You are on page 1of 17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Dasar Teori


II.1.1 Pengertian Korosi
Korosi adalah kerusakan atau degradasi logam akibat reaksi
redoks antara suatu logam dengan senyawa lain yang terdapat
dilingkungannya (misal air dan udara) dan menghasilkan senyawa yang
tidak dikehendaki. Peristiwa korosi kita kenal dengan istilah perkaratan.
Biasanya logam yang paling banyak mengalami korosi adalah besi.
Pada peristiwa korosi, logam mengalami oksidasi, sedangkan oksigen
(udara) mengalami reduksi. Karat logam umumnya berupa oksida atau
karbonat. Rumus kimia karat besi adalah Fe 2O3.nH2O, suatu zat padat
yang berwarna coklat-merah (Setiasih S, 2015).
Oksida besi (karat) dapat mengelupas, sehingga secara bertahap
permukaan yang baru terbuka itu mengalami korosi. Berbeda dengan
aluminium, hasil korosi berupa Al2O3 membentuk lapisan yang
melindung lapisan logam dari korosi selanjutnya. Hal ini dapat
menerangkan mengapa panic besi lebih cepat rusak jika dibiarkan,
sedangkan panic aluminium lebih awet (Setiasih S, 2015).

II.1.2 Jenis-Jenis Korosi


Menurut Deky Martanto (2014), ada 11 macam jenis korosi yaitu :
1. Uniform attack ( korosi seragam )
Adalah korosi yang terjadi pada permukaan logam akibat reaksi
kimia karena pH air yang rendah dan udara yang lembab,sehingga
makin lama logam makin menipis. Biasanya ini terjadi pada pelat baja
atau profil, logam homogen.
Korosi jenis ini bisa dicegah dengan cara :
a. Diberi lapis lindung yang mengandung inhibitor seperti gemuk.
b. Untuk jangka pemakain yang lebih lama disarankan diberi logam
berpaduan tembaga 0,4%
c. Dengan melakukan pelapisan dengan cat atau dengan material yang
lebih anodic
d. Melakukan inhibitas dan proteksi katodik (cathodik protection)

Gambar II.1 Korosi merata pada kaleng minuman

II-1
BAB II TINJAUAN
PUSTAKA
2. Pitting corrosion ( korosi sumur )
Korosi sumuran adalah korosi lokal dari permukaan logam yang
dibatasi pada satu titik atau area kecil, dan membentukn bentuk
rongga. Korosi sumuran adalah salah satu bentuk yang paling merusak
dari korosi, karena sulit terlihat kerusakaanya jika tanpa alat bantu.
Mekanisme korosi sumur, untuk material bebas cacat, korosi sumuran
disebabkan oleh lingkungan kimia yang mungkin berisi spesies unsur
kimia agresif seperti klorida. Klorida sangat merusak lapisan pasif
(oksida) sehingga pitting dapat terjadi pada dudukan oksida.
Lingkungan juga dapat mengatur perbedaan sel aerasi (tetesan air pada
permukaan baja, misalnya) dan pitting dapat dimulai di lokasi anodik
(pusat tetesan air).
Cara pengendalian korosi sumuran adalah sebagai berikut:
a. Hindari permukaan logam dari goresan.
b. Perhalus permukaan logam
c. Menghindari komposisi material dari berbagai jenis logam.
d. Pilih bahan yang homogen
e. Diberikan inhibitor
f. Diberikan coating dari zat agresif

Gambar II.2 Korosi pada wastafel

Gambar II.3 Mekanisme pitting corrosion

3. Errosion Corrosion ( korosi erosi )


Korosi yang terjadi karena keausan dan menimbulkan bagian –
bagian yang tajam dan kasar, bagian – bagian inilah yang mudah terjadi
korosi dan juga diakibatkan karena fluida yang sangat deras dan dapat

LABORATORIUM DIAGRAM ALIR DAN PEMILIHAN II-2


BAHAN
TEKNIK KIMIA INDUSTRI
FV-ITS
BAB II TINJAUAN
mengkikis film pelindung pada logam. Korosi ini PUSTAKA
biasanya terjadi pada
pipa dan propeller. Korosi jenis ini dapat dicegah dengan cara :
a. Pilih bahan yang homogen
b. Diberi coating dari zat agresif
c. Diberikan inhibotor
d. Hindari aliran fluida yang terlalu deras
e. Menghindari partikel abrasive pada fluida.

