You are on page 1of 18

MAKALAH

PEMANENAN HASIL HUTAN


“Sistem Perencanaan Pemanenan Hasil Hutan”

OLEH :

YOGI SRI MUNANDAR


M1A1 16 172
KEHUTANAN A

JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS KEHUTANAN DAN ILMU LINGKUNGAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
2018
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatulahi wabarakatu

Dengan menyebut nama allah SWT yanga Maha Pengasih lagi Maha

Penyayang, saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-nya, yang telah

melimpahkan rahmat, hidayah, dan karuniahnya kepada saya, sehingga saya dapat

menyelesaikan makalah perencanaan pemanenan hasil hutan.

Penulis menyadari karya tulis ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu

penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun karya tulis ini

menjadi lebih baik lagi. Penulis berharap karya tulis yang telah dibuat ini bisa

bermanfaat serta menambah pengetahuan bagi mahasiswa kehutanan pada

khususnya dan pihak lain pada umumnya.

Kendari 17 Oktober 2018


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .........................................................................................
B. Rumusan Masalah ....................................................................................
C. Tujuan ......................................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III PEMBAHASAN

A. Sistem Pemanenan Kayu ........................................................................


B. Bentuk – bentuk rencana pemanenan .......................................................
C. Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Metode Pemanenan .......................
D. Prinsip – prinsip apa saja yang mempengaruhi pemilihan metode pemanenan.

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ..............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebelum kegiatan pemanenan dapat dilaksanakan di hutan secara

aktual,harus disusun perencanaan pemanenan terlebih dahulu. Perencanaan

pemanenanpenting karena untuk dapat memanen kayu harus dikumpulkan

beberapainformasi mengenai hutan yang akan dipanen, besar kecilnya

perusahaan(kegiatan yang akan dilaksanakan), faktor-faktor yang

berpengaruh terhadapkelancaran pemanenan kayu, dan akhirnya dapat disusun

dan ditetapkan metodedan peralatan yang digunakan untuk dapat mencapai

target yang telahdirencanakan. Informasi yang harus dikumpulkan terutama

adalah dari areal hutanyang akan dipanen. Semakin banyak informasi yang dapat

dikumpulkan, makaakan semakin sempurna rencana yang akan dibuat. lnformasi

yang dikumpulkandari lapangan meliputi lokasi dan aksesibilitas serta

Persebaran pohon dan topografi.

Kegiatan pemanenan kayu meliputi penebangan, pengumpulan, pembagian

batang, pemuatan kayu ke alat pemuat transportasi mayor atau secara mudah dan

sederhana bahwa petak tebang adalah suatu areal yang dilayani oleh satu TPn

dimana di dalam ini dilakukan pemanenan kayu. Dengan demikian luas petak

tebang ditentukan oleh jangkauan terjauh (jalan sarad jauh) alat sarad menuju TPn

atau landing.

Kegiatan pemanenan dimaksudkan untuk memanfaatkan hutan produksi

dan dilaksanakan dengan memperhatikan aspek ekonomi, ekologi dan sosial


dengan tujuan untuk mengoptimalkan nilai hutan, menjaga pasokan untuk industri

stabil, dan meningkatkan peluang kerja, meningkatkan ekonomi local dan

regional.

Menurut Brown 1958 yang perlu dilakukan dalam perencanaan adalah

pembangunan jaringan angkutan, kebijakan financial, dan kemudian menetapkan

biaya financial. Namun menurut Wackerman 1966 agar tenaga kerja menjadi

perhatian jika wilayah jauh.

Staaf dan Wiksten 1984 menyebutkan bahwa perencanan pemanenan

adalah keputusaan untuk menetapkan seperangkat kegiatan yang akan dilakukan

pada masa datang, sedangkan Conway 1982 menuliskan perencanaan pemanenan

adlah tindakan yang perlu dilakukan di masa datang yang diatur berdasarkan

tahapan pemanenan yang paling efisien dengan teknologi yang telah ditentukan

dan dilaksanakan pada saat yang ditetapkan untuk mengeluarkan kayu dari hutan.

