You are on page 1of 9

115 Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan Vol.7 No.

MENINGKATKAN KINERJA INCENERATOR PADA


PEMUSNAHAN LIMBAH MEDIS RSUD Dr. SOETOMO
SURABAYA

Rahayu Dwi Utami, D.G Okayadnya dan M. Mirwan


Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
email :

ABSTRAK

Salah satu kendala dari pengolahan sampah medis dengan menggunakan


Insinerator Rotary Kiln adalah ruang bakar yang pada awalnya berputar berubah fungsi
menjadi statis tetapi pada kenyataannya tidak ada data empiris pada Insinerator Rotary
Kiln Termodifikasi tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh suhu
pembakaran dan waktu pembakaran terhadap kemampuan Insinerator Rotary Kiln
Termodifikasi dalam memusnahkan limbah medis dan untuk mengetahui kondisi
optimum pembakaran sampah medis menggunakan Insinerator Rotary Kiln
Termodifikasi. Variabel dalam penelitian ini adalah suhu pembakaran yaitu 800°C,
900°C, 1000°C, 1100°C, dan 1200°C dan waktu pembakaran yaitu 80 menit, 90 menit,
100 menit, 110 menit dan 120 menit. Parameter dari penelitian ini adalah berat sampah
medis setelah dibakar, kualitas berat sampah medis setelah dibakar, kualitas asap
pembakaran sampah medis. Dari hasil penelitian dan pengolahan data diperoleh
kesimpulan bahwa semakin tinggi suhu pembakaran maka proses pembakaran akan
semakin baik karena terpenuhinya nilai kalor untuk proses pengabuan dan semakin lama
waktu pembakaran maka kemampuan penyisihan residu juga bertambah.

Kata Kunci: Limbah Medis, Rumah Sakit, Insinerator, Insinerator Rotary Kiln.

ABSTRACT

One of the constraints of processing medical waste by using a rotary kiln


incinerator is waste combustion chamber initially spinning changed into static. And in
fact, there is no empirical data on the modified rotary kiln incinerator. This study aimed
to assess the temperature and combustion time of the ability of a modified rotary kiln
incinerators for destroying medical waste and to determine the optimum conditions of
incineration of medical waste using a modified rotary kiln incinerator. Variabel in this
study is the combustion temperature of 800°C, 900°C, 1000°C, 1100°C, and 1200°C.
and then burning time of 80 minutes, 90 minutes, 100 minutes, 110 minutes and 120
minutes. The parameters of this study is the weight of medical waste after burned, heavy
quality medical waste after burned, and the smoke quality of medical waste
incineration.The results of research and data processing is concluded that the higher
the combustion temperature, the combustion process will be better for the fulfillment of
the calorific value for incineration process and the longer time then the combustion
residue also increases the ability allowance.

Key Words: Medical Waste, Hospital, Incinerator, Rotary Kiln Incinerator


Meningkatkan Kinerja Incenerator(Dewa Gede Okayadnya Wijaya & Rahayu Dwi Utami) 116

