You are on page 1of 29

LAPORAN PRAKTIKUM

PERBENGKELAN PERTANIAN
(Alat Ukur dan Pengukuran)

Oleh :
Nama (NPM) : 1. Dhur Rohma (240110160075 )
2. Herianto Jekson (240110160088 )
3. Affuaja (240110160097 )
4. M. Hafizh Ulwan (240110160105)
5. Winda Nurhayati (240110160109)
6. Hapsah Zaqi Furqon (240110160118)
7. Yasi Yastami (240110160119)
Kelompok/Shift : 4 / B2
Hari, Tanggal Praktikum : Rabu, 10 Oktober 2018
Asisten Praktikum : 1. Desi Purnamasari
2. Ganjar D Alam
3. Mufti Ali
4. Septian Syahban
5. Wisnu Febriana R

LABORATORIUM BENGKEL LOGAM, KAYU DAN ROTAN


DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perbengkelan adalah mata kuliah yang memiliki banyak komponen alat-
alat yang digunakan sesuai dengan ukuran yang berbagai untuk berbagai macam
cara pula. Alat ukur merupakan suatu komponen yang penting didalam suatu mata
kuliah perbengkelan yang memerlukan komponen seperti baut, paku, maupun
pada alat dan mesin perbengkelan. Mengetahui dimensi dari setiap komponen
yang diperlukan untuk perbengkelan dapat diukur dengan menggunakan alat ukur
yang sesuai dengan fungsinya masing-masing berserta ketelitian yang dimiliki
masing-masing alat ukur tersebut. Manfaat lain dari mempelajari alat ukur ini
adalah agar mahasiswa dapat mengerti dengan detil tentang ukuran suatu
komponen serta dapat menggunakan komponen-komponen tersebut dengan presisi
yang akurat.

1.2 Tujuan Praktikum


Tujuan praktikum kali ini ialah:
1. Mahasiswa dapat mengetahui penggunaan berbagai alat ukur panjang.
2. Mahasiswa dapat mengetahui ketelitian dari berbagai alat ukur panjang.
3. Mahasiswa dapat mengetahui cara pengukuran detil menggunakan alat
ukur panjang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengukuran
Pengukuran adalah membandingkan sesuatu yang sedang diukur dengan
besaran lain yang ditetapkan sebagai satuan. Sesuatu yang dapat diukur dan dapat
dinyatakan dengan angka disebut besaran, sedangkan pembanding dalam suatu
pengukuran disebut satuan. Satuan yang digunakan untuk melakukan pengukuran
dengan hasil yang sama atau tetap untuk semua orang disebut satuan baku. Satuan
yang digunakan untuk melakukan pengukuran dengan hasil berbeda disebut
satuan tidak baku. Pengukuran dilakukan untuk mendapatkan informasi data
secara kuantitatif. Hasil dari pengukuran mengenai data atau informasi dalam
bentuk angka, uraian maupun pernyataan tertentu haruslah akurat (Apriliani,
2016). Proses pengukuran perlu diperhatikan beberapa hal yaitu : (Sulistiadji,
2009)
1. Standar yang dipakai harus memiliki ketelitian yang sesuai dengan standar
yang telah ditentukan
2. Tata cara pengukuran dan alat yang digunakan harus memenuhi persyaratan.

2.2 Metode Pengukuran


Dalam pengukuran dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu : (Sulistiadji,
2009)
2.2.1 Metode Pengukuran Langsung
Pengukuran dikatakan pengukuran langsung bila alat ukurnya atau
pembandingnya standart, yaitu suatu pengukuran yang mempunyai nilai standart,
misalnya ukuran panjang dan berat. (Sulistiadji, 2009)
Gambar. 1 Metode dilihat langsung.`
(Sumber : Sulistiadji, 2009)
\
2.2.2 Metode Pengukuran Tidak Langsung
Pengukuran dikatakan tidak langsung bila pembandingnya adalah suatu
yang telah dikalibrasikan terhadap besaran standart, misalnya transmitter. Karena
sulitnya untuk mendapatkan alat ukur standar, sedangkan besaran yang akan
diukur banyak sekali macamnya, maka teknologi telah menghasilkan banyak cara
untuk menghasilkan alat ukur tidak langsung. Berdasarkan pada peranan dalam
fungsinya dapat dibedakan menjadi : (Sulistiadji, 2009)
a. Alat ukur penunjuk : misalnya ammeter, voltmeter, termometer, dan lain-
lain.
b. Alat ukur perekan/rekorder : misalnya rekorder temperatur, rekorder
tekanan dan lain-lain.
c. Alat ukur pengendali : misalnya pengendali temperatur (thermostat) pada
pemanas air, strika listrik dan lain-lain.
Gambar 2. Metode tidak langsung.
(Sumber : Sulistiadji, 2009)

