You are on page 1of 29

Sistem pencernaan terdiri dari saluran pencernaan (alimentar) yaitu tuba muscular panjang

yang merentang dari mulut sampai anus, dan organ-organ asesoris, seperti gigi, lidah, kelenjar
ludah (saliva), hati, kantung empedu, dan pankreas. Saluran pencernaan yang terletak di bawah
area diafragma disebut saluran gastrointestinal (GI).
A. Fungsi system pencernaan. Fungsi utama sistem ini adalah untuk menyediakan makanan, air, dan
elektrolit bagi tubuh dari nutrien yang dicerna sehingga siap diabsorbsi. Pencernaan berlangsung
secara mekanik dan kimia, dan meliputi proses-proses sebagai berikut :
1. Ingesti adalah masuknya makanan ke dalam tubuh.
2. Pemotongan dan penggilingan makanan dilakukan secara mekanik oleh gigi. makanan kemudian
bercampur dengan saliva sebelum ditelan.
3. Peristalsis adalah gelombang kontraksi otot polos involunter yang menggerakkan makanan
tertelan melalui saluran pencernaan.
4. Digesti adalah hidrolisis kimia (penguraian) molekul besar menjadi molekul kecil sehingga
absorbsi dapat berlangsung.
5. Absorbsi adalah pergerakkan produk akhir pencernaan dari lumen saluran pencernaan ke dalam
sirkulasi darah dan limfatik sehingga dapat digunakan oleh sel tubuh.
6. Egesti (defekasi) adalah proses eliminasi zat-zat sisa yang tidak tercerna juga bakteri dalam
bentuk feses dari saluran pencernaan.

B. Gambaran garis besar saluran pencernaan

1. Dinding saluran tersusun dari lapisan jaringan dasar dari lumen (rongga sentral) ke arah luar.
Komponen lapisan pada setiap regia bervariasi sesuai fungsi regia.

a. Mukosa (membran mukosa) tersusun atas tiga lapisan :


1) Epitelium yang melapisi berfungsi untuk perlindungan, sekresi. dan absorbsi. di bagian ujung
oral dan anal saluran, lapisannya tersusun dari epitelium skuamosa bertingkat tidak terkeranisasi
untuk perlindungan. lapisan ini terdiri dari epitelium kolumnar simpel dengan sel goblet di area
tersebut yang dikhususkan untuk sekresi dan absorbsi.
2) Lamina propia adalah jaringan ikat areolar yang menopang epitelium. lamina ini mengandung
pembuluh darah, limfatik, nodulus limfe, dan beberapa jenis kelenjar.
3) Muscularis mukosa terdiri dari lapisan sirkular dalam yang tipis dan lapisan otot polos
longitudinal luar.

b. Submukosa terdiri dari jaringan areolar yang mengandung pembuluh darah, pembuluh limfatik,
beberapa kelenjar submukosa dan pleksus serabut saraf, serta sel-sel ganglion yang disebut
pleksus Meissner (pleksus submukosa). Submukosa mengikat mukosa ke muskularis eksterna.
c. Muscularis eksterna tersiri dari dua lapisan otot, satu lapisan sirkular dalam dan satu lapisan
longitudinal luar. Kontraksi lapisan sirkular mengontriksi lumen saluran dan kontraksi lapisan
longitudinal memperpendek dan melebar lumen saluran. Kontraksi ini mengakibatkan
gelombang periataltis yang mengerakkan isi saluran ke arah depan.
1. Muskularis eksterna terdiri dari otot rangka di mulut, faring, dan esofagus atas, serta otot polos
pada saluran selanjutnya.
2. Pleksus auerbach (pleksus mienterik) yang terdiri dari serabut saraf dan serbut ganglion
parasimpatis, terletak di antara lapisan otot sirkular dalam dan longitudinal luar.
d. Serosa (adventisia), lapisan keempat dan yang paling luar juga disebut peritoneum visceral.
Lapisan ini terdiri dari membrane serosa jaringan ikat renggang yang dilapisi epithelium
skuamosa simple. Dibawah area diafragma dan dalam lokasi tempat epithelium skuamosa
menghilang dan jaringan ikat bersatu dengan jaringan ikat di sekitarnya, area tersebut disebut
adventisia.
2. pertonium, mesenterium dan omentum abdominopelvis adalah membrane serosa dalam tubuh.
a. peritonium parietal melapisi rongga abdominopelvis.
b. peritoneum visceral membungkus organ dan terhubungkan ke peritoneum parietal oleh
berbagai lipatan.
c. rongga perinonial adalah rongga potensial antara visceral dan peritoneum parietal.
d. mesenterium dan omentum adalah lipatan jaringan peritoneal berlapis ganda yang merefleks
balik dari peritoneum gliseral. Lipatan ini berfungsi untuk mengikat organ-organ abdominal satu
sama lain dan melabuhkannya ke dinding abdominal belakang. Pembuluh darah, limfatik, dan
saraf terletak dalam lipatan peritoneal.

1. omentum besar adalah lipatan ganda berukuran besar yang meleka pada duodenum, lambung,
dan usus besar. Lipatan ini tergantung seperti celemek diatas usus.
2. Omentum kecil menopang lambung dan duodenum sehingga terpisah dari hati.
3. mesokolon melekatkan kolon ke dinding abdominal belakang.
4. ligament falsiformis melekatkan hati ke dinding abdominal depan dan diafragma.
e. organ yang tidak terbungkus peritoneum,tetapi hanya tertutup olehnya disebut retroperitoneal (
di belakang peritoneum). Yang termasuk retropertoneal antara lain pancreas, duodenum, ginjal,
rectum, kandung kemih, dan beberapa rgan reproduksi perempuan.

C. Kendali saraf pada saluran pencernaan. SSO menginrvasi keseluruhan saluran pencernaan, keculi
ujung atas dan ujung bawah yang dikendalikan secara volunteer.
1. Impuls parasimpatis yang dihantarkan dalam saraf vagus (CN X), mengeluarkan efek stimulasi
konstan pada tonus otot polos dan bertanggung jawab untuk peningkatan keseluruhan aktivitas.
Efek ini meliputi motilitas dan sekresi cairan pencernaan.
2. Impuls simpatis yang dibawa medulla spinalis dalam saraf splanknik, menghambat kontraksi
otot polos saluran, mengurangi motalitas dan menghambat sekresi cairan pencernaan.
3. Pleksus Meissner dan Auerbach merupakan sisi sinaps untuk serabut praganklionik
parasimpatis. Pleksus ini juga berfungsi untuk pengaturan kontraktil lokaldan aktivitas sekertori
saluran.

1. MULUT ( CAVUM ORIS )


Mulut adalah rongga lonjong pada permulaan saluran pencernaan dan berisi organ
pencernaan. Terdiri atas dua bagian. Bagian luar yang sempit, atau vestibula, yaitu ruang di
antara gusi serta gigi dengan bibir dan pipi, dan bagian dalam, yaitu rongga mulut yang dibatasi
di sisi-sisinya oleh tulang maksilaris dan semua gigi , dan di sebelah belakang bersambung
dengan awal faring. Atap mulut dibentuk oleh palatum, lidah terletak di lantainya dan terikat
pada tulang hioid. Di garis tengah sebuah lipatan membran mukosa (frenulum linguas)
menyambung lidah dengan lantai mulut. Di kedua sisi terletak papilasublingualis, yang memuat
lubang kelenjar ludah submandibularis. Sedikit eksternal dari papila ini terletak lipatan
sublingualis, tempat lubang-lubang halus kelenjar ludah sublingualis bermuara. Dan ada kelenjar
parotis yang terletak agak ke bawah dan di depan telingadan membuka melalui duktus parotis
menuju suatu elevasi kecil (papila) yang terletak berhadapan dengan gigi molar kedua pada
kedua sisi.
Selaput lendir mulut ditutupi epitelium yang berlapis-lapis. Dibawahnya terletak kelenjar-
kelenjar halus yang mengeluarkan lendir. Selaput ini sangat kaya akan pembuluh darah dan juga
memuat banyak ujung akhir saraf sensoris.

1. Bibir terdiri atas dua lipatan daging yang membentuk gerbang mulut. Di sebelah luar
ditutupi kulit yang mengandung folikel rambut, disebelah dalam ditutupi selaput lendir
(mukosa), dan area transisional memiliki epidermis transparan, bagian ini tampak merah karena
dilewati oleh banyak kapiler yang dapat dilihat. Otot orbikularis oris menutup bibir; levator
anguli oris mengangkat, dan depresor anguli menekan ujung mulut. Tempat bibir atas dan bawah
bertemu membentuk sudut mulut.

2. Palatum (langit-langit) terdiri atas dua bagian, yaitu palatum keras yang tersusun atas tajuk-
tajuk palatum dari sebelah depan tulang maksilaris, dan lebih ke belakang terdiri atas dua tulang
palatum. Di belakang ini terletak palatum lunak, yang merupakan lipatan menggantung yang
dapat bergerak dan yang terdiri atas jaringan fibrus dan selaput lendir. Gerakannya dikendalikan
ototnya sendiri. Ditengah palatum lunak menggantung ke luar sebuah prosesus berbentuk
kerucut, yaitu uvula. Dari sini tiang-tiang lengkungan (fauses) melengkung ke bawah, ke
samping kiri dan kanan, dan di antara tiang-tiang ini terdapat lipatan rangkap otot dan selaput
lendir yang di sebelah kanan dan kiri memuat tonsil.
3. Pipi membentuk sisi berdaging pada wajah dan menyambung dengan bibir mulai pada
lipatan nasolabial, berjalan dari sisi hidung ke sudut mulut. Pipi dilapisi dari dalam oleh mukosa
yang mengandung papila-papila. Otot yang terdapat pada pipi ialah otot buksinator.

4. Gigi-geligi dan pengunyahan. Gigi berfungsi dalam proses mastikasi. Terdapat dua kelompok
gigi, yaitu gigi sementara atau gigi sulung dan gigi tetap. Terdapat dua puluh gigi sulung,
sepuluh pada setiap rahang. Dari tengah kedua sisi berturut-turut dinamai: dua insisivus atau gigi
seri, satu kanina atau gigi taring, dan dua molar atau geraham. Gigi tetap lebih banyak yaitu tiga
puluh dua, enam belas pada setiap rahang. Dari tengah ke samping berturut-turut disebut: dua
insisivus, satu taring, dua premolar ( geraham depan), dan tiga molar ( geraham belakang).

