Professional Documents
Culture Documents
SWAMEDIKASI
TETES TELINGA
Oleh
FAKULTAS FARMASI
SURAKARTA
2018
OTITIS MEDIA
B. KLASIFIKASI
1. Otitis Media Akut
Otitis media akut adalah infeksi akut telinga tengah. Penyebab utama
otitis media akut adalah masuknya bakteri patogenik kedalam telinga tengah
yang normalnya steril. Paling sering terjadi bila terjadi disfungsi tuba
eustachii seperti obstruksi yang diakibatkan oleh infeksi saluran pernapasan
atas, inflamasi jaringan disekitarnya (mis, sinusitis, hipertropi adenoid) atau
reaksi alergi (mis,rinitis alergika) bakteria yang umum ditemukan sebagai
organisma penyebab adalah Sterptococcus pneumoniae, Hemophylus
influenzae, dan Moraxella catarrhalis. Cara masuk bakteri pada kebanyakan
pasien kemungkinan melalui tuba eustachii akibat kontaminasi sekresi dalam
nasofaring. Bakteri juga dapat masuk telinga tengah bila ada perforasi
membrana timpani. Eksudat purulen biasanya ad dalam telinga tengah dengan
mengakibatkan kehilangan pendengaran konduktif. Otitis media akut adalah
peradangan akut sebagian atau seluruh periosteum telinga tengah dan terjadi
dalam waktu kurang dari 3 minggu (Kapita selekta kedokteran, 1999).
Otitis media akut adalah proses infeksi yang ditentukan oleh adanya
cairan di telinga atau gangguan dengar, serta gejala penyerta lainnay
tergantung berat ringannya penyakit, antara lain : demam, iritabilitas, letargi,
anoreksia, vomiting, bulging hingga perforasi membrana tympani yang dapat
diikuti dengan drainase purulen.
OMK aktif ialah OMK dengan sekret yang keluar dari kavum
timpani secara aktif .
Tipe ini ditandai dengan perforasi tipe marginal atau tipe atik, disertai
dengan kolesteatom dan sebagian besar komplikasi yang berbahaya dan
fatal timbul pada OMK tipe ini.
C. ETIOLOGI
D. FATOFISIOLOGI
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Otitis media inteksiosa (akut) akan tampak sebagai penonjolan gendang
telinga yang merah pada pemeriksaan autoskop. Gambaran tulang dan
reflek cahaya mungkin kabur.
2. Otitis media seroti akan tampak sebagai gendang telinnga yang berwarna
abu-abu dan menonjol atau cekung kedalam.
3. Pemeriksaan audiologi mungkin memperlihatkan penurunan pendengaran.
4. Otoscope untuk melakukan auskultasi pada bagian telinga luar.
5. Timpanogram untuk mengukur kesesuaian dan kekakuan membrane
timpani.
6. Kultur dan uji sensitifitas ; dilakukan bila dilakukan timpanosentesis
(Aspirasi jarum dari telinga tengah melalui membrane timpani).
7. Otoskopi pneumatik (pemeriksaan telinga dengan otoskop untuk melihat
gendang telinga yang dilengkapi dengan udara kecil). Untuk menilai
respon Gendang telinga terhadap perubahan tekanan udara.
F. KOMPLIKASI
Otitis media akut
1. Abses subperiosteal
2. Abses otak dapat timbul di serebellum di fossa kranii posterior, atau
pada lobus temporal di fossa kranii media.