Gambar II.4 Sebuah blade akibat korosi erosi

4. Galvanis corrosion (korosi galvanis )


Galvanic atau bimetalic corrosion adalah jenis korosi yang terjadi
ketika dua macam logam yang berbeda berkontak secara langsung
dalam media korosif. Mekanisme korosi galvanic, korosi ini terjadi karena
proses elektro kimiawi dua macam metal yang berbeda potensial
dihubungkan langsung di dalam elektrolit sama. Dimana elektron
mengalir dari metal kurang mulia (Anodik) menuju metal yang lebih
mulia (Katodik), akibatnya metal yang kurang mulia berubah menjadi
ion – ion positif karena kehilangan electron. Ion-ion positif metal
bereaksi dengan ion negatif yang berada di dalam elektrolit menjadi
garam metal. Karena peristiwa tersebut, permukaan anoda kehilangan
metal sehingga terbentuklah sumur - sumur karat (Surface Attack) atau
serangan karat permukaan.

Gambar II.5 Mekanisme Korosi Galvanis

Metode-metode yang dilakukan dalam pengendalian korosi ini


adalah:

LABORATORIUM DIAGRAM ALIR DAN PEMILIHAN II-3


BAHAN
TEKNIK KIMIA INDUSTRI
FV-ITS
BAB II TINJAUAN
a. Menekan terjadinya reaksi kimia atau PUSTAKA
elektrokimianya seperti
reaksi anoda dan katoda
b. Mengisolasi logam yang cukup tebal dari lingkungannya sehingga
tidak terjadi aliran elektrolit
c. Mengurangi ion hidrogen di dalam lingkungan yang di kenal
dengan mineralisasi
d. Mengurangi oksigen yang larut dalam air
e. Mencegah kontak dari dua material yang tidak sejenis
f. Memilih logam-logam yang memiliki unsure-unsur yang
berdekatan
g. Mencegah celah atau menutup celah
h. Mengadakan proteksi katodik,dengan menempelkan anoda
umpan.
i. Pasang proteksi katodik
j. Penambahan anti korosi inhibitor pada cairan

Gambar II.6 Korosi Galvanic pada Sambungan Baut

5. Stress corrosion (korosi tegangan )


Korosi retak tegangan (SCC) adalah proses retak yang
memerlukan aksi secara bersamaan dari bahan perusak (karat) dan
berkelanjutan dengan tegangan tarik. Ini tidak termasuk pengurangan
bagian yang terkorosi akibat gagal oleh patahan cepat. Hal ini juga
termasuk intercrystalline atau transkristalin korosi, yang dapat
menghancurkan paduan tanpa tegangan yang diberkan atau tegangan
sisa. Retak korosi tegangan dapat terjadi dalam kombinasi dengan
penggetasan hidrogen. Mekanisme SCC, terjadi akibat adanya
hubungan dari 3 faktor komponen, yaitu (1) Bahan rentan terhadap
korosi, (2) adanya larutan elektrolit (lingkungan) dan (3) adanya
tegangan. Sebagai contoh, tembaga dan paduan rentan terhadap
senyawa amonia, baja ringan rentan terhadap larutan alkali dan baja
tahan karat rentan terhadap klorida.

LABORATORIUM DIAGRAM ALIR DAN PEMILIHAN II-4


BAHAN
TEKNIK KIMIA INDUSTRI
FV-ITS
BAB II TINJAUAN
PUSTAKA

Gambar II.7 Mekanisme korosi SCC

Cara pengendalian korosi tegangan adalah:


a. Turunkan besarnya tegangan
b. Turunkan tegangan sisa termal
c. Kurangi beban luar atau perbesar area potongan
d. Penggunaan inhibitor.

Gambar II.8 Korosi SCC pada sebuah logam


6. Crevice corrosion ( korosi celah )
Korosi celah (Crecive Corrosion) ialah sel korosi yang diakibatkan
oleh perbedaan konsentrasi zat asam . Korosi yang terjadi pada logam
yang berdempetan dengan logam lain diantaranya ada celah yang
dapat menahan kotoran dan air sehingga kosentrasi O2 pada mulut
kaya dibanding pada bagian dalam, sehingga bagian dalam lebih anodic
dan bagian mulut jadi katodik Mekanisme Crevice Corrosion, dimulai
oleh perbedaan konsentrasi beberapa kandungan kimia, biasanya
oksigen, yang membentuk konsentrasi sel elektrokimia (perbedaan sel
aerasi dalam kasus oksigen). Di luar dari celah (katoda), kandungan
oksigen dan pH lebih tinggi - tetapi klorida lebih rendah.

