You are on page 1of 17

MAKALAH MATA KULIAH PEMANENAN

“SISTEM PERENCANAAN PEMANENAN HASIL HUTAN KAYU”

Oleh:

NURANISA
M1A1 16 096

KEHUTANAN C

PROGRAM STUDI KEHUTANAN


JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS KEHUTANAN DAN ILMU LINGKUNGAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2018
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatulahi wabarakatu

Dengan menyebut nama allah SWT yanga Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, saya
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
karuniahnya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah perencanaan pemanenan
hasil hutan.

Makalah perencanaan pemanenan hasil hutan ini telah saya susun dengan maksimal dan
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah in.
untuk itu saya menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka saya
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata saya ucapkan terimah kasih semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun inspirasi terhadap pembaca.
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang…………………………………………………………………….. 1

1.2. Rumusan Masalah…………………………………………………………………. 2

1.3. Tujuan……………………………………………………………………………… 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Pengertian dan Tujuan Perencanaan Pemanenan Hasil Hutan Kayu………… 3

2.2. Isi dan Tahapan Perencanaan Pemanenan Hasil Hutan Kayu…………………. 4

2.3. Pengenalan Kayu Sengon…………………………………………………………..8

2.4. Jenis Produk Komoditi Kayu Sengon…………………………………………….11

2.5. Pemanenan, Penanganan dan Penilaian Tanaman Kayu Sengon………………11

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan…………………………………………………………………………12

3.2. Saran………………………………………………………………………………..13

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara dengan luasan hutan yang tertinggi, yakniseluas

133,7 juta hektar (Ha) (Departemen Kehutanan, 2008). Luasan ini merupakan urutankedua

setelah Brazil, utnuk kawasan hutan tropis. Hutan di Indonesia juga terkenal dengantingkat

keanekaragaman hayatinya yang tinggi. Dari total luasan 133,7 juta Ha ini,berdasarkan fungsinya

hutan dibagi-bagi lagi menjadi 6 status kawasan yakni fungsi suakaalam dan pelestarian hutan

(14,89 %), hutan lindung (23,64 %), hutan produksi terbatas(16,83%), hutan produksi (27,41%),

hutan produksi konversi (17,05%) dan taman buru(0,17%).

Dari pembagian hutan berdasarkan fungsinya ini, maka kegiatan pemanenan dapat

dilakukan di kawasan hutan produksi dan hutan produksi terbatas. Pemanfaatan lain yangdapat

dilakukan di hutan produksi selain di panen kayunya adalah fungsi penyanggaekosistem

kehidupan, fungsi jasa lingkungan, dan hasil hutan non kayu lainnya.

Pemanfaatan hutan secara garis besar terdiri dari perencanaan, pembukaan wilayah, serta

pemanenan. Dalam pengelolaan pemanfaatan hutan baik hasil hutan kayu dan nonkayu harus

memiliki sebuah perencanaan mulai dari penanaman dan pemanenan, agar hasil hutan dapat di

manfaatkan secara berkelanjutan. Dahulu kala pemanenan hasil hutan hanya dilakukan secara

brutal dan tidak memikirkan keberlanjutannya atau sifat lesatarinya, namun seiring dengan

kesadaran yang ada pemanenan hasil hasil hutan kayu kini memikirkan sifat kelestariannya.

Salah satu pemanfaatan hasil hutan kayu yaitu pemanfaatan kayu sengon, dalam

pemanenan kayu sengon memiliki beberapa perencanaan. Berdasarkan uraian maka perlu kita

membahas lebih jauh lagi tentang perencanan pemanenan hasil hutan kayu utamanya

perencanaan pada kayu sengon.


1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana perencanaan pemanenan hasil hutan kayu itu ?

2. Bagaimana perencanaan dalam pemanenan hasil hutan kayu pada kayu Sengon ?

3. Apa saja kendala dalam perencanaan pemanenan kayu sengon?

1.3. Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui bagaimana apa itu perencanaan pemanenan hasil hutan kayu.

