You are on page 1of 16

REGULASI DAN LEGALITAS TERKAIT

INDUSTRI MANUFAKTUR (ELEKTRONIK)

1. Data Izin Industri1


Berdasarkan peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 13 Tahun
1995 menimbang bahwa dalam rangka mendorong terciptanya iklim usaha yang
lebih baik di bidang industri, dipandang perlu untuk melakukan penyempurnaan
terhadap ketentuan izin usaha industri. Adapun isinya sebagai berikut:
1. Pasal 2
a. Setiap pendirian perusahaan industri wajib memperoleh Izin Usaha Industri.
b. Perusahaan industri sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat berbentuk
perorangan, perusahaan persekutuan, atau badan hukum yang berkedudukan
di Indonesia.
2. Pasal 3
a. Jenis Industri tertentu dalam kelompok industri kecil, dikecualikan dari
kewajiban untuk memperoleh Izin Usaha Industri.
b. Jenis Industri tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib
didaftarkan.
c. Terhadap jenis industri tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)
diberikan tanda daftar Industri dan dapat diberlakukan sebagai izin.
d. Jenis Industri tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan oleh
Menteri setelah berkonsultasi dengan Menteri terkait.
3. Pasal 4
a. Untuk memperoleh Izin Usaha Industri diperlukan tahap Persetujuan Prinsip.
b. Izin Usaha Industri diberikan kepada Perusahaan Industri yang telah
memenuhi semua ketentuan perundang-undangan yang berlaku dan telah
selesai membangun pabrik dan sarana produksi.

1
Peraturan Pemerintah RI No. 13 Tahun 1995 Tentang Izin Usaha Industri. Diakses dari
http://www.bpkp.go.id/uu/filedownload/4/71/1465.bpkp.pdf diakses 26 November 2017, pukul
14.25 WIB
c. Izin Usaha Industri dapat diberikan langsung pada saat permintaan izin,
apabila Perusahaan Industri memenuhi ketentuan sebagai berikut:
i. Perusahaan Industri berlokasi di kawasan industri yang telah
memiliki izin, atau
ii. Jenis dan komoditi yang proses produksinya tidak merusak ataupun
membahayakan lingkungan secara tidak menggunakan sumber daya
alam secara berlebihan.
iii. Jenis dan komoditi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b
ditetapkan oleh Menteri
4. Pasal 5
a. Perusahaan Industri yang melakukan perluasan melebihi 30% dari
kapasitas produksi yang telah diizinkan, diwajibkan memperoleh izin
perluasan.
b. Untuk memperoleh Izin Perluasan perusahaan industri sebagaimana
dimaksud Pasal 4 ayat (2) wajib menyampaikan rencana perluasan
industri dan memenuhi persyaratan lingkungan hidup.
c. Untuk memperoleh Izin Perluasan, perusahaan industri sebagaimana
dimaksud Pasal 4 ayat (3) wajib menyampaikan rencana perluasan
industri.
5. Pasal 6
a. Izin Usaha Industri berlaku selama Perusahaan Industri yang
bersangkutan beroperasi.
6. Pasal 7
a. Izin usaha industri diberikan kepada perusahaan industri yang kegiatan
usaha industrinya berlokasi dilahan peruntukan industri.
b. Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat dikecualikan
bagi perusahaan industri yang akan didirikan diluar lahan peruntukan
industri berdasarkan atas pertimbangan lokasi sumber bahan mentah.
7. Pasal 8
a. Tata cara pelaksanaan pemberian izin usaha industri dan izin perluasan
diatur lebih lanjut oleh Menteri.
8. Pasal 9
a. Izin usaha industri dan izin perluasan diberikan oleh Menteri dan dapat
dilimpahkan.