LABORATORIUM DIAGRAM ALIR DAN PEMILIHAN II-5


BAHAN
TEKNIK KIMIA INDUSTRI
FV-ITS
BAB II TINJAUAN
PUSTAKA

Gambar II.9 Mekanisme korosi celah

Cara pengendalian korosi celah adalah sebagai berikut:


a. Hindari pemakaian sambungan paku keeling atau baut,
gunakan sambungan las.
b. Gunakan gasket non absorbing.
c. Usahakan menghindari daerah dengan aliran udara.
d. Dikeringkan bagian yang basah
e. Dibersihkan kotoran yang ada

Gambar II.10 Korosi celah pada sambungan pipa

7. Korosi mikrobiologi
Korosi yang terjadi karena mikroba Mikroorganisme yang
mempengaruhi korosi antara lain bakteri, jamur, alga dan protozoa.
Korosi ini bertanggung jawab terhadap degradasi material di lingkungan.
Pengaruh inisiasi atau laju korosi di suatu area, mikroorganisme
umumnya berhubungan dengan permukaan korosi kemudian menempel
pada permukaan logam dalam bentuk lapisan tipis atau biodeposit.
Lapisan film tipis atau biofilm. Pembentukan lapisan tipis saat 2 – 4 jam
pencelupan sehingga membentuk lapisan ini terlihat hanya bintik-bintik
dibandingkan menyeluruh di permukaan. Korosi jenis ini dapat dicegah
dengan cara :
a. Memilih logam yang tepat untuk suatu lingkungan dengan kondisi-
kondisinya

LABORATORIUM DIAGRAM ALIR DAN PEMILIHAN II-6


BAHAN
TEKNIK KIMIA INDUSTRI
FV-ITS
BAB II TINJAUAN
b. Memberi lapisan pelindung agar lapisanPUSTAKA
logam terlindung dari
lingkungannya
c. Memperbaiki lingkungan supaya tidak korosif
d. Perlindungan secara elektrokimia dengan anoda korban atau arus
tandingan.
e. Memperbaiki konstruksi agar tidak menyimpan air,lumpur dan zat
korosif lainnya.

Gambar II.11 Korosi Mikrobiologi

8. Fatigue corrosion ( korosi lelah )


Korosi ini terjadi karena logam mendapatkan beban siklus yang
terus berulang sehingga smakin lama logam akan mengalami patah
karena terjadi kelelahan logam. Korosi ini biasanya terjadi pada turbin
uap, pengeboran minyak dan propeller kapal. Korosi jenis ini dapat
dicegah dengan cara :
a. Menggunakan inhibitor
b. Memilih bahan yang tepat atau memilih bahan yang kuat korosi.
c. Memilih bahan yang tepat atau memilih bahan yang kuat korosi.

Gambar II.12 Contoh Fatigue Corrosion

9. Bakteri Penyebab Korosi


Fenomena korosi yang terjadi dapat disebabkan adanya
keberadaan dari bakteri. Jenis-jenis bakteri yang berkembang yaitu :
a. Bakteri reduksi sulfat.

LABORATORIUM DIAGRAM ALIR DAN PEMILIHAN II-7


BAHAN
TEKNIK KIMIA INDUSTRI
FV-ITS
BAB II TINJAUAN
Bakteri ini merupakan bakteri jenis PUSTAKAanaerob membutuhkan
lingkungan bebas oksigen atau lingkungan reduksi, bakteri ini
bersirkulasi di dalam air aerasi termasuk larutan klorin dan oksidiser
lainnya, hingga mencapai kondisi ideal untuk mendukung metabolisme.
Bakteri ini tumbuh pada oksigen rendah. Bakteri ini tumbuh pada
daerah-daerah kanal, pelabuhan, daerah air tenang tergantung pada
lingkungannya. Bakteri ini mereduksi sulfat menjadi sulfit, biasanya
terlihat dari meningkatnya kadar H2S atau Besi sulfida.Tidak adanya
sulfat, beberapa turunan dapat berfungsi sebagai fermenter
menggunakan campuran organik seperti pyruvnate untuk memproduksi
asetat, hidrogen dan CO2, banyak bakteri jenis ini berisi enzim
hidrogenase yang mengkonsumsi hidrogen.
b. Bakteri oksidasi sulfur-sulfida.
Bakteri jenis ini merupakan bakteri aerob yang mendapatkan
energi dari oksidasi sulfit atau sulfur. Bebarapa tipe bakteri aerob dapat
teroksidasi sulfur menjadi asam sulfurik dan nilai pH menjadi 1.
bakteriThiobaccilus umumnya ditemukan di deposit mineral dan
menyebabkan drainase tambang menjadi asam.
c. Bakteri besi mangan oksida.
Bakteri memperoleh energi dari osidasi Fe2+ Fe3+ dimana deposit
berhubungan dengan bakteri korosi. Bakteri ini hampir selalu ditemukan
di Tubercle (gundukan Hemispherikal berlainan ) di atas lubang pit pada
permukaan baja. Umumnya oksidaser besi ditemukan di lingkungan
dengan filamen yang panjang.