PENDAHULUAN bakarnya sehingga memerlukan tenaga


Peningkatan limbah khususnya listrik yang besar.
limbah medis merupakan akibat dari Dengan berbagai kendala diatas
adanya peningkatan kegiatan pada pihak RSUD Dr. Soetomo melakukan
Rumah Sakit (Hidayah, E.N, 2007). modifikasi pada Insinerator Rotary
Limbah tersebut dianggap sebagai Kiln. Dari chamber berputar diubah
limbah yang infeksius sehingga menjadi statis, sehingga tidak
diperlukan penanganan yang tepat. memerlukan energi listrik yang terlalu
limbah medis infeksius sangat besar. Sehingga insinerator telah
membahayakan dan menimbulkan berubah fungsi dari proses kontinyu
gangguan kesehatan bagi pengunjung, menjadi diskontinyu dimana ruang
petugas yang menangani limbah bakar satu dan dua seolah-olah menjadi
tersebut dan masyarakat sekitar Rumah satu, sehingga suhu dan waktu
Sakit. Salah satu cara pengolahan pembakaran bisa diatur. Tetapi dalam
limbah medis infeksius adalah dengan prosesnya belum ada data empiris yang
cara dibakar menggunakan Insinerator. menunjukkan kinerja yang baik pada
Teknologi ini merupakan sarana yang Insinerator Rotary Kiln Termodifikasi
tepat untuk menangani limbah medis ini. Maka dari itu peneliti melakukan
infeksius. Sasaran utamanya adalah penelitian pada Insinerator Rotary Kiln
mendestruksi bakteri pathogen yang Termodifikasi ini untuk mendapatkan
berbahaya seperti kuman penyakit kinerja insinerator yang memenuhi
menular. Pemusnahan limbah infeksius syarat.
RSUD Dr. Soetomo Surabaya dilakukan
dengan dibakar menggunakan TINJAUAN PUSTAKA
Insinerator. Insinerator yang ada di Limbah Medis
RSUD Dr. Soetomo Surabaya adalah Limbah Medis adalah limbah padat
Insinerator Rotary Kiln. Insinerator ini yang terdiri atas limbah infeksius,
cocok untuk memusnahkan limbah yang limbah patologi, limbah benda tajam,
mempunyai kandungan air yang cukup limbah farmasi, limbah sitotosik, limbah
tinggi dan volumenya cukup besar. kimiawi, limbah radioaktif, limbah
Karena sistem Insinerator berputar pada kontainer bertekanan dan limbah
primary chamber, dengan tujuan untuk dengan kandungan logam berat yang
mendapatkan pembakaran limbah yang tinggi (Perdana, P.M, 2011).
merata secara keseluruhan. Insinerator Pada prinsipnya Sampah Medis
Rotary Kiln ini telah dimodifikasi, hal harus sesegera mungkin ditreatment
ini dikarenakan pada kondisi setelah dihasilkan dan penyimpanan
sebelumnya terdapat beberapa kendala merupakan prioritas akhir bila sampah
yang mengurangi kinerja Insinerator itu benar-benar tidak dapat langsung
sendiri. Kendala yang pertama yakni diolah. Kegiatan penyimpanan Sampah
dari segi teknis, pada pintu masuk Medis dimaksudkan untuk mencegah
limbah (hidrolis) sering mengalami penyebaran Sampah Medis ke
kemacetan pada saat digunakan. lingkungan sehingga potensi berbahaya
Sehingga proses pembakaran menjadi terhadap manusia dan lingkungan dapat
terhambat dan akibatnya terjadi dihindarkan.
penumpukan limbah. Selain itu dari segi Pemusnahan Limbah dengan
materi juga membutuhkan biaya Insinerasi
operasional yang tinggi. Karena Insinerasi merupakan suatu
Insinerator ini berputar pada ruang teknologi pengolahan limbah padat
117 Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan Vol.7 No.2