Umumnya pada seorang bayi gigi pertamanya muncul pada umur enam bulan. Insisivus
tengah pada rahang bawah yang pertama keluar, kemudian insisivus lateral. Molar pertama
keluar pada kira-kira umur dua belas sampai lima belas bulan, gigi taring pada delapan belas
bulan, dan akhirnya pada dua puluh bulan molar lainnya.
Seorang anak berumur dua belas bulan biasanya telah memiliki delapan gigi, dua insisivus
tengah dan dua yang lateral pada kedua rahang. Pada umur dua tahun si anak telah memiliki gigi
sulung yang lengkap. Pada umumnya gigi pada rahang bawah lebih dahulu keluar daripada gigi
pasangannya pada rahang atas.
Gigi tetap mulai menggantikan yang sementara pada kira-kira umur enam tahun. Yang
pertama-tama keluar ialah sebuah molar di belakang gigi-gigi sementara di setiap sisi, kemudian
pada umur tujuh sampai delapan tahun keluar gigi insisivus, pada umur sembilan sampai sepuluh
tahun geraham premolar, dan umur sebelas tahun gigi taring, pada kira-kira dua belas tahun
geraham molar kedua dan terakhir geraham bungsu.
Sebuah gigi mempunyai mahkota, leher, dan akar. Mahkota gigi menjulang di atas gigi,
lehernya dikelilingi gusi(gingiva), dan akarnya berada di bawahnya. Gigi dibuat dari bahan yang
sangat keras, yaitu dentin. Di dalam pusat strukturnya terdapatronggapulpa. Pulpa gigi berisi sel
jaringan ikat, pembuluh darah, dan serabut saraf. Bagian gigi yang menjulang di atas ditutupi
email, yang jauh lebih keras daripada dentin.
Proses mengunyah. Gigi sudah dirancang dengan sangat tepat untuk mengunyah, gigi
anterior (insisivus) menyediakan kerja memotong yang kuat dan gigi posterior (molar), kerja
menggiling. Semua otot rahang bawah yang bekerja bersama-sama dapat mengatupkan gigi
dengan kekuatan sebesar 55 pound pada incisivus dan 200 pound pada molar.
Pada umumnya otot-otot pengunyah dipersarafi oleh cabang motorik dari saraf kranial
kelima, dan proses mengunyah dikontrol oleh nukleus dalam batang otak akan menimbulkan
pergerakan mengunyah yang ritmis. Demikian pula, perangsangan area di hipotalamus,
amigdala, dan bahkan di korteks serebri dekat area sensoris untuk pengecapan dan penghidu
seringkali dapat menimbulkan gerakan mengunyah.
Kebanyakan proses mengunyah disebabkan oleh suatu refleks mengunyah, yang dapat
dijelaskan sebagai berikut: Adanya bolus makanan di dalam mulut pada awalnya menimbulkan
penghambat refleks otot untuk mengunyah, yang menyebabkan rahang bawah turun ke bawah.
Penurunan ini kemudian menimbulkan refleks regang pada otot-otot rahang bawah yang
menimbulkan kontraksi rebound. Keadaan ini secara otomatis mengangkat rahang bawah yang
menimbulkan pengatupan gigi, tetapi juga menekan bolus melawan dinding mulut, yang
menghambat otot rahang bawah sekali lagi, menyebabkan rahang bawah turun dan kembali
rebound pada saat yang lain, dan ini terjadi terulang-ulang.
Mengunyah bersifat penting untuk pencernaan semua makanan, tetapi terutama sekali untuk
sebagian besar buah dan sayur-sayuran mentah karena zat-zat ini mampunyai membran selulosa
yang tidak mudah dicerna. Membran ini melingkupi bagian-bagian zat nutrisi sehingga harus
diuraikan sebelum makanan dapat dicerna. Selain itu, mengunyah akan membantu pencernaan
makanan untuk alasan sederhana berikut: enzim-enzim pencernaan hanya bekerja pada
permukaan partikel makanan; karena itu, kecepatan pencernaan seluruhnya bergantung pada total
area permukaan yang terpapar dengan sekresi pencernaan. Selain itu, menggiling makanan
hingga traktus gastrointestinal dan meningkatkan kemudahan pengosongan makanan dari
lambung ke dalam usus halus, kemudian ke semua segmen usus berikutnya.
Menelan. Menelan dilakukan setelah mengunyah, dan dapat dilukiskan dalam tiga tahap.
Gerakan membentuk makanan menjadi sebuah bolus dengan bantuan lidah dan pipi, dan melalui
bagian belakang mulut masuk ke dalam faring.
Setelah makanan masuk faring, palatum lunak naik untuk menutup nares posterior, glotis
menutup oleh kontraksi otot-ototnya, dan otot konstriktor faring menangkap makanan dan
mendorongnya masuk esofagus. Pada saat ini pernapasan berhenti, kalau tidak maka akan
tersedak. Orang tak dapat menelan dan bernapas pada saat yang sama. Gerakan menelan pada
bagian ini merupakan gerakan refleks.
Makanan berjalan dalam esofagus karena kerja peristaltik, lingkaran serabut otot di depan
makanan mengendor dan yang di belakang makanan berkontraksi. Maka gelombang peristaltik
menghantarkan bola maknan ke lambung.
Tahap kedua dan ketiga pada gerakan menelan terkadi tidak atas kemauan sendiri, sedangkan
tahap pertama, meskipun atas menjadi partikel-partikel dengan konsistensi sangat halus akan
mencegah ekskoriasi kemauan sendiri, sebagian besar berjalan otomatis.
Esofagus dapat terserang kardio-spasme atau akalasia, disebabkan kegagalan fungsi motorik
yang berupa hilangnya gerakan peristaltik di bagian bawah usofagus dan kegagalan sfinkter
kardiak untuk mengendor. Gejala utama ialah disfagia (kesukaran menelan) dan regurgitasi.
Pengobatan konservatif yang berupa dengan perlahan-lahan makan makanan yang mudah
ditelan ada kalanya menolong. Atau usaha untuk membuka sfinkter kardiak bila perlu dapat
dilaksanakan. Kalau cara ini gagal maka perlu dipertimbangkan tindakan pembedahan.
Kesehatan gigi harus ditekankan. Anak-anak sejak kecil sudah dapat belajar menggosok gigi
mereka dalam gerakan naik-turun, sisi dalam dan luar, sesudah makan dan sebelum pergi tidur.
Jajan dan gula-gula jangan dimakan si antara waktu makan, atau menjelang tidur. Hal ini
merupakan sumber penyakit gigi yang lazim.
Pertumbuhan gigi, baik yang sementara maupun yang tetap, harus di awasi. Kunjungan
teratur pada dokter gigi. Kalau dapat setiap bualan, atau sedikit-dikitnya 4 sampai 6 bulan. Tidak
adanya rasa sakit bukan berarti tidak ada penyakit atau karies gigi. Pada masa remaja kunjungan
ke dokter gigi boleh dikurangi. Kemudian pada umur dewasa junjungan boleh lebih jarang, tetapi
sebaiknya tetap teratur.

5. Lidah
Pada hakikatnya lidah mempunyai hubungan yang sangat erat dengan indra khusus pengecap.
Lidah sebagian besar terdiri atas dua kelompok otot. Otot intrinsik, lidah melakukan semua
gerakan halus, sementara otot ekstrinsik mengaitkan lidah pada bagian-bagian sekitarnya serta
,elaksanakan gerakan-gerakan kasar yang sangat penting pada saat mengunyah dan menelan.
Lidah mengaduk-aduk makanan, menekannya pada langit-langit dan gigi, dan akhirnya
mendorongnya masuk faring.
Lidah terletak pada dasar mulut, sementara pembuluh darah dan urat saraf masuk dan keluar
pada akarnya. Ujung serta pinggiran lidah bersentuhan dengan gigi-gigi bawah, sementara
dorsum merupakan permukaan melengkung pada bagian atas lidah. Bila lidah digulung ke
belakang, tampaklah permukaan bawahnya yang disebut frenulum linguae, sebuah struktur
ligamen halus yang mengaitkan bagian posterior lidah pada dasar mulut. Bagian anterior lidah
bebas tidak terkait. Bila dijulurkan, ujung lidah meruncing, dan bila terletak tenang di dasar
mulut, ujung lidah berbentuk bulat. Selaput lendir (membran mukosa) lidah selalu lembab, dan
pada waktu sehat berwarna merah jambu. Permukaan atasnya seperti beledu dan ditutupi papil-
papil, yang terdiri atas tiga jenis.
Papila sirkumvalata. Ada delapan hingga dua belas buah jenis ini yang terletak pada bagian
dasar lidah. Papila sirkumvalata adalah jenis papila terbesar, dan masing-masing dikelilingi
semacam lekukan seperti parit. Papila ini tersusun berjajar membentuk huruf V pada bagian
belakang lidah.
Papila fungiformis menyebar pada permukaan ujung dan sisi lidah, dan berbentuk
jamur.Papila fliformis adalah yang terbanyak dan menyebar pada seluruh permukaan lidah.
Organ-ujung untuk pengecapan adalah puting-puting pengecap.
Ada empat macam rasa kecapan: manis, pahit, asam, dan asin. Kebanyakan makanan
memiliki ciri harum dan cita rasa, tetapi ciri-ciri itu merangsang ujung saraf penciuman, dan
bukan ujung saraf pengecapan. Supaya dapat dirasakan, semua makanan harus menjadi cairan,
serta harus sungguh-sungguh bersentuhan dengan ujung saraf yang mampu menerima
rangsangan berbeda-beda. Puting pengecap yang berbeda-beda menimbulkan kesan rasa yang
berbeda-beda juga.

6. Kelenjar Ludah( Saliva)


Kelenjar ludah adalah kelenjar majemuk bertandan, yang berarti terdiri atas gabungan
kelompok alveoli bentuk kantong dan yang membentuk lubang-lubang kecil. Saluran-saluran
dari setiap alveolus bersatu membentuk saluran yang lebih besar dan yang menghantar sekretnya
ke saluran utama dan melalui ini sekret dituangkan ke dalam mulut.
Kelenjar ludah yang utama ialah kelenjar parotis, submandibularis dan sublingualis.
Kelenjar parotis ialah yang terbesar. Satu di sebelah kiri dan satu di sebelah kanan dan
terletak dekat di depan agak ke bawah telinga. Sekretnya dituangkan ke dalam mulut melalui
saluran parotis atau saluran Stensen, yang bermuara di pipi sebelah dalam, berhadapan dengan
geraham (molar) kedua atas. Ada dua struktur penting yang melintasi kelenjar parotis, yaitu arteri
karotis eksterna dan saraf kranal ketujuh (saraf fasialis).
Kelenjar submandibularis nomor dua besarnya sesudah kelenjar parotis. Terletak di bawah
kedua sisi tulang rahang, dan berukuran kira-kira sebesar buah kenari. Sekretnya dituangkan ke
dalam mulut melalui saluran submandibularis atau saluran Wharton, yang bermuara di dasar
mulut, dekat frenulum linguage.
Kelenjar sublingualis adalah yang terkecil. Letaknya di bawah lidah kanan dan kiri
frenulum linguage dan menuangkan sekretnya ke dalam dasar mulut melalui beberapa muara
kecil.
Fungsi kelenjar ludah ialah mengeluarkan saliva, yang merupakan cairan pertama yang
mencernakan makanan. Deras aliran saliva dirangsang oleh :
1. Adanya makanan dalam mulut
2. Melihat, membaui, dan memikirkan makanan