Dengan adanya rencana maka kegiatan dapat teratur dan hasil dapat

diukur, teratur artinya tahapan kegiatan harmonis dan saling mendukung,

sedangkan terukur merupakan tiap tahap dapat dinilai keberhasilannya.menurut

Conway 1982 dibuat rencana pemanenan karena akan dapat merekatkan semua

tahapan kegiatan pemanenan,atau mengintegrasikan semua kegiatan pemanenan

secara utuh.selain itu untuk mengidentifikasi kendala dan hambatan yang kelak

terjadi dengan tidak mengabaikan keterlibatan aspek social.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada makalah ini :

1. Sistem Pemanenan Kayu?


2. Bentuk – bentuk rencana pemanenan ?

3. Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Metode Pemanenan?

4. Prinsip – prinsip apa saja yang mempengaruhi pemilihan metode

pemanenan ?

C. Tujuan

Adapun tujuan dari makalah ini yaitu untuk mengetahui rencana- rencana

pemanenan, sistem pemanenan, pemilihan metode pemanenan yang termasuk

dalam kategori pohon siap tebang dan juga tahap – tahap pemanenan.
BAB III
PEMBAHASAN

A. Sistem Pemanenan Kayu


Pemanenan kayu secara umum pengertiannya adalah menebang pohon di
hutan untuk dimanfaatkan kayunya. Kegiatan ini lazim disebut “logging”. Menurut
para pakar, definisi pemanenan kayu adalah :
1. Conway, 1978 :
“Pemanenan kayu merupakan serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk
memindahkan kayu dari hutan ketempat pengolahan kayu”.
2. Suparto, 1982 :
“Pemanenan kayu merupakan serangkaian kegiatan kehutanan yang
mengubah pohon menjadi bentuk yang dapat dipindahkan ke lokasai lain sehingga
bermanfaat bagi kehidupan ekonomi dan kebudayaan masyarakat”.
3. Grammel, 1988 :
“Pemanenan kayu adalah pemanfaatan yang rasional dan penyiapan suatu
bahan baku dari alam menjadi sesuatu yang siap dipasarkan untuk bermacam-macam
kebutuhan manusia”.
Menurut Suparto (1999) menjelaskan bahwa sistem adalah komponen atau
bagian yang merupakan suatu kesatuan yang utuh dan memiliki tujuan. Komponen-
komponen dimaksud dapat bersifat fisik seperti bagian-bagian dari mesin, dapat pula
bersifat non fisik seperti aturan-aturan atau urutan langkah-langkah, dll.
Sedangkan menurut Elias (2002), sistem adalah sekelompok komponen yang
dirancang untuk mencapai tujuan tertentu. Komponen-komponen ini dapat berupa
mesin-mesin, energi yang dipakai, urutan langkah-langkah kegiatan, pengembangan
tegakan (silvikultur), bentuk hasil yang diinginkan dan tempat kegiatan berlangsung
dll. Dikaitkan dengan pemanenan kayu, maka dikenal sistem pemanenan kayu
sebagai berikut :
1. Berdasarkan energi yang dipakai :
(1) Sistem manual
(2) Sistem semi mekanis
(3) Sistem mekanis
2. Berdasarkan peralatan yang dipakai :
(1) Sistem traktor
(2) Sistem kabel
(3) Sistem aerial (balon dan helikopter)
(4) Sistem gravitasi
(5) Sistem penarikan dan pemikulan kayu oleh manusia
(6) Sistem penarikan dengan tenaga hewan, dll.
3. Berdasarkan bentuk dan ukuran sortimen kayu yang dihasilkan :
(1) Full tree system atau Whole tree system
(2) Tree length system
(3) Long wood system
(4) Short wood system
(5) Pulp wood system
(6) Chips wood system
(7) Cut to length system
4. Berdasarkan sistem silvikultur yang dipakai :
(1) Sistem Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI)
(2) Sistem Tebang Pilih Tanam Jalur (TPTJ)
(3) Sistem Tebang Habis dengan Permudaan Buatan (THPB)
(4) Sistem Tebang Habis dengan Permudaan Alam (THPA), dll.
5. Berdasarkan mobilitas peralatan pemanena kayu :
(1) Mobile system
(2) Semi-mobile system
(3) Stationary system
6. Sistem pemanenan kayu berdasarkan organisasi kerja
Secara umum sistem yang paling banyak digunakan di dunia adalah sistem
mekanis dengan subsistem traktor, kabel/skyline dan processor. Sedangkan di
Indonesia adalah sistem mekanis dengan subsistem traktor di hutan alam luar Jawa
dan sistem manual dengan subsistem penyaradan dengan sapi di hutan jati dan rimba
di pulau Jawa.
Perkembangan ilmu dan teknologi di bidang pemanenan kayu telah
mengarahkan perkembangan pemanenan kayu sebagai berikut :
1. Pengertian pemanenan kayu mengalami perluasan yakni tidak hanya
sekedar mempertimbangkan masalah teknis, tetapi juga mencakup pertimbangan
masalah finansial/ekonomis, kerusakan lingkungan dan sosial budaya. Selain itu
lebih menekankan pada perencanaan sebelum pemanenan, supervisi teknik dan
pencegahan kerusakan lebih lanjut setelah pemanenan.
2. Usaha memperpendek rantai tahapan pemanenan kayu
3. Menerapkan sistem pemanenan kayu sesuai dengan klasifikasi fungsional
lapangan di bidang kehutanan (pengembangan expert system)
4. Mengintegrasikan pengolahan kayu primer ke dalam tahapan pemanenan
kayu (chips wood system)
5. Penciptaan peralatan pemanenan kayu dengan perhatian ditekankan pada
keunggulan produktivitas tinggi, biaya, menekan kerusakan lingkungan dan
keselamatan kerja
6. Khususnya di negara berkembang seperti Indonesia, Brasil dan Malaysia
dll., sedang diusahakan implementasi reduced impact timber harvesting dan low
impact timber harvesting.
Dengan adanya perkembangan ini, maka tujuan pemanenan kayu seperti yang
dikemukakan di muka, juga mengalami pergeseran, yaitu selain untuk
memanfaatkan/memanen kayu, kegiatan pemanenan juga bertujuan untuk
memperbaiki kualitas tegakan tinggal/sisa, khususnya pada pemanenan/penjarangan
menghasilakan di hutan tanaman dan di hutan alam yang dikelola dengan sistem
tebang pilih.