dengan cara membakar limbah pada kandungan organik yang berbahaya dari
temperatur tinggi yaitu pada suhu lebih limbah B3. Sebaliknya, perancangan
dari 800ºC dengan tujuan untuk dan pengoperasian insinerator yang
mereduksi sampah mudah terbakar tidak sempurna akan membahayakan
(combustible) yang sudah tidak dapat kesehatan manusia dan lingkungan,
didaur ulang lagi, membunuh bakteri, melalui emisi gas beracun dan
virus dan kimia toksik. Sedangkan pada pencemar lain ke atmosfer (Nurhayati,
limbah B3 yaitu untuk mengurangi I., 2011).
sifat-sifat berbahaya seperti racun dan Insinerator
radiasi. Insinerator dapat digunakan Insinerator adalah tungku
terhadap berbagai macam limbah pembakaran yang digunakan untuk
organik, termasuk minyak, pelarut, mengolah limbah padat menjadi materi
bahan farmasi, dan pestisida (Latief, gas dan abu (bottom ash dan fly ash).
A.S, 2012). Pengolahan sampah dengan insinerasi
Berdasarkan data penelitian EPA dapat mengurangi volume dan massa
(Enviromental Protection Agency) dan serta mengurangi sifat berbahaya dari
pengalaman operasional industri sampah infeksius. Faktor yang
mengindikasikan bahwa insinerator memegang peranan penting dalam
salah satu teknologi terbaik untuk insinerasi adalah temperatur
berbagai limbah. Menurut sejarahnya, pembakaran dan waktu pembakaran
insinerasi adalah teknologi yang paling sampah tersebut (Latief, A.S., 2012).
sering digunakan untuk mengolah Pemanfaatan energi panas
limbah medis. Insinerator dapat insinerasi identik dengan combustion,
mereduksi volume limbah sebesar 90%. yaitu dapat menghasilkan energi yang
Teknologi insinerasi merupakan dapat dimanfaatkan. Faktor penting
cara pengolahan yang baik bagi materi yang harus diperhatikan adalah
yang mudah terbakar dan memiliki nilai kuantitas dan kontinuitas limbah yang
kalor yang memadai. Sampah akan dipasok. Kuantitas harus cukup
berbahaya yang patogenik seperti untuk menghasilkan energi secara
sampah dari rumah sakit terutama untuk continue agar suplai energi tidak
sampah medis yang berkategori sampah terputus (Damanhuri, E., 2008).
infeksius, sangat baik ditangani dengan Rotary Kiln Incinerator
cara ini. Mikroorganisme patogen Jenis insinerator ini memiliki bagian
dalam sampah infeksius dapat utama silinder berputar yang merupakan
dimusnahkan dalam insinerator yang ruang pembakaran. silinder tersebut
baik karena adanya panas yang tinggi. terletak dengan posisi kemiringan
Waktu tinggal sampah serta temperatur tertentu. Posisi dengan kemiringan
operasi merupakan parameter tertentu demikian dimaksudkan untuk
dalam keberhasilan proses insinerasi mempermudah pencampuran limbah
sampah medis. Pada limbah medis dengan udara yang disirkulasi.
infeksius, proses insinerasi yang utama Rotary Kiln Incinerator dapat
adalah detruksi organisme infeksius memusnahkan limbah cair dan limbah
yang terkandung pada limbah tersebut, padat dengan kalor pembakaran 550-
sedangkan operasi tambahannya adalah 8300 kcal/kg. Suhu pembakaran
untuk meminimalisir kandungan berkisar antara 810-1600°C. Rotary
organik dan mengontrol emisi Kiln Incinerator biasanya dilengkapi
pembakaran. Insinerator yang dirancang dengan sistem injeksi kapur atau basa
baik, mampu menghancurkan untuk menetralkan gas-gas yang bersifat
Meningkatkan Kinerja Incenerator(Dewa Gede Okayadnya Wijaya & Rahayu Dwi Utami) 118

asam dan produk pembakaran lainnya. selanjutnya dibakar kembali di ruang


Perbandingan antara panjang dan pembakaran kedua. Model operasi ini
diameter Rotary Kiln Incinerator menguntungkan karena dapat
berkisar antara 10:2. Kecepatan rotasi 5- mengurangi jumlah partikulat dari
25 mm detik. Baik perbandingan proses pembakaran.
panjang dan diameter maupun
kecepatan sangat ditentukan oleh jenis METODE PENELITIAN
limbah yang diinsinerasi. Perbandingan
panjang dan diameter yang tinggi dan
laju rotasi yang membutuhkan waktu
tinggal yang lama agar pembakaran Masalah Limbah
Rumah Sakit
berlangsung sempurna.
Beberapa keuntungan Rotary Kiln Studi Literatur

Incinerator antara lain: Dapat digunakan Judul Penelitian


untuk memusnahkan berbagai jenis
limbah, dapat dioperasikan pada suhu
Penentuan Variabel
tinggi, mempunyai kemampuan yang Penelitian
baik untuk pencampuran limbah secara
kontinyu. Adapun kelemahannya dari
Rotary Kiln Incinerator adalah: Biaya Persiapan Penelitian Penentuan Variabel
pengadaan dan pengoperasian yang Perlakuan
tinggi, dibutuhkan tenaga yang benar-
Insinerator Rotary
benar terlatih untuk pengoperasian,
Kiln Termodifikasi
lapisan liner harus sering diganti apabila
alat yang digunakan untuk
memusnahkan limbah yang bersifat
Analisis Hasil Kesimpulan
korosif, menghasilkan banyak partikulat Pembahasan dan Saran
selama proses pembakaran.
Rotary Kiln Incinerator pada
umumnya memiliki ruang pembakaran Gambar 1. Kerangka Penelitian
kedua yang terletak di sebelah ruang
pembakaran utama (silinder). Ruang Lokasi Penelitian
pembakaran kedua ini berfungsi untuk Lokasi penelitian ini adalah RSUD Dr.
menyempurnahkan pembakaran limbah. Soetomo Surabaya.
Pada kondisi-kondisi tertentu, limbah
cair disemprotkan pada ruang Variabel Penelitian
pembakaran kedua. Abu yang Ada dua jenis variabel penelitian
dihasilkan selama proses pembakaran yang akan dikerjakan pada penelitian
dibuang melalui bagian bawah ruang ini, yaitu variabel tetap dan variabel
pembakaran kedua tersebut. Produk perlakuan:
pembakaran berupa gas ke luar melalui
ruang pembakaran kedua di mana Variabel Tetap
dilakukan penambahan oksigen dan Dalam penilitian ini peubah tetap yang
limbah yang mudah terbakar. Rotary dipilih yaitu:
Kiln Incinerator dapat pula dioperasikan a. Jenis sampah yang dibakar adalah
dengan cara pirolisis, di mana limbah sampah medis infeksius, dengan
dapat diuraikan dalam suasana miskin berat limbah yang dibakar sebanyak
oksigen. Gas-gas yang berbentuk 500 Kg
119 Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan Vol.7 No.2