10. Selective Leaching Corrosion


Selective leaching adalah korosi selektif dari satu atau lebih
komponen dari paduan larutan padat. Hal ini juga disebut pemisahan,
pelarutan selektif atau serangan selektif. Contoh dealloying umum
adalah dekarburisasi, decobaltification, denickelification, dezincification,
dan korosi graphitic.
Mekanisme selective leaching, logam yang berbeda dan paduan
memiliki potensial yang berbeda (atau potensial korosi) pada elektrolit
yang sama. Paduan modern mengandung sejumlah unsur paduan
berbeda yang menunjukkan potensial korosi yang berbeda. Beda
potensial antara elemen paduan menjadi kekuatan pendorong untuk
serangan preferensial yang lebih "aktif" pada elemen dalam paduan
tersebut. Dalam kasus dezincification dari kuningan, seng istimewa
terlarut dari paduan tembaga-seng, meninggalkan lapisan permukaan
tembaga yang keropos dan rapuh.

LABORATORIUM DIAGRAM ALIR DAN PEMILIHAN II-8


BAHAN
TEKNIK KIMIA INDUSTRI
FV-ITS
BAB II TINJAUAN
PUSTAKA

Gambar II.13 Selective leaching corrosion pada pipa

Gambar II.14 Mekanisme selective leaching corrosion

Cara pengendalian atau mencegah selective leaching adalah :


Menghindari komposisi yang berbeda dari material penyusun

11. Intergranular Corrosion


Intergranular corrosion kadang-kadang juga disebut
"intercrystalline korosi" atau "korosi interdendritik". Dengan adanya
tegangan tarik, retak dapat terjadi sepanjang batas butir dan jenis
korosi ini sering disebut "intergranular retak korosi tegangan (IGSCC)"
atau hanya "intergranular stress corrosion cracking". Mekanisme
intergranular corrosion, jenis serangan ini diawali dari beda potensial
dalam komposisi, seperti sampel inti “coring” biasa ditemui dalam
paduan casting. Pengendapan pada batas butir, terutama kromium
karbida dalam baja tahan karat, merupakan mekanisme yang diakui dan
diterima dalam korosi intergranular.

LABORATORIUM DIAGRAM ALIR DAN PEMILIHAN II-9


BAHAN
TEKNIK KIMIA INDUSTRI
FV-ITS
BAB II TINJAUAN
PUSTAKA

Gambar II.15 Mekanisme korosi batas butir

Cara pengendalian korosi batas butir adalah:


a. Turunkan kadar karbon dibawah 0,03%.
b. Tambahkan paduan yang dapat mengikat karbon.
c. Pendinginan cepat dari temperatur tinggi.
d. Pelarutan karbida melalui pemanasan.
e. Hindari pengelasan.

II.1.3 Pengendalian Korosi


Menuut Robinsonetoda (1979), metoda-metoda yang di lakukan
dalam pengendalian korosi adalah :
a. Menekan terjadinya reaksi kimia atau elektrokimianya seperti
reaksi anoda dan
katoda
b. Mengisolasi logam dari lingkungannya
c. Mengurangi ion hydrogen di dalam lingkungan yang di kenal
dengan mineralisasi
d. Mengurangi oksigen yang larut dalam air
e. Mencegah kontak dari dua material yang tidak sejenis
f. Memilih logam-logam yang memiliki unsure-unsur yang
berdekatan
g. Mencegah celah atau menutup celah
h. Mengadakan proteksi katodik,dengan menempelkan anoda
umpan.

II.1.4 Mekanisme Terbentuknya Korosi


Menurut Fajar Siddiq (2013), Korosi merupakan penurunan kualitas
yang disebabkan oleh reaksi kimia bahan logam dengan unsur-unsur
lain yang terdapat di alam . Korosi yang di berdasarkan proses elektro-
kimia (electrochemical process) terdiri dari 4 komponen utama yaitu:
a. Anode (Anoda)