2. Untuk mengetahui perencanaan pemanenan kayu Sengon.

3. Untuk mengetahui kendala dalam pemanenan kayu Sengon.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian dan Tujuan Perencanaan Pemanenan Hasil Hutan Kayu

Perencanaan pemanenan kayu diartikan sebagai perancangan keterlibatan hutan beserta

isinya, manusia/organisasi, peralatan dan dana untuk memproduksi kayu secara lestari bagi

masyarakat yang membutuhkannya dan mendapatkan nilai tamabah baik bagi perusahaan

maupun bagi masyarakat lokal (sekitar hutan), regional dan nasional, pada suatu kurun waktu

tertentu.

Tujuan perencanaan pemanenan kayu adalah memberikan arahan seberapa banyak kayu

dapat dipanen secara lestari, memberikan arahan tentang metode/sistem pemanenan kayu yang

tepat, memilih peralatan yang cocok untuk digunakan, memberikan arahan pelaksanaan

pemanenan yang menjamin keselamatan pekerja dan lingkungan, memberikan gambaran tentang

volume pekerjaan yang akan dilaksanakan pada tahun rencana, serta gambaran keterlibatan

peralatan, tenaga kerja dan dana yang dipelukan, memberikan arahan penjadwalan kegiatan dan

memberikan gambaran tentang perkiraan keuntungan yang mungkin dicapai.

Pemanenan hutan merupakan suatu kegiatan memproduksi kayu bulat (log). Sebagai kegiatan

produksi, fungsi perencanaan pemanenan kayu memegang peranan yang sangat penting dalam rangka

mencapai tujuan usaha terkait dengan bidang kehutanan saat ini, tujuan usaha tersebut tidak hanya

memaksimalkan keuntungan secara finansial, melainkan juga harus melestarikan hasil dan

lingkungannya. Pemanenan yang berwawasan lingkungan dapat mengurangi kerusakan lingkungan.

Dalam melakukan pemanenan hutan manajer perusahaan perlu menjamin kelestarian hutan, manager

harus menentukan sistem silvikultur yang tepat untuk setiap areal berdasarkan pertimbangan ekonomis dan

ekologis yang seimbang. Pertimbangan pokok sistem tersebut utuk aspek ekologi adalah perubahan

ekosistem alami yang serendah mungkin. Dari aspek ekonomi diharapkan hasil hutan yang
sebesar-besarnya dengan masukan yang memadai. Dengan memperhatikan pertimbangan pokok

kedua aspek tersebut diatas, maka sampai saat ini sistem Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI)

dipandang sebagai suatu sistem silvikultur yang sesuai untuk diterapkan dalam pengusahaan

hutan alam produksi tropika basah.

2.2. Isi dan Tahapan Perencanaan Pemanenan Hasil Hutan Kayu

Perencanaan pemanenan adalah kegiatan yang umum dilakukan sebelum melakukan pemanfaatan hutan.

Dalam melakukan perencanaan pemanenan dibutuhkan data-data dan informasi yang mendukung sehingga

perencanaan yang dibuat akurat. Data yang diperlukan tersebut ialah peta sebaran pohon, potensi perkubik,

penentuan arah rebah pohon, pembuatan jalur sarad, dan alokasi dana dari kegiatan penebangan tersebut. Peta

sebaran pohon didapatkan dari hasil pengukuran langsung di lapangan, vegetasi khususnya pohon ditentukan

posisinya dan setelah itu di proyeksikan pada kertas peta. Peta ini adalah petunjuk di lapangan bagi operator

penebangan maka pengambilan data untuk membuat peta pohon harus akurat agar tidak terjadi kesalahan

penebangan oleh operator.