b. Kapasitas Insinerator Rotary Kiln 2 i. Menimbang abu pembakaran


m3 dengan neraca analitik dan dihitung
c. Jenis bahan bakar yang digunakan efisiensinya
adalah Solar j. Mengamati abu pembakaran masih
adakah material yang belum
Variabel Perlakuan terbakar sempurna
Variabel perlakuan pada penelitian k. Melakukan uji TCLP dengan
ini adalah: menentukan baku mutu limbah
a. Waktu Pembakaran (menit) infeksius
Ditentukan lama waktu pembakaran
sesuai dengan kemampuan Analisa Data
maksimal insinerator yaitu 80, 90, Data-data yang terkumpul disajikan
100, 110, 120 menit dalam bentuk tabel dan grafik sebagai
b. Suhu Pembakaran (°C) berikut:
Ditentukan suhu pembakaran sesuai
dengan kemampuan maksimal HASIL DAN PEMBAHASAN
insinerator yaitu 800, 900, 1000, Berat residu pembakaran
1100, 1200 °C. Insinerator pada suhu pembakaran (ᶿC)
800, 900, 1000, 1100, 1200 dan waktu
Tahap Persiapan pembakaran (menit) 80, 90, 100, 110,
a. Pengambilan limbah medis dari 120 dengan berat limbah medis masing-
sumber limbah masing 500 Kg/sekali pembakaran
b. Pemilahan limbah medis tajam dan disajikan dalam tabel 1.berikut ini:
lunak Tabel 1 . Residu Abu Pembakaran Sampah
c. Penimbangan limbah medis Medis dengan Menggunakan
Insinerator Rotary Kiln Termodifikasi
sebanyak 500 Kg Bera Berat Residu terhadap Suhu
Waktu t Pembakaran (Kg)
Tahap Pengoperasian Pembak Lim
aran bah 800 900 100 110 120
a. Menyalakan sumber listrik (Menit) (Kg) ᶿC ᶿC 0ᶿC 0ᶿC 0ᶿC
b. Panel utama dan burner dinyalakan (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
c. Memasukkan limbah medis 80 500 45 42 37 35 33
90 500 43 38 35 33 31
d. Temperatur dan waktu pembakaran
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
diatur sesuai dengan yang 100 500 42 37 33 29 28
dikehendaki yaitu waktu (menit) 110 500 40 34 32 28 26
pembakaran selama 80, 90, 100, 120 500 38 34 27 25 21
110, 120 dan suhu (°C) pembakaran
800, 900, 1000, 1100, 1200 Untuk mengetahui optimasi
e. Menutup pintu insinerator untuk pembakaran salah satunya dapat dilihat
dilakukan pembakaran dari persen kemampuan penyisihan
f. Mengamati secara langsung asap residu abu. Kemampuan penyisihan
pembakaran residu abu insinerator pada suhu
g. Pembakaran akan mati secara pembakaran (ᶿC) 800, 900, 1000, 1100,
otomatis sesuai dengan waktu yang 1200 dan waktu pembakaran (menit) 80,
telah diatur 90, 100, 110, 120 dengan berat limbah
h. Mengeluarkan abu pembakaran medis masing-masing 500 Kg/sekali
dengan sekop panjang saat pembakaran disajikan dalam tabel 2.
insinerator telah didinginkan berikut ini: Tabel 2 Kemampuan Reduksi
Abu Pembakaran Sampah Medis dengan
Meningkatkan Kinerja Incenerator(Dewa Gede Okayadnya Wijaya & Rahayu Dwi Utami) 120