2. FARING
Faring atau tekak terletak di belakang hidung, mulut, dan laring (tenggorokan). Faring berupa
slauran berbentuk kerucut dari bahan membran berotot (muskulo membranosa) dengan bagian
terlebar di sebelah atas dan berjalan dari dasar tengkorak sampai di ketinggian vertebrata servikal
keenam, yaitu ketinggian tulang rawan krikoid, tempat faring bersambung dengan esofagus. Pada
ketinggian ini laring juga bersambung dengan trakea (batang tenggorok). Panjang faring kira-kira
tujuh sentimeter dan dibagi atas tiga bagian :
a. Nasofaring, di belakang hidung. Di dinding pada daerah ini terdapat lubang saluran
Eustakhius. Kelenjar-kelenjar adenoid terdapat pada nesofaring.
b. Faring oralis, terletak dibelakang mulut. Kedua tonsil ada di dinding lateral daerah faring.
c. Faring laringeal ialah bagian terendah yang terletak di belakang laring.
Di dalam faring terdapat tujuh lubang-dua dari saluran Eustakhius, dua bagian posterior
lubang hidung (nares) yang berada di belakang rongga hidung, mulut, laring, dan esofagus.
Struktur faring. Dinding faring tersusun atas tiga lapisan, yaitu lapisan mukosa, lapisan
fibrosa, dan lapisan berotot. Lapisan mukosa yang terletak paling dalam, bersambung dengan
lapisan dalam hidung, mulut, saluran Eustakhius. Lapisan dalam pada bagian atas faring ialah
epitelium saluran pernapasan dan bersambung dengan epitelium hidung. Bagian bawah faring
yang bersambung dengan mulut dilapisi epitelium berlapis.
Lapisan fibrosanya terletak antara lapisan mukosa dan lapisan berotot. Otot utama pada
faring ialah otot konstriktor, yang berkontraksi sewaktu makanan masuk ke faring dan
mendorongnya ke dalam esofagus.
Kedua tonsil merupakan dua kumpulan jaringan limfosit yang terletak di kanan dan kiri
faring di antara tiang-tiang lengkung fauses. Tonsil dijelajahi pembuluh darah dan pembuluh
limfe dan mengandung banyak limfosit. Permukaan tonsil ditutupi membran mukosa yang
bersambung dengan bagian bawah faring. Permukaan ini penuh dengan lekukan, dan ke dalam
lekukan yang banyak ini sejumlah besar kelenjar penghasil mukus menuangkan sekresinya.
Mukus ini mengandung banyak limfosit. Dengan demikian tonsil bekerja sebagai garis depan
pertahanan dalam infeksi yang tersebar dari hidung, mulut, dan tenggorok. Meskipun demikian
tonsil bisa gagal menahan infeksi, yaitu ketika terjadi tonsilitis (peradangan tonsil) atau sebuah
abses peritonsiler. Setelah pengobatan dengan antibiotika dan pengobatan lokal, tonsilektomi
dapat dipertimbangkan. Tetapi dewasa ini hal itu kurang dijalankan daripada dulu.
Selaput lendir faring yang dekat lubang posterior nares dan lubang saluran (tuba) Eustakhius
juga mengandung jaringan limfoid yang serupa dengan jaringan tonsil. Bila menjadi hipertrofik,
jaringan ini dapat menyumbat nares posterior dan terjadilah keadaan yang disebut sebagai
pembesaran adenoid.

3. ESOFAGUS
Merupakan saluran yang berfungsi menghubungkan antara rongga mulut dengan lambung
dalam hal ini adalah meneruskan makanan. Pada ujung saluran esofagus setelah mulut terdapat
daerah yang disebut faring. Pada faring terdapat klep, yaitu epiglotis yang mengatur makanan
agar tidak masuk ke trakea (tenggorokan). Agar makanan dapat berjalan sepanjang esofagus,
terdapat gerakan peristaltik sehingga makanan dapat berjalan menuju lambung
Di pangkal leher, terdapat dua saluran, yaitu batang tenggorokan dan kerongkongan. Batang
tenggorokan merupakan saluran pernapasan, sedangkan kerongkongan merupakan saluran
penghubung antara rongga mulut dan lambung. Kedua saluran ini dipisahkan oleh sebuah katup.
Katup akan menutup ketika sedang makan, dan akan terbuka ketika sedang bernapas. Itu
sebabnya dianjurkan untuk tidak berbicara ketika sedang makan sebab dapat menimbulkan
tersedak.
Panjang kerongkongan kira-kira 20 cm dan berdiameter 1 inchi. Kerongkongan terdiri atas
otot yang lentur. Makanan yang berada di dalam kerongkongan akan didorong oleh dinding
kerongkongan menuju lambung. Gerakan seperti ini disebut gerak peristaltik. Gerak peristaltik
dilakukan oleh otot dinding kerongkongan.

Menelan
Menelan (deglutition) adalah suatu respon reflek yang dicetuskan oleh impuls aferen di
nervus trigeminus, glosofaringeous, dan vagus. Impuls-impuls ini terintegrasin di nukleus
traktus solitaries dan nucleus ambigus. Serabut-serabut eferen berjalan ke otot faring dan lidah
melalui nervus trigeminus, fasialis dan hipoglassus. Menelan diawali dengan kerja volunteer,
yakni mengumpulkan isi mulut di lidah dan mendorongnya ke belakang menuju faring. Hal ini
mencetuskan serangkaian gelombang kontraksi involunter pada otot faring yang mendorong
makanan ke dalam esophagus. Inhibisi pernapasan dan penutupan glotis merupakan bagian dari
respon reflek ini. Terjadi suatu kontraksi nperistaltik berbentuk cincin dari otot esophagus di
belakang makanan, yang kemudian menyapu makanan menuruni esofagus dengan kecepatan 4
cm/ detik. Jika manusia berada pada posisi tegak, cairan dan makanan setengah padat umumnya
jatuh oleh gaya tarik bumi ke esofagus bawah, yang mendahului gelombang peristaltic

Sfingter esofagus bawah


Tidak seperti bagian esofagus lain, otot pada perbatasan lambung dan esophagus (SEB)
bersifat tonik aktif tetapi melemah sewaktu menelan. Aktifitas tonik SEB antara waktu makan
refluks isi lambung kedalam esophagus. SEB terdiri atas 3 komponen. Otot polos esophagus
lebih menonjol diperbatasan dengan lambung (sfingter intrinsic). Serabut dari bagian crus
diafragma, berupa otot rangka, mengelilingi esophagus dibagian ini ( sfingter ekstrinsik) dan
menimbulkan efek yang menyerupai penjepit selang esophagus. Selain itu serat oblik dinding
lambung membentuk suatu katup flap yang membantu menutup perbatasan esophagus-lambung
dan mencegah regurgitasi apabila tekanan intragastrik meningkat.
Tonus SEB berada dibawah kendali saraf. Pengeluaran asetil kolin dari ujung nervus vagus
meyebabkan sfingter intrinsik berkontraksi, dan pengeluaran NO dan VIP dari interneuron yang
dipersarafi oleh serabut vagus yang lain menyebabkan sfingter tersebut melemah. Kontraksi
bagian crus diafragma, yang dipersarafi oleh nervus phrenicus, dikoordinasikan dengan
pernapasan dan kontraksi otot dada dan perut. Jadi, sfingter intrinsic dan ekstrinsik bekerja sama
sehingga makanan mengalir dengan baik ke lambung dan tidak terjadi refluks isi lambung ke
dalam esophagus.
Akalasia adalah suatu keadaan yang menyebabkan akumulasi makanan di esophagus dan
pelebaran organ tersebut. Kelainan ini disebabkan oleh peningkatan tonus SEB dan relaksasi
sfingter yang tidak sempurna saat menelen. Ada kelainan ini, pleksus mienterikus esophagus di
SEB berkurang, dan peleasan NO dan VIP menjadi terganggu. Kelainan ini dapat ditangani
dengan dilatasi pneumatic sfingter atau insisi otot esophagus (miotomi). Inhibisi pelepasan asetil
kolin oleh penyuntikan toksin botulinum kedalam SEB juga efektif dan menghasilkan perbaikan
yang menetap beberapa bulan.

4. LAMBUNG
Lambung adalah bagian saluran cerna yang paling lebar dan terletak diantara ujung esofagus
dan pangkal usus halus. Terletak dikuadran kiri atas abdomen, dibawah diafragma agak ke kiri
dari garis tengah, dengan panjang 25 cm dan Lebar 10 cm. Bentuk dan posisi lambung
dipengaruhi oleh perubahan didalam rongga abdomen dan oleh isi lambung.
Lambung terdiri dari 4 bagian yakni Kardia, Fundus, Korpus, dan Pilorus. Dilengkapi dengan
2 sfingter yakni sfingter kardia (terletak dekat dengan lubang kardia), dan sfingter pilorus (dekat
dengan pilorus).
Kapasitas lambung pada orang dewasa 1500 ml. Pada lapisan mukosa lambung terdapat
lipatan-lipatan yang disebut “Rugae” yang meregang pada saat terjadi penambahan volume / isi
lambung. Mukosa lambung juga mengandung banyak kelenjar yang mensekresi enzim-enzim
pencernaan. Didalam lambung terdapat getah lambung, yang membuat makanan lebih cair dan
asam. Getah lambung mengandung air, garam, mineral, lendir, asam hidrochlorida (Hcl),
pepsinogen, renin.
Makanan yang sudah masuk ke dalam lambung akan tetap didalam lambung selama - 3 jam
atau lebih, sesuai dengan sifat makanan dan muskularitas lambung dan diperlukan 15-30 menit
diujung kardia lambung yang bertindak sebagai reservoar.
Manfaat Asam Lambung:
1. Memberi reaksi asam yang diperlukan oleh enzim lambung.
2. Membunuh bakteri.
3. Mengontrol pilorus.
4. Menghentikan kerja ptialin.
5. Mengubah pepsinogen menjadi pepsin.
Fungsi Lambung:
1. Mengaduk makanan, memecahnya lebih lanjut dan mencampurnya dengan sekresi dari kelenjar
lambung dan memghasilkan zat yang bernama chyme.
2. Melanjutkan pencernaan makanan dengan bantuan getah lambung.
3. Mensekresi faktor instrinsik.
4. Tempat penyimpan makanan (s/d 1,5 L tanpa nyeri)
5. Mensekresikan HCl dan enzim u/ memulai pencernaan protein
6. Mencegah masuknya sebagaian kuman
7. Absorpsi : alkohol dan obat-obatan (aspirin)

Sekresi lambung
Sel kelenjar lambung menyekresikan sekitar 2500Ml getah lambung setiap hari. Getah
lambung ini mengandung beberapa macam zat.
Asam hidroklorida yang disekresikan oleh kelenjar korpus lambung membunuh sebagian besar
bakteri yang masuk, menghasilkan ph yang diperlukan pepsin untuk mencerna protein, serta
merangsang aliran empedu.

Sawar mukosa
Konsentrasi asam dalam getah lambung cukup pekat untuk dapat menimbulkan kerusakan
jaringan. Pada keadaan normal tidak terjadi kerusakan karena adanya sawar mukosa yang
dibentuk oleh mucus dan HCO3 . Mukus yang disekresikan oleh sel leher kelenjar lambung dan
sel mukosa permukaan terdiri atas glikoprotein yang disebut musin dan membentuk suatu gel
fleksibel yang melapisi mukosa. Sel mukosa permukaan juga mensekresi HCO3. Sebagian besar
HCO3 terperangkap dalam gel mucus sehingga terbentuk suatu gradient ph yang memiliki
rentang ph 1,0-2,0 disisi lumial dan 6,0-7,0 di permukaan sel epitel. HCl yang disekresikan oleh
sel parietal dikelenjar lambung melintasi sawar ini dalam kanal berbentuk jari, dengan
menyisakan lapisan gel lainnya yang utuh.
Mucus dan HCO3 yang disekresikan oleh sel mukosa juga berperan penting dalam melindungi
lambung dari kerusakan ketika getah lambung yang sangat asam disekresikan kedalamnya.
Prostaglandin merangsang sekresi mucus. Sekresi HCO3juga dirangsang oleh prostaglandin dan
reflex setempat.

