Professional Documents
Culture Documents
Oleh:
NURANISA
M1A1 16 096
KEHUTANAN C
Dengan menyebut nama allah SWT yanga Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, saya
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
karuniahnya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah perencanaan pemanenan
hasil hutan.
Makalah perencanaan pemanenan hasil hutan ini telah saya susun dengan maksimal dan
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah in.
untuk itu saya menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka saya
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata saya ucapkan terimah kasih semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun inspirasi terhadap pembaca.
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.3. Tujuan……………………………………………………………………………… 2
BAB II PEMBAHASAN
3.1. Kesimpulan…………………………………………………………………………12
3.2. Saran………………………………………………………………………………..13
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu negara dengan luasan hutan yang tertinggi, yakniseluas
133,7 juta hektar (Ha) (Departemen Kehutanan, 2008). Luasan ini merupakan urutankedua
setelah Brazil, utnuk kawasan hutan tropis. Hutan di Indonesia juga terkenal dengantingkat
keanekaragaman hayatinya yang tinggi. Dari total luasan 133,7 juta Ha ini,berdasarkan fungsinya
hutan dibagi-bagi lagi menjadi 6 status kawasan yakni fungsi suakaalam dan pelestarian hutan
(14,89 %), hutan lindung (23,64 %), hutan produksi terbatas(16,83%), hutan produksi (27,41%),
Dari pembagian hutan berdasarkan fungsinya ini, maka kegiatan pemanenan dapat
dilakukan di kawasan hutan produksi dan hutan produksi terbatas. Pemanfaatan lain yangdapat
kehidupan, fungsi jasa lingkungan, dan hasil hutan non kayu lainnya.
Pemanfaatan hutan secara garis besar terdiri dari perencanaan, pembukaan wilayah, serta
pemanenan. Dalam pengelolaan pemanfaatan hutan baik hasil hutan kayu dan nonkayu harus
memiliki sebuah perencanaan mulai dari penanaman dan pemanenan, agar hasil hutan dapat di
manfaatkan secara berkelanjutan. Dahulu kala pemanenan hasil hutan hanya dilakukan secara
brutal dan tidak memikirkan keberlanjutannya atau sifat lesatarinya, namun seiring dengan
kesadaran yang ada pemanenan hasil hasil hutan kayu kini memikirkan sifat kelestariannya.
Salah satu pemanfaatan hasil hutan kayu yaitu pemanfaatan kayu sengon, dalam
pemanenan kayu sengon memiliki beberapa perencanaan. Berdasarkan uraian maka perlu kita
membahas lebih jauh lagi tentang perencanan pemanenan hasil hutan kayu utamanya
2. Bagaimana perencanaan dalam pemanenan hasil hutan kayu pada kayu Sengon ?
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana apa itu perencanaan pemanenan hasil hutan kayu.
PEMBAHASAN
isinya, manusia/organisasi, peralatan dan dana untuk memproduksi kayu secara lestari bagi
masyarakat yang membutuhkannya dan mendapatkan nilai tamabah baik bagi perusahaan
maupun bagi masyarakat lokal (sekitar hutan), regional dan nasional, pada suatu kurun waktu
tertentu.
Tujuan perencanaan pemanenan kayu adalah memberikan arahan seberapa banyak kayu
dapat dipanen secara lestari, memberikan arahan tentang metode/sistem pemanenan kayu yang
tepat, memilih peralatan yang cocok untuk digunakan, memberikan arahan pelaksanaan
pemanenan yang menjamin keselamatan pekerja dan lingkungan, memberikan gambaran tentang
volume pekerjaan yang akan dilaksanakan pada tahun rencana, serta gambaran keterlibatan
peralatan, tenaga kerja dan dana yang dipelukan, memberikan arahan penjadwalan kegiatan dan
Pemanenan hutan merupakan suatu kegiatan memproduksi kayu bulat (log). Sebagai kegiatan
produksi, fungsi perencanaan pemanenan kayu memegang peranan yang sangat penting dalam rangka
mencapai tujuan usaha terkait dengan bidang kehutanan saat ini, tujuan usaha tersebut tidak hanya
memaksimalkan keuntungan secara finansial, melainkan juga harus melestarikan hasil dan
Dalam melakukan pemanenan hutan manajer perusahaan perlu menjamin kelestarian hutan, manager
harus menentukan sistem silvikultur yang tepat untuk setiap areal berdasarkan pertimbangan ekonomis dan
ekologis yang seimbang. Pertimbangan pokok sistem tersebut utuk aspek ekologi adalah perubahan
ekosistem alami yang serendah mungkin. Dari aspek ekonomi diharapkan hasil hutan yang
sebesar-besarnya dengan masukan yang memadai. Dengan memperhatikan pertimbangan pokok
kedua aspek tersebut diatas, maka sampai saat ini sistem Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI)
dipandang sebagai suatu sistem silvikultur yang sesuai untuk diterapkan dalam pengusahaan
Perencanaan pemanenan adalah kegiatan yang umum dilakukan sebelum melakukan pemanfaatan hutan.