Menggunakan Insinerator Rotary Kiln Termodifikasi


Waktu Berat Kemampuan Penyisihan Residu Abu (%) pembakaran 1100°C cenderung naik
Pembakaran Limbah
(Menit) (Kg) 800ᶿC 900ᶿC 1000ᶿC 1100ᶿC 1200ᶿC tetapi nilai penyisihannya lebih kecil
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) dari pada suhu pembakaran 1000°C.
80 500 0,91 0,92 0,93 0,93 0,93 Kemudian pada suhu pembakaran
90 500 0,91 0,92 0,93 0,93 0,94
1200°C grafiknya cenderung naik akan
100 500 0,92 0,93 0,93 0,94 0,94

110 500 0,92 0,93 0,94 0,94 0,95


tetapi nilainya tidak terlalu besar.
120 500 0,93 0,93 0,95 0,95 0,96 Pada waktu pembakaran 90 menit
kemampuan penyisihan residu abu pada
Untuk lebih menjelaskan suhu pembakaran 800°C juga
pembahasan, maka dapat dilihat pada cenderung naik tetapi kenaikannya
Gambar 2. Hubungan Kemampuan tidak terlalu besar. Pada saat suhu
Penyisihan dengan Variasi Waktu pembakaran mencapai rentang 900°C
Pembakaran dan Suhu Pembakaran menuju 1000°C terjadi lonjakan yang
terhadap Insinerator Rotary Kiln cukup besar. Hal ini dikarenakan waktu
Termodifikasi: pembakaran dan suhu pembakaran
sudah cukup untuk membakar limbah
dengan baik. Kemudian pada suhu
Kemampuan Penyisihan 1100°C grafik cenderung naik tetapi
Residu Abu nilai penyisihannya tidak terlalu tingi
Kemampuan Penyisihan(%)

Waktu dari suhu pembakaran 1000°C. Pada


Pembaka
saat suhu pembakaran 1200°C grafik
ran 80
menit
cenderung naik tetapi nilainya tidak
terlalu besar.
Waktu Pada waktu pembakaran 100 menit
Pembaka dan suhu pembakaran 800°C grafik
ran 90 cenderung naik. Saat rentang suhu
menit
pembakaran 900°C menuju suhu
Suhu Pembakaran (°C) pembakaran 1000°C terjadi lonjakan
Gambar 2. Pengaruh Suhu Pembakaran dan
yang sangat besar. Hal ini dikarenakan
Waktu Pembakaran dengan Menggunakan terjadi pembakaran sempurna karena
Insinerator Rotary Kiln limbah yang dibakar seolah-olah sudah
habis terbakar. Keadaan ini
menunjukkan bahwa semakin lama
Dapat dilihat pada gambar 2. bahwa waktu pembakaran maka semakin lama
kemampuan penyisihan residu pada waktu untuk terjadinya reaksi
waktu pembakaran 80 menit cenderung pembakaran sehingga semakin lama
naik akan tetapi kenaikannya tidak pembakaran berat residu semakin
terlalu besar. Karena pembakaran sedikit (Nurhayati, I. 2011). Kemudian
sempurna dapat mendekati sempurna suhu pembakaran ditingkatkan menjadi
memerlukan suhu pembakaran yang 1100°C kemampuan penyisihan cukup
tinggi dan juga waktu pembakaran yang rendah. Hal ini dikarenakan limbah
lebih lama. Pada rentang suhu sudah hampir terbakar habis pada suhu
pembakaran 900°C menuju suhu pembakaran 1000°C jadi penyisihan
pembakaran 1000°C terjadi lonjakan pada suhu pembakaran 1100°C hanya
yang sangat drastis, hal ini dikarenakan sedikit begitu juga pada suhu
pada rentang suhu tersebut pembakaran pembakaran 1200°C.
sudah mulai mendekati pembakaran
sempurna. Selanjutnya pada suhu
121 Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan Vol.7 No.2