Sekresi pepsinogen
Chief cell yang menyekresi pepsinogen (precursor inaktif dalam getah lambung)
mengandung granula zimogen. Proses sekresi yang terjadi serupa dengan proses sekresi
tripsinogen dan enzim pancreas lainnya oleh pancreas. Aktifitas pepsinogen dapat dideteksi
dalam plasma dan dalam urine yang disebut uropepsinogen.

Pengaturan sekresi lambung


Motilitas dan sekresi lambung diatur oleh mekanisme saraf dan humoral. Koponen saraf
merupakan reflek autonom local, yang melibatkan neuron kolinerdik, dan impuls dari SSP
melalui nervus vagus. Rangsangan vagus meningkatkan sekresi gastrin melalui pelepasan GRP.
Serabut vagus lain melepaskan asetil kolin, yang bekerja langsung pada sel kelenjar di korpus
dan fundus untuk meningkatkan sekresi asam dan pepsin. Rangsangan nervus vagus di dada atau
leher meningkatkan sekresi asam dan pepsin tetapi vagotomi tidak menghilangkan respon sekresi
terhadap rangsangan local.
Pengaruh otak atau sefalik adalah respon yang diperantarai oleh nervus vagus dan diinduksi
oleh aktifitas di SSP. Pengaruh lambung adalah respon reflek local dan respon terhadap gastrin.
Pengaruh usus adalah efek reflex dan umpan balik hormonal pada sekresi lambung yang
dicetuskan dari mukosa usus halus.

Motilitas dan pengosongan lambung


Apabila makanan masuk kedalam lambung, vundus dan bagian atas korpus akan melemas
dan mengakomodasi makanan dengan sedikit peningkatan tekanan (relaksasi reseptif). Peristaltis
kemudian dimulai dibawah korpus, yang mencampur dan menghaluskan makanan serta
memungkinkan makanan dalam bentuk setengah cair mengalir sedikit demi sedikit melalui
pylorus dan memasuki duodenum.

Relaksasi diperantarai oleh nervus vagus dan dipicu oleh pergerakan faring dan esofagus.
Gelombang pristaltik yang diatur oleh SEB lambung segera timbul dan menyapu kearah pylorus.
Kontraksi lambung distal yang ditimbulkan oleh setiap gelombang kadang-kadang disebut sistol
antrum dan dapat berlangsung sampai 10 detik. Gelombang-gelombang ini timbul 3-4 kali setiap
menit.
Pada pengaturan pengosongan lambung, antrum, pylorus, dan duodenum bagian atas
tampaknya berfungsi sebagai suatu kesatuan. Kontraksi antrum diikuti oleh kontraksi berurutan
daerah pylorus dan duodenum. Di antrum, kontraksi parsial didepan isi lambung yang sedang
bergerak maju akan mencegah masuknya massa padat di duodenum, dan isi lambung akan
dicampur dan dihancurkan. Isi lambung yang lebih cair dialirkan sedikit demi sedikit kedalam
usus halus. Secara normal, regurgitasi dari duodenum tidak terjadi karena kontraksi egmen
pylorus cenderung menetap sedikit lebih lama daripada kontraksi duodenum. Pencegahan
regurgitasi ini juga dapat disebabkan oleh stimulasi CCK dan sekretin pada sfringter pylorus.
Kontraksi lapar
Kontraksi lambung diantara waktu makan, yang mungkin diperantarai oleh MMC, terkadang
dapat kita rasakan dan bahkan dapat menimbulkan sedikit nyeri. Kontraksi lapar ini berkaitan
dengan rasa lapar dan semul diduga merupakan pengatur nafsu makan yang penting namun, pada
hewan yang mengalami denerfasi lambung dan usus, asupan makanan tetap normal.

5. USUS HALUS (INTESTINE)


Usus halus adalah saluran konvolusi yang membentang dari sfingter pilorus ke
sambungannya dengan usus besar pada katup elleoselkum. Panjangn usus kecil adalah 6 meter,
berada ditengah dan bagian bawah rongga abdomen, biasanya dalam kurva usus besar.
Usus halus terdiri dari 3 bagian yakni duodenum, jejunum, dan illeum. Fungsinya adalah
mencerna dan absorbsi makanan.
Dalam usus halus terdapat membran mukosa yang mempunyai penampilan beludru akibat
adanya tonjolan seperti rambut yang disebu “villi”. Setiap villi mengandung pembuluh limfe
(lakteal) dan pembuluh darah. Membran mukosa tersebut menaikkan area yang tersedia untuk
absorbsi.

Bagian pertama duodenum kadang-kadang disebut duodenal cak atau bulb. Daerah ini
menerima isi lambung yang bersifat asam, yang mengalir emlalui vilorus dan merupakan tempat
redileksi terjadinya kulkus peptikum. Di ligantum treitz, duodenum berubah menjadi jejunum.
Berdasarkan kesepakatan, 40% bagian atas usus halus sebelah distal duodenum disebut jenunum
dan 60% sisanya disebut ileum, walaupun tidak terdapat batas anatomi yang jelas diantara
keduanya. Katup ileosekum menandai titik berakhirnya ileum di kolon.
Usus halus berukuran lebih pendek pada keadaan hidup disbanding pada kadever, setelah
kematian usus halus memanjang dan melemas. Jarak dari pylorus ke katup ileosekum pada
manusia hidup dikatakan sebesar 285cm. setelah kematian, otot disebagian besar saluran cerna
melemas sehingga jarak yang diukur saat otopsi menjadi lebih panjang.
Mukosa usus halus mengandung kelenjar limfe soliter dan terutama di ileum, nodulus
limfatik agrigat (plakpeyer) disepanjang batas yang berlawanan dengan perlekatan mesenterium.
Disepanjang usus halus terdapat kelenjar usus tubuler sederhana (kriptus lieberkuhn). Selain itu
di duodenum terdapat kelenjar duodenum asinotubuler kecil yang berbentuk seperti kumparan
(kelenjar brunner). Epitel usus halus mengandung berbagai jenis sel neuroendokrin dan banyak
lipatan mirip katup (valvulae conniventes) di membrane mukosa.
Di sepanjang usus halus, membrane mukosa diliputi vilus. Terdapat 20-40 vili per
milimeterpersegi mukosa. Setiap vilus usus merupakan tonjolan berbentuk jari yang panjangnya
0,5-1 cm, dan dibungkus oleh satu lapisan silindris serta berisi jaringan kapiler dan pembuluh
limfe (lacteal). Di setiap vilus terdapat perluasan otot polos lapisan submukosa yang berjalan
longitudinal sampai ke ujung vilus. Ujung bebas sel-sel epitel vilus dibagi menjadi mikrovili
yang halus. Mikrovili dibentuk oleh glikoliks, yakni suatu lapisan amorf yang kaya akan gula
netral dan gula amino. Mikrovili membentuk brush border. Sel dihubungkan satu sama lain oleh
taut erat. Lapisan luar membran sel mukosa mengandung banyak enzim yang berperan pada
proses pencernaan yang diawali oleh enzim air liur, lambung, dan pankreas.

Permukaan absorbtif usus haus meningkat sekitar 600 kali lipat oleh adanya valvulae
conniventes, vilus, dan milkrovilus. Diperkiraan luas permukaan bagian dalam silinder mukosa
seukuran usus halus adlah sekitar 3300 cm2, valvulae meningkatkan luas permukaan menjadi
10.000cm2, vilus meningkatkannya menjadi 100.000 cm2 dan mikrovilus meningkatkannya
menjadi 2 juta cm2. Enterosik di usus halus dibentuk dari sel-sel yang tidak berdiferensiasi dan
membelah secara aktif dikriptus lieberkuhn. Sel-sel ini bermigrasi keujung vilus, tempat sel-sel
tersebut mengalami apoptosis dan dilepaskan kedalam lumen usus dalam jumlah besar. Lama
hidup rata-rata sel adalah 2-5 hari, bergantung pada spesies. Pada manusia, jumlah sel yang
dilepaskan per hari diperhitungkan sekitar 17 miliar, dan jumlah protein yang disekresikan
dengan cara ini adalah sekitar 30 gram per hari. Dilambung, sel-sel mukosa dengan cepat
dilepaskan oleh sel-sel baru.

Sel panet-sel endokrin yang berada di kedalaman kriptus lieberkuhn mengeluarkan defensin
yakni peptide anti biotika alami yang juga dikeluarkan ditubuh lain. Enterosit yang bermigrasi
terpapar oleh defensin berkadar tinggi, dan hal ini melindungi sel-sel tersebut saat sel bergerak
ke puncak vilus. Sel panet juga dapat mengeluarkan guanilin.

Mukus usus

Mucus disekresikan oleh sel epitel permukaan disepanjang saluran cerna, leh kelenjar
brunner di duodenum, dan oleh sel gobet di mukosa usus halus dan usus besar. Selain fungsi
protektif permukaan mukosa, sel mucus melumasi makanan dan menahan immunoglobulin
ditempatnya. Sekresi musin dipercepat oleh rangsangan kolinergik dan oleh iritasi kimia dan
fisika. Musin yang sedikit berbeda disekresikan oleh sel gobet lain. Pada orang yang mengidap
tumor usus dan pasien colitis ulseratif, komposisi musin mengalami perubahan.

Motilitas usus

MMC yang berjalan di sepanjang usus dengan interfal teratur pada keadaan kuasa dn
digantikannya MMC oleh peristalsis dan kontraksi lain yang dikontrol SEB telah dijelskan
sebelumnya. Di usus halus, rata-rata terdapat 12 siklus SEB per menit di jejunum proksimal,
yang berkurang menjadi 8 per menit di ileum distal. Terdapat 3 jenis kontraksi otot polos yaitu
gelombang peristalsis, kontraksi segmentasi dan kontraksi tonik. Kontraksi peristalsis
mendorong isi usus (kimus) kea rah usus besar. Kontraksi segmentasi merupakan kontraksi
berbentuk cincin yang muncul dalam interval yang relative teratur di sepanjang usus, lalu
menghilang dan digantikan oleh serangkaian kontraksi cincin lain di segmen-segmen diantara
kontraksi-kontraksi lainnya. Kontraksi ini mendorong kimus maju mundur dan meningkatkan
pajanannya pada permukaan mukosa. Kontraksi segmentasi dipicu oleh peningkatan local influx
Ca2+ yang diserati gelombang peningkatan konsentrasi Ca2+ yang menyebar di setiap focus.
Kontraksi tonik adalah kontraksi yang relative lama yang pada dasarnya mengisolasi satu
segmen usus dari segmen yang lain. Bahwa dua jenis kontraksi terakhir memperlambat waktu
transit di usus halus sehingga waktu transit sebenarnya lebih lama pada keadaan kenyang
daripada keadaan kuasa. Hal ini memungkinkan kimus berkontak lebih lama dengan enterosit
sehingga absorbsi meningkat.