Secara garis besar kegiatan penyusunan rencana kegiatan pemanenan kayu terdiri dari 3

tahapan, yaitu :

1. Pengumpulan dan pengolahan data

Tahapan pertama dalam penyusunan rencana kegiatan pemanenan kayu adalah

mengumpulkan data-data yang relevan. Data tersebut meliputi :

a. Potensi tegakan Potensi tegakan menggambarkan : jumlah, volume dan jenis-jenis yang

potensial ditebang dan yang mungkin ditinggalkan sebagai akibat diterapkan suatu sistem

silvikultur tertentu misalnya sistem TPTI. Data potensi diperoleh dari kegiatan

inventarisasi hutan. Data-data tersebut diperlukan untuk (a) membuat rencana produksi

kayu yang lestari, (b) menentukan kebutuhan peralatan, tenaga kerja dan biaya, (c)

menentukan perkiraanpendapatan dsb.


b. Peta-peta

1. Peta topografi

 Memuat informasi tentang kontur yaitu garis-garis yang menghubungkan titik

dengan ketinggian yang sama.

 Untuk mementukan trase jalan angkutan dan jalan sarad yang memenuhi syarat

keamananan dan kemampuan alat angkut yang melaluinya, serta menentukan

sistem penyaradan kayu yang paling cocok diterapkan pada areal tertentu

2. Peta vegetasi

 Memuat informasi tentang gambaran batas-batas type hutan, komposisi jenis,

penyebaran jenis pohon dan ukuran dimensinya serta kelas-kelas kerapatan dan

potensi kayunya

 Untuk merencanakan arah rebah pohon yang akan ditebang, trase jalan

sarad/angkutan. Serta untuk menentukan urutan prioritas pengerjaan petak tebang.

3. Peta Geologi dan Tanah

 Untuk mendapatkan informasi tentang daerah-derah yang menguntungkan dilalui

jalan angkutan (stabilitas tanahnya tinggi, tidak tergenang air, mempunyai

drainase yang baik, mudah mendapatkan bahan pengerasan jalan, dsb) dan daerah-

daerah yang perlu dihindari (daerah yang rawan longsor, daerah-daerah genangan

yang sifatnya musiman).

 Peta tanah bersama-sama dengan peta kelas lereng dan peta iklim dapat dijadikan

acuan untuk menentukan fungsi hutan.

4. Peta iklim

 Peta yang berhubungan dengan jumlah dan intensitas hujan dan hari hujan.
 Untuk membuat perkiraan jumlah hari kerja efektif yang dapat dimanfaatkan

untuk pelaksanaan pekerjaan sehingga target volume pekerjaan yang direncanakan

dapat terealisasi dengan baik.

5. Peta hidrologi

 Mencakup jaringan sungai baik yang dapat dilayari maupun anak-anak sungai,

sumbersumber mata air, daerah-daerah “torent” (rawan banjir), dsb.

 Untuk ; (a) melihat kemungkinan femanfaatan sungai sebagai sarana angkutan

kayu, (b) melihat kemungkinan pembuatan jembatan dan gorong-gorong jika

jalan harus melalui sungai dan anak sungai, (c) mengetahui penyebaran mata

air dan sungai-sungai yang menurut peraturan perlu dilindungi, dan (d)

pemanfataannya bagi keperluan pekerja hutan camp/kemah perlu dibuat di

lapangan.

6. Peta kadaster

 Memuat informasi pemilikan lahan.

 Untuk menghindari tumpang tindih kepemilikan, sehingga areal yang dipanen

maupun sarana yang dibutuhkan benar-benar berada dalam kawasan sendiri.

c. Risalah/catatan survai

Data-data yang perlu dicatat meliputi kondisi topografi, aliran-aliran sungai,

lokasilokasi yang spesifik seperti habitat flora dan fauna langka, mata air, danau, rawa

atau daerah genangan, daerah-daerah rawan longsor, dsb.

