Professional Documents
Culture Documents
OLEH:
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2018
A. Pendahuluan
profesional dan menjadikan pasien sebagai fokus utamanya. Standar praktik pada dasarnya
menentukan kualitas kinerja perawat dalam bekerja. Oleh karena itu, pemilihan standar dan
tindakan merupakan kegiatan penting dalam proses peningkatan mutu layanan keperawatan.
Berdasarkan usulan komite IOM tentang kualitas pelayanan perawatan kesehatan kepada
pasien harus memenuhi enam aspek diantaranya perawatan yang aman, efektif, berpusat pada
Pelayanan yang efektif dan efesien mampu memberikan pelayanan yang tepat untuk
menangani permasalahan pasien dan mampu menurunkan hari rawat serta biaya perawatan
pasien. Namun, salah satu permasalahan yang dihadapi dunia kesehatan saat ini adalah
resisrtensi antimikroba (AMR) yang berdampak pada penurunan mutu layanan dan
Penggunaan antimikroba yang bijak adalah penggunaan antimikroba yang sesuai dengan
penyakit infeksi dan penyebabnya dengan dosis yang tepat, durasi yang optimal, dan efek
samping minimal. Untuk itu dalam rangka mengendalikan mikroba resisten di pelayanan
(KPRA) oleh kementrian kesehatan. Selanjutnya program ini diwajibkan untuk dijalankan
Salah satu rumah sakit yang menjalankan program tersebut adalah RSU Sawerigading
belum berjalan secara optimal sehingga berdampak pada mutu layanan kesehatan di rumah
sakit tersebut. Untuk itu melalui paper ini, penerapan PPRA RSU Sawerigading Kota Palopo
B. Pembahasan
mendapatkan dukungan penuh dari direktur rumah sakit. Pimpinan RSU Sawerigading
Palopo sejauh ini mendukung akan dilaksanakannya program PPRA, hal ini dibuktikan
dengan terbentuknya regulasi terkait pengendalilan resistensi antimikroba dan KPRA di RSU
Sawerigading Palopo. Struktur KPRA telah di isi oleh dokter, perawat, farmasi dan profesi
kesehatan lainnya. KPRA telah menyusun beberapa program kerja terkait pengendalian
resistensi antimikroba. Program kerja komite ini, telah sampai pada tahap pengumpulan data
penggunaan antimikroba. Pelaporan penggunaan antimikroba dilakukan oleh tim farmasi dan
antimikroba paling tinggi berada pada ruangan perawatan bedah. Tentunya dokter yang
bekerja di ruangan tersebut menjadi sorotan terkait tingginya angka penggunaan obat
antimikroba.
apa yang telah resistensi terhadap antimikroba. Hal inilah yang belum berjalan di RSU
hanya sebatas pada pengumpulan data awal saja. Analisis tidak berjalannya program KPRA
di RSU Sawerigading Kota Palopo dapat dilihat analisis fishbone dibawah ini:
Lingkungan Komite PPRA
nnn
1. Tim PPRA
Orang-orang yang mengisi struktur KPRA merupakan pegawai rumah sakit yang
mempunyai tanggung jawab pada program yang lain, sehingga beban kerja mereka
menjadi tertunda. Hal ini diperparah dengan manajemen waktu yang buruk sehingga staff
Supervisi dari ketua komite terkait PPRA belum maksimal sehingga upaya
pengendalian dan pengawasan dari program ini belum berjalan. Monev yang harusnya
dipantau langsung oleh KPRA terkait tindak lanjut dari pengumpulan data yang
Baik pedoman dan sebagian SPO terkait pelaksanaan program PPRA belum
rampung, hal ini dikarenakan anggota komite PPRA kurang berkoordinasi dalam
4. Lingkungan
jumlah pasien dan BOR ≥ 85%. Hal ini mengakibatkan risiko infeksi nosokomial
semakin tinggi. Selain itu, budaya perawatan yang belum professional hanya berfokus
pada dokter mengakibatkan koordinasi antar tim kesehatan berkurang dan berimbas pada
5. Pasien
yang lama sehingga mendorong penggunaan antimikroba yang semakin tinggi. Selain itu,
kepatuhan minum obat pasien yang kurang pada pasien rawat jalan mengakibatkan risiko
1. Plan
a. Peningkatan pemahaman dan kesadaran seluruh staf, pasien dan keluarga tentang
2. Do
b. Melakukan kegiatan sosialisasi dan pelatihan staff tenaga kesehatan tentang PRA
3. Check
e. Penurunan angka infeksi di rumah sakit yang disebabkan oleh mikroba yang
resistensi
4. Action
tenaga yang terampil dan didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai. Resistensi
PPRA yang melibatkan semua tenaga kesehatan dalam komite PPRA di RSU
Metode yang dapat diguanakan untuk mengukur mutu terkait dengan masalah PPRA
merujuk pada elemen penilaian standar nasional (SNARS, 2018) yang terdiri dari:
1. Pemeriksaan regulasi dan program tentang pengendalian resistensi antimikroba di RS
2. Wawancara dengan pimpinan rumah sakit terkait keterlibatan dalam menyusun program
menunjang kegiatan.
5. Wawancara pelaksanaan monitoring dan evaluasi terhadap PPRA yang mengacu pada
yang dilakukan.
C. Penutup
Untuk itu diperlukan kerjasama dari semua pihak terait untuk menjalankan program nasional
yang telah ada agar mutu layanan kesehatan di rumah sakit semakin baik.
DAFTAR PUSTAKA
Huber, D. L. (2010). Leadership and Nursing Care Management. Saunders Elsevier (4th ed.).
Lowa City: Saunders Elseiver
KARS. (2018). Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit (1th ed.)