Gelombang peristaltic yang sangat kuat yang disebut peristaltic rush, tidak terjadi pada orang
normal tetapi timbul apabila usus mengalami obstruksi. Di kolon kadang-kadang terjadi
antiperistalsis lemah, tetapi sebagian besar gelombang secara teratur bergerak dari arah oral ke
kaudal.

Proses pencernaan di usus


Proses pencernaan dilakukan oleh getah pankreas, empedu (yang mengemulsikan lemak) dan
getah usus kecil. Getah-getah ini dicampur dengan makanan oleh peristaltik, kerja muskular
dinding usus halus, yang membuat makanan alkali dalam reaksi. Kontraksi mula-mula terjadi
pada satu tempat dan kemudian ditempat lain diikuti oleh relaxasi, yang memungkinkan efek
meremas atau menggiling dan membawa mukosa kontak erat dengan makanan.absorbsi protein,
karbohidrat dan lemak terjadi hampir diseluruh villi usus kecil. Protein dalam bentuk asam
amino, karbohidrat dalam bentuk gula sederhana diabsorbsi oleh sel-sel yang menutupi villi yang
kemudian masuk ke kapiler darah yang di lanjutkan pada vena porta di hati, dan lemak dalam
bentuk asam lemak dan gliserol diabsorbsi oleh sel-sel yang melapisi villi.

6. KOLON (USUS BESAR)


Gambaran Anatomi
Usus besar membentang dari ujung illeum sampai ke anus, dengan panjang 1,5 meter. Usus
besar terdiri dari appendiks vermiformis, sekum, kolon asenden, kolon transversum, kolon
desenden, kolon sigmoid, rektum dan kanal anal yang dilengkapi sfingter anus interna yang
melingkari bagian atas anus dan sfingter anus eksterna yang mengelilingi kanal anus untuk
menutup kanal anus lebih kuat secara volunter. Pertemuan antara sekum dan illeum terdapat
katup “illeosekum”, berfungsi mencegah isi sekum masuk kembali ke illeum. Di sini terdapat
“refleks gastro-illeum”, yaitu dengan masuknya makanan ke lambung, kontraksi duodenum
diikuti pesase isi illeum ke sekum. Sekum terletak dibagian kanan fosa illiaka kanan, merupakan
bagian yang berdilatasi yang ujung bawahnya buntu tapi bagian atasnya bersambung dengan
kolon asenden. Apendiks adalah saluran sempit yang ujungnya buntu dan terbuka dari sekum 2
cm dibawah katup illeo-sekum, apendiks memiliki panjang 9 cm. Kolon asenden memiliki
panjang 15 cm, kolon transversium memiliki panjang 50 cm, dan kolon desenden memiliki
panjang 25 cm, membentuk sebagian besar usus besar. Bagian akhir kolon berbentuk huruf “S”
(sigmoid), membentuk lengkung dengan panjang 40 cm. Struktur lanjutan dari sigmoid adalah
rektum dengan panang 12 cm. Kanal anal berjalan ke arah bawah dan ke belakang, ke ujung
anus.
Fungsi dari usus besar (kolon): Tempat penyimpanan feses ,absorpsi air dan elektrolit,
mensekrsi mucus yang berfungsi sebagai pelindung, pelicin dan perekat feses.

Gerakan Kolon
Fungsi utama kolon adalah (1) absorpsi air dan elektrolit dari kismus untuk membentuk feses
yang padat dan (2) penimbunana bahan feses sampai dapat dikeluarkan, setengah bagian
proksimal kolon, terutama berhubungan dengan absorpsi, dan setengah bagian distal,
berhubungan dengan penyimpanan. Karena tidak diperlukan pergerakan kuat dari dinding kolon
untuk fungsi-fungsi ini, maka pergerakan kolon secara normal sangat lambat. Meskipun lambat,
pergerakannya masih mempunyai karateristik yang serupa dengan pererakan usus halus dan
sekali lagi dapat dibagi menjadi gerakan mencampur dan gerakan mendorong.
Gerakan mencampur “Hautrasi.” Melalui cara yang sama dengan terjadinya gerakan
segmentasi dalam usus halus, konstriksi-konstriksi sirkular yang besar terjadi dalam usus besar.
Pada setiap konstriksi ini, kira-kira 2,5 cm otot sirkular akan berkontraksi, kadang
menyempitkan lumen kolom sampai hampir tersumbat. Pada saat yang sama, otot longitudinal
kolon, yang terkumpul menjadi tig pit longitudinal yang disebut taenia coli, akan berkontraksi.
Kontraksi gabungan dari pita otot sirkular dan longitudinal menyebabkan bagian usus besar yang
tidak terangsang menonjol ke luar memberikan bentuk serupa kantung yang disebut haustrasi.
Setiap haustrasi biasanya mencapai intesitas puncak dalam waktu sekitar 30 detik dan
kemudian menghilang selama 60 detik berikutnya. Kadang-kadang berkontraksi juga bergerak
lambat menuju ke anus selama masa kontraksinya, terutama pada sekum kolon asenden, dan
karena itu menyebabkan sejumlah kecil dorongan isi kolon ke depan. Beberapa menit kemudian,
timbul kontraksi haustrae yang baru pada daerah lain yang berdekatan. Oleh karena itu, bahan
feses dalam usus besar secara lambat diaduk dan diputar dengan cara yang hampir yang sama
seperti orang yang menyekop tanah. Dengan cara ini, semua bahan feses secara bertahap
bersentuhan dengan permukaan mukosa usus besar, dan cairan serta zat-zat terlarut secara
progresif diabsopsi hingga hanya terdapat 80 sampai 200 mililiter feses yang dikeluarkan setiap
hari.
Gerakan mendorong “Pergerakan Massa.” Banyak dorongan di dalam sekum dan kolon
asenden dihasilkan oleh kontraksi haustrae yang lambat tetapi berlangsung persisten, yang
membutuhkan waktu 8 sampai 15 jam untuk menggerakkan kimus dari katup ileosekal ke kolon,
sementara kimusnya sendiri menjadi feses dengan karateristik lumpur setengah padat bukan lagi
setengah cair.
Dari sekum sampai sigmoid, pergerakan massa dapat mengambil alih peran pendoorngan
untuk beberapa menit dalam satu waktu. Gerakan ini biasanya hanya terjadi satu sampai tiga kali
setiap hari pada kebanyakan orang, terutama untuk kira-kira 15 menit selama jam pertama
sesudah mkan pagi.
Pergerakan massa adalah jenis peristaltik yang dimodifikasi yang ditandai oleh rangkaian
peristiwa sebagai berikut : pertama, timbul sebuah cincin konstriksi sebagai respon dari tempat
yang teregang atau teriritasi di kolon, biasanya pada kolon transversum. Kemudian, dengan cepat
kolon, sepanjang 20 cm atau lebih, pada bagian distal cincin konstriksi tadi akan kehilangan
haustrasinya dan justru berkontraksi bagai satu unit, mendorong maju materi feses pada segmen
ini sekaligus untuk lebih menuruni kolon. Kontraksi secara progresif menimbulkan tekanan yang
lebih besar selama kira-kira 30 detik, dan terjadi relaksasi selama 2-3 menit berikutnya. Lalu,
timbul pergerakan masa yang lainnya, kali ini mungkin erjalan lebih jauh sepanjang kolon.
Satu rangkaian pergerakan masa biasanya menetap selama 10-30 menit. Lalu mereda dan
mungkin timbul kembali setengah hari kemudian. Bila pergerakan sudah mendorong masa feses
kedalam rektum, akan terasa keinginan untuk defekasi.
Bagian ileum yang mengandung katup ileosekum menonjol sedkit kedalam sekum sehingga
peningkatan tekanan kolon akan menutupnya, sedangkan peningkatan tekanan ileum akan
menyebabkan katup tersebut membuka. Jadi, katup ini secara efektif mencegah refluks isi kolon
kedalam ileum. Katup ini tertutup dalam keadaan normal. Setiap kali gelombang peristaltic
mencapainya, katup ini terbuka sebentar, dan memungkinkan sebagian kimus ileum masuk
kedalam sekum. Ada hewan percobaan, apabila katup disekresi, kimus akan masuk kedalam
kolon dengan cepat sehingga penyerapan di usus halus berkurang, namun, pada manusia tidak
terjadi penurunan yang bermakna jika makanan meninggalkan lambung, sekum melemas dan
terjadi peningkatan perpindahan kimus melalui katup ileosekum (reflex gastroileum). Hal
tersebut agaknya merupakan refleks vagus, walaupun muncul argumentasi mengenai pengatuh
rangsangan vagus terhadap katup ileosekum. Rangsangan simpatik meningkatkan reaksi katup.
Gerakan kolon mencakup kontraksi segmentasi dan gelombang peristaltic seperti yang terjadi
di usus halus. Kontraksi segmentasi mencampur isi kolon dan dengan terpajanannya lebih
banyak isi kolon ke mukosa, penyerapan akan meningkat. Gelombang peristaltic mendorong isi
kolon menuju rectum, walaupun anti peristaltis lemah kadang-kadang dijumpai. Kontraksi jenis
ketiga yang terjadi hanya di kolon adalah kontraksi kerja masal. Disini terjadi simultan kontraksi
otot polos di daerah penyatu yang luas. Kontraksi ini pendorong isis kolon dari satu bagian kolon
ke bagian lain. Kontraksi ini juga mendorong isi kolon ke rectum, dan peregangan rectum,
kemudian mencetuskan reflex defekasi.
Gerakan kolon dikoordinasi oleh BER kolon. Frekuensi gelombang ini, tidak seperti
gelombang di usus halus, meningkat sepanjang kolon, dari sekitar dua kali per menit di katup
ileosekum menjadi enam kali per menit di sigmoid.

Sekresi Usus Besar


Sekresi Mukus. Mukosa usus besar seperti pada usus halus, mempunyai banyak kripta
lieberkuhm; tetapi berbeda pada usu halus mukosa usu besar tidak memiliki vili. Sel-sel
epitelnya hampir tidak mengandung enzim. Sebaliknya, sel ini terutama sel-sel mukus yang
hanya menyekresi mukus. Sekresi yang dominan pada usus besar adalah mukus. Mukus ini
mengandung ion bikarbonat dalam jumlah sedang yang disekresi oleh bebrpa sel epitel yang
tidak menyekresi mukus. Keceatan sekresi mukus terutama diatur oleh rangsangan taktil,
langsung dari sel sel epitel yang melapisi usu besar da oleh reflek saraf setempat terhadap sel-sel
mukus pada kripta lieberkuhm.
Rangsangan nervus pelvikus dari medula spinalis, yang membawa persyarafan parasimpatis
ke separuh sampai dua pertiga bagian distal usus besar, dan juga dapat mengakibatkan kenaikan
jumlah sekresi mukus yang nyata. Hal ini terjadi bersamaan dengan penigkatan motilitas
peristaltik kolon.
Selama perangangan parasimpatis yang ekstern, yng seringkali disebebkan oleh gangguan
emosional yang kadang begitu banyak mukusyang bisa disekresikan ke dalam usus besar
sehingga orang tersebut sering mengalami pergerakan mukus kental dalam usus setiap 30 menit
sekali; mukus ini sering hanya mengandung sedikit atau tidak mengandung feses.
Mukus dalam usus besar melindungi dinidng usus terhadap ekskoriasi, tetapi selain itu, juga
menyediakan suatu media yang lengket untuk meletakkan bahan feses bersama-sama. Lebih
lanjut, mukus melindungi dinding usus dari sejumlah besar aktiitas bakteri yang berlangsung di
dalam feses, dan, akhirnya, mukus ditambah sifat basa dari sekresi( pH 8,0 yang dsebabkan oleh
sejumlah besar natrium bikarbonat) menyediakan suatu sawar untuk menjaga agar asam yang
terbentuk di dalam tinja tidak menyerang dinding usus.