Untuk menentukan areal-areal yang harus dilindungi dan untuk peletakan Tpn,

trase jalan sarad dan jalan angkutan.

d. Catatan biaya dan produkdivitas alat dan tenaga kerja


Untuk membuat rancangan kebutuhan alat, tenaga kerja dan biaya pelaksanaan

pemanenan kayu.

e. Peraturan-peraturan pemerintah dan kebijakan perusahaan

Agar perencanaan kagiatan dan pelaksanaannya tidak bertentangan dengan

peraturan yang berlaku dan sejalan dengan kebijakan perusahaan.

Hal-hal yang perlu diketahui mencakup :

 Sistem silvikultur yang diperkenankan diterapkan pada areal yang direncanakan. Mis.

Pada sistem tebang pilih, perlu diketahui berapa banyak pohon yang dapat ditebang,

berapa banyak pohon inti dan pohon induk yang perlu ditinggalkan, berapa banyak

anakan, pancang dan tiang yang harus dipertahankan. Pada sistem tebang habis, selain

volume yang diperkenankan diproduksi, sistem pemanenan yang cocok diterapkan perlu

pula diketahui, apakah dengan strip, progressive strip cutting atau dengan metode

lainnya.

 Peraturan yang mengatur tentang metode pemanenan yang diperkenankan, kebijakan

perusahaan tentang alat-alat apa dan merk apa yang diperkenankan digunakan serta

kebijakan tentang jarak sarad terjauh.

 Peraturan tentang penggunaan jalan umum, seperti kapasitas muatan dan kecepatan

maksimum yang diperkenankan.

 Peraturan tentang standar jalan yang diperkenankan bagi bangunan jalan hutan.

2. Perancangan alternatif dan penetapan alternatif

Setelah data-data yang diperlukan terkumpul, dibuat alternatif-alternatif rencana

pemanenan. Didalam perancangan alternatif, beberapa yang perlu diperhatikan, antara lain:
a. Kemampuan hutan dalam menghasilkan kayu

 Kelestarian hasil akan didapat jika pemanean kayu tidak melebihi riapnya.

b. Persyaratan fisik pada masing-masing metode pemanenan

 Apakah sistem penyaradan dengan sistem kabel, sistm traktor atau sistem manual cocok

pada areal tersebut.

c. Pola jalan dan spasinya

 Pola jalan dan spasi jalan yang memberikan kombinasi biaya penyaradan, pengangkutan,

pembuatan jalan dan pemeliharaannya per satuan volume produksi yang terendah

merupakan pilihan yang ideal.

d. Peraturan-peraturan kehutanan

 Peraturan tentang perlindungan hutan, konservasi tanah dan air, perlindungna terhadap

tegakan tinggal dan areal perlindungan.

e. Kemananan kerja

 Misalnya standar jalan (kelerengan, belokan, lebar, spasi jalan) yang akan dibangun perlu

mengikuti kaidah-kaidah keamanan transportasi

f. Perlindungan terhadap lingkungan

g. Estetika

3. Formulasi rencana

Setelah alternatif terpilih didapatkan, selanjutnya alternatif tersebut perlu diformulasikan

kedalam buku rencana. Prosedur pemformulasian rencana pemanenan kayu secara garis besar

adalah sebagai berikut :

a. Pendelinesian batas arel yang cocok untuk suatu metode


Kegiatan ini dimaksudkan untuk memilah-milah areal hutan yang aman untuk dipanen ke

dalam satuan-satuan yang lebih kecil yang dicirikan dengan metode pemanenan kayu atau sistem

silvikultur yang dianut. Pada suatu areal akan terdapat variasi pembagian satuan areal sebagai

berikut :

 Sistem mekanis dengan traktor, sistem silvikultur tebang pilih

 Sistem mekanis dengan kabel, sistem silvikultur tebang pilih

 Sistem mekanis dengan traktor, sistem silvikultur tebang habis

 Sistem mekanis dengan kabel, sistem silvikultur tebang habis

 Sistem manual, sistem silvikultur tebang pilih

 Sistem manual, sistem silvikultur tebang habis, dll.

b. Penentuan urutan prioritas areal yang akan dikerjakan

Penentuan prioritas areal yang akan dikerjakan dapat berupa :

 Ditentukan berdasarkan kondisi tegakannya , misalnya areal hutan yang rusak atau yang

tidak produktif terlebih dahulu, selanjutnya areal bertegakan yang lebih baik.