2.3 Penggaris
Penggaris adalah sebuah alat pengukur dan alat bantu gambar untuk
menggambar garis lurus. Terdapat berbagai macam penggaris, dari mulai yang
lurus sampai yang berbentuk segitiga (biasanya segitiga siku-siku sama kaki dan
segitiga siku-siku 30°–60°). Penggaris dapat terbuat dari plastik, logam, berbentuk
pita dan sebagainya. Juga terdapat penggaris yang dapat dilipat. Fungsi penggaris
adalah untuk membuat garis dengan tingkat ketelitian tertentu. Penggaris adalah
alat yang paling familiar bagi pelajar, guru, arsitek, dan profesi lain yang
memerlukan untuk menggambar dan mengukur. Biasanya penggaris mempunyai
skala tertentu yang dibedakan berdasarkan tingkat ketelitian dan kegunaan
penggaris tersebut. Meski satuan panjang berbeda-beda, fungsi dari penggaris
untuk menghubungkan garis satu ke yang lain tetap sama. Berikut adalah fungsi
dari penggaris dan tingkat ketelitiannya (Johan, 2011).
Gambar 3. Penggaris.
(Sumber: Johan, 2011)

2.4 Jangka Sorong


Pengertian jangka sorong adalah suatu alat yang digunakan untuk
melakukan pengukuran terhadap suatu objek secara rinci. Dari pengertian tersebut
maka dengan menggunakan alat ini kita akan mendapatkan hasil pengukuran yang
detail atau rinci dari suatu objek atau benda. Jangka sorong memiliki tingkat
ketepatan dan ketelitian yang sangat tinggi dalam pengukuranya. Selain itu jangka
sorong juga memiliki beberapa garis skala dalam pengukuranya yaitu skala utama
dan skala nonius. Dengan menggunakan jangka sorong maka anda akan
mendapatkan hasil pengukuran dengan tingkat ketelitian yang tinggi dan jelas.
Dalam pengukurannya jangka sorong memiliki sejenis lengan pengapit untuk
dijepitkan pada benda yang hendak diukur (Renaldi, 2012).
Pengertian jangka sorong juga dapat dijabarkan secara morfologi yaitu
dilihat dari bentuknya. Berdasarkan bentuk dari alat tersebut jangka sorong dapat
diarikan sebagai sebuah alat yang digunakan untuk melakukan pengukuran
dengan ketelitian yang tinggi karena memiliki dua besaran berdasarkan skala
tertentu dan proses pengukuranya menggunakan suatu lengan pengapit yang
diapitkan pada objek. Jangka sorong dirancang dengan bentuk sedemikian rupa
agar dapat bekerja secara efisien saat pengukuran suatu benda. Bentuknya yang
fleksibel merupakan suatu kelebihan yang dimiliki jangka sorong karena
memudahkan seseorang dalam melakukan pengukuran (Renaldi, 2012).
Jangka sorong juga merupakan alat pengukur ketebalan atau kedalaman
suatu benda. Ukuran yang detail akan selalu ditunjukan oleh jangka sorong
melalui garis skalanya. Selanjutnya jangka sorong juga merupakan alat untuk
mengukur diameter dalam suatu benda. Tentunya benda- benda yang memiliki
diametir adalah benda yang mberbentuk bulat atau bola serta elips. Dengan cara
menjepitkan lengan capit yang dimiliki oleh jangka sorong pada benda tersebut.
Disisi lain jangka sorong pun dapat disebut sebagai alat mengukur suatu benda
dengan tingkat ketelitian mencapai satu per seratus millimeter. Dengan jangka
sorong anda dapat mengetahui secara pasti ukuran suatu benda (Renaldi, 2012).
Adapun bagian-bagian dari jangka sorong adalah sebagai berikut :
1. Rahang dalam
Terdiri dari rahang geser dan rahang tetap. Rahang dalam memiliki fungsi
untuk mengukur dimensi luar atau sisi bagian luar sebuah benda misal tebal,
lebar sebuah benda kerja.
2. Rahang luar
Terdiri dari rahang geser dan rahang tetap. Rahang luar memiliki fungsi
untuk mengukur diameter dalam atau sisi bagian dalam sebuah benda
misalnya diamater hasil pengeboran. ( pada gambar ditunjukkan dengan
nama pengukuran dalam ).
3. Depth probe atau pengukur kedalaman
Seperti namanya bagian ini mempunyai fungsi untuk mengukur kedalaman
sebuah benda.
4. Skala Utama (dalam cm)
Skala utama dalam bentuk satuan cm memiliki fungsi untuk menyatakan
ukuran utama dalam bentuk centimeter (cm).
5. Skala utama (dalam inchi)
Skala utama dalam bentuk satuan inchi memiliki fungsi untuk menyatakan
ukuran utama dalam bentuk inchi.
6. Skala nonius (dalam mm)
Skala nonius dalam bentuk mikrometer berfungsi sebagai skala pengukuran
fraksi dalam bentuk mm.
7. Skala Nonius (dalam inchi)
Skala nonius dalam bentuk inchi berfungsi sebagai skala pengukuran fraksi
dalam bentuk inchi.
8. Pengunci
Mempunyai fungsi untuk menahan bagian-bagian yang bergerak saat
berlangsungnya proses pengukuran misal rahang dan Depth probe.