LABORATORIUM DIAGRAM ALIR DAN PEMILIHAN II-10


BAHAN
TEKNIK KIMIA INDUSTRI
FV-ITS
BAB II TINJAUAN
PUSTAKA
Anoda biasanya terkorosi dengan melepaskan elektron-elektron
dari atomatom logam netral untuk membentuk ion-ion yang
bersangkutan. Ion-ion ini mungkin tetap tinggal dalam larutan atau
bereaksi membentuk hasil korosi yang tidak larut.
b. Cathode (Katoda)
Katoda biasanya tidak mengalami korosi, walaupun mungkin
menderita kerusakan dalam kondisi-kondisi tertentu. Reaksi yang
terjadi pada katoda berupa reaksi reduksi. Reaksi pada katoda
tergantung pada pH larutan yang bersangkutan
c. Elektrolit
Elektrolit adalah larutan yang mempunyai sifat menghantarkan
listrik. Elektrolit dapat berupa larutan asam, basa dan larutan garam.
Larutan elektrolit mempunyai peranan penting dalam korosi logam
karena larutan ini dapat menjadikan kontak listrik antara anoda dan
katoda
d. Anoda dan Katoda harus terhubung secara elektris
Antara anoda dan katoda harus ada hubungan listrik agar arus
dalam sel korosi dapat mengalir. Hubungan secara fisik tidak diperlukan
jika anoda dan katoda merupakan bagian dari logam yang sama.
Karena hampir mustahil untuk mencegah korosi, maka
mengendalikan tingkat korosi bisa menjadi solusi paling hemat. Insinyur-
insinyur korosi kemudian terus dilibatkan di dalam menaksir ongkos
solusi-solusi mereka kepada pencegahan korosi dan menaksir masa
penggunaan dari peralatan. Dengan mengenali kapan korosi akan
terjadi, dan dengan mengerti mekanisme yang yang terjadi maka ahli
korosi akan mengeliminasi korosi dengan desain yang bagus.
Menurut ilmu thermodinamika, reaksi atau transformasi terjadi
dari kondisi dengan energi bebas tinggi ke energi rendah. Sebagai
contoh, bijih besi mempunyai energi bebas rendah dan cenderung
stabil. Pada proses ekstraksi, besi dipisahkan dari oksigen dan proses ini
memerlukan energi sehingga energi bebas besi menjadi tinggi. Besi
dengan kondisi energi bebas tinggi cenderung berubah menjadi produk
korosi yang mempunyai energi bebas rendah.

II.1.5 Inhibitor
Inhibitor korosi merupakan suatu zat kimia yang bila ditambahkan
ke dalam suatu lingkungan, dapat menurunkan laju korosi yang terjadi
pada lingkungan tersebut terhadap suatu logam didalamnya. Pada
prakteknya, jumlah yang di tambahkan adalah sedikit, baik secara
kontinu maupun periodik menurut suatu selang waktu tertentu. Inhibitor
korosi menurut bahan pembuatannya dibagi menjadi dua yaitu inhibitor
dengan bahan baku alami dan inhibitor buatan. Inhibitor alami yaitu
inhibitor yang terbuat dari bahan organik yang dapat diperbarui seperti

LABORATORIUM DIAGRAM ALIR DAN PEMILIHAN II-11


BAHAN
TEKNIK KIMIA INDUSTRI
FV-ITS
BAB II TINJAUAN
contohnya tanaman dan buahbuahan. Secara PUSTAKA
keseluruhan senyawa
inhibitor adalah netral tetapi, gugus nitrogen pada senyawa memiliki
pasangan elektron bebas yang menyebabkan inhibitor cenderung
bermuatan negatif sehingga, inhibitor akan tertarik ke permukaan
logam dan membentuk lapisan (Yanuar, 2016).

II.1.6 Macam-Macam Inhibitor


Menurut Alfin Al Hakim (2011), macam macam inhibitor yaitu;
1. Inhibitor Anodik
Yaitu inhibitor yang menurunkan laju korosi dengan cara
menghambat transfer ion-ion logam ke dalam larutan yang bersifat
korosif karena berkurangnya anoda akibat pasivasi. Inhibitor anodik
disebut juga inhibitor antarmuka.
2. Inhibitor Katodik
Yaitu inhibitor yang menurunkan laju korosi dengan menghambat
salah satu tahap pada proses katodik, seperti pembebasan ion-ino
hydrogen dan penangkapan oksigen. Inhibitor katodik disebut juga
inhibitor antarfasa.
3. Inhibitor Organik
Dewasa ini sudah berpuluh bahkan mungkin rautan jenis inhibitor
organic yang digunakan. Studi mengenai mekanisme pembentukan
lapisan lindung atau penghilangan konstituen agresif telah banyak
dilakukan baik dengan cara-cara yang umum maupun dengan cara-cara
baru dengan peralatan modern.

II.1.7 Mekanisme Kerja Inhibitor Korosi


Menurut Fajar Nugroho (2015) Korosi baja adalah penurunan
kualitas baja karena terjadinya reaksi kimia atau elektrokimia, antara
baja dengan lingkungannya, sebagai contoh; apabila baja dicelupkan
dalam air akan terlihat bagian baja yang terkorosi (berkarat). Bagian
baja yang terkorosi disebut anodik dan bagian baja yang tidak terkorosi
disebut katodik.
Sejumlah inhibitor menghambat korosi melalui cara adsorpsi
untuk membentuk suatu lapisan tipis yang tidak nampak dengan
ketebalan beberapa molekul saja, ada pula yang karena pengaruh
lingkungan membentuk endapan yang nampak dan melindungi logam
dari serangan yang mengkorosi logamnya dan menghasilkan produk
yang membentuk lapisan pasif, dan ada pula yang menghilangkan
konstituen yang agresif.