B. Bentuk – Bentuk Rencana Pemanenan


Berdasarkan waktunya rencana terbagi atas :
1. Jangka panjang 15-20 tahun
2. Jangka menengah 5-10 tahun
3. Jangka pendek 1 tahun
Berdasarkan substansinya terbagi atas :
1. Rencana umum
2. Rencana pemanenan
3. Rencana operasional
Berdasarkan peruntukannya meliputi:
1. Rencana untuk tingkat pimpinn tertinggi manajemen
Berisi tentang :
• keadaan nilai tegakan
• Pemilihan alat dan perlngkapan pemanenan
• Seleksi tenaga kerja
• Biaya pemanenan
2. Rencana untuk tingkat manajeman menengah
Meliputi :
• pengokoordinasian pelaksanana pemanenan
• Tata waktu produksi
• Anggaran belanja dan penerimaan
3. Rencana untuk tingkat manajemen bawah
Meliputi : target dan tata waktu tiap tahap kegiatan pemanenan, jenis
perlengkapan yang diperlukan serta tenaga yang akan digunakan.
Isi rencana memuat tentang tujuan yang ingin dicapai, prinsip- prinsip
dalam pemanenan, selain itu juga perlu kebijakan kemudian dicantumkan program
pemanenan. Hal yang perlu dimuat dalam rumusan tujuan adalah barang dan jasa
apa yang diharapkan akan dihasilkan dan kondisi harus terjadi setelah pemanenan.
Yang diukur dengan aspek fisik, ekonomi, sosial dan lingkungan.
Beberapa rumusan tujuan perusahaan yakni mencapai tingkat penghasilan
dan keuntungan usaha yang optimal, mencapai pendapatan dan laba kegiatan
pengusahaan hutan, meningkatkan kelestarian dan produktivitas sumber daya
hutan, meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar hutan.
Menurut Drucker 1978 mengingatkan bahwa tujuan perusahaan jangan
mencari laba namun mencari pelanggan.
Lima prinsip dalam penyelenggaraan pemanenan menurut Abidin 1995,
yakni :
1. Kepastian ditaatinya jatah tebang lestari
2. Kepastian pulihnya hutan secara alam
3. Kepastian tercapainya keanekaragaman hayati
4. Kepastian terpeliharanya kualitas air, tanah dan udara
5. Kepastian terpeliharanya perikehidupan dan budaya masyarakat
sekitar
Kebijakan dalam penyelenggaraan pemanenan adalah dengan
mempertimbangkan harapan dan kebutuhan para pemangku kepentingan serta
dengan memperhatikan tolak ukur keberhasilan yang perlu di tetapkan.
Pihak –pihak yang berkepentingan dalam pemanenan antara lain : pemilik
atau pengelola industry hasil hutan,aparat pemerintah, pengamat dan pemerhati
lingkungan, LSM, kelompok lainnya yang berkepentingan.
Ukuran keberhasilan dlam pemanenan diukur dengan factor eksploitasi
(fe). Makin besar nilai fem aka semakin kecil limbah yang dihasilkan. Aktifitas
kegiatan yang biasanya menghasilkan limbah menurut Abidin 1994 yakni
penebangan dan pembagian batang, penyaradan dan pengangkutan.cara mengukur
efektivitas kegiatan penebangan yakni :
Indeks tebang (It) =vol. batang siap sarad/vol. pohon berdiri asal