Pada saat waktu pembakaran 110 pembakaran terpenuhi. Untuk faktor


menit dan suhu pembakaran 800°C berpengaruh lainnya yaitu komposisi
grafik cenderung naik perlahan, sampah di mana pada penelitian ini
selanjutnya pada suhu pembakaran menggunakan berat limbah sebanyak
900°C menuju 1000°C grafik juga naik 500 Kg per sekali bakar, dan untuk tiap
perlahan akan tetapi nilainya lebih variasi waktu pembakaran serta suhu
rendah dari suhu pembakaran 800°C. pembakaran dimasukkan umpan limbah
kemudian pada suhu pembakaran sebanyak 3 kali, yang artinya sama
1000°C menuju suhu dengan berat limbah sebanyak 1500 Kg.
pembakaran1100°C terjadi kenaikan Berat limbah yang dimasukkan tidak
yang cukup besar. Hal ini dikarenakan melebihi kapasitas terpasang dari
adanya faktor yang berpengaruh lainnya insinerator rotary kiln termodifikasi
antara lain penambahan udara untuk yaitu 2000 Kg, tetapi hanya 75% dari
tetap berlangsungnya pembakaran yang kapasitas insinerator. Dengan berat
sempurna. Begitu juga pada suhu limbah yang lebih sedikit maka
pembakaran 1200°C grafik cenderung ketersediaan udara untuk proses
naik perlahan. Karena material sudah pembakaran lebih banyak sehingga
habis terbakar. tidak memerlukan waktu pembakaran
Dari gambar 1. dapat disimpulkan lebih lama.
bahwa semakin tinggi suhu dan semakin
lama waktu pembakaran maka semakin Kesimpulan
besar pula kemampuan penyisihan pada a. Kemampuan pembakaran
pembakaran. Hal ini dikarenakan pada Insinerator Rotary Kiln
proses pembakaran bisa dikatakan Termodifikasi dengan berat limbah
sempurna karena adanya faktor-faktor medis 500 Kg menghasilkan sisa
yang berpengaruh. Pada penelitian ini pembakaran sebesar 21 Kg.
faktor yang berpengaruh terdiri dari b. Dapat dilihat dari hasil penelitian
suhu pembakaran dan waktu bahwa suhu pembakaran dan waktu
pembakaran. maka semakin lama waktu pembakaran sangat berpengaruh
pembakaran dan semakin tinggi suhu pada pengoperasian insinerator
pembakaran maka proses pembakaran karena semakin tinggi suhu
juga berjalan semakin baik dan tentunya pembakaran dan semakin lama
didukung oleh faktor yang berpengaruh waktu pembakaran menghasilkan
lainnya. Salah satu faktor pendukung residu abu yang sedikit dan kualitas
lainnya yaitu pencampuran bahan bakar abu serta kualitas asap paling baik.
dengan udara. Pada pembakaran c. Pada suhu pembakaran 1200°C dan
diruang bakar kedua diberikan waktu pembakaran 120 menit
penambahan udara (oksigen) agar dengan sisa pembakaran sebesar 21
pembakaran tetap berlangsung, karena kg dapat mencapai kemampuan
pembakaran sempurna bisa didekati reduksi sebesar 96% menghasilkan
dengan cara penambahan udara agar asap dan residu abu pembakaran
limbah yang belom terbakar sempurna dengan kualitas terbaik pada
di ruang bakar pertama dapat Insinerator Rotary Kiln
disempurnakan di ruang bakar kedua. Termodifikasi
Dengan banyaknya udara yang masuk
ke ruang pembakaran maka sirkulasi DAFTAR PUSTAKA
udara semakin merata dan kebutuhan Adiputra, N., (2003), “Limbah Rumah
udara optimum untuk proses Sakit dan Masalahnya” Short
Meningkatkan Kinerja Incenerator(Dewa Gede Okayadnya Wijaya & Rahayu Dwi Utami) 122