2. Izin Industri Kota Medan2


Menurut Peraturan Daerah Kota Medan Nomor : 10 tahun 2002 tentang
Retribusi Izin Usaha Industri, Perdagangan, Gudang/Ruangan dan Tanda Daftar
Perusahaan, dalam Pasal 5 yang berbunyi sebagai berikut:
1. Setiap perusahaan yang menjalankan kegiatan usaha industri, perdagangan, dan
gudang/ruangan wajib memiliki izin usaha industri, izin usaha perdagangan, izin
usaha gudang/ruangan dan wajib didaftarkan dalam daftar perusahaan.
2. Izin usaha industri terdiri dari:
a. Izin usaha industri kecil yaitu izin untuk usaha industri dengan nilai investasi
sampai dengan Rp. 200.000.000 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat
usaha.
b. Izin usaha industri menengah yaitu izin untuk usaha industri dengan nilai Rp.
200.000.000 sampai dengan Rp. 500.000.000 tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha.
c. Izin usaha industri besar yaitu izin untuk usaha industri dengan nilai investasi
diatas Rp. 5.000.000.000,- (lima milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha.
3. Izin usaha perdagangan terdiri dari :
a. Izin usaha Perdagangan golongan kecil yaitu perusahaan yang melakukan
kegiatan usaha perdagangan dengan modal disetor dan kekayaan bersih
seluruhnya sampai dengan Rp. 200.000.000 tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha.
b. Izin usaha Perdagangan golongan menengah yaitu perusahaan yang
melakukan kegiatan usaha perdagangan dengan modal disetor dan kekayaan

2
Retribusi Izin Usaha Industri, Perdagangan, Gudang/Ruangan dan Tanda Daftar Perusahaan,
Diakses dari http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2002/medan10-2002.pdf, pukul 14.25
WIB.
bersih seluruhnya sampai dengan Rp. 200.000.000 sampai dengan Rp.
500.000.000 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
c. Izin usaha Perdagangan golongan menengah yaitu perusahaan yang
melakukan kegiatan usaha perdagangan dengan modal disetor dan kekayaan
bersih seluruhnya di atas Rp. 500.000.000 tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha.
4. Usaha industri kecil tertentu dan usaha perdagangan kecil tertentu yang tidak
terkait dengan dampak lingkungan atau sumber bahan baku tertentu dengan nilai
investasi kurangdari Rp. 5.000.000 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat
usaha, dikecualikan dari ketentuan Pasal 5 (1) Peraturan Daerah ini.
5. Pembukaan kantor cabang perusahaan.
Perusahaan memegang izin usaha perdagangan yang akan membuka kantor
cabang perusahaan wajib melapor secara tertulis kepada Walikota disampaikan
melalui kantor cabang perusahaan yang bersangkutan dengan tembusan kepada
Dinas yang bertanggung jawab di bidang perdagangan.

3. Persyaratan Pemberian Izin Usaha


3
Menurut Peraturan Daerah (Perda) Kota Medan Nomor 10 tahun 2002 pada
pasal 7 mengenai persyaratan dan pemberian izin usaha dan tanda daftar perusahaan
pada izin usaha industri, yaitu:
1. Fotokopi Akte Pendirian Perusahaan (apabila perusahaan berbadan hukum).
2. Fotokopi HO bagi yang dipersyaratkan berdasarkan ketentuan izin usaha
industri.
3. Fotokopi NPWP.
4. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (bukti diri lainnya).
5. Pas foto 3 x 4 cm sebanyak 2 lembar berwarna.
6. Khusus bagi industri kecil yang tidak mengeluarkan limbah B3, dilengkapi surat
pernyataan tidak keberatan diketahui oleh Kepala Kelurahan.