Gambar 4. Jangka Sorong.


(Sumber: Renaldi, 2012)

2.1 Penggaris Siku


Penyiku merupakan alat bantu yang penting dalam pekerjaan melukis dan
menandai. Penyiku terdiri dari satu balok baja dan satu bilah baja, dimana
keduanya digabungkan sehingga membentuk sudut 90° antara satu dengan yang
lainnya. Bahan pembuat siku-siku adalah baja perkakas, sehingga ia cukup kuat
dan tahan terhadap keausan dan karat (Ambiyar, 2008).
Gambar 5. Penggaris Siku.
(Sumber : Ambiyar, 2008)

2.4 Mikrometer Sekrup


Mikrometer sekrup adalah sebuah alat ukur yang bisa mengukur benda
dengan satuan ukur yang memiliki ketelitian sampai dengan 0.01 mm. Dalam
penggunaannya alat ukur ini banyak dipakai untuk mengukur besaran panjang,
ketebalan benda serta diameter luar sebuah benda. Mikrometer mempunyai tiga
jenis umum pengelompokan yang didasarkan pada aplikasi dibawah ini
(Darmayanti, 2016):
1. Mikrometer Luar, Mikrometer luar dipakai untuk mengukur benda
contohnya kawat, lapisan-lapisan, blok-blok serta batang-batang.
2. Mikrometer dalam, Mikrometer dalam dipakai untuk mengukur sebuah garis
tengah dari lubang sebuah benda
3. Mikrometer kedalaman, Mikrometer kedalaman dipakai untuk mengukur
kedalaman dan ketinggian dari sebuah benda.
Adapun bagian-bagian dari mikrometer sekrup itu sendiri adalah sebagai
berikut :

Gambar 6. Mikrometer Sekrup.


(Sumber : Damaryanti, 2016)

1. Poros Tetap yaitu poros di ujung yang tidak bergerak;


2. Poros Geser, poros yang bisa dierakkann ke depang dan kebelakan;
3. Skala utama (salam satuan mm);
4. Skala Nonius atau Skala Putar;
5. Pemutar, menggerakkan poros geser;
6. Pengunci;
7. Rachet, sama seperti poros geser tapi lebih kecil;
8. Frame berbentuk U
Fungsi Mikrometer adalah untuk mengukur panjang, tebal, diamater dan
kedalaman sebuah benda yang mempunyai ukuran cukup kecil seperti lempeng
besai atau baja, diameter kabel dan kawat, lebar sebuah benda yang mempunyai
tingkat presisi tinggi. Dalam pemakaiannya mikrometer memiliki fungsi utama
yaitu mengukur besaran panjang suatu benda dengan presisi (Darmayanti, 2016).
BAB III
METODOLOGI PENGAMATAN DAN PENGUKURAN

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah sebagai berikut:
1. Alat tulis;
2. Jangka Sorong;
3. Mikrometer sekrup;
4. Mistar/penggaris besi; dan
5. Protractor.
3.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah sebagai berikut
adalah Claw bubut.
3.1.3 Prosedur Pelaksanaan
Langkah-langkah dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Alat dan bahan disiapkan;
2. Dilakukan pengukuran panjang e, f, g, h, i, dan m menggunakan mistar;
3. Dilakukan pengukuran panjang a, b, c, d, e, f, g, n, o, p, dan q
menggunakan jangka sorong;
4. Dilakukan pengukuran panjang k menggunakan mikrometer sekrup;
5. Dilakukan pengukuran sudut l menggunakan protactor; dan
6. Hasil pengukuran dicatat.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Tabel 1. Pengukuran menggunakan Mistar.
Bagian Ukuran (mm)
e 21
f 27,5
g 28,5
h 5
i 10
m 10

Tabel 2. Pengukuran menggunakan Jangka Sorong.


Bagian Ukuran (mm)
a 56,1
b 27,2
c 14,9
d 13
e 17,2
f 27,3
g 27,7
n 56,1
o 7,3
p 3,4
q 6,36

Tabel 3. Pengukuran menggunakan Mikrometer Sekrup.