Abses otak biasanya terbentuk sebagai perluasan langsung infeksi
telinga atau tromboflebitis. Suatu abses epidural biasanya terbentuk
mendahului abses otak. Serebritis lokal (ensefalitis), menyebabkan
timbulnya nekrosis dan liquefaksi, dimana pada dindingnya
terbentuk fibrosis dan jaringan granulasi. Abses dapat mengalami
ruptur ke daerah ventrikel dan rongga subarachnoid, akibatnya
terjadi meningitis dan berakhir dengan kematian. Pada umurnnya
organisme penyebab abses sangat beragam, diantaranya yaitu dari
spesies streptokokus dan stapilokokus, bakteri gram negatif seperti
pseudomonas, proteus dan Escherichia coli serta bakteri -bakteri
anaerob
3. Meningitis dapat terjadi disetiap saat dalam perjalanan komplikasi
infeksi telinga. Jalan penyebaran yang biasa terjadi yaitu melalui
penyebaran langsung, jarang melalui tromboflebitis. Pada waktu
kuman menyerang biasanya streptokokkus, pneumokokkus, atau
stafilokokkus atau kuman yang lebih jarang H. Influenza, koliform,
atau piokokus, menginvasi ruang sub arachnoid, pia-arachnoid
bereaksi dengan mengadakan eksudasi cairan serosa yang
menyebabkan peningkatan ringan tekanan cairan spinal
4. OMSK (Otitis Media Supuratif Kronik) (Mansjoer, Arif. Kapita
Selekta Kedokteran. Jilid I)
Otitis media kronis
G. PENATALAKSAAN
1. Otitis Media Akut
Terapi bergantung pada stadium penyakitnya. Pengobatan pada stadium
awal ditujukan untuk mengobati infeksi saluran napas, dengan pemberian
antibiotik, dekongestan lokal atau sistemik, dan antipiretik.
a. Stadium Oklusi
b. Stadium Presupurasi
c. Stadium Supurasi
d. Stadium Perforasi
Terlihat sekret banyak keluar, kadang secara berdenyut. Diberikan obat
cuci telinga H2O2 3% selama 3-5 hari serta antibiotik yang adekuat
sampai 3 minggu. Biasanya sekret akan hilang dan perforasi akan
menutup sendiri dalam 7-10 hari.
e. Stadium Resolusi
Membran timpani berangsur normal kembali, sekret tidak ada lagi, dan
perforasi menutup. Bila tidak, antibiotik dapat dilanjutkan sampai 3
minggu. Bila tetap, mungkin telah terjadi mastoiditis.
1) Antibiotik
Yang dimaksud dengan gejala ringan adalah nyeri telinga ringan dan demam
<39°C dalam 24 jam terakhir. Sedangkan gejala berat adalah nyeri telinga sedang
– berat atau demam 39°C. Pilihan observasi selama 48-72 jam hanya dapat
dilakukan pada anak usia enam bulan – dua tahun dengan gejala ringan saat
pemeriksaan, atau diagnosis meragukan pada anak di atas dua tahun. Untuk dapat
memilih observasi, follow-up harus dipastikan dapat terlaksana. Analgesia tetap
diberikan pada masa observasi.
British Medical Journal memberikan kriteria yang sedikit berbeda untuk
menerapkan observasi ini.10 Menurut BMJ, pilihan observasi dapat dilakukan
terutama pada anak tanpa gejala umum seperti demam dan muntah.
Risiko tinggi yang dimaksud antara lain adalah usia kurang dari dua tahun,
dirawat sehari-hari di daycare, dan ada riwayat pemberian antibiotik dalam
tiga bulan terakhir.
AAP menganjurkan dosis 80-90 mg/kg berat badan/hari.6 Dosis ini terkait
dengan meningkatnya persentase bakteri yang tidak dapat diatasi dengan
dosis standar di Amerika Serikat. Sampai saat ini di Indonesia tidak ada
data yang mengemukakan hal serupa, sehingga pilihan yang bijak adalah
menggunakan dosis 40 mg/kg/hari. Dokumentasi adanya bakteri yang
resisten terhadap dosis standar harus didasari hasil kultur dan tes resistensi
terhadap antibiotik.
Namun kedua kombinasi ini bukan pilihan pada OMA yang tidak
membaik dengan amoxicillin.
Jika pemberian amoxicillin-clavulanate juga tidak memberikan hasil,
pilihan yang diambil adalah ceftriaxone selama tiga hari.
Pada usia enam tahun ke atas, pemberian antibiotik cukup 5-7 hari. Di
Inggris, anjuran pemberian antibiotik adalah 3-7 hari atau lima hari.