3
Ibid., hlm 6-7
Syarat dan kelengkapan dokumen yang diperlukan pada izin usaha
perdagangan perusahaan yang berbentuk:
1. Perseroan terbatas (PT):
a. Fotokopi Akte Pendirian Perusahaan.
b. Fotokopi surat keputusan pengusaha badan hukum dan menteri kehakiman
dan HAM.
c. Fotokopi KTP, direktur utama/direktur, komisaris utama/komisaris
perusahaan.
d. Fotokopi NPWP perusahaan.
e. Fotokopi HO non industri bagi kegiatan usaha perdagangan yang
dipersyaratkan berdasarkan ketentuan Undang-undang Gangguan (HO).
f. Pas foto penanggung jawab perusahaan 3x4 sebanyak 3 lembar berwarna
g. Neraca awal perusahaan.
2. Perusahaan yang berbentuk persekutuan komanditer (CV) dan persekutuan firma
(Fa) atau bentuk usaha lainnya:
a. Fotokopi Akte Pendirian Perusahaan yang telah didaftarkan di pengadilan
negara.
b. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk penanggung jawab perusahaan dan para
persero.
c. Fotokopi NPWP.
d. Fotokopi HO dan industri bagi kegiatan usaha perdagangan yang
dipersyaratkan berdasarkan ketentuan Undang-undang Gangguan (HO).
e. Pas foto penanggung jawab perusahaan 3 x 4 cm sebanyak 2 lembar berwarna.
f. Neraca awal perusahaan.
3. Perusahaan perorangan:
a. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk pemilik/penanggung jawab perusahaan.
b. Fotokopi NPWP.
c. Fotokopi HO non industry bagi kegiatan usaha perdagangan yang
dipersyaratkan berdasarkan Undang-undang Gangguan (HO).
d. Pas foto penanggung jawab perusahaan 3 x 4 cm sebanyak 2 lembar berwarna.
e. Neraca awal perusahan.
4
Tarif retribusi untuk izin usaha industri terdapat pada perundangan Perda
10 tahun 2002 Bab IX pasal 22 mengenai struktur besarnya tarif retribusi terdiri
dari:
1. Retribusi Izin Usaha Industri
a. Perusahaan Industri Kecil :
1) Nilai Investasi Rp.5.000.000 s/d Rp.50.000.000 sebesar Rp.150.000
2) Nilai Investasi Rp.50.000.000 s/d Rp.200.000.000 sebesar Rp.300.000
b. Perusahaan Industri Menengah :
1) Nilai Investasi Rp.200 Juta s/d Rp. 2 Milyar sebesar Rp.600.000
2) Nilai Investasi Rp.2 Milyar s/d Rp. 5 Milyar sebesar Rp.900.000
c. Perusahaan Besar sebesar Rp. 1.500.000
2. Retribusi Izin Usaha Perdagangan
a. Izin Usaha Perdagangan golongan kecil.
1) Nilai Investasi Rp. 5.000.000 s/d Rp. 50.000.000 sebesar Rp. 75.000
2) Nilai Investasi Rp. 50.000.000 s/d 200.000.000 sebesar Rp. 150.000
b. Izin Usaha Perdagangan golongan Menengah sebesar Rp. 300.000
c. lzin Usaha Perdagangan golongan Besar sebesar Rp. 450.000

4. Data Tanda Daftar Perusahaan5


Dasar hukum untuk data tanda daftar perusahaan adalah sebagai berikut:
1. Undang-undang No. 3 Tahun 1982 Tentang Wajib Daftar Perusahaan (WDP).
2. Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas.
3. Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor : 37/M-
DAG/PER/9/2007 Tentang Penyelenggaraan Pendaftaran Perusahaan.
4. Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 10 Tahun 2002 Tentang Retribusi Izin
Usaha Industri, Perdagangan, Tanda Daftar Gudang/Ruangan dan Tanda Daftar
Perusahaan.

4
Ibid., hlm 12.
5
Pemerintah Kota Medan mengenai Tanda Daftar Perusahaan. Diakses dari http://pemkomedan.
go.id/new/hal-tanda-daftar-perusahaan-tdp.html, diakses pada tanggal 05 November 2017 pukul
21.15 WIB
5. Peraturan Walikota Medan No.36 Tahun 2010 tentang Pendelegasian Sebagian
Kewenangan Proses dan Penandatanganan Perijinan kepada Kepala Badan
Pelayanan Perijinan Terpadu Kota Medan.
6
Menurut Peraturan Daerah (Perda) Kota Medan Nomor : 10 tahun 2002
dalam Pasal 22 tentang retribusi tanda daftar perusahaan sebagai berikut:
1. Perseroan Terbatas Rp. 500.000
2. Persekutuan Komenditer Rp. 250.000
3. Koperasi Rp. 100.000
4. Firma Rp. 250.000
5. Perusahaan Asing Rp. 1.000.000
6. Kantor Cabang, Kantor Pembantu, dan Perwakilan Perusahaan Rp. 100.000
7. Bentuk Perusahaan lainnya Rp. 250.000
8. Perusahaan perorangan Rp. 100.000
7
Hal-hal yang wajib didaftarkan sebagai persyaratan untuk tanda daftar
perusahaan sesuai Undang-undang Republik Indonesia No. 3 Tahun 1982 pada
Pasal 11 sampai dengan Pasal 15 adalah sebagai berikut:
1. Perseroan Terbatas (PT)
Pasal 11 Ayat 1 :
Apabila perusahaan berbentuk Perseroan Terbatas, selain memenuhi ketentuan
perundang-undangan tentang Perseroan Terbatas, hal-hal yang wajib
didaftarkan adalah :
a. Nama perseroan dan merek perusahaan
b. Tanggal pendirian perseroan dan jangka waktu berdirinya perseroan
c. Kegiatan pokok dan lain-lain kegiatan usaha perseroan dan izin-izin usaha
yang dimiliki