Bagian Ukuran (mm)
k 25,43
Tabel 4. Pengukuran menggunakan Protaktor.
Bagian Ukuran (o)
l 45
Dhur Rohma
240110160075

4.2 Pembahasan
Praktikum perbengkelan pertanian melakukan pengukuran menggunakan
alat ukur yang berada di Bengkel Pedca FTIP UNPAD. Alat ukur yang digunakan
antara lain mistar, jangka sorong, mikrometer sekrup, dan protaktor. Alat ukur
tersebut digunakan sesuai dengan skala yang dibutuhkan. Mistar memiliki skala
terkecil 1 milimeter dan tingkat ketelitian yaitu 0,5 milimeter. Jangka sorong
memiliki skala terkecil 0,1 milimeter dan tingkat ketelitian 0,05 milimeter.
Mikrometer sekrup memiliki skala terkecil 0,01 milimeter dan tingkat ketelitian
0,005 milimeter. Diketahui bahwa beberapa alat ukur panjang tersebut memiliki
tingkat ketelitian yang berbeda. Alat ukur panjang yang memiliki skala yang
paling kecil digunakan untuk mengukur panjang objek yang lebih kecil sedangkan
alat ukur panjang yang memiliki skala paling besar digunakan untuk mengukur
panjang objek yang lebih besar. Sementara protaktor digunakan untuk mengukur
besar sudut pada objek pengukuran.
Objek pengukuran yang digunakan adalah sebuah jig. Jig yang digunakan
memiliki bentuk dan panjang yang berbeda pada setiap sisinya. Mistar digunakan
untuk mengukur bagian e, f, g, h, i, dan m. Berdasarkan pengukuran
menggunakan mistar tersebut didapatkan panjang dari e adalah 21 milimeter,
panjang f adalah 27,5 milimeter, panjang g adalah 28,5 milimeter, panjang h
adalah 5 milimeter, panjang i adalah 10 milimeter, dan panjang m adalah 10
milimeter. Jangka sorong digunakan untuk mengukur bagian a, b, c, d, e, f, g, n, o,
p, dan q. Berdasarkan pengukuran menggunakan jangka sorong didapatkan
panjang dari a adalah 56,1 milimeter, panjang b adalah 27,2 milimeter, panjang c
adalah 14,9 milimeter, panjang d adalah 13 milimeter, panjang e adalah 17,2
milimeter, panjang f adalah 27,3 milimeter, panjang g adalah 27,7 milimeter,
panjang n adalah 56,1 milimeter, panjang o adalah 7,3 milimeter, panjang p
adalah 3,4 milimeter, dan panjang q adalah 6,36. Mikrometer sekrup digunakan
untuk mengukur bagian k dan didapatkan panjang k adalah 25,43 milimeter.
Protaktor digunakan untuk mengukur bagian l dan didapatkan besarnya sudut l
adalah 45o.
Berdasarkan hasil pengukuran, terdapat beberapa bagian dari Jig diukur
berulang menggunakan dua alat yang berbeda yaitu mistar dan jangka sorong.
Bagian tersebut adalah e, f, dan g. Panjang yang didapatkan dari pengukuran
menggunakan mistar dan jangka sorong tersebut berbeda. Bagian e diukur
menggunakan mistar mendapatkan panjang 21 milimeter sementara pengukuran
bagian e menggunakan jangka sorong mendapatkan panjang 17,2 milimeter.
Perbedaan panjang bagian e tersebut cukup besar 3,8 milimeter karena
kemungkinan kesalahan pengukuran oleh praktikan sehingga nilai panjang bagian
e sangat berbeda. Bagian f diukur menggunakan mistar mendapatkan panjang 27,5
milimeter sementara pengukuran bagian f menggunakan jangka sorong
mendapatkan panjang 27,3 milimeter. Perbedaan panjang bagian f hanya 0,2
milimeter. Hal ini karena perbedaan tingkat ketelitian alat yang digunakan
sehingga hasil yang didapatkan berbeda. Bagian g diukur menggunakan mistar
mendapatkan panjang 28,5 milimeter sementara pengukurn bagian g
menggunakan jangka sorong mendapatkan panjang 27,7 milimeter. Perbedaan
panjang bagian 0,8 milimeter. Hal ini karena kesalah pembacaan skala oleh
praktikan dan tingkat ketelitian alat yang digunakan berbeda sehingga
menghasilkan nilai panjang yang berbeda.
Protaktor memberi hasil sudut yang lebih akurat dibandingkan dengan busur
derajat biasa. Hal ini karena pada protaktor hasil pengukuran dapat dikunci
sehingga pada protaktor hasil pengukuran dapat dikunci sehingga hasil yang
didapatkan lebih akurat. Penggunaan protaktor juga sangat mudah sehingga
banyak digunakan dalam pengukuran untuk perbengkelan dibandingkan busur
derajat biasa.
Affuaja
240110160097