II.1.8 Perhitungan Laju Korosi


Menurut Fontana (1987) dalam bukunya “Corrosion Engineering”,
laju korosi dapat didefinisikan dalam berbagai macam, seperti

LABORATORIUM DIAGRAM ALIR DAN PEMILIHAN II-12


BAHAN
TEKNIK KIMIA INDUSTRI
FV-ITS
BAB II TINJAUAN
PUSTAKA
persentase kehilangan massa, milligram per sentimetre persegi per hari
dan gram per inci persegi per jam. Selain itu, juga digunakan mils per
year (mpy) yang menyatakan laju penetrasi serangan korosi terhadap
logam.
Sebagaimana diketahui korosi sangat dipengaruhi oleh lingkungan
misalnya temperature, pH, Oksigen, Kecepatan fluida dan zat-zat
oksidator. Laju korosi yang bergantung pada, konsentrasi reaktan,
jumlah mula-mula partikel (massa) logam, dan faktor mekanik seperti
tegangan. Untuk menghitung laju korosi, terdapat dua metode yang
dapat digunakan antara lain metode kehilangan berat atau Weight Gain
Loss (WGL) dan metode elektrokimia. Metode kehilangan berat secara
umum dianggap identic dengan kehilanganmassa (mass loss). Metode
kehilangan massa (mass loss) ini didasarkan pada selisih massa awal
sebelum pengujian korosi dengan massa akhir setelah pengujian korosi.
Jika diketahui penurunan massa dari suatu material yang terkorosi maka
laju korosi dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

mpy/mmpy) = 534 x W
D.A.T
Dimana :
(mpy/mmpy) = Laju Korosi
W = Berat yang hilang (mg)
A = Luas Sampel yang terendam (cm2)
T = Time Of Exposure (jam)
D = Densitas (g/cm3)

II.I.9 Logam (Cu)


Tembaga (Cu) adalah logam dengan nomor atom 29, massa atom
63,546, titik lebur 1083 °C, titik didih 2310 °C, jari-jari atom 1,173 A°
dan jari-jari ion Cu2+ 0,96 A°. Tembaga adalah logam transisi (golongan
I B) yang berwarna kemerahan, mudah regang dan mudah ditempa.
Tembaga bersifat racun bagi makhluk hidup. Isoterm adsorpsi
merupakan suatu keadaan kesetimbangan yaitu tidak ada lagi
perubahan konsentrasi adsorbat baik di fase terserap maupun pada fase
gas atau cair. Isoterm adsorpsi biasanya digambarkan dalam bentuk
kurva berupa plot distribusi kesetimbangan adsorbat antara fase padat
dengan fase gas atau cair pada suhu konstan. Isoterm adsorpsi
merupakan hal yang mendasar dalam penentuan kapasitas dan afinitas
adsorpsi suatu adsorbat pada permukaan adsorben (Kundari, 2008).
Pencemaran logam berat meningkat sejalan dengan
perkembangan industri. Pencemaran logam berat di lingkungan
dikarenakan tingkat keracunannya yang sangat tinggi dalam seluruh
aspek kehidupan makhluk hidup. Pada konsentrasi yang sedemikian

LABORATORIUM DIAGRAM ALIR DAN PEMILIHAN II-13


BAHAN
TEKNIK KIMIA INDUSTRI
FV-ITS
BAB II TINJAUAN
PUSTAKA
rendah saja efek ion logam berat dapat berpengaruh langsung hingga
terakumulasi pada rantai makanan. Logam berat dapat mengganggu
kehidupan biota dalam lingkungan dan akhirnya berpengaruh terhadap
kesehatan manusia (Suhendrayatna, 2001).
Menurut Alloway (1995), lumpur habitat babi mengandung Cu
dengan kadar mencapai 1990 mg/kg. Sedangkan menurut Fernandes
dan Henriques (1991), kadar Cu yang ditemukan di tanah sekitar daerah
tambang mencapai lebih dari 2000 ppm. Kadar Cu yang tinggi dapat
memberikan dampak negatif terhadap lingkungan biotik maupun
abiotik. Hal ini karena Cu termasuk dalam golongan logam berat. Logam
berat merupakan unsur yang stabil dan tidak mudah rusak, sehingga Cu
yang masuk ke tanah akan cenderung terakumulasi dan kandungannya
akan meningkat secara terus menerus. Peningkatan kadar Cu yang
terlalu tinggi dapat memberikan dampak negative bagi hewan dan
manusia karena sifatnya yang karsinogenik dan terakumulasi dalam
jaringan tubuh (Hardiani, 2009).
Perubahan lingkungan tersebut akan berdampak nyata pada
tumbuhan karena tumbuhan merupakan organisme yang memiliki
respon paling cepat terhadap perubahan lingkungan dibandingkan
dengan manusia dan hewan (Sumiyati, 2009).