3. Pencegahan
Radang telinga bisa dihindari dengan cara menjaga pola hidup sehat
dan rajin berolahraga. Usahakan supaya jangan sampai terjadi Infeksi
Saluran Pernapasan Atas (ISPA). Karena itu diajurkan rajin rajin mencuci
tangan karena ISPA mudah menyebar melalui tangan. Jangan
membersihkan telinga dengan benda yang ujungnya keras. "Di samping
itu, kurangi tingkat polusi udara terutama di dalam rumah dengan tidak
merokok, perbaiki sarana sanitasi, gunakan air bersih, serta kecukupan
ventilasi ruangan, memperbaiki daya tahan tubuh dengan mengonsumsi
makanan yang bergizi, meningkatkan kebersihan diri dan jangan terlalu
lama berada dalam air ketika berenang kalau tidak menggunakan
pelindung telinga.
TETES TELINGA
FI III : 10
Guttae Auriculares, tetes telinga adalah obat tetes yang digunakan untuk
telinga dengan cara meneteskan obat ke dalam telinga. Kecuali dinyatakan
lain, tetes telinga dibuat menggunakan cairan pembawa bukan air.
Ansel : 567
Tetes telinga adalah bentuk larutan, suspensi atau salep yang digunakan pada
telinga dengan cara diteteskan atau dimasukkan dalam jumlah kecil ke dalam
saluran telinga untuk melepaskan kotoran telinga (lilin telinga) atau untuk
mengobati infeksi, peradangan atau rasa sakit.
DOM King : 153
Tetes telinga adalah bahan obat yang dimasukkan ke dalam saluran telinga,
yang dimaksudkan untuk efek lokal, dimana bahan – bahan obat tersebut
dapat berupa anestetik lokal, peroksida, bahan – bahan antibakteri dan
fungisida, yang berbentuk larutan, digunakan untuk membersihkan,
menghangatkan, atau mengeringkan telinga bagian luar.
Tata cara dalam membuang lilin atau kotoran telinga biasanya dimulai
dengan menempatkan larutan otik pada saluran telinga dengan posisi kepala
pasien miring 45o, lalu memasukkan gumpalan kapas untuk menahan obat dalam
telinga selama 15 – 30 menit, disusul dengan menyemprot saluran telinga dengan
air hangat perlahan-lahan memakai penyemprot telinga dari karet yang lunak.
1. Gliserin
2. Propilen glikol
Pembawa yang kental ini memungkinkan kontak antara obat dengan jaringan
telinga yang lebih lama. Selain itu karena sifat higroskopisnya, memungkinkan
menarik kelembaban dari jaringan telinga sehingga mengurangi peradangan dan
membuang lembab yang tersedia untuk proses kehidupan mikroorganisme yang
ada.
Sifat fisiko-kimia yang harus diperhatikan pada sediaan Tetes telinga (Guttae
Auriculares) :
1. Kelarutan
2. Viskositas
3. Sifat surfaktan
4. Pengawet
5. Sterilisasi
6. pH optimum
Larutan untuk telinga biasanya memakai wadah botol drop dan harus jernih
atau dalam bentuk suspensi yang seragam.
Menyuruh orang lain untuk membantumu menggunakan tetes telinga ini akan
membuat prosedur menjadi lebih mudah.
3. Bersihkan telinga bagian luar dengan menggunakan air hangat atau kain
lembab dengan hati-hati, kemudian dikeringkan
4. Hangatkan obat tetes telinga dengan memegang botolnya menggunakan
tangan selama beberapa menit. Kocok botol obat tetes.
Untuk anak <3 tahun: tarik daun telinga ke bawah dan ke belakang untuk
meluruskan saluran telinganya.
7. Pasang kembali tutup botol tetes telinga dengan rapat, jangan menyeka atau
membilas ujung botol tetes.
8. Cucilah tangan anda dengan air dan sabun untuk membersihkan sisa obat
yang mungkin menempel.
1. Ditjen POM, (1979), Farmakope Indonesia, Edisi III, Depkes RI, Jakarta.