Indeks sarad (Is) = vol. batang siap angkut/ vol. pohon sarad
Indeks angkut =vol. batang sampai TPK/ vol. pohon di TPn atau siap
angkut.
Perencanaan target produksi
Yang perlu ditetapkan adalah luas dan lokasi areal, selanjutnya dilakukan
pengukuran potensi hutan.
Selain itu perlu adanya penetapan areal kerja karena tidak semua kawasan
dapat dipanen, dasar pemanenan kawasan lindung tercantum dalam UU no.24
tahun 1992 tentang penataan ruang.
Kawasan panen dikelompokkan menjadi blok tebang lima tahunan (RKL)
dan blok tebang tahunan (RKT)
Namun, ketentuan yang sekarang berlaku areal kerja dikelompokkan
menjadi enam sampai tujah blok RKL, dan tiap RKL terdiri dari lima RKT, tiap
RKT dibagi kembali menjadi berdasarkan petak homogin yang terdiri dari areal
seluas 50-150 ha,(rata-rata 100 ha), tiap 100 ha tersebut dapat dibagi beberapa
setting tebang, tiap setting tebang terdiri dari areal seluas 15-25 ha dengan satu
TPn, atau satu macam teknik penyaradan. Lama waktu panen untuk menyelesaikan
100 ha diperkirakan satu bulan. Dalam setahun luas panen mencapai 1000-1200
ha, dengan rata-rata volume 60-80000 m3.
Data yang diperlukan dalam pemanenan adalah data potensi dan kondisi
kawasan hutan, serta data kondisi masyarakat sekitar. Data potensi hutan
digunakan untuk menentukan apa yang mungkin dapat dimanfaatkan dari suatu
kawasan hutan secara berkesinambungan.untuk data kondisi kawasan hutan dapat
digunakan untuk menentukan tekik yang akan digunakan dan upaya perlindungan
yang yang perlu dikembangkan. Sedangkan data kondisi masyarakat sekitar hutan
dugunakan untuk menyusun rencana partisipasi dan dukungan masyarakat atas
kegiatan pemannan hutan berlangsung.
Hutan akan bernilai tinggi bila mempunyai jumlah produksi yang
dihasilkan oleh hutan itu tingi dan mutu hasil kayu juga tinggiserta tegakan sisa
yang ditinggalkan bernilai tinggi pula. Sedangkan kelestarian hutan terjadi bila
kayu yang dihasilkan setiap periode sama dengan kemampuan hutan tersebut untuk
pulih kembali atau dengan kata lain jumlah panen sebanding dengan banyak
riapnya.

B. Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Metode Pemanenan

Faktor ini sifatnya bisa berasal dari dalam maupun dari luar. Faktor luar

misalnya yang perlu dipertimbangkan yaitu :

1. Faktor Teknis Yang Mempengaruhi Pemanenan

Pemanenan kayu dilakukan berdasarkan tebang pilih dan tebang butuh.

Selain kebutuhan mendesak, musim penghujan menjadi faktor lain. Pemanenan pada
musim penghujan dapat diperoleh volume kayu yang optimal dalam umur yang sama

dibanding pada musim kemarau. Selain itu, kayu yang ditebang pada musim

penghujan mempunyai kualitas lebih baik karena tidak mudah terserang hama bubuk.