 Ditentukan berdasarkan aksessibilitasnya, misalnya areal yang dekat dengan jalan

terlebih dahulu atau sebaliknya yang terjauh yang didahulukan.

c. Proyeksi jalan angkutan

 Proyeksi jalan angkutan meliputi proyeksi pola jalan yang terbaik sesuai kondisi

topografinya dan proyeksi spasi jalan cabang serta letak TPn-nya.

d. Penentuan petak tebang dan urutan-urutan pekerjaannya

 Setelah didapatkan pilihan pola jalan yang terbaik, spasi jalan dan jarak antar TPn yang

optimum, selanjutnya dibuat rancangan petak tebang. Petak tebang tersebut merupakan

petak ateal yang dapat dilayani oleh satu TPn.


 Petak tebang dapat dibatasi atau dilalui jalan cabang dan perlu diingat bahwa TPn harus

dilalui jalan angkutan. Untuk efisiensi pelaksanaannya, masing-masing petak tebang

diberi kode yang menunjukkan urutan pengerjaan pemanenan kayunya.

2.3. Pengenalan Kayu Sengon

1. Klasifikasi Komoditi Kayu Sengon

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Dicotyledonae

Famili : Mimosaceae

Genus : Falcataria

Spasies : Falcataria moluccana

2. Ciri Umum Komoditi Kayu Sengon

 Buah : Berbentuk polong, pipih, tipis, dan panjangnya 6 – 12 cm. Setiap potong berisi 15

– 30 biji.

 Biji : Terlepas dari polongnya bila masak. Bentuk biji mirip perisai kecil, jika sudah tua

berwarna coklat kehitam-hitaman, agak keras dan berlilin. Dalam 1 kg benih terdapat

33.000 butir. Biji untuk benih dianjurkan diambil dari pohon induk yang berumur

minimal 8 tahun.

 Pembungaan : Tersusun dalam bentuk malai, ukuran bunga kecil sekitar 0,5 – 1 cm,

berwarna putih kekuning-kuningan dan sedikit berbulu. Setiap kuantum bunga yang

mekar berisi bunga jantan dan betina. Penyerbukan dibantu angin dan serangga.
 Akar : Berkembang melebar dengan susunan akar agak dangkal dan dapat membantu

menyuburkan tanah, akar tunggang cukup luas menembus ke dalam tanah. Akar

rambutnya tidak terlalu besar, tidak rimbun dan tidak menonjol ke permukaan tanah.

 Batang : Berbentuk lurus,kulit berwarna kelabu keputih-putihan, licin, tidak mengelupas

dan memiliki batang bebas cabang mencapai 20 m. Tajuk berbentuk perisai, tidak rimbun

daunnya.

 Daun : Tersusun majemuk menyirip ganda sedangkan anak daunnya kecil-kecil dan

mudah rontok, daun yang rontok tersebut justru cepat meningkatkan kesuburan tanah

Bagian terpenting yang mempunyai nilai ekonomi pada tanaman sengon adalah kayunya,

berat jenis kayu rata-rata 0,33 dan termasuk kelas awet IV – V. Manfaat kayu sengon pada umur

tebang 6 – 7 tahun adalah untuk tiang bangunan rumah, plywood, partide board, papan wol kayu,

mainan anak-anak, papan peti kemas, peti kas, perabotan rumah tangga, pagar, tangkai dan kotak

korek api, pulpen, kertas, dll.