Absorpsi dan Sekresi Elektrolit dan Air


Mukosa usus besar seperti juga mukosa usus halus, mempunyai kemampuan absorpsi aktif
natrium yang tinggi, dan gradien potensial listrik yang diciptaka oleh absorpsi natrium juga
menyebabkan absoprsi klorida. Taut eran di antara sel-sel epitel usus besar jauh lebih erat
daripada taut erat di usus halus. Keadaan tersebut mencegah difusi kembali ion ke dalam jumlah
bermakna melalui taut ini, sehingga menungkinkan mukosa usus besar untuk mengabsorpsi ion
natrium jauh lebih sempurna yaitu melawan gradien konsentarsi yang jauh lebih tinggi daripada
yang terjadi di usus halus. Hal ini terutama terjadi saat terdapat sejumlah besar aldosteron karena
aldosteron sangat meningkatkan kemampuan transpor natrium.
Selain itu, seperti yang berlangsung dibagian distal usus halus, mukosa usus besar
menyekresikan ion bikarbonat sementara secara bersamaan mengabsorpsi ion klorida dalam
jumlah yang sebanding dalam proses pertukaran. Bikarbonat menetralisir produk akhir asam dari
kerja bakteri di dalam usus besar.
Absorpsi ion natrium dan klorida menciptakan gradien osmotik di sepanjang mukosa usus
besar, yang kemudian akan menyebabkan absorpsi air.
Kapasitas penyerapan dalam mukosa usus besar sangat besar. Na + secara aktif diangkut
kelaur dari kolon, dan air mengikuti gradient osmotic yang terbentuk. Secara normal terjadi
sekresi meto K+ dan HCO3 ke dalam kolon. Daya serap kolon menjadikan pemberian rektum
sebagai cara pemberian obat yang praktis terutama pada anak. Banyak senyawa seperti anastetik,
sedative, penenang dan steroid, dengan cepat diserap melalui jalur ini. Sebagian air dalam enema
diserap dan apabila volume enema besar dapat terjadi etoksikasi air akibat penyerapan air yang
besar.

Kemampuan Absorpsi Maksimal Usus Besar


Usus besar dapat mengabsorpsi maksimal 5 sampai 8 liter cairan dan elektrolit setiap hari.
Bila jumlah total cairan yang masuk usus besar melalui katup ileosekal atau melalui sekresi usus
besar melebihi jumlah ini, kelebihan cairan akan muncul dalam feses sebagai diare. Toksin dari
kolera atau infeksi bakteri tertentu lainnya sering menyebabkan kerja kripta pada ileum
terminalis dan usus besar menyekresikan 10 liter atau lebih cairan setiap harinya, menimbulkan
diare berat dan sering mematikan.

Waktu transit di usus halus dan kolon


Bagian pertama makanan mencapai sekum dalam waktu sekitar 4 jam, dan semua bagian
makanan yang tidak tercerna telah memasuki kolon dalam 8-9 jam. Sisa makanan yang pertama
rata-rata mencapai fleksura hepatica dalam waku 6 jam, fleksura luminealis dalam 9 jam dan
kolon sigmoid dalam 12 jam. Dari kolon sigmoid ke anus, pergerakan makanan jauh lebih
lambat. Bila manik-manik kecil berwarna dimasukkan ke dalam makanan, rata-rata 70 persennya
dikeluarkan ditinja dalam waktu 72 jam, tetapi pengeluaran seluruhnya memerlukan waktu lebih
dari seminggu. Waktu transit, fluktuasi tekanan, dan perbahan pH di saluran cerna dapat diamati
dengan memantau kemauan suatu pil kecil yang mengandung sensor dan pemancar radio
miniature.

Proses pencernaan di usus besar.


Fungsi utama usus besar adalah untuk mengabsorbsi air dan garam serta menyekresi feses.
Dalam keadaan normal, setiap hari kolon menerima 500 ml kimus dari usus halus. Isi usus yang
disalurkan ke kolon terdiri dari residu makanan yang tidak dapat di cerna (misalnya: selulosa),
komponen empedu yang tidak diserap dan sisa cairan. Bahan-bahan ini membentuk sebagian
besar fases dan membentuk sebagian besar feses dan membantu mempertahankan pengeluaran
tinja secara teratur karena berperan menentukan volume isi kolon. Kolon dalam keadaan normal
menyerap sebagian garam dan H2O dan dengan penyerapan tersebut maka terbentuk feses yang
padat. Dari 500 ml bahan yang masuk, kolon menyerap 350 ml dan meninggalkan 150 gram
feses untuk dikeluarkan setiap hari. Komposisi feses yaitu 100 gram H 2O, 50 gram bahan padat
(terdiri dari selulosa, bilirubin, bakteri, dan sejumlah kecil garam) serta makanan yang tidak
diserap.

Defekasi
Pada sebagian besar waktu, rektum tidak berisi feses. Hal ini sebagian adalah akibat dari
kenyataan bahwa terdapat sfingter fungsional yang lemah sekitar 20cm dari anus pada perbatasan
antara kolon sigmoid dan rektum. Disini terdapat juga sebuah sudut tajam yang menambah
resistensi terhadap pengisisan rektum.
Bila pergerakan masa mendorong feses masuk kedalam rektum, segera timbul untuk
keinginan defekasi, termasuk refleks kontraksi rektum dan relaksasi sfingter anus.
Pendorongan masa feses yang terus menerus melalui anus dicegah oleh kontriksi tonik dari
(1) sfingter ani intermus, penebalan otot polos sirkular sepanjang beberapa cm yang terletak tepat
disebelah dalam anus, dan (2) sfinghter ani ekstermus, yang terdiri dari otot lurik volunter yang
mengelilingi sfingter intermus dan meluas ke sebelah distal. Sfingter ekstermus diaturleh
serabut-serabut saraf dalam nervus pudendus, yang merupakan bagian dari sistem saraf somatis
dan karena itu dibawah pengaruh volunter, dalam keadaan sadar atau setidaknya bawah sadar;
secara bawah sadar sfingter eksternal biasanya secara terus menerus mengalami kontriksi kecuali
bila ada impuls kesadaran yang menghambat kontriksi.

Refleks Defekasi
Biasanya, defekasi ditimbulkan oleh refleks defekasi. Satu dari refleks-refleks ini adalah
refleks intrinsik yang diperantarai oleh sistem saraf enterik setempat didalam dinding rektum.
Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut: bila feses memasuki rektum, distensi dinding rektum
menimbulkan sinyal-sinyal aferen yang menyebar melalui pleksus mienterikus untuk
menimbulkan gelombang peristaltik didalam kolon desenden, sigmoid, dan rektum, mendorong
feses ke arah anus. Sewatu gelombang peristaltik mendekati anus, sfingter ani intermus
direlaksasi oleh sinyal-sinyal penghambat dari pleksus mienterikus. Jika sfingter ani ekstermus
juga dalam keadaan sadar, dan berelaksasi secara volunter pada waktu yang bersamaan terjadilah
defekasi.
Refleks defekasi mienterik intrinsik yang berfungsi dengan sendirinya secara normal bersifat
relatif lemah. Agar menjadi efektif dalam mneimbulkan defekasi, refleks biasanya harus
diperkuat oleh refleks defekasi jenis lain, suatu refleks defekasi parasimpatis yang melibatkan
segmen sakral medula spinalis. Bila ujung-ujung saraf dalam rektum dirangsang, sinyal-sinyal
dihantarkan pertama kedalam medula spinalis dan kemudian secara refleks kembali ke kolon
desenden, sigmoid, rektum, dan anus melalui serabut-serabut saraf parasimpatis, dalam nervus
pelvikus. Sinyal-sinyal parasimpatis ini sangat memperkuat gelombang peristaltik dan juga
merelaksasikan sfingter ani intermus, dengan demikian mengubah refleks defekasi mienterik
intrinsik dari suatu usaha yang lemah menjadi suatu proses defekais yang kuat, yang kadang
efektif dalam mengosongkan usus besar sepanjang jalan dari fleksurah splenikus kolon sampai
ke anus.
Sinyal-sinyal defekasi masuk ke medul spinalis menimbulkan efek-efek lain, seperti
mengambil napas dalam, penutupan glotis, dan kontraksi otot-otot dinding abdomen untuk
mendorong isi feses dari kolon turun kebawah dan pada saat yang bersamaan menyebabkan
dasar pelvis mengalami relaksasi ke bawah dan menarik keluar cincin anus untuk mengeluarkan
feses.
Bila keadaan memungkinkan untuk defekasi refleks defekasi secara sadar dapat diaktifkan
dengan mengambil napas dalam untuk mengerakkan diafragma turun ke bawah dan kemudian
mengontraksikan otot-otot abdomen untuk meningkatkan tekanan dalam abdomen, jadi
mendorong isi feses ke dalam rektum untuk menimbulkn refelek-reflek yang baru. Reflek-reflek
yang ditimbulkan dengan cara ini hampir tidak seefekif seperti reflek yang timbul secara
alamiah, karena alasan inilah orang yang terlalu sering menghambat refleks alamiahnya
cenderung mengalami konstipasi berat.
Pada bayi baru lahir dan pada beberapa orang dengan medula spinalis yang terpotong, refleks
defekasi secara otomomatis menyebabkan kekosongan usus bagian bawah pada saat yang tidak
tepat sepanjang hari karena hilangnya pelatihan kontrol kesadaran melalui kontraksi atau
relaksasi volunter sfingter ani internus.

