Professional Documents
Culture Documents
OLEH :
JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS KEHUTANAN DAN ILMU LINGKUNGAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
2018
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama allah SWT yanga Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan karuniahnya kepada saya, sehingga saya dapat
Penulis menyadari karya tulis ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun karya tulis ini
menjadi lebih baik lagi. Penulis berharap karya tulis yang telah dibuat ini bisa
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .........................................................................................
B. Rumusan Masalah ....................................................................................
C. Tujuan ......................................................................................................
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ..............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebelum kegiatan pemanenan dapat dilaksanakan di hutan secara
adalah dari areal hutanyang akan dipanen. Semakin banyak informasi yang dapat
batang, pemuatan kayu ke alat pemuat transportasi mayor atau secara mudah dan
sederhana bahwa petak tebang adalah suatu areal yang dilayani oleh satu TPn
dimana di dalam ini dilakukan pemanenan kayu. Dengan demikian luas petak
tebang ditentukan oleh jangkauan terjauh (jalan sarad jauh) alat sarad menuju TPn
atau landing.
regional.
biaya financial. Namun menurut Wackerman 1966 agar tenaga kerja menjadi
adlah tindakan yang perlu dilakukan di masa datang yang diatur berdasarkan
tahapan pemanenan yang paling efisien dengan teknologi yang telah ditentukan
dan dilaksanakan pada saat yang ditetapkan untuk mengeluarkan kayu dari hutan.
Dengan adanya rencana maka kegiatan dapat teratur dan hasil dapat
Conway 1982 dibuat rencana pemanenan karena akan dapat merekatkan semua
secara utuh.selain itu untuk mengidentifikasi kendala dan hambatan yang kelak
B. Rumusan Masalah
pemanenan ?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini yaitu untuk mengetahui rencana- rencana
dalam kategori pohon siap tebang dan juga tahap – tahap pemanenan.
BAB III
PEMBAHASAN
Faktor ini sifatnya bisa berasal dari dalam maupun dari luar. Faktor luar
Selain kebutuhan mendesak, musim penghujan menjadi faktor lain. Pemanenan pada
musim penghujan dapat diperoleh volume kayu yang optimal dalam umur yang sama
dibanding pada musim kemarau. Selain itu, kayu yang ditebang pada musim
penghujan mempunyai kualitas lebih baik karena tidak mudah terserang hama bubuk.
KPS, langsung atau tidak langsung mempunyai peran terhadap tindakan yang akan
dilakukan. Petani yang terlibat secara mantap lebih banyak mempertimbangkan kapan
petani, namun masih dijumpai petani yang kurang faham. Sifat individu
berbeda.
(1). Ukuran hasil. Yang harus diperhatikan adalah pengaruh ukuran hasil terhadap
metode dan slat transpornya. Bila kecil-kecil maka dapat digunakan truk ukuran
(2). Lama beroperasi. Waktu bisa dalam waktu harian dan dapat pula waktu
tahun saja, maka disarankan untuk membangun sarana yang tidak permanen,
lebih cocok untuk perusahaan yang jangka operasinya sepanjang masa. Juga
truksaja.
(3). Volume yang akan dipanen persatuan lugs (dalam satuan ha). Bila yolume
kayunya tinggi dalam setiap ha, maka dapat digunakan rel untuk
digunakan truksaja.
(4). Tenaga kerja. Lokasi pemanenan hutan biasanya terletak ditempat yang jauh,
diperlukan untuk pemanenan kecuali berbadan sehat, tegap juga harus mempunyai
(5). Produksi persatuan waktu. Bila setiap harinya dibutuhkan bahan baku yang
bahan baku yang diperlukan tidak terlalun tinggi, maka produksinya dapat
(6). Fasilitas yang telah ada. Ada perusahaan yang mulainya tidak dad awe al.
misalnya melanjutkan dari perusahaan lain. Dalam hal ini maka metode dan
peralatan yang akan digunakan harus memperhitungkan fasilitas yang telah ada.
Apakah beaya operasinya sudah besar sekali, apa belum. Dibandingkan dengan
bila membeli alat baru, yang harus mengeluarkan investasi dan harus menghitung
sungai karena ada sungai yang mencukupi untuk keperluan itu. Akan tetapi oleh
pemerintah daerah sungai itu tidak boleh dipakai untuk pengangkutan kayu,
karena mungkin untuk diambil airnya untuk air minum atau untuk pembangkit
(8). Kebijaksanaan pemilik hutan. Hutan Indinesia semuanya milik negara, hanya
juga untuk pariwisata, pengatur tanah air, penggembalaan, perlindungan flora dan
fauna dan masih banyak lagi manfaat yang lain. Maka dalam memanennya
manfaat yang banyk itu harus juga mendapatkan perhatian, jangan hanya terfokus
pada kayusaja.
(9). Pemuliaan tegakan. Diharapkan pada tebang pilih, hasil tebangan pada siklus
berikutnya akan lebih tinggi atau paling tidak sama, tidak menurun hasilnya.
tree system), kayu panjang (tree length/long wood), dan kayu pendek (short
wood).
setempat
A. Kesimpulan
penebangan tegakan yang didapat maksimal tanpa ada kerusakan terhadap tegakan
(L) Nielsen. No 23, Juni 2002. Direktorat Perbenihan Tanaman Hutan : Jakarta.
Mujetahid A. 2010. Analisis biaya penebangan pada Hutan Jati Rakyat di Kabupatn
Nugroho B. 1995. Perencanaan Pemanenan Kayu. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan IPB
Soerianegara, I. dan Lemmens, R.H.M.J. 1993 Plant resources of SouthEast Asia 5(1):
Wageningen, Belanda.
kasusdi PT. Surya Hutani Jaya, Kalimantan Timur. Jurnal Penelitian Hasil
Hutan. 24(1):
Yuniawati. 2007. Penggunaan jumlah chainsaw yang tepat dan efisien pada penebangan:
Kalimantan. 12(1):62-66