6
Retribusi Izin Usaha Industri, Perdagangan, Gudang/Ruangan dan Tanda Daftar Perusahaan,
Diakses dari http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2002/medan10-2002.pdf, pada tanggal
26 November 2017 pukul 15.03 WIB
7
Undang-undang Republik Indonesia No. 3 Tahun 1982 Tentang Wajib Daftar Perusahaan. Diakses
dari eodb.ekon.go.id/download/peraturan/undangundang/UU_3_1982.pdf, pada tanggal 26
November 2017 pukul 15.15 WIB
d. Alamat perusahaan pada waktu perseroan didirikan dan setiap
perubahannya dan alamat setiap kantor cabang, kantor pembantu dan agen
serta perwakilan perseroan
e. Berkenaan dengan setiap pengurus dan komisaris :
1) nama lengkap dan setiap alias-aliasnya;
2) setiap namanya dahulu apabila berlainan dengan huruf e angka 1;
3) nomor dan tanggal tanda bukti diri;
4) alamat tempat tinggal yang tetap;
5) alamat dan negara tempat tinggal yang tetap apabila tidak bertempat
tinggal tetap di wilayah Negara Republik Indonesia.
6) tempat dan tanggal lahir;
7) negara tempat lahir apabila dilahirkan di luar wilayah Negara
Republik Indonesia;
8) kewarganegaraan pada saat pendaftaran;
9) setiap kewarganegaraan dahulu apabila berlainan dengan huruf e
angka 8;
10) tanda tangan;
11) tanggal mulai menduduki jabatan.
f. Lain-lain kegiatan usaha dari setiap pengurus dan komisaris.
g. Modal dasar, banyaknya dan nilai nominal masing-masing saham,
besarnya modal yang ditempatkan, besarnya modal yang disetor.
h. Tanggal dimulainya kegiatan usaha, tanggal dan nomor pengesahan badan
hukum.
Pasal 11 Ayat 2:
Apabila telah diterbitkan saham atas nama yang telah maupun belum disetor
secara penuh, di samping hal-hal sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal
ini, juga wajib didaftarkan hal-hal mengenai setiap pemilik pemegang saham-
saham itu yaitu:
a. Nama lengkap dan setiap alias-aliasnya;
b. Setiap namanya dahulu apabila berlainan dengan ayat (2) angka 1;
c. Nomor dan tanggal tanda bukti diri;
d. Alamat tempat tinggal yang tetap;
e. Alamat dan negara tempat tinggal yang tetap apabila tidak bertempat
tinggal di wilayah Negara Republik Indonesia;
f. Tempat dan tanggal lahir;
g. Negara tempat lahir apabila dilahirkan di luar wilayah Negara Republik
Indonesia;
h. Kewarganegaraan;
i. Setiap kewarganegaraan dahulu apabila berlainan dengan ayat (2) angka
8;
j. Jumlah saham yang dimiliki,
k. Jumlah uang yang disetorkan atas tiap saham.
Pasal 11 Ayat 3 :
Pada waktu mendaftarkan wajib diserahkan salinan resmi akta pendirian.
Pasal 11 Ayat 4 :
Hal-hal yang wajib didaftarkan, khusus bagi Perseroan Terbatas yang menjual
sahamnya kepada masyarakat dengan perantaraan pasar modal, diatur lebih
lanjut oleh Menteri.
2. Koperasi
Pasal 12 Ayat 1 :
Apabila perusahaan berbentuk Koperasi, hal-hal yang wajib didaftarkan
adalah:
a. Nama koperasi, nama perusahaan apabila berlainan dengan huruf a angka
1, dan merek perusahaan.
b. Tanggal pendirian.
c. Kegiatan pokok dan lain-lain kegiatan usaha.