Bakteri Kolon
Kimus dalam jejunum secara normal mengandung sedikit atau tidak mengandiung bakteri. Di
ileum jumlah mikroorganisme lebih banyak, tetapi hanya kolon yang selalu mengandung bakteri
dalam jumlah besar. Penyebab isi jejunum yang relatif steril tidak diketahui, walaupun asam
lambung dan cepatnya waktu transit kimus melalui daerah ini dapat menghambat pertumbuhan
bakteri.
Bakteri di saluran cerna dapat dibagi menjadi tiga tipe. Sebagian adalah patogen yang
menyebabkan penyakit, yang lain berupa simbion yang bermanfaat bagi pejamu dan demikian
sebaliknya, dan kebanyakan berupa komensal, yang tidak menimbulkan efek tertentu pada
pejamu dan demikian sebaliknya. Bakteri yang terdapat di kolon meliputi basil seperti berbagai
galur Escherichia coli dan Enterobacteraerogenes, dan berbagai jenis kokus. Sejumlah besar
bakteri keluar melalui tinja. Saat lahir, kolon bersifat steril, tetapi flora bakteri usus segera
tumbuh pada awal masa kehidupan.
Sebagian mikroorganisme enterik mensintesis viatamin K dan sejumlah vitamin B kompleks,
dan asam folat yang dihasilkan oleh bakteri terbukti dapat diserap dalam jumlah yang bermakna.
Selain itu, asam lemak rantai pendek yang dihasilkan oleh kerja bakteri di kolon juga penting
secara fisiologis.
Bukti terkini menunjukkan bahwa galur non patogen bakteri Salmonella mampu
menghambat ubikitinasi IkBα yaitu langkah penting bagi faktor transkripsi NF k-B untuk memicu
peradangan.
Warna coklat pada tinja disebabkan oleh pigmen yang terbentuk dari pigmen empedu oleh
bakteri usus, tinja menjadi putih ( tinja akolik). Bakteri menghasilkan gas dalam flatus. Asam
organik yang teerbentuk dari karbohidrat oleh bakteri merupakan penyebab reaksi tinja yang
sedikit asam. Amina yang terbentuk oleh bakteri usus terutama indol dan skatol beerperan
menimbulkan bau tinja, demikian juga sulfida.
Bakteri usus tampaknya berperan pada metabolisme kolesterol karena antibiotik neomisin
yang diserap kurang baik dan mengubah flora normal usus, akan menurunkan kadar LDL dan
kolesterol plasma. Pertumbuhan beerlebihan bakteri di lumen usus dapat menyebabkan efek yang
membahayakan.
Organ-organ Asesoris

1. Pankreas
Pankreas adalah kelenjar berwarna merah muda keabuan dengan panjang 12-15 cm dan
secara transversal membentang pada dinding abdomen posterior dibelakang abdomen. Pankreas
terdiri dari bagian kepala, badan kelenjar dn ekor. Pada bagian kepala pankreas, duktus
pankreatikus dibungkus oleh duktus empedu dan terbuka ke dalam duodenum melalui ampula
hepato-pankreatik. Pankreas berfungsi sebagai organ eksokrin yang mensekresi getah pankreas
yang mengandung enzim amilase, lipase dan tripsinogen untuk membantu pencernaan.

Pengaturan Sekresi Getah Pankreas


Sekresi getah pankreas terutama diatur oleh hormon. Sekretin bekerja pada duktus
pankreatikus untuk menimbulkan sekresi getah pancreas encer yang sangat alkalis dan banyak
mengandung HCO3- serta sedikit enzim. Efek pada sel-sel duktus disebabkan oleh peningkatan
AMP siklik intrasel. Sekretin juga merangsang sekresi empedu. CCK bekerja pada sel asinus
untuk menimbulkan pelepasan granula zimogen dan pembentukan getah pancreas yang kaya
akan enzim tetapi kecil volumenya. Efeknya diperantarai oleh fosfolipase C. respon terhadap
sekretin intravena diperlihatkan dalam Gambar 26-19. Perhatikan bahwa seiring dengan
peningkatan volume sekresi pancreas, konsentrasi Cl --nya menurun dan konsentrasi HCO3- nya
meningkat. Walaupun disekresikan dalam duktus kecil, HCO3- di reabsorbsi di duktus besar
untuk ditukar dengan Cl-. Besar pertukaran ini berbanding terbalik dengan kecepatan aliran.
Seperti CCK, asetil kolin bekerja pada sel asinus melalui fosfolipase C untuk menimbulkan
pelepasan granula zimogen, dan rangsangan vagus menyebabkan sekresi sejumlah kecil getah
pancreas yang kaya akan enzim. Terdapat bukti adanya sekresi getah pancreas sebagai reflex
terkondisi yang diperantarai oleh nervus vagus sebagai respon terhadap penglihatan atau bau
makanan.

2. Hati (Hepar)
Hati merupakan organ terbesar dalam tubuh, terlekat pada kuadran kanan atas abdomen, dengan
berat 1500 – 2000 gram. Hati memiliki 2 lobus besar, lobus kanan dan lobus kiri dimana lobus
tersebut terbagi-bagi menjadi ligamen-ligamen. Hati dibungkus oleh kapsul glison yang
melindungi hati dari trauma. Unit fungsional hati disebut “lobulus” yang berbentuk haksagonal
yang terdiri dari lempeng-lempeng sel hati, diantara lempeng-lempeng sel hati terdapat kapiler-
kapiler yang disebut “sinusoid” yang merupakan cabang vena porta dan arteri hepatika serta
saluran empedu. Sinusoid dibatasi oleh “sel kuffer ” (makrofag) yang terjulur ke dalam lumen,
yang merupakan sistem retikuloendotelial (RES) yang berfungsi menghancurkan bakteri dan
antigen dalam darah. Hati mendapatkan 2 suplay darah, yaitu: dari aorta melalui arteri hepatika
dan dari saluran cerna dan limfa melaluivenaporta.

Fungsi hati:
 Fungsi metabolik
Detoksifikasi obat-obatan dan racun
Produksi antibodi dan antitoksin
Produksi heparin
Sebagai organ utama penghasil panas tubuh
Metabolisme karbohidrat, protein, lemak
• Karbohidrat
– Dapar glukosa darah
• Lemak
– Oksidasi asam lemak
– Sintesis lipoprotein
– Sintesis kolesterol dan PL
– lipogenesis
• Protein
– Deaminasi asam amino
– Sintesis urea
– Protein plasma
 Fungsi penyimpanan
Vitamin A dan D faktor antianemia, zat besi dan glukosa dalam bentuk glikogen
 Fungsi sekresi
Memproduksi dan mensekresi empedu
 Fungsi vaskuler hepar
• Menerima darah 29% CO
• Tekanan dan tahanan dalam pembuluh darah hepar
• Reservoir
• Pengaliran limfe

Cara lain untuk memandang susunan hati yang memiliki arti fungsional adalah pembagian
hati menjadi asinus hati. Bagian tengah dari tiap-tiap asinus adalah suatu tangkai faskular yang
berisi cabang terminal vena porta, arteri hepatica, dan duktus biliaris. Darah mengalir dari
tangkai faskular ke venula hepatica terminal yang berada di luar asinus. Dengan cara ini, sel
yang terletak paling dekat dengan tangkai vaskula menerima darah dengan kadar oksigen
maksimum dan sel di perifer asinus kurang mendapat oksigenasi sehingga lebih rentan terhadap
cedera anoksik. Tiap-tiap sel hati juga berdekatan dengan beberapa kanalikulus biliaris.
Kanalikulus biliaris bermuara kedalam duktus biliaris intralobulus, dan duktus-duktus ini
bergabung melalui duktus biliaris interlobulus untuk membentuk duktus hepatikus kiri dan
kanan. Duktus-duktus hepatikus ini bersatu diluar hati untuk membentuk duktus koledokus.
Duktus koledokus masuk kedalam duodenum di papilla duodenum. Orifisiumnya dikelilingi oleh
sfingter Oddi, dan duktus ini biasanya bersatu dengan duktus pankreatikus mayor tepat sebelum
masuk kedalam duodenum. Sfingter biasanya tertutup, tetapi bila isi lambung masuk ke
duodenum, pelepasan CCK akan terjadi dan hormone gastrointestinal ini melemaskan sfingter
dan menyebabkan kandung empedu berkontraksi.
Dinding duktus biliaris ekstrahepatik dan kandung empedu mengandung jaringan vibrosa dan
otot polos. Membrane mukosa mengandung kelenjar mukosa dan dilapisi oleh selapis sel
silindris. Di kandung empedu membrane mukosa membentuk lipatan dalam; hal ini
meningkatkan luas permukaan dan menyebabkan bagian dalam kandung empedu tampak seperti
sarang lebah. Pada primata, membrane mukosa duktus sistikus juga berlipat-lipat membentuk
katup spiral.

3. Kandung empedu
Kandung empedu merupakan kantung berbentuk buah pear, terletak dibawah lobus kanan
hati. Kandung empedu berfungsi menimpan, mengkosentrasikan empedu, serta berkontraksi
untuk mensekresi empedu. Aliran eksresi empedu yakni secara terus menerus hati mensekresi
empedu melalui duktus hepatikus kanan dan kiri, kemudian ke duktus hepatikus komunis, duktus
sistikus, duktus koledokus bergabung dengan duktus pankreatikus, ampula vatery, dan terakhir
sampai di duodenum. Unsur utama empedu yaitu terdiri dari air (97%), elektrolit, garam empedu,
fosfolipid (lesitin), kolesterol, pigmen bilirubin terkonjugasi.
90-95% garam empedu diserap dari usus halus. Sebagian diserap melalui difusi nonionic, tetapi
sebagian besar garam empedu diserap dari ileum terminal oleh suatu system kotranspor Na + -
garam empedu yang sangat efisien dan dijalankan oleh Na+ - Ka+ - ATP ase basolateral. Salah
satu kotransporter garam yang berperan dalam system transport aktif sekunder ini berhasil
diklon, dan terdapat bukti bahwa setidaknya terdapat satu kotransporter lain. Sisa garam empedu
sebesar 5-10% masuk kedalam kolon dan diubah menjadi garam asam deoksikolat dan asam
litokolat. Litokolat relative tidak larut dan sebagian besar dieskresikan dalam tinja; hanya 1%
yang diserap, namun deoksikolat diserap.
Garam empedu yang diserap disalurkan kembali ke hati dalam vena porta dan di ekskresikan
kembali dalam empedu (sirkulasi enterohepatik). Garam yang keluar melalui tinja diganti
melalui sintesis zat ini di hati; kecepatan normal sintesis garam empedu adalah 0,2-0,4 g/hari.
Jumlah total garam empedu yang mengalami siklus berulang-ulang melalui siklus enterohepatik
adalah sekitar 3,5g; telah diperhitungkan bahwa jumlah total tersebut bersirkulasi 2x/waktu
makan dan 6-8x/hari. Bila empedu tidak ada dalam usus, hampir 50% lemak yang dimakan akan
keluar melalui feses dan akan terjadi malabsorbsi berat vitamin larut – lemak. Jika reabsorbsi
garam empedu terhalang akibat reseksi ileum terminal atau suatu penyakit dibagian usus halus
ini, jumalh lemak dalam tinja juga akan meningkat jika sirkulasi enterohepatik terputus,
sedangkan hati tidak mampu meningkatkan kecepatan pembentukan garam empedu untuk dapat
mengompensasi kehilangan yang terjadi. Pengaruh reseksi ileum terminal lainnya dibahas
kemudian.