2. Faktor Sosial Yang Mempengaruhi Pemanenan

Faktor sosial yang mempengaruhi pemanenan Keterlibatan petani dalam

KPS, langsung atau tidak langsung mempunyai peran terhadap tindakan yang akan

dilakukan. Petani yang terlibat secara mantap lebih banyak mempertimbangkan kapan

pemanenan dilakukan. Rutinitas pertemuan dalam KPS menambah pemahaman

petani, namun masih dijumpai petani yang kurang faham. Sifat individu

mengakibatkan pemahaman terhadap ruang lingkup materi pemanenan menjadi

berbeda.

3. Faktor Ekonomi Yang Mempengaruhi Pemanenan

Sedangkan, Faktor dalam misalnya yang harus dipertimbangkan adalah :

(1). Ukuran hasil. Yang harus diperhatikan adalah pengaruh ukuran hasil terhadap

metode dan slat transpornya. Bila kecil-kecil maka dapat digunakan truk ukuran

kecil.Akan tetapi bila kayunya bedrukuran besar dan panjang maka

pengangkutannya harus dengan logging truck andtrailer.

(2). Lama beroperasi. Waktu bisa dalam waktu harian dan dapat pula waktu

bulanan atau tahunan.Bila perusahaan hanya beroperasi dalam waktu beberapa

tahun saja, maka disarankan untuk membangun sarana yang tidak permanen,

karena bangunan permanen memerlukan investasi tinggi.Bangunan permanen

lebih cocok untuk perusahaan yang jangka operasinya sepanjang masa. Juga

peralatan angkutan, misalnya untuk jangka panjang (jauh) dibenarkan


menggunaka kereta api, tetapi untuk jangka pendek lebih tepat menggunakan

truksaja.

(3). Volume yang akan dipanen persatuan lugs (dalam satuan ha). Bila yolume

kayunya tinggi dalam setiap ha, maka dapat digunakan rel untuk

pengangkutannya: dan sebaliknya untuk yang rendah volumenya sebaiknya

digunakan truksaja.

(4). Tenaga kerja. Lokasi pemanenan hutan biasanya terletak ditempat yang jauh,

dengan demikian maka para buruh harus dibuatkan perumahan.Buruh yang

diperlukan untuk pemanenan kecuali berbadan sehat, tegap juga harus mempunyai

ketrampilan menggunakan mesin, walaupun secara sederhana.Perumahan untuk

buruh, bisa bermacam-macam tipe bangunannya, misalnya satuan individu, panel

portabel, portable unit, trailer berban pompa, camp terapung dansebagainya.

(5). Produksi persatuan waktu. Bila setiap harinya dibutuhkan bahan baku yang

sangat tinggi (banyak), maka diperhitungkan produksinya perhari satuannya.

Pengangkutannya dengan demikian disarankan dengan lokomotif. Tetapi bila

bahan baku yang diperlukan tidak terlalun tinggi, maka produksinya dapat

diperhitungkan dengan satuan tahunan. Pengangkutannya dapat dengantruk.

(6). Fasilitas yang telah ada. Ada perusahaan yang mulainya tidak dad awe al.

misalnya melanjutkan dari perusahaan lain. Dalam hal ini maka metode dan

peralatan yang akan digunakan harus memperhitungkan fasilitas yang telah ada.

Apakah beaya operasinya sudah besar sekali, apa belum. Dibandingkan dengan

bila membeli alat baru, yang harus mengeluarkan investasi dan harus menghitung

beaya penyusutannya. Semua ini dihitung berdasarkan produktivitasnya dan


beaya pengoperasiannya, Bila alat lama memang sudah tidak efisien lagi,

sebaiknya beli alat baru.

(7). Peraturan yang ada. Misalnya pengangkutannya akan direncanakan lewat

sungai karena ada sungai yang mencukupi untuk keperluan itu. Akan tetapi oleh

pemerintah daerah sungai itu tidak boleh dipakai untuk pengangkutan kayu,

karena mungkin untuk diambil airnya untuk air minum atau untuk pembangkit

tenaga listrik.Maka hal ini harusdiperhatikan.

(8). Kebijaksanaan pemilik hutan. Hutan Indinesia semuanya milik negara, hanya

pengusahaannya dapat dilimpahkan kepada para pemegang HPH.Dengan

demikian halhal yang menyangkut kebijaksanaan tentang hutan berada

sepenuhnya dibawah pemerintah. Hutan dimanfaatkan tidak hanya kayunya, tetapi

juga untuk pariwisata, pengatur tanah air, penggembalaan, perlindungan flora dan

fauna dan masih banyak lagi manfaat yang lain. Maka dalam memanennya

manfaat yang banyk itu harus juga mendapatkan perhatian, jangan hanya terfokus

pada kayusaja.

