Professional Documents
Culture Documents
Adalah seorang pengusaha dari Surabaya, Bapak Jhon Lee (42) yang
sangat tertarik dengan usaha atau agribisnis Aren. Beliau sangat
antusias dan respektif terhadap prospek Aren untuk masa depan
Indonesia. Sebagai pengusaha, banyak hal pandangan-pandangannya
yang progresif dalam rangka membangun bisnis Aren sebagai usaha
yang sangat menjanjikan.
Untuk diolah menjadi gula, maka nira Aren harus berkualtas baik,
berasa manis dan tidak berubah sifat. Biasanya Nira Aren cepat sekali
mengalami perubahan menjadi masam karena proses fermentasi telah
terjadi. Proses fermentasi mulai terjadi pada saat Nira keluar dari
tandan pohon Aren atau bagian yang teriris lainnya.
Nira yang memiliki kandungan zat makanan atau gizi yang sangat
tinggi, berpotensi sangat digemari dan menghidupkan mikroba berupa
jamur atau bakteri yang ada di sekitarnya. Setelah Nira menetes dan
keluar dari tandan bunga, nira langsung berhubungan dengan udara
bebas di luar bekas sayatan. Nira kemudian akan menetes jatuh atau
bersinggungan dengan wadah penampung nira. Kalau udara dan
wadah penampung Nira ini sudah ada mikroba berupa jamur yang
melakukan fermentasi, maka fermentasi mulai terjadi.
Seperti makhluk hidup yang lain, mikroba berupa jamur akan cepat
berkembang biak bila kebutuhan hidupnya terpenuhi, yaitu berupa
makanan yang cukup dari Nira, Udara/ Oksigen (O2), suhu yang
sesuai, dan tidak adanya factor penghambat pertumbuhan dan
perkembangannya, maka jamur akan dapat merombak kandungan gula
dari Nira yang segar menjadi nira yang terfermentasi dengan semakin
cepat dan menyebabkan nira menjadi berubah menjadi semakin
masam atau pahit atau beraroma alcohol.
Ada dua spesies khamir yang dapat tumbuh pada nira kelapa tetapi
yang merupakan khamir utama dalam proses fermentasi nira adalah :
Saccharomyces cereviciae dan
Saccharomyces carlbergensis var alcoholophila.
Kedua Saccharomyces terebut merupakan khamir utama dalam proses
fermentasi nira Khamir tersebut dapat tumbuh dan berkembang biak
pada pH 4,4-4,6 dan suhu 21-25°C (Prescott, 1949). Nutrien yang
dibutuhkan oleh genus Saccharomyces adalah C,H,0,N,S,P,Mg,Fe,Ca.
Penelitian lain mengatakan bahwa khamir dapat tumbuh pada pH 4-4,5
dengan suhu 25-30°C (Frazier,1958; Wiyono,1981)
Nira yang baru keluar dari tandan bunga Aren biasanya mempunyai
nilai keasaman antara 6,5 sampai 7 (netral). Proses fermentasi yang
terjadi pada Nira bisa menyebabkan pH Nira turun dari angka tersebut.
Beberapa pabrik Gula yang mengolah Nira masih menerima Nira dari
petani atau memberi toleransi pada nira Aren sampai pada pH 6. Di
bawah pH 6 Nira sudah dianggap tidak baik untuk diolah menjadi Gula
dengan mutu yang baik. Jika pH nira sudah dibawah 6, maka
sebaiknya tidak diolah menjadi Gula, tetapi Nira bisa diolah menjadi
Bioethanol, Saguer atau Cuka. Tuak ataupun Balok dan Cap Tikus
adalah dilah dari Nira Aren yang sudah terfermentasi.
Oleh karena itu bagi pengusaha Gula yang menampung Nira Aren dari
para penderes atau penyadap nira Aren, ataupun dari kebunnya
sendiri, juga harus mengantisipasinya dengan menyediakan alat
pengolahan Nira yang pHnya dibawah 6, yaitu mengolahnya menjadi
Bioetanol Saguer dan Cuka. Artinya, selain berinvestasi untuk
prosessing Gula, juga sekaligus menyediakan alat prosessing untuk
Bioethanol, Cuka dan Saguer, dll. Hal ini untuk antisipasi jika
seandainya proses fermentasi terjadi pada Nira, dan ini memang pasti
akan terjadi.
