Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Dermatitis perioral adalah peradangan pada kulit yang mengenai daerah perioral
dan lipatan nasolabial dari wajah, dengan bentuk efloresensi berupa papul, vesikel
wanita, lebih kurang 90% kasus. Mayoritas penderita adalah wanita berusia 20-45
tahun. Peningkatan kasus pada pria diduga dipicu oleh perubahan kebiasaan
pemakaian kosmetik pada pria. Pada anak-anak, tidak seperti pada dewasa,
hal tersebut Dermatitis perioral juga bisa disebabkan karena penggunaan obat
fluoride.5
1
Penatalaksanaan untuk dermatitis perioral adalah dengan dengan
kosmetik yang menjadi faktor penyebab utama. Dermatitis perioral biasanya self-
limited, dapat sembuh sendiri dalam waktu beberapa minggu atau bulan, dan jarang
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
perioral dan lipatan nasolabial dari wajah, dengan bentuk efloresensi berupa papul,
vesikel dan pustul, terjadi pada wanita muda dan anak-anak. Dermatitis perioral
2.2. Epidemiologi
Dermatitis perioral pertama kali dideskripsikan pada akhir tahun 1950-an dan
awal tahun 1960-an, dan menjadi sering dijumpai pada dekade 1970-an. Pada
3
Dermatitis perioral paling sering menyerang wanita, lebih kurang 90% kasus.
Mayoritas penderita adalah wanita berusia 20-45 tahun. Peningkatan kasus pada
pria diduga dipicu oleh perubahan kebiasaan pemakaian kosmetik pada pria. 3,4
Pada anak-anak, tidak seperti pada dewasa, perbandingan antara anak laki-
perioral dilaporkan terjadi kebanyakan pada anak usia prepubertas. Pada ras afro-
2.3. Etiologi
fluoride.5
Dermatitis perioral timbul akibat reaksi penolakan dari kulit wajah terhadap
iritasi. Kelainan yang sama juga dapat timbul pada daerah lain, terutama periokular
krim kulit wajah dapat menyebabkan iritasi kulit wajah. Bersamaan dengan itu,
4
2.4. Patofisiologi
Pada fase awal, akibat penggunaan obat topikal pada wajah akan menginduksi
stratum korneum yang disertai gangguan minimal pada fungsi lapisan kulit dan
Kemudian dapat menyebabkan lapisan kulit menjadi lebih tegang dan kering yang
pembentukan badan lamellar, efek lain yang terjadi adalah penurunan sintesis
epidermal.5
peningkatan TEWL, penurunan kolagen dermal, penipisan bagian atas serat elastin
Pada pasien dengan kasus dermatitis perioral dan riwayat dermatitis atopik,
dermatitis atopik dan kulit atopik yang berefek terjadinya penurunan subfraksi
ceramid spesifik dan lemak lainnya dan dalam beberapa kasus, terjadi mutasi pada
5
perioral dengan atopik diatesis yang diyakini sebagai faktor resiko yang mungkin
pada perkembangan dermatitis perioral. tanda dan gejala dari akibat sensititivitas
dari kulit wajah yang ada termasuk kulit kering, skuama, edema, priritus, sensasi
perubahan fungsional dan biologi pada kulit, hal ini dapat menyebabkan respon
pada kulit sehingga menimbulkan penurunan sintesis kolagen dan elastin serta
ini dapat dilihat secara klinis sebagai telangietaksis dan eritema diffusa.
homeostasis dari mediator kimiawi yang merubah aliran darah kutaneus yang
tampak terlihat pada akumulasi oksida nitrat endotel (eNO) kulit yang
mengakibatkan dilatasi berlebihan dari pembuluh darah kulit selain itu eNO juga
pada vaskular, sebagai hasilnya timbulah gejala klinis seperti eritem, edema, dan
gejala lainya. Hal itu nantinya dapat menyebabkan vasodiltasi yang menetap
6
Etiologi yang paling mungkin menyebabkan dermatitis perioral idiopatik
termasuk pasta gigi berfluoride, penggunaan krim pelembab dan kosmetik berlebih,
diatas masih sebagai spekulasi, dan tidak ada faktor diatas yang pernah terbukti
berhubungan. Pada akhirnya menjadi lingkaran setan, menyebabkan iritasi dan kulit
semakin kering bila dengan penggunaan obat topikal lebih lanjut. Reaksi inflamasi
yang ditimbulkan pada akhirnya dapat mengarah ke fase klinis dermatitis perioral.