2.4. Jenis Produk Komoditi Kayu Sengon

1. Log

Batang kayu yang dijual dalam bentuk asli atau bundar. Pengukuran diameter

berdasarkan Ketentuan Standart Nasional Indonesia (SNI) kayu bundar rimba produksi pulau

Jawa.

2. RST

Raw Sawn Timber atau yang sering disebut RST adalah batang kayu yang dijual dalam

bentuk kayu olahan setangah jadi. Dibuat untuk memberikan nilai tambah pada pengelolaan kayu

sengon.

2.5. Pemanenan, Penanganan dan Penilaian Tanaman Kayu Sengon

1. Pemanenan Komoditi Kayu Sengon


a. pengertian panen / tebang yaitu : memotong pohon tegakan dan memotong batang menjadi

bagian- bagian (log) sesuai permintaan dengan tehnik khusus, sehingga diperoleh produksi

kayu dalam jumlah optimal. Dilaksanakan pada penjarangan I, penjarangan II dan tebang

habis.

b. Tempat penampungan kayu (TPK):

 menentukan lokasi:

1. areal datar

2. ada akses jalan

3. aman dan mudah diawasi

 menentukan tempat kavling:

1. Pangkavlingan sesuai kelas/ukuran kayu dan waktu tebang sesuai dengan FIFO (First

In first Out)

2. Masing-masing kavling ketinggian maksimal 3m, setiap kavling diberi nomor

kavling, mutu, klas log, jumlah log, volume log, dan diadministrasikan ke kartu

gudang (AU 54K).


BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

1. Kegiatan pemanenan hutan mulai dari perencanaan pemanenan termasuk pemetaan pohon,

penentuan TPn, penentuan jarak sarad dan arah rebah perencanaan pembukaan wilayah

hutan, simulasi penebangan minimal dampak, analisis mengenai dampak terhadap

lingkungan pasca penebangan dan penyaradan menjadi sangat penting untuk diketahui.

Pengetahuan ini tidak cukup hanya sekedar teoritis, akan tetapi pengetahuan secara praktis

juga harus dilakukan.

2. Sengon yang mempunyai nama latin Falcataria moluccana merupakan salah satu jenis yang

dikembangkan dalam pembangunan Hutan Tanaman Industri maupun Hutan Rakyat di Indonesia. Di

Indonesia sengon memiliki beberapa nama lokal antara lain: jeungjing (Sunda), sengon laut ( Jawa),

sika (Maluku), tedehu pute (Sulawesi), bae, wahogon (Irian Jaya) (Soerianegara dan Lemmens,

1993; Hidayat, 2002). Jenis ini merupakan jenis tanaman cepat tumbuh yang paling banyak

dibudidayakan dengan pola agroforestry oleh masyarakat Indonesia, khususnya di Jawa. Jenis ini

dipilih karena memiliki beberapa kelebihan, antara lain: masa masak tebang relatif pendek (5-7

tahun), pengelolaan relatif mudah, persyaratan tempat tumbuh tidak rumit, kayunya serbaguna,

membantu menyuburkan tanah dan memperbaiki kualitas lahan dan dapat memberikan kegunaan

serta keuntungan yang tinggi, misalnya untuk produksi kayu pertukangan, bahan bangunan ringan di

bawah atap, bahan baku pulp dan kertas, peti kemas, papan partikel dan daunnya sebagai pakan

ternak (Soerianegara dan Lemmens 1993).


DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, J., 2002. Informasi Singkat Benih Paraserianthes Falcataria


(L) Nielsen. No 23, Juni 2002. Direktorat Perbenihan Tanaman Hutan : Jakarta.

Soerianegara, I. dan Lemmens, R.H.M.J. 1993 Plant resources of SouthEast Asia 5(1): Timber
trees: major commercial timbers. Pudoc Scientific Publishers, Wageningen,
Belanda.

You might also like