Dalam melakukan perencanaan pemanenan dibutuhkan data-data dan informasi yang mendukung sehingga
perencanaan yang dibuat akurat. Data yang diperlukan tersebut ialah peta sebaran pohon, potensi perkubik,
penentuan arah rebah pohon, pembuatan jalur sarad, dan alokasi dana dari kegiatan penebangan tersebut. Peta
sebaran pohon didapatkan dari hasil pengukuran langsung di lapangan, vegetasi khususnya pohon ditentukan
posisinya dan setelah itu di proyeksikan pada kertas peta. Peta ini adalah petunjuk di lapangan bagi operator
penebangan maka pengambilan data untuk membuat peta pohon harus akurat agar tidak terjadi kesalahan
Secara garis besar kegiatan penyusunan rencana kegiatan pemanenan kayu terdiri dari 3
tahapan, yaitu :
a. Potensi tegakan Potensi tegakan menggambarkan : jumlah, volume dan jenis-jenis yang
potensial ditebang dan yang mungkin ditinggalkan sebagai akibat diterapkan suatu sistem
silvikultur tertentu misalnya sistem TPTI. Data potensi diperoleh dari kegiatan
inventarisasi hutan. Data-data tersebut diperlukan untuk (a) membuat rencana produksi
kayu yang lestari, (b) menentukan kebutuhan peralatan, tenaga kerja dan biaya, (c)
1. Peta topografi
Untuk mementukan trase jalan angkutan dan jalan sarad yang memenuhi syarat
sistem penyaradan kayu yang paling cocok diterapkan pada areal tertentu
2. Peta vegetasi
penyebaran jenis pohon dan ukuran dimensinya serta kelas-kelas kerapatan dan
potensi kayunya
Untuk merencanakan arah rebah pohon yang akan ditebang, trase jalan
drainase yang baik, mudah mendapatkan bahan pengerasan jalan, dsb) dan daerah-
daerah yang perlu dihindari (daerah yang rawan longsor, daerah-daerah genangan
Peta tanah bersama-sama dengan peta kelas lereng dan peta iklim dapat dijadikan
4. Peta iklim
Peta yang berhubungan dengan jumlah dan intensitas hujan dan hari hujan.
Untuk membuat perkiraan jumlah hari kerja efektif yang dapat dimanfaatkan
5. Peta hidrologi
Mencakup jaringan sungai baik yang dapat dilayari maupun anak-anak sungai,
jalan harus melalui sungai dan anak sungai, (c) mengetahui penyebaran mata
air dan sungai-sungai yang menurut peraturan perlu dilindungi, dan (d)
lapangan.
6. Peta kadaster
c. Risalah/catatan survai
lokasilokasi yang spesifik seperti habitat flora dan fauna langka, mata air, danau, rawa
Untuk menentukan areal-areal yang harus dilindungi dan untuk peletakan Tpn,
pemanenan kayu.
Sistem silvikultur yang diperkenankan diterapkan pada areal yang direncanakan. Mis.
Pada sistem tebang pilih, perlu diketahui berapa banyak pohon yang dapat ditebang,
berapa banyak pohon inti dan pohon induk yang perlu ditinggalkan, berapa banyak
anakan, pancang dan tiang yang harus dipertahankan. Pada sistem tebang habis, selain
volume yang diperkenankan diproduksi, sistem pemanenan yang cocok diterapkan perlu
pula diketahui, apakah dengan strip, progressive strip cutting atau dengan metode
lainnya.
perusahaan tentang alat-alat apa dan merk apa yang diperkenankan digunakan serta
Peraturan tentang penggunaan jalan umum, seperti kapasitas muatan dan kecepatan
Peraturan tentang standar jalan yang diperkenankan bagi bangunan jalan hutan.
pemanenan. Didalam perancangan alternatif, beberapa yang perlu diperhatikan, antara lain:
a. Kemampuan hutan dalam menghasilkan kayu
Kelestarian hasil akan didapat jika pemanean kayu tidak melebihi riapnya.
Apakah sistem penyaradan dengan sistem kabel, sistm traktor atau sistem manual cocok
Pola jalan dan spasi jalan yang memberikan kombinasi biaya penyaradan, pengangkutan,
pembuatan jalan dan pemeliharaannya per satuan volume produksi yang terendah
d. Peraturan-peraturan kehutanan
Peraturan tentang perlindungan hutan, konservasi tanah dan air, perlindungna terhadap
e. Kemananan kerja
Misalnya standar jalan (kelerengan, belokan, lebar, spasi jalan) yang akan dibangun perlu
g. Estetika
3. Formulasi rencana
kedalam buku rencana. Prosedur pemformulasian rencana pemanenan kayu secara garis besar
dalam satuan-satuan yang lebih kecil yang dicirikan dengan metode pemanenan kayu atau sistem
silvikultur yang dianut. Pada suatu areal akan terdapat variasi pembagian satuan areal sebagai
berikut :
Ditentukan berdasarkan kondisi tegakannya , misalnya areal hutan yang rusak atau yang
tidak produktif terlebih dahulu, selanjutnya areal bertegakan yang lebih baik.