d. Alamat perusahaan berdasarkan akta pendirian.
e. Berkenaan dengan setiap pengurus dan anggota badan pemeriksa
1) nama lengkap dan setiap alias-aliasnya
2) setiap namanya dahulu apabila berlainan dengan ayat (2) angka 1
3) nomor dan tanggal tanda bukti diri.
4) alamat tempat tinggal yang tetap
5) tanda tangan;
6) tanggal mulai menduduki jabatan;
f. Lain-lain kegiatan usaha dari setiap pengurus dan anggota badan
pemeriksa.
g. Tanggal dimulainya kegiatan usaha dan tanggal pengajuan permintaan
pendaftaran.
Pasal 11 Ayat 2 :
Pada waktu pendaftaran juga wajib diserahkan salinan resmi akta pendirian
koperasi yang disahkan serta salinan surat pengesahan dari pejabat yang
berwenang untuk itu.
3. Persekutuan Komanditer
Pasal 13 Ayat 1:
Apabila perusahaan berbentuk Persekutuan Komanditer, hal-hal yang wajib
didaftarkan adalah :
a. Tanggal pendirian dan jangka waktu berdirinya persekutuan.
b. Nama persekutuan dan atau nama perusahaan dan merek perusahaan.
c. Kegiatan pokok dan lain-lain kegiatan usaha persekutuandan izin-izin
usaha yang dimiliki
d. Alamat kedudukan persekutuan dan atau alamat perusahaan dan alamat
setiap kantor cabang, kantor pembantu, dan agen serta perwakilan
persekutuan.
e. Jumlah sekutu yang diperinci dalam jumlah sekutu aktip dan jumlah
sekutu pasip.
f. Berkenaan dengan setiap sekutu aktip dan pasip;
1) nama lengkap dan setiap alias-aliasnya;
2) setiap namanya dahulu apabila berlainan dengan huruf f angka 1 ;
3) nomor dan tanggal tanda bukti diri;
4) alamat tempat tinggal yang tetap;
5) alamat dan negara tempat tinggal yang tetap apabila tidak bertempat
tinggal tetap di wilayah Negara Republik Indonesia;
6) tempat dan tanggal lahir; 177 1982, No. 7
7) negara tempat lahir apabila dilahirkan di luar wilayah Negara
Republik Indonesia,
8) kewarganegaraan pada saat pendaftaran;
9) setiap kewarganegaraan dahulu apabila berlainan dengan huruf f
angka 8;
g. Lain-lain kegiatan usaha dari setiap sekutu aktip dan pasip
h. Besar modal dan atau nilai barang yang disetorkan oleh setiap sekutu aktip
dan pasip
i. Tanggal dimulainya kegiatan persekutuan, tanggal masuknya setiap
sekutu aktip dan pasip yang baru bila terjadi setelah didirikan persekutuan,
dan tanggal pengajuan permintaan pendaftaran.
j. Tanda tangan dari setiap sekutu. aktip yang berwenang menanda tangani
untuk keperluan persekutuan.
Pasal 13 Ayat 2 :
Apabila perusahaan berbentuk Persekutuan Komanditer atas saham, selain hal-
hal sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini, juga wajib didaftarkan hal-
hal mengenai modal yaitu:
a. Besarnya modal komanditer;
b. Banyaknya saham dan besarnya masing-masing saham;
c. Besarnya modal yang ditempatkan;
d. Besarnya modal yang disetor.
Pasal 13 Ayat 3 :
Pada waktu mendaftarkan wajib diserahkan salinan resmi akta pendirian yang
disahkan oleh pejabat yang berwenang untuk itu.
4. Firma
Pasal 14 Ayat 1 :
Apabila perusahaan berbentuk Persekutuan Firma, hal-hal yang wajib
didaftarkan adalah :