4.2 Pembahasan
Praktikum Perbengkelan Pertanian kali ini membahas mengenai alat ukur
dan pengukuran. Alat pengukuran adalah kegiatan pembandingan atau
membandingkan sesuatu objek dengan objek lain yang telah ditetapkan dalam hal
satuan di seluruh dunia atau skala internasional, sedangkan pengukuran
merupakan kegiatan membandingkan suatu besaran yang diukur dengan alat ukur
yang digunakan sebagai satuan. Alat ukur yang digunakan pada praktikum kali ini
yaitu mistar, jangka sorong, mikorometersekrup, dan protaktor. Keempat alat
tersebut memiliki kemampuan pengukuran serta ketelitian yang berbeda-beda,
sehingga pada hasil akhirnya praktikan akan membandingkan hasil pengukuran
benda kerja tersebut berdasarkan ketelitian kelima alat tersebut.
Pengukuran dilakukan pada satu benda dengan menggunakan alat ukur yang
sesuai. Pengukuran yang pertama praktikan mengukur panjang, lebar, tinggi dan
ketebalan menggunakan mistar dan jangka sorong. Pengukuran dilakukan kembali
menggunakan jangka sorong untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat.
Kekurangan pada alat ukur mistar yaitu kurang teliti untuk benda-benda di bawah
ketelitian. Ketelitian dari alat ukur mistar ini mempunyai tingkat ketelitian 1 mm
atau 0.1 cm. Pengukuran objek ukur dengan menggunakan jangka sorong dan
mikrometer agak sedikit berbeda dengan mistar, karena ketelitian dari alat ukur
yang digunakan pun berbeda. Jangka sorong adalah alat ukur yang ketelitiannya
dapat mencapai seperseratus milimeter.
Pengukuran kali ini terdapat beberapa bagian khusus untuk mengukur sudut
yang tidak bisa diukur dengan teliti menggunakan jangka sorong, mikrometer
sekrup maupun mistar seperti pada bagian L tetapi menggunakan protactor.
Penggunaan protactor dalam pengukuran sudut pada benda dapat dengan mudah
sehingga didapatkan nilai pada titik L yaitu 45o. Bagian K pengukuran
menggunakan mikrometer sekrup. Alat ukur yang digunakan seperti mistar,
jangka sorong dan mikrometer sekrup dari ketiga alat ukur tersebut. Ketelitian
yang paling akurat yaitu mikrometer sekrup yang memiliki ketelitian 0.001 mm.
Pengukuran yang tidak teliti dan tidak tepat dapat bersumber pada beberapa
faktor yaitu instrument atau alat ukur itu sendiri. Mistar mengukur dengan
ketelitian terkecil 1 mm, jangka sorong mengukur dengan ketelitian lebih teliti
karena bisa mengukur diameter luar atau dalam, panjang, lebar, maupun
kedalaman. Selanjutnya adalah posisi pengukuran. Garis pengukuran tidak
berhimpit atau sejajar dengan garis dimensi benda ukur. Selanjutnya adalah
pengaruh lingkungan bengkel yang dirasa berdebu, gelap, sehingga
memungkinkan terjadinya kesalahan pada saat pembacaan. Faktor yang paling
berpengaruh adalah dari faktor manusia itu sendiri yang harus bisa fokus dalam
melakukan pengukuran dan juga memahami penggunaan setiap alat ukur untuk
mendapatkan hasil yang akurat. Praktikum ini diketahui bahwa ketepatan ukuran
sangat penting agar komponen dapat berfungsi dengan baik dan juga dapat dirakit.
Winda Nurhayati

240110160109

4.2 Pembahasan
Pada praktikum Perbengkelan Pertanian kali ini, praktikan melakukan
kegiatan berupa pengukuran bahan perbengkelan pertanian, bahan yang digunakan
adalah Claw Bubut. Alat pengukuran yang digunakan berdasarkan data yang telah
diketahui sebelumnya pada kelompok 2 yaitu diantaranya penggaris atau mistar,
jangka sorong, mikrometer sekrup, dan protactor. Bagian data yang diketahui
adalah A, B, C, D, E, F, G, N, O, P, dan Q mengukur dengan menggunakan alat
ukur jangka sorong. Bagian data H, I, dan M mengukur dengan menggunakan alat
ukur penggaris. Bagian data K dan L yaitu K mengukur dengan menggunakan alat
ukur mikrometer sekrup, dan L mengukur dengan menggunakan alat ukur
protactor.
Data pengukuran dengan menggunakan alat ukur mistar yaitu untuk bagian
H sebesar 5 mm, bagian I sebesar 10 mm, bagian M sebesar 10 mm, bagian E
sebesar 21 mm, bagian F sebesar 27,5 mm, dan bagian G sebesar 28,5 mm. Data
pengukuran dengan mengggunakan alat ukur jangka sorong pada tabel 2 yaitu
bagian A sebesar 56,1 mm, bagian B sebesar 27,2 mm, bagian C sebesar 14,9 mm,
bagian D sebesar 13 mm, bagian E sebesar 17,2 mm, bagian F sebesar 27,3 mm,
bagian G sebesar 27,7 mm, bagian N sebesar 56,1 mm, bagian O sebesar 7,3 mm,
bagian P sebesar 3,4 mm, dan bagian Q sebesar 6,36 mm. Data pengukuran
dengan menggunakan alat ukur mikrometer sekrup yaitu sebesar 25,43 mm., dan
bagian K pada tabel 4 dengan menggunakan alat ukur protactor pada tabel 3 yaitu
bagian L sebesar 45o.
Berdasarkan hasil pengukuran terhadap Claw Bubut yang telah diketahui
dengan menggunakan alat ukur yang ditentukan belum dapat dikatakan baik. Hal
tersebut dipengaruhi kurangnya ketelitian terhadap pengukuran, faktor yang
mempengaruhi ketelitian dalam pengukuran yaitu kesalahan umum suatu
kesalahan yang disebabkan manusia seperti keteledoran dalam mengukur. Dengan
memilih alat yang sesuai, merangkai alat dengan benar, dan cara membaca skala
dengan benar, dapat meminimalkan kesalahan dalam pengukuran.
Hapsah Zaqi Furqon
240110160118