(9). Pemuliaan tegakan. Diharapkan pada tebang pilih, hasil tebangan pada siklus

berikutnya akan lebih tinggi atau paling tidak sama, tidak menurun hasilnya.

B. Prinsip Pemilihan Metode

Pemilihan metode pemanenan yaitu :

1. Pemanenan kayu dapat dilaksanakan dalam berbagai bentuk.


2. Hasil pemanenan dilihat dari bagian/bentuk kayu  kayu utuh (whole tree/full

tree system), kayu panjang (tree length/long wood), dan kayu pendek (short

wood).

3. Hasil pemanenan dilihat dari cara/teknin pelaksanaan pemanenan  secara

manual, semi mekanis, dan mekanis serta otomatis.

4. Pemilihan sistem pemanenan yang diterapkan tergantung berbagai faktor

5. Metode pemanenan harus dikembangkan sesuai dengan kondisi dan situasi

setempat

6. Metode pemanenan dapat dikembangkan sesuai dengan karakteristik setempat

(local specifik) dengan berpijak pada tujuan dan memperhatikan komponen

operasional yang ramah lingkungan  pemanenan yang terbaik

Lima prinsip dalam penyelenggaraan pemanenan menurut Abidin 1994,Yaitu :

1. Kepastian ditaatinya jatah tebang lestari

2. Kepastian pulihnya hutan secara alami

3. Kepastian tercapainya keanekaragaman hayati

4. Kepastian terpeliharanya kualitas air, tanah dan udara

5. Kepastian terpeliharanya perikehidupan dan budaya masyarakat sekitar


BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kegiatan pemanenan hutan mulai dari perencanaan pemanenan termasuk


pemetaan pohon, penentuan TPn, penentuan jarak sarad dan arah rebah
perencanaan pembukaan wilayah hutan, simulasi penebangan minimal dampak,
analisis mengenai dampak terhadap lingkungan pasca penebangan dan penyaradan
menjadi sangat penting untuk diketahui. Pengetahuan ini tidak cukup hanya sekedar
teoritis, akan tetapi pengetahuan secara praktis juga harus dilakukan

Sebelum melakukan penebangan sebaiknya harus diperhatikan terlebih

dahulu wilayah tebangan dan kondisi tegakannya sehingga dalam melakukan

penebangan tegakan yang didapat maksimal tanpa ada kerusakan terhadap tegakan

maupun ekologi lahan penebangan.


DAFTAR PUSTAKA

Abidin R. 1994.Pengendalian Manajemen Pengusahaan Hutan Badan Pengaturan


Manajer Logging.Proyek Kerjasama Fakultas Kehutanan IPB dengan Departemen
Kehutanan.
Conway S. 1982. Timber Cutting Practices. Principle of Timber Harvesting Revised. New

York (US): Miller Freeman Publication, Inc.

Hidayat, J., 2002. Informasi Singkat Benih Paraserianthes Falcataria

(L) Nielsen. No 23, Juni 2002. Direktorat Perbenihan Tanaman Hutan : Jakarta.

Mujetahid A. 2010. Analisis biaya penebangan pada Hutan Jati Rakyat di Kabupatn

Bone.Perennial. 6(2) : 108-115

Nugroho B. 1995. Perencanaan Pemanenan Kayu. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan IPB

Soerianegara, I. dan Lemmens, R.H.M.J. 1993 Plant resources of SouthEast Asia 5(1):

Timber trees: major commercial timbers. Pudoc Scientific Publishers,

Wageningen, Belanda.

Suhartana S. 2006. Effisiensi penggunaan chainsaw pada kegiatan penebangan: Studi

kasusdi PT. Surya Hutani Jaya, Kalimantan Timur. Jurnal Penelitian Hasil

Hutan. 24(1):

Yuniawati. 2007. Penggunaan jumlah chainsaw yang tepat dan efisien pada penebangan:

Studi kasus di satu perusahaan hutan di Kalimantan Timur. Jurnal Rimba

Kalimantan. 12(1):62-66

You might also like