2.5. Klasifikasi
subtipe yang dibagi berdasarkan lokasi anatomi antara lain perioral, centrofacial,
dan diffuse. Dermatitis perioral yang merupakan subtipe dari CIRD merupakan
subtipe paling sering terjadi pada dewasa dan anak-anak. Pada beberapa kasus juga
terjadi pada perinasal dan periokular. Pada subtipe centrofacial terjadi pada pipi
bagian dalam, kelopak mata bagian dalam, hidung dan dahi. Pada subtipe diffuse
7
Gambar 2. Corticosteroid-induced rosacea-like dermatitis
Dermatitis perioral idiopatik biasanya lebih sering terjadi pada pasien wanita
berusia 20 – 45 tahun meskipun dapat juga terjadi pada pria. Dermatitis perioral
idiopatik juga terjadi pada anak-anak tanpa adanya dominasi gender. Terdapat
topikal. Dermatitis perioral idiopatik tidak dipengaruhi oleh penggunaan pasta gigi
8
granulomatus, terdapat infiltrat granulomatosa perifolikular yang terdiri dari sel
9
2.6. Diagnosis
faktor kausatif lain yang potensial seperti pasta gigi, sudah cukup. Pada kebanyakan
daerah perioral.4
test dan tes IgE spesifik terhadap berbagai aeroalergen dapat digunakan untuk
menilai disfungsi pelindung kulit. Pada sebuah studi di Jerman, didapatkan adanya
dan grup kontrol, yang mana mengindikasikan adanya gangguan fungsi barrier
klinis yaitu PODSI (Perioral dermatitis severity index) pada tahun 2005. Nilai
diambil berdasarkan lesi pada kulit seperti eritema, papula, dan skuama kemudian
dihitung dengan skala perhitungan (0 – 3), dengan sub-gradasi (0,5; 1,5; dan 2,5)
Dermatitis perioral derajat ringan terhitung dengan skor 0,5 – 2,5; derajat
sedang 3,0 – 5,5; dan derajat berat 6,0 – 9,0. PODSI biasanya digunakan untuk
evaluasi objektif dari hasil pengobatan ataupun menentukan terapi, tapi dapat juga
10
menggunakan perioral dermatitis severity index (PODSI) serta contoh
daging berkumpul
dilihat
11
a. Eritema 0,5; papul 1,0; skuama 0; PODSI 1,5 (=PODSI ringan)
c. Eritema 1,5; papul 2,0; skuama 0,5; PODSI 4,0 (= PODSI sedang)
d. Eritema 2,0; papul 1,5; skuama 2,0; PODSI 5,5 (= PODSI sedang)
e. Eritema 2,5; papul 3,0; skuama 1,5; PODSI 7,0 (= PODSI berat)
f. Eritema 3,0; papul 3,0; skuama 3,0; PODSI 9,0 (=PODSI berat)
diagnosis yang ada. Termasuk rosacea, acne, dermatitis seboroik dan dermatitis
kontak. Gambaran khas dermatitiss perioral biasanya dapat dibedakan dengan lesi
inflamasi pada wajah lainnya. Pasien dengan rosacea biasanya memiliki gambaran
telangiektasis dan kemerah-merahan pada muka dengan penyebaran yang lebih luas
mengenai kedua pipi, hidung dan dahi. Dermatitis kontak tampak sebagai lesi
kemerahan, berskuama dan krusta yang timbul di sekitar mulut akibat alergi
terhadap kosmetik lipstik, makanan, kawat gigi dan alat kosmetik lainnya. Lesi
terlihat seperti papula dengan batas yang tidak tegas. Ermatitis kontak juga
seringkali mengenai area kulit lainnya dan dapat didiagnosis dengan patch test.
Akne vulgaris dan dermatitis seboroik tidak mempunyai lokasi dan pola yang sama
dengan dermatitis perioral. Keduanya tersebar lebih luas dan dapat mengenai badan
termasuk muka. Akne vulgaris tampak sebagai komedo dan dermatitis seboroik
tampak skuama.7
12
Berdasarkan kepustakaan lain, diagnosis banding dari dermatitis perioral
Tersering
tegas
immunocompromised
popok
Tersering
13
Granulomatous rosacea Flushing telangiektasis, pustula dan
histopatologi
camptodactyl, papula
2.9. Penatalaksanaan
pasien untuk menghentikan pemakaian krim pelembab, krim malam, make-up serta
menurut perhitungan PODSI, yang bisa dilihat pada algoritma terapi dermatitis
perioral.6
14
Gambar 6. Algoritmaterapi dermatitis perioral
1. Terapi zero
utama. Dalam beberapa studi pada pasien dengan dermatitis perioral dihentiken
pemberian plasebo memiliki tingkat kesembuhan yang sama pada kedua pasien
tersebut.7
2. Terapi topikal
Berbeda dengan rosacea, tidak ada gold standard dalam pemberian terapi
topikal, namun berdasarkan beberapa hasil penelitian ada terapi topikal yang
dapat memberikan perbaikan klinis selain dengan pemberian zero terapi yaitu,
15
adapalene, asam azelaic, eritromisin topikal, ichthyol, metronidazole,
3. Terapi sistemik
kemudian tappering off pada 2 hingga 4 minggu setelahnya. Pada kasus berat lebih
baik diberikan minosiklin atau doksisiklin atau tetrasiklin dosis tinggi. Pada anak
atau eritromisin, sulfur topikal, dan asam azelaik serta foto terapi dengan asam 5-
Doksisiklin 50 – 100 mg
Minosiklin 50 – 100 mg
16
2.10. Komplikasi
kondisi yang mengancam jiwa, masalah emosional mungkin terjadi karena sifat
cacat dari lesi wajah yang kemungkinan penyakit yang berkepanjangan. Efek
rebound awal sering terjadi saat penyapihan steroid. Fenomena ini jarang terjadi
bila tidak ada penyebab yang diidentifikasi. Perkembangan infiltrasi dermal lupoid
dianggap sebagai ciri varian maksimal penyakit ini. Diagnosis dibuat berdasarkan
2.11. Prognosis
beberapa minggu atau bulan, dan jarang menetap hingga bertahun-tahun. Jika
tertangani tanpa kekambuhan. Jika tidak diobati dengan pasien dapat mengalami
17
BAB III
KESIMPULAN
kriteria lesi papula kecil, vesikel dan pustul pada daerah periorificial, terutama
disekitar mulut. Penyakit ini sering terjadi pada anak-anak dan wanita muda. Pada
untuk penyakit ini bergantung pada tingkat keparahan penyakit dan tingkat
kepatuhan pasien.
18