4.2 Pembahasan
Praktikum kali ini praktikan melakukan pengukuran claw bubut
menggunakan beberapa alat ukur yang tersedia pada toolbox masing-masing
kelompok praktikan. Pengukuran yang dilakukan oleh praktikan dilakukan
menggunakan empat macam alat ukur, alat ukur tersebut yaitu mistar, jangka
sorong, mikrometer sekrup dan protactor. Alat ukur mistar digunakan untuk
mengukur dimensi h, i, m, e, f dan g, bagian-bagian tersebut merupakan bagian
yang cukup mudah diukur menggunakan alat ukur mistar karena terletak pada
pinggir-pinggir dan tidak berbelok-belok, serta salah satu alasan dimensi tersebut
diukur menggunakan alat ukur mistar adalah karna alat ukur mistar memiliki
ketelitian yang tidak terlalu spesifik yaitu 1 mm. Alat ukur kedua yang praktikan
gunakan yaitu jangka sorong, jangka sorong ini digunakan untuk mengukur
dimensi a, b, c, d, e, f, g, n, o, p dan q. Dimensi yang diukur menggunakan jangka
sorong ini membutuhkan pengukuran yang lumayan akurat karena jangka sorong
adalah alat ukur yang memiliki ketelitian ukuran mencapai 0,1 mm. Alat ukur
ketiga yang digunakan oleh praktikan adalah mikrometer sekrup, mikrometer
sekrup ini digunakan untuk mengukur dimensi k. Berdasarkan gambar, dimensi k
memiliki permukaan yang tidak rata, pada kedua ujungnya mamiliki garis miring
sehingga menyerupai bentuk setengah dari heksagon. Mikrometer sekrup ini
digunakan untuk mengukur dimensi k karena memiliki ketelitian sebesar 0,01 mm
yang dapat mengukur dimensi dengan lebih akurat lagi. Alat ukur keempat yang
digunakan oleh praktikan ialah protactor yaitu alat ukur untuk mengukur sudut.
Pengukuran dimensi yang menggunakan protactor adalah dimensi l, yaitu sudut-
sudut yang berdekatan dengan dimensi k.dengan ketelitian mencapai 5 menit.
Dasarnya pada alat ukur jangka sorong, mikrometer sekrup dan protactor
adalah alat ukur yang memiliki skala utama dan skala nonius untuk mengetahui
hasil pengukuran tersebut. Berdasarkan ketelitian antara tia alat ukur yang
digunakan untuk mengukur panjang dimensi suatu komponen adalah mikrometer
sekrup. Hal ini karena mikrometer sekrup memiliki ketelitian sebesar 0,01 mm,
yang disusul dengan jangka sorong yaitu 0,1 mm. Jangka sorong juga memiliki
fungsi selain yaitu sebagai alat pengukur kedalaman.
Yasi Yastami
240110160119