Oleh karena itu apabila produk utama yang dikehendaki adalah Gula,
maka penanganan Nira agar tidak cepat mengalami fermentasi menjadi
kunci bagi usaha bisnis Gula Aren. Dengan demikian maka upaya-
upaya pengawetan Nira Aren menjadi sangat penting supaya kualitas
produk Gula yang dihasilkan bisa maksimal. Kalau yang dikehendaki
adalah produk Gula Organik, maka pengawetan juga harus diusahakan
dengan cara dan bahan yang alami, bukan dari bahan pengawet kimia
atau yang tidak aman bagi bahan pangan.
Pada saat kondisi tubuh tidak fit atau karena umur sudah tua maka
bahaya-bahaya akumulasi kimia dalam tubuh itu semakin terasa. Inilah
yang tidak dikehendaki jika kita ingin hidup sehat dan panjang umur.
Maka harga yang mahal dari produk-produk pangan yang organic
adalah wajar karena ada investasi untuk kesehatan kita sendiri. Biaya
kesehatan ini memang baru dirasakan manakala kita mengalami rasa
sakit atau mengidap suatu penyakit . Berapapun harga obat, biaya
terapi dan pengobatan agar kita terbebas dari sakit seolah tidak
menjadi masalah. Wajar saja kalau pangan yang aman dan
menyehatkan dihargai lebih mahal.
Apalagi jika keadaan kebun kotor atau berdebu, karena keadaan yang
panas dan kering, semak belukar dan gulma yang tumbuh di sekitar
pohon Aren, atau kegiatan manusia atau hewan yang lain di sekitar
pohon. Maka apabila angin berhembus dan bersinggungan dengan
Nira yang baru menetes atau nira yang tertampung di wadah, maka
Nira akan terkontaminasi dengan berbagai mikroba alam ini.
Keadaan dedaunan yang ada disekitarnya yang tidak sehat, kusam dan
berjamur akibat dari pohon yang tidak terkena basuhan air hujan dan
terpaan sinar matahari langsung, keadaan kebun yang terbiarkan tidak
pernah diurus atau dibersihkan. Kalau di sekitar tempat penampungan
Nira Aren ini keadaannya seperti tadi, maka kemungkinan terfermentasi
akan semakin besar. Keadaan ini akan menjadi vector bagi mikroba
untuk berkembang biak. Jika udara bersih atau kontak dengan udara
kotor sangat minimal, maka nira akan lebih aman dari kemungkinan
terkontaminasi dengan aneka mikroba yang berakibat terjadinya
fermentasi. Oleh karena itu, keadaan ini seharusnya bisa dihindari jika
kebun terawat secara periodik, dijaga kebersihan dan kesehatan kebun
serta tanamannya.
Kedua, selanjutnya Nira yang keluar dari bagian sayatan atau tandan
bunga yang terluka akan jatuh dan berkontak dengan wadah
penampung nira atau media penghubung menuju wadah penampungan
nira. Wadah penampungan Nira yang bersih dan sudah dilakukan
upaya disinfektasi atau treatment anti mikroba maka akan dapat
menghambat Nira untuk terfermentasi.
Oleh karena itu para penyadap Nira Aren biasanya mencuci wadah
penampung Nira dengan air bersih, malah kadang-kadang
membilasnya dengan air panas, atau mengasapi wadah di atas
perapian atau pipa penyalur asap dari tungku/ cerobong pemasakan
gula. Upaya sederhana ini secara tradisi sudah bisa menghambat
terjadinya fermentasi pada Nira Aren, sehingga Nira menjadi awet
segarnya dan pH (keasamannya) dapat dipertahankan selama
pemungutan dan pengangkutan menuju tempat pemasakan Nira
menjadi Gula.
Lalu bahan pengawet apa saja yang mungkin bisa digunakan untuk
membuat Nira awet dan hasil gulanya mempunyai mutu yang bagus
sekaligus memiliki aroma rasa/ plavour dan tastenya sesuai dengan
selera konsumen. Mudah-mudahan tulisan selanjutnya akan menjawab
pertanyaan ini. Amin.