a. Tanggal pendirian persekutuan, jangka waktu berdirinya persekutuan
apabila ada.
b. Nama persekutuan atau nama perusahaan dan merek perusahaan apabila
ada.
c. Kegiatan pokok dan lain-lain kegiatan usaha persekutuan dan izin-izin
usaha yang dimiliki.
d. Alamat kedudukan persekutuan dan alamat setiap kantor cabang, kantor
pembantu dan agen serta perwakilan persekutuan.
e. Berkenaan dengan setiap sekutu :
1) nama lengkap dan setiap alias-aliasnya;
2) setiap namanya dahulu apabila berlainan dengan huruf e angka 1;
3) nomor dan tanggal tanda bukti diri;
4) alamat tempat tinggal yang tetap;
5) alamat dan negara tempat tinggal yang tetap apabila tidak tinggal
tetap di wilayah Negara Republik Indonesia;
6) tempat dan tanggal lahir;
7) negara tempat lahir apabila dilahirkan di luar wilayah Negara
Republik Indonesia;
8) kewarganegaraan pada saat pendaftaran;
9) setiap kewarganegaraan dahulu apabila berlainan dengan huruf e
angka 8;
f. Lain-lain kegiatan usaha dari setiap sekutu;
g. Jumlah modal (tetap) persekutuan;
h. 1) tanggal dimulainya kegiatan persekutuan;
2) tanggal masuknya setiap sekutu yang baru yang terjadi setelah
didirikan persekutuan;
3) tanggal pengajuan permintaan pendaftaran;
i. Tanda tangan dari setiap sekutu (yang berwenang menanda tangani untuk
keperluan persekutuan).
Pasal 14 Ayat 2 :
Apabila perusahaan berbentuk Persekutuan Firma memiliki akta pendirian,
pada waktu mendaftarkan wajib diserahkan salinan-salinan resmi akta
pendirian yang disahkan oleh pejabat yang berwenang untuk itu.
5. Perseorangan
Pasal 15 Ayat 1 :
Apabila perusahaan berbentuk perorangan hal-hal yang wajib didaftarkan
adalah :
a. Nama lengkap pemilik atau pengusaha dan setiap alias-aliasnya, setiap
namanya dahulu apabila berlainan dengan huruf a angka 1, dan nomor dan
tanggal tanda bukti diri.
b. Alamat tempat tinggal yang tetap, alamat dan negara tempat tinggal yang
tetap, apabila tidak bertempat tinggal tetap di wilayah Negara Republik
Indonesia.
c. Tempat dan tanggal lahir pemilik atau pengusaha dan negara tempat lahir
apabila dilahirkan di luar wilayah Negara Republik Indonesia.
d. Kewarganegaraan pemilik atau pengusaha pada saat pendaftaran dan
setiap kewarganegaraan pemilik atau pengusaha dahulu apabila berlainan
dengan huruf d angka 1.
e. Nama perusahaan dan merek perusahaan apabila ada.
f. Kegiatan pokok dan lain-lain kegiatan usaha dan izin-izin usaha yang
dimiliki.
g. Alamat kedudukan perusahaan dan alamat setiap kantor cabang, kantor
pembantu, dan agen serta perwakilan perusahaan apabila ada
h. Jumlah modal tetap perusahaan apabila ada.
i. Tanggal dimulai kegiatan perusahaan dan tanggal pengajuan permintaan
pendaftaran.
Pasal 15 Ayat 2 :
Apabila perusahaan berbentuk usaha perorangan memiliki akta pendirian, pada
waktu mendaftarkan wajib menyerahkan salinan-salinan resmi akta pendirian
yang disahkan oleh pejabat yang berwenang untuk itu.
REGULASI DAN LEGALITAS TERKAIT
INDUSTRI JASA (PERAWATAN PESAWAT UDARA)