4.2 Pembahasan
Praktikum kali ini membahas mengenai alat ukur dan pengukuran. Bahan
yang akan diukur adalah claw bubut. Pengukuran adalah kegiatan
membandingkan suatu besaran yang diukur dengan alat ukur yang digunakan
sebagai satuan. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur claw bubut tersebut
diantaranya mistar, jangka sorong, mikrometer sekrup, dan protractor. Pada claw
bubut dilakukan pengukuran panjang menggunakan mistar, jangka sorong, dan
mikrometer sekrup, serta pengukuran.
Mistar memiliki skala terkecil 1 mm atau 0,1 cm dan memiliki ketelitian
pengukuran setengah dari skala terkecilnya yaitu 0,5 mm. Jangka sorong terdiri
dari dua bagian, yaitu rahang tetap dan geser (sorong). Skala panjang yang
terdapat pada rahang tetap adalah skala utama, sedangkan skala pendek pada
rahang geser adalah skala nonius. Jangka sorong mempunyai tingkat ketelitian 0,1
mm. Mikrometer sekrup terdiri atas dua bagian, yaitu selubung (poros tetap) dan
selubung luar (poros ulir). Skala panjang pada poros tetap merupakan skala utama,
sedangkan pada poros ulir merupakan skala nonius. Mikrometer sekrup memiliki
ketelitian yang lebih tinggi dari dua alat yang telah disebutkan sebelumnya, yaitu
0,01 mm. Protractor merupakan alat ukur yang digunakan untuk mengukur
besaran-besaran sudut pada benda kerja dan untuk membantu pekerjaan. Batas
ukur dari protractor adalah dari 0 derajat sampai 180 derajat, dengan tingkat
ketelitian hanya 1 derajat.
Pembacaan jangka sorong dilakukan dengan membaca angka pada skala
utama yang berhimpit dengan angka nol pada skala nonius kemudian ditambah
angka pada skala nonius yang berhimpit dengan skala utama dengan
menggunakan satuan yang sama. Pembacaan mikrometer sekrup yaitu tidak
terlalu berbeda dengan pembacaan pada jangka sorong, dilakukan pembacaan
skala utama yang berhimpit dengan thimble mikrometer sekrup kemudian
dijumlahkan dengan skala nonius yang berhimpit tegak lurus dengan skala utama,
sebelum dijumlah kan skala nonius dikali dengan ketelitiannya (0,01 mm).
Berdasarkan hasil pengukuran panjang menggunakan mistar diperoleh
panjang e, f, g, h, i, dan m berturut-turut sebesar 21 mm; 27,5 mm; 28,5 mm; 5
mm; 10 mm; dan 10 mm. Pengukuran panjang a, b, c, d, e, f, g, n, o, p, dan q
dengan menggunakan jangka sorong diperoleh hasil berturut-turut sebesar 56,1
mm; 27,2 mm; 14,9 mm; 13 mm; 17,2 mm; 27,8 mm; 27,7 mm; 56,1 mm; 7,3
mm; 3,4 mm; dan 6,36 mm. Pengukuran panjang yang terakhir adalah panjang k
menggunakan mikrometer sekrup diperoleh sebesar 25,4 mm. Selanjutnya
dilakukan pengukuran sudut l menggunakan protractor dan didapatkan besar
sudutnya yaitu 45°.
Dhur Rohma
240110160075

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari praktikum ini adalah:
1. Alat ukur panjang antara lain mistar, jangka sorong, dan mikrometer sekrup.
2. Salah satu alat ukur sudut yaitu protaktor.
3. Mistar memiliki ketelitian sebesar 0,5 milimeter.
4. Jangka sorong memiliki ketelitian sebesar 0,05 milimeter.
5. Mikrometer sekrup memiliki ketelitian hingga 0,005 milimeter.
6. Alat ukur panjang yang memiliki tingkat ketelitian tertinggi adalah
mikrometer sekrup.
7. Alat ukur panjang yang memiliki tingkat ketelitian terendah adalah mistar.

5.2 Saran
Saran untuk praktikum kali ini adalah:
1. Sebaiknya alat ukur sudut yang digunakan tidak hanya protaktor sehingga
dapat dibandingkan tingkat ketelitiannya.
2. Bagian dari setiap objek pengukuran sebaiknya dilakukan pengukuran
berulang dengan alat ukur lain agar dapat dibandingkan tingkat
ketelitiannya.
Affuaja
240110160097

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari praktikum ini yaitu:
1. Pengukuran merupakan kegiatan membandingkan suatu besaran yang
diukur dengan alat ukur yang digunakan sebagai satuan;
2. Prinsipnya mistar dan jangka sorong dapat mengukur besarnya panjang serta
tebal suatu benda dengan satuan cm ataupun mm;
3. Alat ukur yang digunakan seperti mistar, jangka sorong dan mikrometer
sekrup dari ketiga alat ukur tersebut, ketelitian yang paling akurat yaitu
mikrometer sekrup;
4. Jangka sorong ini memiliki ketelitian hingga 0.1 mm;
5. Mikrometer sekrup dapat mengukur benda dengan satuan ukur yang
memiliki ketelitian sampai dengan 0.01 mm; dan
6. Setiap alat yang digunakan pada pengukuran memiliki kegunaan serta
keteliatian yang berbeda-beda.
Winda Nurhayati
240110160109

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum ini diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Pengukuran merupakan suatu kegiatan yang menunjukakan perbandingan
langsung dari benda yang diukur langsung dengan beberapa skala asli.
2. Setiap alat ukur mempunyai ketelitian yang berbeda.
3. Satu bagian skala terkecil mistar adalah 1 mm atau 0,1 cm.
4. Jangka sorong adalah suatu alat ukur panjang yang dapat dipergunakan
untuk mengukur panjang suatu benda dengan ketelitian hingga 0,1 mm.
5. Mikrometer merupakan alat untuk mengukur ketebalan suatu benda yang
dapat mengukur dari ketelitian 0,01 mm sampai 0,002 mm.
Hapsah Zaqi Furqon
240110160118

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan pada praktikum kali ini adalah:
1. Alat ukur yang praktikan gunakan pada praktikum kali ini adalah mistar,
jangka sorong, mikrometer sekrup dan protactor.
2. Kegunaan dalam mengukur komponen kerja adalah untuk memaksimalkan
pekerjaan dengan menggunakan komponen dengan besar yang sesuai
dengan kebutuhan.
3. Alat ukur yang memiliki ketelitian paling tinggi adalah mikrometer sekrup
dengan ketelitian sebesar 0,01 mm.