Metabolisme dan Eskresi Bilirubin


Sebagian besar bilirubin dalam tubuh terbentuk di jaringan dari hasil pemecahan hemoglobin.
Dalam peredaran darah, bilirubin berikatan dengan albumin. Sebagian berikatan dengan erat,
tetapi sebagian besar dapat terurai dihati, dan bilirubin bebas masuk kedalam sel-sel hati, tempat
empedu berikatan dengan protein-protein sitoplasma. Bilirubin kemudian dikonjugasikan dengan
asam glukuronat dalam suatu reaksi yang dikatalisis oleh enzim glukuronil transferase. Enzim ini
teruatam terdapat di reticulum endoplasma halus. Setiap molekul bilirubun bereaksi dengan dua
molekul asam uridin di fosfaglukuronat (UDPGA) dan membentuk bilirubin diglukuronida.
Glukuronida ini, yang lebih mudah larut dalam air daripada bilirubin bebas, lalu diangkut
melawan gradient konsentrasi, kemungkinan oleh suatu proses aktif kedalam kanalikulus biliaris.
Sejumlah kecil bilirubin glukuronida dapat masuk kedalam darah, lalu berikatan dengan
albumin, tetapi ikatan ini lebih longgar bila dibandingkan dengan ikatan bilirubin bebas dengan
albumin. Akhirnya, bilirubin tersebut di eksresikan ke urin. Jadi, bilirubin plasma total secara
normal mencakup bilirubin bebas ditambah sejumlah kecil bilirubin terkonjugasi. Sebagian besar
bilirubin glukuronida disalurkan melalui duktus biliaris kedalam usus.
Mukosa usus relative tidak permeable terhadap bilirubin terkonjugasi, tetapi permeable terhadap
bilirubin tak terkonjugasi dan terhadap urobilinogen, yaitu serangkaian turunan bilirubin yang
tak berwarna dan terbentuk akibat kerja bakteri usus. Akibatnya, sebagian pigmen empedu dan
urobilinogen direabsorbsi di dalam sirkulasi portal. Sebagian zat yang diserap ulang ini
kemudian diksresikan kembali oleh hati (sirkulasi enterohepatik), namun sejumlah kecil
urobilinogen masuk kedalam sirkulasi sistemik dan di ekskresikan di urin.

Anatomi kelenjar-kelenjar pencernaan dan eksresinya.

1. Kelenjar saliva
Kelenjar parotis, merupakan kelenjar yang paling besar dan berada tepat dibawah telinga.
Kelenjar parotis memiliki panjang 5 cm, terbuka kedalam mulut.
Kelenjar sublingual dan kelenjar submandibular, terbuka kedalam lantai mulut. Saliva disekresi
secara refleks akibat adanya makanan didalam mulut atau oleh refleks akibat penglihatan, bau
atau pikiran tentang makanan.
Saliva mengandung air dalam jumlah besar yang berguna untuk melembabkan dan melunakkan
makanan, lendir berguna untuk mengkombinasi dan melumasi makanan, amilase berguna untuk
memecahkan karbohidrat menjadi maltosa dan dekstrin.

2. Kelenjar dalam mukosa lambung


Mukosa lambung banyak mengandung banyak kelenjar yang terdiri dari 3 tipe sel, yaitu:
 Sel mukosa yang mensekresi lendir yang melindungi membran mukosa dari kerja asam
lambung.
 Sel-sel utama (sel zimogenik) untuk mensekresi enzim pepsinogen dan renin untuk mencerna
protein.
 Sel-sel oksintik (sel parietal) untuk mensekresi Na, K, Cl, dan faktor intrinsik.
Sekresi kelenjar mukosa lambung dirangsang oleh internal atau hormon gastrin, masuk ke dalam
sirkulasi darah mencapai kelenjar lambung sehingga menaikkan produksi getah lambung.

3. Sekresi mukosa usus halus


 Enterokinase untuk mengubah tripsinogen pankreas menjadi tripsin aktif.
 Peptidase bekerja pada pepton dan mengubahnya menjadi asam amino.
 Maltase untuk mengubah maltosa menjadi gula sederhana, seperti glukosa.
 Sukrase untuk mengubah gula tebu atau sukrosa menjadi gula sederhana.
 Laktase untuk mengubah laktosa menjadi gula sederhana.
 Lipase untuk melengkapi perubahan lemak menjadi asam lemak dan gliserol.

4. Kelenjar pankreas sebagai organ eksokrin


Kelenjar pankreas sebagai organ eksokrin mensekresi enzim-enzim pencernaan berupa getah
pankreas, yaitu:
 Tripsinogen (non aktif), diubah menjadi tripsin (aktif) oleh enterokinase yang kemudian
mengubah pepton dan protein menjadi asam amino.
 Amilase untuk mengubah zat pati menjadi maltosa.
 Lipase untuk mengubah lemak menjadi asam lemak dan gliserol setelah empedu mengemulsi
lemak.

5. Sekresi empedu
Empedu dihasilkan oleh hepar yang secra terus menerus disekresikan kekandung empedu
melalui duktus-duktus (saluran).
Sekresi empedu di mulai dari duktus hepatikus kanan dan kiri menuju ke duktus hepatikus
komunis ke duktus sistikus ke duktus koledokus kemudian bergabung dengan duktus
pankreatikus ke ampula vatery dan terakhir sampai di duodenum.
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Sistem pencernaan adalah

2. Fungsi utama sistem ini adalah untuk menyediakan makanan, air, dan elektrolit bagi tubuh dari
nutrien yang dicerna sehingga siap diabsorbsi.

3. Pencernaan berlangsung secara mekanik dan kimia, dan meliputi proses-proses sebagai berikut :
- Ingesti adalah masuknya makanan ke dalam tubuh.
- Pemotongan dan penggilingan makanan dilakukan secara mekanik oleh gigi. makanan kemudian
bercampur dengan saliva sebelum ditelan.
- Peristalsis adalah gelombang kontraksi otot polos involunter yang menggerakkan makanan
tertelan melalui saluran pencernaan.
- Digesti adalah hidrolisis kimia (penguraian) molekul besar menjadi molekul kecil sehingga
absorbsi dapat berlangsung.
- Absorbsi adalah pergerakkan produk akhir pencernaan dari lumen saluran pencernaan ke dalam
sirkulasi darah dan limfatik sehingga dapat digunakan oleh sel tubuh.
- Egesti (defekasi) adalah proses eliminasi zat-zat sisa yang tidak tercerna juga bakteri mdalam
bentuk feses dari saluran pencernaan.

4. Mulut
Mulut adalah rongga lonjong pada permulaan saluran pencernaan dan berisi organ
pencernaan. Terdiri atas dua bagian. Bagian luar yang sempit, atauvestibula, yaitu ruang di antara
gusi serta gigi dengan bibir dan pipi, dan bagian dalam, yaitu rongga mulut yang dibatasi di sisi-
sisinya oleh tulang maksilaris dan semua gigi , dan di sebelah belakang bersambung dengan awal
faring. Atap mulut dibentuk oleh palatum, lidah terletak di lantainya dan terikat pada tulang
hioid. Di garis tengah sebuah lipatan membran mukosa (frenulum linguas) menyambung lidah
dengan lantai mulut. Di kedua sisi terletakpapilasublingualis, yang memuat lubang kelenjar
ludah submandibularis. Sedikit eksternal dari papila ini terletak lipatan sublingualis, tempat
lubang-lubang halus kelenjar ludah sublingualis bermuara. Dan ada kelenjar parotis yang terletak
agak ke bawah dan di depan telingadan membuka melalui duktus parotis menuju suatu elevasi
kecil (papila) yang terletak berhadapan dengan gigi molar kedua pada kedua sisi.
Faring
Faring atau tekak terletak di belakang hidung, mulut, dan laring (tenggorokan). Faring
berupa slauran berbentuk kerucut dari bahan membran berotot (muskulo membranosa) dengan
bagian terlebar di sebelah atas dan berjalan dari dasar tengkorak sampai di ketinggian vertebrata
servikal keenam, yaitu ketinggian tulang rawan krikoid, tempat faring bersambung dengan
esofagus.

Esofagus
Esofagus merupakan saluran yang berfungsi menghubungkan antara rongga mulut dengan
lambung dalam hal ini adalah meneruskan makanan. Pada ujung saluran esofagus setelah mulut
terdapat daerah yang disebut faring. Pada faring terdapat klep, yaitu epiglotis yang mengatur
makanan agar tidak masuk ke trakea (tenggorokan). Agar makanan dapat berjalan sepanjang
esofagus, terdapat gerakan peristaltik sehingga makanan dapat berjalan menuju lambung.

Lambung
Lambung adalah bagian saluran cerna yang paling lebar dan terletak diantara ujung
esofagus dan pangkal usus halus. Terletak dikuadran kiri atas abdomen, dibawah diafragma agak
ke kiri dari garis tengah, dengan panjang 25 cm dan Lebar 10 cm. Bentuk dan posisi lambung
dipengaruhi oleh perubahan didalam rongga abdomen dan oleh isi lambung. Lambung terdiri
dari 4 bagian yakni Kardia, Fundus, Korpus, dan Pilorus. Dilengkapi dengan 2 sfingter yakni
sfingter kardia (terletak dekat dengan lubang kardia), dan sfingter pilorus (dekat dengan pilorus).
Usus halus
Usus halus adalah saluran konvolusi yang membentang dari sfingter pilorus ke
sambungannya dengan usus besar pada katup elleoselkum. Panjangn usus kecil adalah 6 meter,
berada ditengah dan bagian bawah rongga abdomen, biasanya dalam kurva usus besar.Usus halus
terdiri dari 3 bagian yakni duodenum, jejunum, dan illeum. Fungsinya adalah mencerna dan
absorbsi makanan.
Usus besar (kolon)
Usus besar membentang dari ujung illeum sampai ke anus, dengan panjang 1,5 meter. Usus
besar terdiri dari appendiks vermiformis, sekum, kolon asenden, kolon transversum, kolon
desenden, kolon sigmoid, rektum dan kanal anal yang dilengkapi sfingter anus interna yang
melingkari bagian atas anus dan sfingter anus eksterna yang mengelilingi kanal anus untuk
menutup kanal anus lebih kuat secara volunter.

5. A. Pankreas adalah kelenjar berwarna merah muda keabuan dengan panjang 12-15 cm dan secara
transversal membentang pada dinding abdomen posterior dibelakang abdomen.
B. Hati merupakan organ terbesar dalam tubuh, terlekat pada kuadran kanan atas abdomen,
dengan berat 1500 – 2000 gram. Hati memiliki 2 lobus besar, lobus kanan dan lobus kiri dimana
lobus tersebut terbagi-bagi menjadi ligamen-ligamen.
C. Kandung empedu merupakan kantung berbentuk buah pear, terletak dibawah lobus kanan hati.
Kandung empedu berfungsi menimpan, mengkosentrasikan empedu, serta berkontraksi untuk
mensekresi empedu.
3.2 Saran
Semoga dalam penyusunan makalah berikutnya, penulis lebih baik dan lebih teliti dari
sebelumnya. Dan menjadikan makalah ini sebagai suatu manfaat.

DAFTAR PUSTAKA

Ganong, W.F. (2008). Ajar FISIOLOGI KEDOKTERAN.Jakarta: EGC


Pearce, Evelyn C. (2011). ANATOMI DAN FISIOLOGI UNTUK PARAMEDIS. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama
Guyton, Arthur C dan John E. Hall. (2012). Buku Ajar FISIOLOGI KEDOKTERAN. Jakarta:
EGC
Sloane, Ethel. (2004). ANATOMI DAN FISIOLOGI Untuk Pemula. Jakarta: EGC
Syaifuddin. (2006).ANATOMI FISIOLOGI untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta: EGC

You might also like