Tabel II.1 Sifat Fisik Cu


Sifat Fisika Tembaga (Cu)
Wujud Padat
Massa Jenis 8.94 g·cm−3
Titik Lebur 1084,62 °C
Titik Didih 2562°C
Kalor Peleburan 13,26 kJ·mol−1
Kalor Penguapan 300,4 kJ·mol−1
Kapasitas Kalor 24.440 J·mol−1·K−1

II.I.10 Logam (Fe)


Besi adalah salah satu elemen kimiawi yang dapat ditemui pada
hampir setiap tempattempat di bumi, pada semua lapisan geologis dan
semua badan air. Pada umumnya, besi yang ada di dalam air dapat
bersifat terlarut sebagai Fe 2+(fero) atau Fe3+ (feri); tersuspensi sebagai
butir koloidal (diameter <1 µm) atau lebih besar, seperti Fe 2O3, FeO,
Fe(OH)2, Fe(OH)3 dan sebagainya; tergabung dengan zat organis atau
zat padat yang inorganik (seperti tanah liat). Pada air permukaan jarang
ditemui kadar Fe lebih besar dari 1 mg/l, tetapi di dalam air tanah kadar
Fe dapat jauh lebih tinggi (Febrina, 2014).
Konsentrasi Fe yang tinggi ini dapat dirasakan dan dapat menodai
kain dan perkakas dapur. Besi (Fe) berada dalam tanah dan batuan
sebagai ferioksida (Fe2O3) dan ferihidroksida (Fe(OH)3). Dalam air, besi

LABORATORIUM DIAGRAM ALIR DAN PEMILIHAN II-14


BAHAN
TEKNIK KIMIA INDUSTRI
FV-ITS
BAB II TINJAUAN
berbentuk ferobikarbonat (Fe(HCO3)2), PUSTAKA
ferohidroksida (Fe(OH)2),
ferosulfat (FeSO4) dan besi organic kompleks. Air tanah mengandung
besi terlarut berbentuk ferro (Fe2+). Jika air tanah dipompakan keluar
dan kontak dengan udara (oksigen) maka besi (Fe 2+) akan teroksidasi
menjadi ferihidroksida (Fe(OH)3) (Febrina, 2014).
Ferihidroksida dapat mengendap dan berwarna kuning kecoklatan.
Hal ini dapat menodai peralatan porselen dan cucian. Bakteri besi
(Crenothrix dan Gallionella) memanfaatkan besi fero (Fe 2+) sebagai
sumber energi untuk pertumbuhannya dan mengendapkan
ferrihidroksida. Pertumbuhan bakteri besi yang terlalu cepat (karena
adanya besi ferro) menyebabkan diameter pipa berkurang dan lama
kelamaan pipa akan tersumbat. Besi (Fe) dibutuhkan tubuh dalam
pembentukan haemoglobin (Febrina, 2014).
Tubuh manusia tidak dapat mengekskresikan besi (Fe), karenanya
mereka yang sering mendapat transfusi darah, warna kulitnya menjadi
hitam karena akumulasi Fe. Air minum yang mengandung besi
cenderung menimbulkan rasa mual apabila dikonsumsi. Sekalipun Fe
diperlukan oleh tubuh, tetapi dalam dosis yang besar dapat merusak
dinding usus. Kematian sering disebabkan oleh rusaknya dinding usus
ini. Kadar Fe yang lebih dari 1 mg/l akan menyebabkan terjadinya iritasi
pada mata dan kulit. Apabila kelarutan besi dalam air melebihi 10 mg/l
akan menyebabkan air berbau seperti telur busuk. Debu Fe juga dapat
diakumulasi dalam alveoli dan menyebabkan berkurangnya fungsi
paruparu (Slamet, 2004).

Tabel II.2 Sifat Fisik Fe


Lambang Fe
No. Atom 26
Golongan, periode 8,4
Penampilan Metalik Mengkilap keabu-
abuan
Massa Atom 55,854 (2) g/mol
Konfigurasi Elektron [ Ar ] 3d6 4S2
Fase Padat
Massa Jenis (Suhu 7,86 g/cm3
Kamar)
Titik Lebur 1811 ºK (1538 ºC, 2800 ºF)
Titik Didih 3134 ºK (2861 ºC, 5182 ºF)
Kapasitas Kalor (25 ºC) 25,10 J/ (mol.K)

