dalam spektrum IR, dan teknik
spektral lain (terutama NMR) mungkin diperlukan untuk mengidentifikasi gugus
fungsional itu. Posisi absorpsi C=O untuk aldehida, keton, asam karboksilat dan
ester dicantumkan dalam Tabel 1 (Sitorus, 2009).
Asam karboksilat mempunyai gugus karboksil yang paling mudah dideteksi
karena adanya C=O uluran serta menunjukkan absorpsi lebar dari O-H yang mulai
pada sekitar 3300 cm-1 dan miring ke dalam pita absorpsi CH alifatik. Mengapa
OH karboksil mempunyai spektrum melebar yang berbeda dari spektrum OH
alkohol ialah karena asam karboksilat membentuk dimer berdasarkan ikatan
hidrogen. Selain itu spektrum asam karboksilat mempunyai dua pita absorpsi dari
C-O uluran dan O-H tekuk yang muncul berturut-turut dekat 1320-1210 cm-1 dan
1440-1395 cm-1. Salah satu karakteristik dari vibrasi O-H tekuk dalam asam
karboksilat dengan struktur dimer terjadi pada frekuensi dekat 920 cm-1 (Sitorus,
2009).
Asam etanoat mempunyai struktur sebagai berikut:
Dapat diketahui dari struktur di atas bahwa senyawa tersebut terdiri dari
ikatan-ikatan sebagai berikut:
a. Ikatan rangkap karbon-oksigen, C=O
b. Ikatan tunggal karbon-oksigen, C-O
c. Ikatan oksigen-hidrogen, O-H
d. Ikatan karbon-hidrogen, C-H
e. Ikatan tunggal karbon-karbon, C-C
Ikatan karbon-karbon mempunyai pita absorpsi yang terjadi pada frekuensi
dalam jangkauan yang luas sehingga sangat sulit untuk membedakan spektrum
IRnya. Ikatan tunggal karbon-oksigen juga mempunyai pita absorpsi yang
19
berkisar antara 1000-1300cm-1, tergantung pada molekul yang mempunyai ikatan
tersebut. Interpretasi ini harus sangat hati-hati dalam membedakan mana yang
merupakan spektrum ikatan C-O.Ikatan C-H (dimana hidrogen tersebut menempel
pada karbon yang mempunyai ikatan tunggal dengan unsur-unsur lainnya)
memiliki pita absorpsi pada daerah sekitar 2853-2962 cm-1. Karena ikatan ini
terdapat pada sebagian besar senyawa ornganik, maka ini sangatlah tidak bisa
diandalkan (Sitorus, 2009).
Ikatan rangkap antara karbon-oksigen, C=O, adalah salah satu pita absorpsi
yang sangat berguna, yang bisa ditemukan pada daerah sekitar 1680-1750 cm-1.
Posisinya sedikit terpengaruh oleh jenis senyawa yang mempunyai ikatan
tersebut. Ikatan lainnya yang sangat berguna adalah ikatan O-H. Pita absorpsi ini
muncul pada frekuensi yang berbeda-beda, tergantung pada kondisi
lingkungannya. Ikatan ini akan sangat mudah dikenali dalam sebuah asam karena
akan menghasilkan pita absorpsi yang sangat luas pada daerah sekitar 2500-3300
cm-1. Spektrum infra-merah untuk asam etanoat dapat diilihat pada gambar 6 di
bawah (Sitorus, 2009).
20
Aldehida biasanya dapat dibedakan dari keton oleh pita absorpsi C-H
uluran. Aldehida menunjukkan dua pita uluran karakteristik untuk C-H aldehida
(tepat di sebelah kanan pita CH alifatik) pada 2900-2800 cm-1 serta 2800-2700
cm-1. Kedua pita ini runcing, tetapi lemah, dan pita pada 2900 cm-1 dapat
tersembunyi oleh absorpsi yang tumpang-tindih dari ikatan CH alifatik.
Sedangkan vibrasi C=O uluran terjadi dekat 1740-1720 cm-1(Sitorus, 2009).
Anhidrida asam karboksilat menunjukkan dua pita absorpsi yang berasal
dari vibrasi asimetrik dan simetri C=O uluran pada frekuensi 1810 dan 1760 cm-1.
Pemecahan pita terjadi karena ikatan rangkap pada ikatan karbonil-oksigen
mengalami resonansi. Dalam hal ini pita frekuensi yang tinggi adalah C=O simetri
(Sitorus, 2009).
Keton mempunyai spektrum senyawa karbonil yang paling sederhana.
Keton alifatk jenuh mempunyai frekuensi pada 1715 cm-1. Metil keton
memberikan absorpsi karakteristik yang sangat kuat pada frekuensi dekat
1400 cm-1 (Sitorus, 2009).
Amida menunjukkan pita absorpsi karbonil yang dikenal dengan pita amida
I. Letak frekuensi absorpsi dipengaruhi oleh keadaan senyawa berupa padat atau
cair (ikatan hidrogen). Amida primer mempunyai dua pita N-H uluran yang
berasal dari simetri dan asimetri N-H uluran. Amida sekunder hanya mempunyai
satu pita N-H uluran (Sitorus, 2009).
b. Senyawa Alkohol dan Eter
21
dan tetramer yang semuanya memberikan pita absorpsi yang melebar
(Sitorus, 2009).