course on Enviromental Hidayah, E.N., (2007), “Uji


Polution Control and Kemampuan Pengoperasian
Management, Kerjasama PSLH Insinerator Untuk Mereduksi
UNUD dengan PT. Amythas Limbah Klinis Rumah Sakit
Experts & Asociates, Denpasar. Umum Haji Surabaya”, Jurusan
Adisasmito, W., (2009), “Sistem Teknik Lingkungan UPN
Manajemen Lingkungan Rumah “Veteran” Jatim. Jurnal
Sakit. Jakarta: Rajawali Pers’, Rekayasa Perencanaan, Vol. 4,
Jakarta. No.1, Oktober 2007, Surabaya.
Budiman, Arif., (2001),“Modifikasi Keputusan Kepala Bapedal No. 1
Desain dan Uji Unjuk Kerja Alat (1995), “Tentang Tata Cara Dan
Pembakaran Sampah Tipe Persyaratan Teknis
Batch. Penyimpanan Dan Pengumpulan
Http://repository.ipb.ac.id/bitstre Limbah Bahan Berbahaya Dan
am/handle/123456789/12737/F0 Beracun”, Jakarta.
1ABU.pd f?sequence=1(diakses Keputusan Menteri Kesehatan Republik
27 Januari 2016) Indonesia Nomor: 12 (2004),
Christian, H., (2008), “Modifikasi “Tentang Persyaratan Kesehatan
Sistem Burner dan Pengujian Lingkungan Rumah Sakit
aliran dingin Fluidized Bed Departemen Kesehatan Republik
Incinerator” Program Studi Indonesia Direktorat Jenderal
Teknik Mesin Fakultas Teknik Pemberantasan Penyakit
Universitas Indonesia. Jakarta. Menular Dan Penyehatan
Damanhuri, E., (2008), “Pengelolaan Lingkungan”,Jakarta.
Sampah” Diktat Kuliah Tl-3104, La Grega et al., (1994), “Hazardous
Program Studi Teknik Waste Management” Second
Lingkungan Fakultas Teknik Edition
Sipil dan Lingkungan Institut Latief, A.S., (2012), “Manfaat Dan
Teknologi Bandung,Jawa Barat. Dampak Penggunaan Insinerator
Darmansyah D., (2006), “Konversi Terhadap Lingkungan” Jurusan
Energi di kilang Gas Alam Teknik Mesin Politeknik Negeri
Cair/LNG melalui Peningkatan Semarang,. Jurnal Teknis Vol.
Efisiensi Pembakaran pada 05 : 20-22 Semarang.
boiler”, Departemen Teknik Marosin, R., (2004), “Karakteristik
Kimia, Fakultas Teknik, Emisi Gas Buang Insinerator
Universitas Sumatera Utara, Medis Di Rumah Sakit Jiwa
Medan. Dadi Makassar Sulawesi
Girsang, V.E., (2013), “Evaluasi Selatan”, Unit Pelaksana Teknis-
Pengelolaan Limbah Padat B3 Laboratorium Sumber Daya
Hasil Insinerasi di RSUD Dr Energi (UPT-LSDE), BPPT,
Soetomo Surabaya”, Jurusan Sulawesi Selatan.
Teknik Lingkungan, Fakultas Nurhayati, I., (2011), “Pengolahan
Teknik Sipil dan Perencanaan, Limbah Medis Jarum RS. DR.
Institut Teknologi Sepuluh Soetomo Dengan Incinerator
Nopember (ITS). Jurnal Teknik Modifikasi” Jurusan Teknik
Pomits Vol. 2, No. 2, (2013) Lingkungan, Fakultas Teknik
ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Sipil dan Perencanaan
Print), Surabaya. Universitas PGRI Adi Buana
123 Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan Vol.7 No.2

Surabaya. Jurnal Teknik Http://www.slideshare.net/


WAKTU Volume 09 Nomer 01- savedfiles?s_title=incineration-
Januari 2011-ISSN: 1412-1867, 17954230&user_login=yogiehen
Surabaya. di (diakses 06 Februari 2016)
Perdana, P.M., (2011), “Kajian Sugianto, B., (2009), “Kalor
Pengelolaan Limbah Padat B3 Pembakaran” ,
Di Rumah Sakit Umum Daerah Http://www.chem-is-try.org,
Dr. Soetomo Surabaya” Jurusan (diakses 24 Januari 2016).
Teknik Lingkungan FTSP-ITS Unit Sanitasi Lingkungan RSUD Dr.
Kampus ITS Sukolilo, Jl. Arief Soetomo Surabaya, (2014),
Rahman Hakim Surabaya. “Identifikasi Limbah Infeksius
Peraturan Pemerintah No. 85 (1999), berdasarkan jenisnya “.
Tentang Perubahan Atas Surabaya.
Peraturan Pemerintah No. 18 Wentz, C.A., “Hazardous Waste
Tahun 1999, Jakarta. Management”. Mc Graw-Hill Inc,
Priyambada, Gunadi., (2004), Tentang (1995), Canada
Incinerator.
.

You might also like