Proyeksi jalan angkutan meliputi proyeksi pola jalan yang terbaik sesuai kondisi
Setelah didapatkan pilihan pola jalan yang terbaik, spasi jalan dan jarak antar TPn yang
optimum, selanjutnya dibuat rancangan petak tebang. Petak tebang tersebut merupakan
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledonae
Famili : Mimosaceae
Genus : Falcataria
Buah : Berbentuk polong, pipih, tipis, dan panjangnya 6 – 12 cm. Setiap potong berisi 15
– 30 biji.
Biji : Terlepas dari polongnya bila masak. Bentuk biji mirip perisai kecil, jika sudah tua
berwarna coklat kehitam-hitaman, agak keras dan berlilin. Dalam 1 kg benih terdapat
33.000 butir. Biji untuk benih dianjurkan diambil dari pohon induk yang berumur
minimal 8 tahun.
Pembungaan : Tersusun dalam bentuk malai, ukuran bunga kecil sekitar 0,5 – 1 cm,
berwarna putih kekuning-kuningan dan sedikit berbulu. Setiap kuantum bunga yang
mekar berisi bunga jantan dan betina. Penyerbukan dibantu angin dan serangga.
Akar : Berkembang melebar dengan susunan akar agak dangkal dan dapat membantu
menyuburkan tanah, akar tunggang cukup luas menembus ke dalam tanah. Akar
rambutnya tidak terlalu besar, tidak rimbun dan tidak menonjol ke permukaan tanah.
dan memiliki batang bebas cabang mencapai 20 m. Tajuk berbentuk perisai, tidak rimbun
daunnya.
Daun : Tersusun majemuk menyirip ganda sedangkan anak daunnya kecil-kecil dan
mudah rontok, daun yang rontok tersebut justru cepat meningkatkan kesuburan tanah
Bagian terpenting yang mempunyai nilai ekonomi pada tanaman sengon adalah kayunya,
berat jenis kayu rata-rata 0,33 dan termasuk kelas awet IV – V. Manfaat kayu sengon pada umur
tebang 6 – 7 tahun adalah untuk tiang bangunan rumah, plywood, partide board, papan wol kayu,
mainan anak-anak, papan peti kemas, peti kas, perabotan rumah tangga, pagar, tangkai dan kotak
1. Log
Batang kayu yang dijual dalam bentuk asli atau bundar. Pengukuran diameter
berdasarkan Ketentuan Standart Nasional Indonesia (SNI) kayu bundar rimba produksi pulau
Jawa.
2. RST
Raw Sawn Timber atau yang sering disebut RST adalah batang kayu yang dijual dalam
bentuk kayu olahan setangah jadi. Dibuat untuk memberikan nilai tambah pada pengelolaan kayu
sengon.
bagian- bagian (log) sesuai permintaan dengan tehnik khusus, sehingga diperoleh produksi
kayu dalam jumlah optimal. Dilaksanakan pada penjarangan I, penjarangan II dan tebang
habis.
menentukan lokasi:
1. areal datar
1. Pangkavlingan sesuai kelas/ukuran kayu dan waktu tebang sesuai dengan FIFO (First
In first Out)
kavling, mutu, klas log, jumlah log, volume log, dan diadministrasikan ke kartu
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
1. Kegiatan pemanenan hutan mulai dari perencanaan pemanenan termasuk pemetaan pohon,
penentuan TPn, penentuan jarak sarad dan arah rebah perencanaan pembukaan wilayah
lingkungan pasca penebangan dan penyaradan menjadi sangat penting untuk diketahui.
Pengetahuan ini tidak cukup hanya sekedar teoritis, akan tetapi pengetahuan secara praktis
2. Sengon yang mempunyai nama latin Falcataria moluccana merupakan salah satu jenis yang
dikembangkan dalam pembangunan Hutan Tanaman Industri maupun Hutan Rakyat di Indonesia. Di
Indonesia sengon memiliki beberapa nama lokal antara lain: jeungjing (Sunda), sengon laut ( Jawa),
sika (Maluku), tedehu pute (Sulawesi), bae, wahogon (Irian Jaya) (Soerianegara dan Lemmens,
1993; Hidayat, 2002). Jenis ini merupakan jenis tanaman cepat tumbuh yang paling banyak
dibudidayakan dengan pola agroforestry oleh masyarakat Indonesia, khususnya di Jawa. Jenis ini
dipilih karena memiliki beberapa kelebihan, antara lain: masa masak tebang relatif pendek (5-7
tahun), pengelolaan relatif mudah, persyaratan tempat tumbuh tidak rumit, kayunya serbaguna,
membantu menyuburkan tanah dan memperbaiki kualitas lahan dan dapat memberikan kegunaan
serta keuntungan yang tinggi, misalnya untuk produksi kayu pertukangan, bahan bangunan ringan di
bawah atap, bahan baku pulp dan kertas, peti kemas, papan partikel dan daunnya sebagai pakan
Soerianegara, I. dan Lemmens, R.H.M.J. 1993 Plant resources of SouthEast Asia 5(1): Timber
trees: major commercial timbers. Pudoc Scientific Publishers, Wageningen,
Belanda.