Eter mempunyai satu pita karakteristik C-O uluran. Pita ini mudah
diidentifikasi yaitu pada frekuensi 1300-1000 cm-1. Dalam hal ini bila gugus O-H
tidak ada, sebab gugus O-H juga akan memberikan pita absorpsi yang kuat pada
daerah frekuensi tersebut (Sitorus, 2009).
Etanol. Pita absorpsi untuk ikatan O-H yang terdapat pada alkohol berada
pada bilangan gelombang (frekuensi) yang lebih besar daripada pita absorpsi
untuk ikatan O-H yang terdapat dalam asam, yaitu sekitar 3230-3550 cm-1.
Puncak serapan ini akan terjadi pada bilangan gelombang yang lebih besar lagi
jika alkohol ini tidak terikat dengan ikatan hidrogen, seperti alkohol dalam bentuk
gas. Perhatikan bahwa penyerapan karena ikatan C-H hanya sedikit dibawah
3000cm-1, dan juga pada puncak-puncak serapan sekitar 1000-1100cm-1, dimana
salah satunya disebabkan oleh ikatan C-O. Spektrum etanol tampak pada
gambar 7 (Sitorus, 2009).
22
d. Senyawa hidrokarbon
Kebanyakan senyawa aromatik menunjukkan tiga dari empat
kemungkinan pita C=C uluran yaitu pada frekuensi 1450 cm-1 dan dua pita pada
frekuensi dekat 1600 cm-1. Vibrasi C-H uluran aromatik dan alkena pada
frekuensi di atas 3000 cm-1 sedangkan C-H uluran alkana pada frekuensi di bawah
3000 cm-1.Alkuna mudah dideteksi karena ada pita absorpsi C=C uluran yang
lemah pada frekuensi dekat 2200 cm-1 terdapat bersama C-H uluran yang kuat
pada frekuensi dekat 3300 cm-1. Alkana sederhana menunjukkan empat pita
absorpsi C-H uluran yaitu asimetri CH3 dan CH2 di mana masing-masing
mempunyai sepasang pita pada frekuensi yang lebih rendah.Trans alkena sering
dapat dibedakan dari isomer cis. Trans alkena menunjukkan pita absorpi pada
frekuensi 970 cm-1 sedangkan isomer cis pada frekuensi sekitar 700 cm-1 (Sitorus,
2009).
23
Gambar 9. Spektrum IR Propanon
Spektrum ini sangat mirip dengan spektrum infra-merah etiletanoat atau
ester. Karena tidak ada puncak serapan yang disebabkan oleh ikatan O-H, dan
karena adanya puncak serapan kuat yang disebabkan oleh ikatan C=O pada daerah
sekitar 1700cm-1 (Gambar 9).
Asam 2-hidroksipropanoat (asam laktat)
24
Spektrum amina primer contohnya yaitu 1-aminobutana
27
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Spektroskopi inframerah merupakan suatu metode yang mengamati
interaksi molekul dengan radiasi elektromagnetik yang berada pada daerah
panjang gelombang 0.75 – 1.000 µm. Salah satu jenis spektroskopi adalah
spektroskopi inframerah (IR). Spektroskopi ini didasarkan pada vibrasi suatu
molekul. Spektroskopi inframerah merupakan suatu metode yang mengamati
interaksi molekul dengan radiasi elektromagnetik yang berada pada daerah
panjang gelombang 0.75-1.000 µm atau pada bilangan gelombang 13.000-10 cm1.
Spektroskopi inframerah berguna untuk mengetahui gugus fungsi yang terdapat
pada senyawa organik. Bila suatu senyawa diradiasi menggunakan sinar infra
merah, maka sebagian sinar akan diserap oleh senyawa, sedangkan yang lainnya
akan diteruskan. Serapan ini diakibatkan karena molekul senyawa organik
mempunyai ikatan yang dapat bervibrasi.
Spektrum IR berguna untuk mendeteksi adanya gugus fungsi dalam
senyawa organik. Daerah di bawah frekuensi 650 cm-1 dinamakan IR jauh.
Sedangkan daerah di atas frekuensi 4000 cm-1 dinamakan IR dekat.Monokromator
terdiri dari celah masuk dan celah keluar yang berupa kisi difraksi atau prisma.
Detektor panas digunakan untuk mendeteksi sinar IR. Spektrum IR mengandung
banyak serapan yang berhubungan dengan sistem vibrasi yang berinteraksi dalam
suatu molekul memberikan pita-pita serapan yang berkarakteristik dalam
spektrumnya. Corak pita ini disebut sebagai daerah sidik jari.
28
DAFTAR PUSTAKA
Karlinasari, L., Merry, S., Nyoman J. W., Aris, P., Dan Hari, W., 2012,
Karakteristik Spektra Absorbansi Nir (Near Infra Red) Spektroskopi
Kayu Acacia Mangium Willd. Pada 3 Umur Berbeda, Jurnal Ilmu
Keltautan, 6(1): 45-50.
Pambayun, F., Muhammad, R., dan B., 2016, Aplikasi Non-Dispersif Infrared
Sensor untuk Mengukur Konsentrasi Alkohol, Jurnal Teknik, 5(1):
2337-3539.
Wahab, A.W., dan Nafie, N.L., 2014, Metode Pemisahan dan Pengukuran
2 (Elektrometri dan Spektrofotometri), Universitas Hasanuddin, Makassar.
29