You are on page 1of 4

Cara Pemanenan Sagu dan Produk dari Hasil Olahan

Sagu

Ciri Sagu Siap Panen dan Cara Panen Sampai saat ini para petani sagu
belum dapat menentukan dengan pasti umur sagu yang tepat untuk dipanen
dengan hasil yang optimum. Pada umumnya petani sagu kurang perhatian
terhadap pertumbuhan sagu sejak anakan sampai siap panen. Namun demikian
para petani sagu didaerah sentral sagu yang biasa menangani sagu,
menggunakan kriteria atau ciri-ciri tertentu yang dapat menandakan bahwa
sagu tersebut siap panen.

Ciri-ciri pohon sagu siap panen pada umumnya dilihat dari


1. perubahan yang terjadi pada daun,duri,pucuk,dan batang.
2. Umumnya tanaman sagu siap panen menjelang pembentukan kuncup bunga
sudah muncul tetapi belum mekar.
3. Pada saat tersebut daun-daun terakhir yang keluar mempunyai jarak yang
berbeda dengan daun sebekumnya dan daun terakhir juga sedikit berbeda,
yaitu lebih tegak dan ukuranya kecil.
4. Perubahan lain adalah puncak menjadi agak menggelembung.Disamping itu
duri semakin berkurang dan pelepah daun menjadi lebih bersih dan licin
dibandingkan dengan pohon yang masih muda.

Pada umumnya pemanenan sagu masih dilakukan secara sederhana dan


dengan tenaga manual.Setelah dipilih pohon sagu yang ditebang, biasanya
penebangan dilakukan dengan kampak. Setelah pohon tumbang, pelepahnya
dibersihkan dan sebagian ujung batang dibuang karena kandungan patinya
rendah. Pohon yang sudah dibersihkan dipotong-potong menjadi bagian yang
pendek-pendek dengan ukuran 1,5- 2 m. Gelondongan tersebut lalu dibawa ke
sumber air terdekat langsung ditokok(diekstraksi).

Untuk mendapatkan pati sagu, maka dari empulur batang sagu dilakukan
ekstraksi pati dengan bantuan air sebagai perantara. Sebelumnya empelur
batang dihancurkan terlebih dahulu dengan cara ditokok atau diparut. Ditinjau
dari cara dan alat yang digunakan, cara ekstrasi pati sagu yang dilakukan
didaerah-daerah penghasil sagu di Indonesia saat ini dapat dikelompokkan atas
cara ekstraksi tradisional, ekstraksi semi mekanis, dan ekstraksi secara
mekanis.

Prospek pengelolaan sagu (Metroxylon sp) Indonesia untuk ketahanan


pangan dan energi nasional sangat menjanjikan di masa depan. Sagu
merupakan salah satu kearifan lokal Indonesia yang dapat diangkat untuk
mengatasi masalah pangan dan energi yang kita hadapi saat ini dan dimasa
depan. Sagu telah menjadi sumber karbohidrat penting bagi sebagian penduduk
Indonesia termasuk di Provinsi Riau khususnya di Kabupaten Kepulauan
Meranti. Sejalan dengan program ketahanan pangan pemerintah maka
dipandang perlu melakukan peningkatan potensi pengembangan industri
tanaman sagu yang merupakan salah satu tanaman substitusi beras bergizi
tinggi dan menjadi bahan makanan pokok di daerah-daerah tertentu, selain itu
juga secara strategis potensi hutan sagu dan lahan yang sesuai dapat menjadi
bahan cadangan pangan serta bahan baku industri, baik skala usaha kecil
menengah (UKM) maupun skala industri.

beberapa kelebihan dibanding tepung dari tanaman umbi atau serelia,


tanaman sagu mengandung pati tidak tercerna yang penting bagi kesehatan
pencernaan. Apabila sagu diusahakan sebagaimana layaknya tanaman
perkebunan lainnya yang ditanam secara teratur dengan jarak 10m x 10 m
maka dalam satu hektar terdapat 100 Tanaman sagu sangat potensial untuk
dikembangkan sebagai bahan pangan alternatif bagi masyarakat, Sagu
merupakan tanaman penghasil karbohidrat tertinggi per satuan luas. Dalam satu
batang sagu terdapat pati 200-400 kg, jauh melebihi beras atau jagung. Kadar
pati kering dalam sagu diatas kandungan pati beras yang hanya 6 ton per ha.
Sedangkan pati kering jagung hanya 5,5 ton. Dari aspek nilai gizi, tepung sagu
mempunyai pohon sagu. Jika dalam satu pohon terdapat 300 kg pati kering
maka dalam satu hektar dapat dipanen 30 ton pati kering.

Produk Dari Hasil Olahan Sagu


Hasil Dari Pohon Sagu sebelum menjadi berbagai bentuk produk
yang siap dijual harus melalui beberapa proses yang cukup panjang. Seperti
halnya sagu basah yang merupakan bahan setengah jadi yang sudah siap
dipasarkan. Akan tetapi belum dapat langsung dimakan karena merupakan
produk pertama yang dihasilkan dari batang sagu sehingga masing
memerlukan proses lagi baru kemudian dapat dikonsumsi. Sagu merupakan
tepung atau olahannya yang diperoleh dari pemrosesan teras batang rumbia
atau sering disebut pohon sagu. Sagu basah dapat dibuat berbagai macam
produk yang siap dimakan seperti sagu rendang, sagu lemak, mie sagu dan
tepung sagu. Sedangkan sagu yang sudah menjadi tepung memiliki tingkat
diversifikasi produk yang lebih banyak lagi dikarenakan kemudahan dalam
pengolahannya.

Ada beberapa bentuk produk sagu yang banyak beredar di pasar


tradisional maupun pada beberapa toko-toko yang menjual barang harian di
beberapa tempat di Kabupaten Kepulauan Meranti mulai dari sagu basah dan
turunannya.

Produk dari olahan pohon sagu :

 Tepung sagu adalah produk sagu yang dijajakan dalam bentuk tepung dan
siap diolah menjadi produk lainnya.
 Sagu basah adalah produk sagu yang dijajakan dalam kondisi masih basah
dan belum diolah, yang merupakan bahan setengah jadi.
 Mie sagu, Sohun, tepung hun kwee, sagu rendang dan sagu mutiara adalah
produk sagu yang dijajakan dan telah mengalami pengolahan sederhana.
Produk sagu yang telah mengalami proses pengolahan berguna dalam
mempertahankan mutu, memperindah bentuk, menyempurnakan rasa.
Yang selanjutnya memerlukan tahapan pengolahan lebih lanjut agar
menjadi produk jadi atau siap dikonsumsi secara wajar Mie sagu yang
telah digoreng adalah sagu yang dijajakan dalam kondisi siap saji.

Sagu merupakan tanaman asli tanaman Indonesia dan merupakan salah


satu komoditas tanaman pangan yang dapat dipergunakan sebagai sumber
karbohidrat yang cukup potensial di Indonesia. Industri sagu bisa dikatakan
sebagai Zero Waste Industry dengan arti bahwa tak ada sedikitpun dari sagu
yang tak dimanfaatkan dan dapat menjadi komoditi ekonomis.

You might also like