LABORATORIUM DIAGRAM ALIR DAN PEMILIHAN II-15


BAHAN
TEKNIK KIMIA INDUSTRI
FV-ITS
BAB II TINJAUAN
PUSTAKA
II.2 Jurnal Aplikasi Industri
METENAMINA SEBAGAI INHIBITOR KOROSI BAJA KARBON DALAM
LINGKUNGAN SESUAI KONDISI PERTAMBANGAN MINYAK BUMI
Asri Wahyuningsih ,Yayan Sunarya ,Siti Aisyah
2010
Peristiwa korosi sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari dan
tanpa disadari begitu dekat dengan kehidupan kita, misalnya paku
berkarat, tiang listrik berkarat, pagar rumah berkarat dan sebagainya.
Peristiwa korosi mengakibatkan degradasi material, khususnya logam
menjadi senyawa yang kurang bermanfaat. Di industri, khususnya
industri pertambangan, penanganan korosi pada peralatan produksi
harus dilakukan dengan baik, mengingat besarnya kerugian yang harus
ditanggung oleh perusahaan apabila korosi dibiarkan begitu saja, seperti
terhentinya proses produksi akibat kerusakan instalasi produksi atau
adanya kecelakaan dan pencemaran lingkungan akibat bocornya salah
satu sistem instalasi produksi. Senyawa metenamina adalah senyawa
organik yang memiliki empat atom nitrogen tersier, dan memiliki
struktur geometri trisiklo, sehingga senyawa ini diharapkan dapat
teradsorpsi pada permukaan baja karbon secara fisisorpsi ataupun
kemisorpsi. Secara ekonomis, harga metenamina relatif lebih murah
dibandingkan dengan senyawa inhibitor komersial yang telah ada. Studi
mengenai daya inhibisi senyawa metenamina belum pernah dilaporkan,
oleh karena itu penelitian terhadap senyawa tersebut sebagai material
alternative inhibitor korosi baja karbon penting dilakukan, terutama
dalam lingkungan dengan kondisi pH dan suhu yang tingkat korosi baja
karbonnya maksimum.
Metode pengujian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode pengukuran polarisasi potensiodinamik (tafel) dan
electrochemical impedance spectroscopy (EIS). Alat-alat yang
digunakan dalam penelitian ini meliputi : sel elektrokimia, PGZ 301,
sofware Volta Lab4, elektroda kalomel jenuh. Sedangkan bahan yang
digunakan dalam penelitian ini meliputi: baja karbon API 5L X65, larutan
buffer asetat, NaCl, kerosine, akuades,aseton, dan resin beserta
pengerasnya. Matode EIS digunakan untuk menentukan tahanan
transfer muatan dan lapis rangkap listrik pada antarmuka baja karbon-
larutan. Prosedur pengujian dengan metode ini hampir sama dengan
metode Tafel. Parameter elektrokimia yang diperoleh dari pengujian ini
adalah Rs, Rct dan Cdl, dimana Rs adalah tahanan larutan, Rct adalah
tahanan transfer muatan, dan Cdl adalah kapasistansi lapis rangkap
listrik.
Dari hasil percobaan, diperoleh peningkatan pH media
menurunkan kemampuan inhibisi korosi metenamina pada baja karbon.
Hal ini disebabkan oleh meningkatnya ionion asetat, CH3COO- yang

LABORATORIUM DIAGRAM ALIR DAN PEMILIHAN II-16


BAHAN
TEKNIK KIMIA INDUSTRI
FV-ITS
BAB II TINJAUAN
bereaksi dengan atomatom besi membentukPUSTAKA senyawa Fe(CH 3COO)2.
Reaksi ini akan berlangsung selama ion-ion asetat tersedia dalam
media, disamping itu produk reaksi larut dalam media sehingga proses
korosi akan berjalan terus. Selain itu, adanya ion-ion Cl- dalam media
dapat mempercepat laju korosi karena ionion tersebut berperan sebagai
katalis. Efisiensi inhibisi maksimum yang dapat dicapai oleh
metenamina adalah menurut metode Tafel dan EIS masing-masing
sebesar 68.59% (Tafel) dan 66.97% (EIS) pada pH 3.06. Dengan
demikian, metenamina memiliki potensi sebagai inhibitor korosi pada
pH rendah walaupun kurang efektif. Laju korosi maksimum ditemukan
pada pH 4,5 dan suhu 339K. Dalam percobaan ini, berdasarkan
pengukuran polarisasi potensiodinamik & EIS, nilai efisiensi inhibisi
maksimum yang dapat dicapai oleh metenamina yaitu sebesar 71,55%
dan 70,21% untuk konsentrasi metenamina 100 ppm.

LABORATORIUM DIAGRAM ALIR DAN PEMILIHAN II-17


BAHAN
TEKNIK KIMIA INDUSTRI
FV-ITS

You might also like