5.2 Saran
Saran pada praktikum kali ini adalah mata praktikan yang melihat hasil
pengukuran diharapkan untuk sejajar agar hasil pengukuran dirasa sangat akurat.
Yasi Yastami
240110160119

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum kali ini adalah :
1. Mistar, jangka sorong, dan mikrometer sekrup merupakan alat ukur
panjang;
2. Protractor merupakan alat ukur sudut;
3. Tingkat ketelitian mistar adalah 0,5 mm;
4. Tingkat ketelitian jangka sorong adalah 0,1 mm;
5. Tingkat ketelitian mikrometer sekrup adalah 0,01 mm;
6. Tingkat ketelitian protractor adalah 1;
7. Hasil pengukuran panjang e, f, g, h, i, dan m menggunakan mistar
berturut-turut sebesar 21 mm; 27,5 mm; 28,5 mm; 5 mm; 10 mm; dan 10
mm;
8. Hasil pengukuran panjang a, b, c, d, e, f, g, n, o, p, dan q menggunakan
jangka sorong berturut-turut sebesar 56,1 mm; 27,2 mm; 14,9 mm; 13 mm;
17,2 mm; 27,8 mm; 27,7 mm; 56,1 mm; 7,3 mm; 3,4 mm; dan 6,36 mm;
9. Hasil pengukuran panjang k menggunakan mikrometer sekrup sebesar
25,4 mm; dan
10. Hasil pengukuran sudut l menggunakan protractor dan didapatkan sebesar
sudutnya yaitu 45°.
DAFTAR PUSTAKA

Ambiyar. 2008. Teknik Pembentukan Pelat (Jilid 3). Jakarta : Direktorat


Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.

Apriliani, Nur. 2016. Penggunaan Alat Ukur Dasar. Terdapat pada:


https://www.academia.edu/30308482/Pend._Kimia1B_62_Nur_Apriliani_R
achman_Laporan_Akhir_Praktikum_Penggunaan_Alat_Ukur_Dasar_PAUD
_.pdf (diakses Sabtu 13 Oktober 2018 pukul 20.47 WIB).

Damaryanti. 2016. Mikrometer Serup, Jenis, Pengertian, dan Fungsinya. Terdapat


pada : http://www.kopi-ireng.com/2015/12/mikrometer-sekrup-jenis-
pengertian-dan.html?m=0 (Diakses pada tanggal 16 Oktober 2018 pukul
21.10 WIB).

Johan. 2011. Pentingnya Fungsi Ruler dan Guide Lines. Terdapat pada:
http://www.ilmugrafis.com/coreldraw_dasar.php?page=pentingnya-fungsi-
ruler-dan-guide-lines (Diakses pada tanggal 14 Oktober 2018 pukul 11.40
WIB).

Sulistiadji, Koes. 2009. Alat Ukur dan Instrumentasi. Terdapat pada:


http://mekanisasi.litbang.pertanian.go.id/ind/phocadownload/Artikel/Penggu
naan_alat_ukur_dan_instrumen_ukur.pdf (diakses Sabtu 13 Oktober 2018
pukul 20.52 WIB).

Utomo, Renaldi Ardiansyah. 2012. Spesifikasi dan Cara Penggunaan Alat Ukur
Fisika. Terdapat pada: http://blogrenaldi.blogdetik.com/spesifikasi-dan-cara-
penggunaan-alat-ukur-fisika/ (Diakses pada tanggal 14 Oktober 2018 pukul
11.58 WIB)
LAMPIRAN

Gambar 1. Alat Ukur yang Digunakan.


(Sumber: Dokumentasi pribadi, 2018)

Gambar 2. Objek Pengukuran.


(Sumber: Dokumentasi pribadi, 2018)
Tabel Penilaian Kelompok
Nama Praktikan Penilai Rata-
1 2 3 4 5 6 7 rata
Dhur Rohma (075) 85 80 90 90 80 90 85,83
Herianto Jekson (088) 80 75 80 90 85 90 83,33
Affuaja (097) 85 80 85 90 80 75 82,5
M. Hafizh (105) 80 90 85 80 75 90 83,33
Winda N. (109) 90 90 85 90 80 80 85,83
Hapsah Zaqi F. (118) 90 85 90 90 80 80 85,83
Yasi Yastami (119) 90 90 90 80 85 80 85,83

You might also like