Berdasarkan UU No 1 Tahun 2009, Untuk memperoleh sertifikat


kelaikudaraan standar lanjutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,
pesawat udara harus: a. memiliki sertifikat pendaftaran yang masih berlaku; b.
memiliki sertifikat kelaikudaraan yang masih berlaku; c. melaksanakan perawatan
sesuai dengan standar perawatan yang telah ditetapkan; d. telah memenuhi instruksi
kelaikudaraan yang diwajibkan (airworthiness directive); e. memiliki sertifikat tipe
tambahan apabila terdapat penambahan kemampuan pesawat udara; f. memenuhi
ketentuan pengoperasian; dan g. memenuhi ketentuan standar kebisingan dan
standar emisi gas buang.
Untuk mendapatkan sertifikat operator pesawat udara sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 41 ayat (2) huruf a operator harus: a. memiliki izin usaha angkutan
udara niaga; b. memiliki dan menguasai pesawat udara sesuai dengan izin usaha
yang dimiliki; c. memiliki dan/atau menguasai personel pesawat udara yang
kompeten dalam jumlah rasio yang memadai untuk mengoperasikan dan melakukan
perawatan pesawat udara; d. memiliki struktur organisasi paling sedikit di bidang
operasi, perawatan, keselamatan, dan jaminan kendali mutu; e. memiliki personel
manajemen yang kompeten dengan jumlah memadai; f. memiliki dan/atau
menguasai fasilitas pengoperasian pesawat udara; g. memiliki dan/atau menguasai
persediaan suku cadang yang memadai; h. memiliki pedoman organisasi
pengoperasian (company operation manual) dan pedoman organisasi perawatan
(company maintenance manual); i. memiliki standar keandalan pengoperasian
pesawat udara (aircraft operating procedures); j. memiliki standar perawatan
pesawat udara; k. memiliki fasilitas dan pedoman pendidikan dan/atau pelatihan
personel pesawat udara (company training manuals); l. memiliki sistem jaminan
kendali mutu (company quality assurance manuals) untuk mempertahankan kinerja
operasi dan teknik secara terus menerus; dan m. memiliki pedoman sistem
manajemen keselamatan (safety management system manual).
Bagian Ketiga Perawatan Pesawat Udara Pasal 46 (1) Setiap orang yang
mengoperasikan pesawat udara wajib merawat pesawat udara, mesin pesawat
udara, balingbaling pesawat terbang, dan komponennya untuk mempertahankan
keandalan dan kelaikudaraan secara berkelanjutan. (2) Dalam perawatan pesawat
udara, mesin pesawat udara, baling-baling pesawat terbang, dan komponennya
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) setiap orang harus membuat program
perawatan pesawat udara yang disahkan oleh Menteri. Pasal 47 (1) Perawatan
pesawat udara, mesin pesawat udara, balingbaling pesawat terbang dan
komponennya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 hanya dapat dilakukan oleh:
a. perusahaan angkutan udara yang telah memiliki sertifikat operator pesawat udara;
b. badan hukum organisasi perawatan pesawat udara yang telah memiliki sertifikat
organisasi perawatan pesawat udara (approved maintenance organization); atau
c. personel ahli perawatan pesawat udara yang telah memiliki lisensi ahli
perawatan pesawat udara (aircraft maintenance engineer license). (2) Sertifikat
organisasi perawatan pesawat udara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
dan lisensi ahli perawatan pesawat udara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
c diberikan setelah lulus pemeriksaan dan pengujian. Pasal 48 Untuk mendapatkan
sertifikat organisasi perawatan pesawat udara sebagaimana dimaksud dalam pasal
47 ayat (1) huruf b harus memenuhi persyaratan: a. memiliki atau menguasai
fasilitas dan peralatan pendukung perawatan secara berkelanjutan; b. memiliki atau
menguasai personel yang telah mempunyai lisensi ahli perawatan pesawat udara
sesuai dengan lingkup pekerjaannya; c. memiliki pedoman perawatan dan
pemeriksaaan; d. memiliki pedoman perawatan dan pemeriksaan (maintenance
manuals) terkini yang dikeluarkan oleh pabrikan sesuai dengan jenis pesawat udara
yang dioperasikan; e. memiliki pedoman jaminan mutu (quality assurance manuals)
untuk menjamin dan mempertahan kinerja perawatan pesawat udara, mesin, baling-
baling, dan komponen secara berkelanjutan; f. memiliki atau menguasai suku
cadang untuk mempertahankan keandalan dan kelaikudaraan berkelanjutan; dan g.
memiliki pedoman sistem manajemen keselamatan. Pasal 49 Sertifikat organisasi
perawatan pesawat udara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 ayat (1) huruf b
dapat diberikan kepada organisasi perawatan pesawat udara di luar negeri yang
memenuhi persyaratan setelah memiliki sertifikat.
Proses sertifikasi kelaikudaraan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat
(2), sertifikasi operator pesawat udara dan sertifikasi pengoperasian pesawat udara
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 ayat (2), sertifikasi organisasi perawatan
pesawat udara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48, sertifikasi organisasi
perawatan pesawat udara di luar negeri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49, dan
lisensi personel pesawat udara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 ayat (1)
dilaksanakan oleh lembaga penyelenggara pelayanan umum.

You might also like